Anda di halaman 1dari 24

SIPATAHOENAN:

South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Published every April and October ISSN 2407-7348

South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education


ASPENSI

ESA SUKMAWIJAYA

Analisis Dimensi dan Indikator Indeks


Pembangunan Kepemudaan di Indonesia
INTISARI: Secara legal-formal, pembangunan kepemudaan di Indonesia merujuk pada Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Segera setelah undang-undang ini lahir, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional melakukan kajian pada tahun 2009, yang antara lain menyimpulkan kenyataan
tentang masih tumpang-tindihnya program kepemudaan di beberapa Kementerian dan/atau Lembaga di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dimensi dan indikator pembangunan kepemu-
daan di Indonesia dalam kaitannya dengan perumusan Indeks Pembangunan Kepemudaan. Merujuk pada
referensi indikator pembangunan kepemudaan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), direkomendasikan
6 dimensi dan 64 indikator pembangunan kepemudaan. Selanjutnya, dalam studi ini diperoleh 4 dimensi
inti dan 8 indikator inti yang dirumuskan kedalam Indeks Pembangunan Kepemudaan sebagai alat ukur
keberhasilan pembangunan kepemudaan di Indonesia. Pengukuran indeks dilakukan secara nasional untuk
menganalisis implementasi kebijakan pembangunan. Selain itu, melalui pengukuran indeks dapat diketahui
pula peran dimensi dan indikator terhadap tingkat keberhasilan pembangunan, sehingga menjadi bahan
evaluasi yang spesifik dan terarah dalam menata pembangunan kepemudaan selanjutnya. Pembangunan
di sini bukan hanya bermakna bagi optimalisasi peningkatan peran atau partisipasi pemuda dalam pem-
bangunan berdasarkan potensi yang dimiliki, namun juga bermakna dalam konteks penyiapan masa depan
bangsa Indonesia yang cerah.
KATA KUNCI: Indikator Pembangunan; Pemuda Indonesia; Pembangunan Kepemudaan; Kementerian
Pemuda dan Olahraga; Indeks Pembangunan Manusia.

ABSTRACT: “An Analysis on Youth Development Index and its Dimensions in Indonesia”. Legally formal,
the youth development in Indonesia refers to Law No.40 of 2009 on Youth. Soon after the birth of this law, the
National Development Planning Agency conducted a study in 2009, which among other things concluded still
overlapping realities of youth programs in some Ministries and/or Institutions in Indonesia. The aim of this
study is to identify the dimensions and indicators of youth development in Indonesia related to formulate the
Youth Development Index. Based on the indicator reference of youth development from the UN (United Nations),
recommended items are 6 dimensions and 64 indicators of youth development outcomes. Furthermore, from
this study was gained 4 core dimensions and 8 core indicators that have been formulated to contribute the Youth
Development Index successfully in Indonesia. Measurements of index were conducted nationwide to analyze the
implementation of development policies. In addition, through measuring index can be determined also the role
of dimensions and indicators towards the success rate of development, so that it becomes the subject of specific
evaluation and direction in managing the development of youth next. The development in this context is not only
meaning to optimizing or increasing the role of youth participation in development based on their potentials,
but also meaning in the context of preparing the bright future of Indonesia.
KEY WORD: Development Indicator; Indonesian Youth; Youth Development; Ministry of Youth and Sports;
Human Development Index.

About the Author: Esa Sukmawijaya, M.Si. adalah Kepala Bidang Pengembangan pada ASDEP (Asisten Deputi)
Peningkatan Sumber Daya Pemuda, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda KEMENPORA RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia), Jalan Gerbang Pemuda No.3 Senayan, Jakarta 10270, Indonesia. Alamat emel: esajaya@yahoo.com
How to cite this article? Sukmawijaya, Esa. (2015). “Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan Kepemudaan
di Indonesia” in SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Vol.1(2) October, pp.165-
188. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, ISSN 2407-7348.
Chronicle of the article: Accepted (September 12, 2015); Revised (October 15, 2015); and Published (October 28, 2015).

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 165
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

PENDAHULUAN dan cukup memadai guna pengukuran


Secara legal-formal, pembangunan kinerja unit organisasi yang bersangkutan,
kepemudaan di Indonesia merujuk pada yaitu: spesifik, dapat dicapai, relevan,
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 menggambarkan keberhasilan sesuatu
tentang Kepemudaan (Kemenpora RI, yang diukur, dan dapat dikuantifikasi dan
2011). Segera setelah undang-undang ini diukur. Menurut Modul Langkah Teknis
lahir, Bappenas RI (Badan Perencanaan Penyusunan Program dan Kegiatan dari
Pembangunan Nasional Republik Bappenas RI (tanpa tahun), indikator
Indonesia) melakukan kajian pada tahun outcome mencerminkan indikator output
2009, yang antara lain menyimpulkan terpenting. Indikator outcome merupakan
kenyataan tentang masih tumpang- pula composite index dari indikator output.
tindihnya program kepemudaan di beberapa Indeks gabungan, atau composite indexes,
K/L (Kementerian/Lembaga). Kemenpora diperoleh dengan membobot output
RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga (Bappenas RI, t.th.).
Republik Indonesia), dalam hal ini, dinilai Kemenpora RI sendiri bekerjasama
belum optimal menjalankan fungsi leading dengan BPS (Badan Pusat Statistik), yang
actor pembangunan kepemudaan (Setneg RI, selama ini telah menerbitkan statistik
1982; Kemenegpora RI, 1994; Kemenpora RI, kepemudaan berkaitan dengan dimensi
2009; Setneg RI, 2010; dan BPO Kemenpora pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan
RI, 2011). Di sisi lain, Bappenas RI juga pemuda, bahkan pada tahun-tahun tertentu
nenemukan fakta tentang belum adanya juga melaporkan tingkat partisipasi pemuda
aturan operasional legal pembangunan dalam pembangunan (Kusdinar et al., 2010).
kepemudaan (Bappenas RI, 2009). Data-data ini sangat relevan dan urgen,
Sebagai instansi pemerintah, Kemenpora jika selanjutnya dianalisis untuk bahan
RI wajib menetapkan IKU (Indikator pengambilan kebijakan kepemudaan dengan
Kinerja Utama) untuk memperoleh base line yang jelas dan terukur secara
informasi kinerja yang penting dan kuantitatif.
diperlukan dalam menyelenggarakan Sementara itu, S. Wirokartono et
manajemen kinerja secara baik. Selain itu, al. (2010) menegaskan bahwa secara
IKU juga merupakan ukuran keberhasilan kuantitatif, kinerja pembangunan manusia
dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran dalam dimensi ekonomi, pendidikan,
strategis organisasi, yang digunakan dan kesehatan dapat ditangkap melalui
untuk perbaikan kinerja dan peningkatan IPM (Indeks Pembangunan Manusia).
akuntabilitas kinerja (LAN, 2008). Namun secara kualitatif dan strategis,
Hal ini sebagaimana diatur pada tantangan mendasarnya adalah bagaimana
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan memperbaiki mutu pembangunan di sektor-
Aparatur Negara Nomor: PER/09/M. sektor penunjang IPM dan yang relevan
PAN/2007 tentang Pedoman Umum (Wirokartono et al., 2010).
Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Instansi Pemerintah. Pasal 5 RUMUSAN MASALAH, TUJUAN,
ayat a mengatur bahwa IKU pada tingkat MANFAAT, DAN LINGKUP
Kementerian Negara/Departemen/ PENELITIAN
LPND atau Lembaga Pemerintah Non Berdasarkan latar belakang permasalahan
Departemen/Pemerintah Provinsi/ di atas, maka penelitian ini akan menjawab
Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota, tiga pertanyaan pokok, sebagai berikut: (1)
sekurang-kurangnya adalah indikator hasil Dimensi dan indikator apa sajakah yang
(outcome) sesuai dengan kewenangan, dapat digunakan di dalam penyusunan
tugas, dan fungsi masing-masing (dalam indeks pembangunan kepemudaan di
LAN, 2008). Indonesia?; (2) Bagaimana rumusan indeks
Pemilihan IKU harus memenuhi pembangunan kepemudaan di Indonesia
karakteristik indikator kinerja yang baik dengan menggunakan dimensi dan

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
166 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

indikator yang tepat?; serta (3) Bagaimana ASEAN, 2009; Kemenpora RI, 2011; dan
menganalisis indeks pembangunan UNDP, 2012b). Seluruh referensi tersebut
kepemudaan secara kuantitatif dalam akan menganalisis kesesuaian indikator
implikasinya terhadap perumusan kebijakan kuantitatif pengukuran keberhasilan pemuda
pembangunan kepemudaan di Indonesia? dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) yang disandingkan dengan pendapat para
Mengidentifikasi dimensi dan indikator pakar (expert judgement).
pembangunan kepemudaan di Indonesia;
(2) Merumuskan indeks pembangunan KAJIAN TEORITIK
kepemudaan Indonesia dengan Melalui Undang-Undang Nomor
menggunakan dimensi dan indikator 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
yang tepat; serta (3) Menganalisis indeks secara legal-formal, pemuda di Indonesia
pembangunan kepemudaan secara telah didefinisikan sebagai warga negara
kuantitatif dalam implikasinya terhadap Indonesia yang memasuki periode penting
perumusan kebijakan pembangunan pertumbuhan dan perkembangan, yang
kepemudaan di Indonesia. berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
Penelitian ini diharapkan memiliki puluh) tahun. Ketentuan ini diundangkan
dua manfaat sebagai berikut. Pertama, di Jakarta pada tanggal 14 Oktober
secara praktis/empiris, penelitian ini 2009. Dalam hal ini, posisi pemuda yang
diharapkan akan berguna bagi Kemenpora dimaksudkan adalah mereka yang berusia
RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga 16 tahun hingga usia 29 tahun lebih atau
Republik Indonesia), sebagai instansi menjelang usia 30 tahun, namun tidak
pemerintah, dalam menetapkan IKU termasuk yang telah berusia 30 tahun
(Indikator Kinerja Utama) berbasis (Kemenpora RI, 2011).
outcomes sebagai alat ukur keberhasilan Sementara itu, PBB (Perserikatan Bangsa-
pembangunan kepemudaan yang bersifat Bangsa), sebagaimana tertuang pada Youth
lintas Kementerian/Lembaga. Kedua, Related Indicators (UN, 1983), memiliki
secara akademis, penelitian ini diharapkan definisi sendiri tentang pemuda, yakni
bermanfaat dalam menelaah pembangunan penduduk laki-laki dan perempuan yang
kepemudaan secara ilmiah dan terstandar, berusia antara 15-24 tahun. Rumusan usia
baik secara nasional maupun global. pemuda ini merupakan periode transisi
Penelitian ini, dalam rangka menjawab antara anak-anak dan dewasa (UN, 1983).
dua harapan tersebut, menggunakan studi Menurut laporan PBB pada dokumen
literatur terbaru dan wawancara dengan World Programme of Action for Youth (UN,
responden/informan terseleksi pada rentang 2010), pada tahun 1995, kelompok usia
waktu bulan April sampai dengan Juli 2012. pemuda diperkirakan berjumlah sekitar 1.03
Secara kualitatif dan kuantitatif (Creswell, miliar atau 18 persen dari total penduduk
2003), juga dilakukan analisis dimensi dunia. Mayoritas dari populasi kaum muda
dan indikator yang tepat untuk mengukur dunia (84 persen pada tahun 1995) tinggal
pembangunan kepemudaan di Indonesia. di negara-negara berkembang. Angka ini
Pada penelitian ini, alat ukur tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 89
dirumuskan dengan indeks komposit berupa persen pada tahun 2025 (UN, 2010).
IPP (Indeks Pembangunan Pemuda). “Indikator”, menurut KBBI: Kamus
Adapun patokan utama rumusan Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
indeks mengacu pada kajian Undang- sesuatu yang dapat memberikan (menjadi)
Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang petunjuk atau keterangan (Kemendiknas RI,
Kepemudaan; Millenium Development 2008). Hal ini memiliki kesamaan substantif
Goals; Human Development Index; Youth dengan pengertian “indikator” yang ditulis
Development Index; serta perspektif oleh A.S. Hornby (2005) dalam Oxford
pemuda sebagai human resources (cf Advanced Learner’s Dictionary, dimana
UN, 1983, 2002, dan 2010; Secretariat of dinyatakan bahwa indicator adalah:

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 167
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

[...] a sign that shows you what something Pengukuran adalah sebuah proses
is like or how a situation is changing. The di mana keadaan, tingkat, atau kondisi
economic indicators are better than expected
(Hornby, 2005). beberapa atribut atau karakteristik sebuah
objek studi atau penelitian diekspresikan.
Dalam referensi yang ada, berkenaan Proses pengukuran itu sendiri bisa berupa
dengan “indikator sosial”, dibedakan antara penilaian yang bersifat subjektif atau
objective social indicators dengan subjective objektif, atau kombinasi keduanya, terhadap
social indicators. Dalam konteks ini, K.B. atribut dari objek penelitian atau studi, dan
Beesley & L.H. Russwurm (1981), dan memerlukan beberapa konseptualisasi dari
dikutip juga oleh Roosmalawati et al. (1993), varabel, di samping metode (operational
mengartikan objective social indicators definition) untuk pengukurannya sendiri
sebagai berikut: (Roosmalawati et al., 1993).
Sejak tahun 1950, berbagai teori
[...] observable, tangible occurrences of a pembangunan telah dikembangkan yang
phenomenon, usually measured on an interval didasarkan atas anggapan bahwa konsep
or ratio scale, and “amenable” to “usual” (i.e.
pembangunan di negara-negara maju tidak
parametric) data analysis technique (e.g. time
series, arrest statistics, or money income levels dapat serta-merta diterapkan di negara-
(Beesley & Russwurm, 1981; dan Roosmalawati negara berkembang, begitu juga sebaliknya.
et al., 1993). Hal ini sebagaimana ditelaah oleh Michael
P. Todaro & Stephen C. Smith (2009),
Sedangkan subjective social indicators, yang mengutarakan bahwa pembangunan
menurut K.B. Beesley & L.H. Russwurm dimaknai sebagai:
(1981) dan Roosmalawati et al. (1993),
didefinisikan sebagai berikut: [...] both a physical reality and a state
of mind. The meaning and objectives of
[...] are based on individuals’ feelings about development include the provision of basic
and perception of their reality, usually needs, reducing inequality, raising living
measured on an ordinal scale, e.g. perception standards through appropriate economic
of safety relative deprivation or satisfaction growth, improving self-esteem in relation
with various domains of life (Beesley & to the developed countries, and expanding
Russwurm, 1981; dan Roosmalawati et al., freedom of choice in the market and beyond.
1993). Empirical evidence are presented, supporting
the new approach that, on average, people
Indikator sosial mengacu secara feel happier and more satisfied in life with
increased income.
langsung pada dinamika masyarakat; dan The United Nations has developed an
oleh karenanya harus diformulasikan agenda for economic development in the new
berdasarkan terminologi pembangunan millennium that includes a set of six goals:
sosial dan/atau perubahan sosial. eradicating poverty, advancing literacy,
Sementara konsep perubahan sosial dapat promoting gender equality, reducing child
mortality, improving maternal health, and
diperlakukan sebagai konsep yang bebas combating communicable diseases (Todaro &
nilai, pembangunan sosial mengarah pada Smith, 2009).
tujuan-tujuan tertentu, dan oleh karenanya
merupakan konsep yang penuh nilai. Indikator Pembangunan Manusia.
Indikator-indikator pembangunan sosial Mengenai IPM (Indikator Pembangunan
tidak hanya memiliki dua arah, tetapi Manusia), salah satu badan PBB
juga memiliki dua dimensi sesuai dengan (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yakni UNDP
nilai-nilai yang dikandungnya. Karena (United Nations Development Programme),
itu, sebuah indikator pembangunan bisa sejak tahun 1990, telah menerbitkan suatu
sekaligus mengindikasikan kemajuan indikator yang menggabungkan faktor
atau kemunduran suatu pembangunan ekonomi (pendapatan nasional) dan faktor
(cf Soewartoyo, 1999; Abdullah, 2005; non-ekonomi (kesehatan dan pengetahuan),
Kintamani, 2008; Tuwo et al., 2010; dan yang mempengaruhi pengembangan
Harahap, 2011). manusia, yaitu HDI atau Human

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
168 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Development Index (UN, 2002; dan UNDP, yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
2012a). HDI ini kemudian dipublikasikan fenomena serta hubungan-hubungannya.
setiap tahun oleh UNDP dalam bentuk Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk
Human Development Report (cf LAN, mengembangkan dan menggunakan model-
2008; dan UNDP, 2012a). model matematis, teori-teori, dan/atau
Dalam pada itu, A. Davies & G. Quinlivan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
(2006) mengartikan IPM atau HDI sebagai alam (Creswell, 2003).
pengukuran perbandingan dari harapan Proses pengukuran adalah bagian
hidup, melek huruf, pendidikan, dan yang sentral dalam penelitian kuantitatif,
standar hidup untuk semua negara seluruh karena hal ini memberikan hubungan yang
dunia. IPM atau HDI digunakan untuk fundamental antara pengamatan empiris
mengklasifikasikan apakah sebuah negara dan ekspresi matematis dari hubungan-
adalah negara maju, negara berkembang, hubungan kuantitatif (Mutohir et al., 2007;
atau negara terbelakang; dan juga untuk dan Rahardjo, 2010). Untuk mempertajam
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan analisis permasalahan, maka dilakukan
ekonomi terhadap kualitas hidup (Davies & wawancara terhadap beberapa informan
Quinlivan, 2006). yang sebelumnya telah mengisi kuesioner
Pada tanggal 12-13 Desember 2011, penelitian.
PBB telah menyelenggarakan Expert Populasi dan Sampel. Pada
Group Meeting guna membahas Indikator penghitungan Indeks Pembangunan
Kuantitatif terkait Program Aksi Dunia Kepemudaan Indonesia tahun 2010,
untuk Pemuda, di New York, Amerika dipergunakan data sekunder berdasarkan
Serikat. Pertemuan ini diselenggarakan Sensus Penduduk 2010 oleh BPS (Biro
berkenaan dengan resolusi Majelis Umum Pusat Statistik). Karena itu, pernyataan
PBB Nomor 65/312, di mana Majelis populasinya adalah: (1) Populasi survey
Umum PBB mengadopsi dokumen hasil terdiri dari seluruh pemuda yang berada
The High-Level Meeting on Youth: di seluruh Indonesia; serta (2) Populasi
Dialogue and Mutual Understanding, yang targetnya adalah seluruh pemuda berusia
diselenggarakan pada tanggal 25-26 Juli 16-30 tahun, yang pada tahun 2010 berada
2011 (UN, 2011). di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Rapat merekomendasikan 34 indikator Karena penelitian dilakukan terhadap
utama dan 15 indikator tambahan dalam 9 data sekunder untuk seluruh pemuda di
bidang prioritas, berikut ini: pendidikan, Indonesia, maka sampelnya adalah populasi
pekerjaan, kemiskinan dan kelaparan, itu sendiri.
kesehatan, penyalahgunaan obat, kenakalan Operasionalisasi Konsep/Variabel.
remaja, globalisasi, teknologi informasi dan Variabel dan Sub-Variabel dalam hal ini
komunikasi, serta HIV/AIDS atau Human dinyatakan sebagai Dimensi dan Indikator
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune pembangunan kepemudaan menyatakan
Deficiency Syndrome (cf UN, 2010 dan 2011). area prioritas kepemudaan yang dinyatakan
secara operasional sebagai berikut:
METODE PENELITIAN “Indikator pembangunan kepemudaan
Pendekatan Penelitian. Sebagaimana menyatakan sub dimensi yang memberikan
tesis karya Juni Supriyanto (2009), indikasi tentang suatu dimensi”. Adapun
penelitian ini juga menggunakan pendekatan rumusan IPP (Indikator Pembangunan
kualitatif, yakni membahas aspek-aspek apa Pemuda) merupakan formula pencapaian
saja yang menjadi perhatian dan prioritas pembangunan kepemudaan berdasarkan
dalam pembangunan pemuda Indonesia. rata-rata sederhana dari indeks setiap
Selain itu digunakan pula penendekatan dimensi yang telah ditentukan dengan bobot
kuantitatif. Dalam konteks ini, J.W. Creswell tertentu pula untuk setiap indeksnya.
(2003) menyatakan bahwa penelitian Pengumpulan Data. Kuesioner
kuantitatif merupakan penelitian ilmiah penelitian disusun dengan merujuk pada

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 169
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

rekomendasi atau hasil diskusi expert dimensi sesuai pilihan ahli (expert
group dari PBB (Perserikatan Bangsa- judgement), dan dianalisis kesesuaiannya
Bangsa), pada bulan Desember 2011, dengan Undang-Undang Kepemudaan,
tentang indikator kuantitatif pengukuran MDGs (Millenium Developmet Goals), dan
keberhasilan pembangunan kepemudaan Youth Development Index sebagai hasil
(UN, 2011). Referensi ini dipilih karena perumusan PBB (Perserikatan Bangsa-
secara substantif sudah menegaskan Bangsa), dan Human Development Index
identifikasi indikator pembangunan (UN, 1983 dan 2002; Secretariat of ASEAN,
kepemudaan melalui kajian yang cukup 2009; dan Kemenpora RI, 2011).
lama. Lima belas dimensi prioritas untuk Berdasarkan dimensi yang terpilih,
pembangunan kepemudaan yang ditetapkan ditentukan indikatornya secara tepat.
PBB, pada tahun 2000, dipersempit menjadi Ketepatan di sini selain merujuk pada
sembilan dimensi, yakni: Pendidikan, studi literatur, didasarkan pula pada
Ketenagakerjaan, Kemiskinan dan ketersediaan data. Mengingat bahwa dimensi
Kelaparan, Kesehatan, Penyalahgunaan dan indikator ini akan diformulasikan
Obat, Kenakalan, Globalisasi, Teknologi ke dalam IPP (Indeks Pembangunan
Informasi dan Komunikais, dan HIV/AIDS Pemuda), maka perlu ditetapkan indikator
atau Human Immunodeficiency Virus/ inti dan penunjang. Indikator inti akan
Acquired Immune Deficiency Syndrome. menjadi komponen penyusunan rumus
Wawancara dilakukan terhadap 16 IPP. Sedangkan indikator penunjang
informan, yang sebelumnya merangkap akan menjadi alat ukur pembangunan
sebagai responden. Sejumlah pertanyaan kepemudaan secara komperhensif.
diajukan untuk menggali alasan pengisian IPP sendiri dirumuskan secara
setiap dimensi, baik yang berkaitan dengan sederhana agar secara praktis dapat dihitung
persetujuan dan ketidaksetujuan maupun dan diketahui indeksnya. Indeks hasil
alasan untuk penambahan dan pengusulan perhitungan dapat menjadi alat analisis untuk
dimensi yang baru. mengevaluasi keterlaksanaan pembangunan
Referensi utama pengumpulan data kepemudaan dalam konteks penyempurnaan
ini, sekali lagi, adalah hasil expert group program-program kepemudaan mendatang.
meeting dari PBB, bulan Desember 2011, Adapun perumusan IPP dapat dilakukan
tentang indikator kuantitatif pengukuran sebagai berikut.
keberhasilan pembangunan kepemudaan Pertama, Penentuan Bobot Angka IPP.
(UN, 2011). Referensi ini diuji kecocokannya Berdasarkan perolehan angka persentase
dengan kondisi Indonesia oleh para ahli pada poin 3.5.1. ditentukan bobot angka
(expert judgement). Selain itu, rujukan IPP yang dituangkan dalam bentuk tabel
lainnya adalah Undang-Undang Nomor bobot dimensi dan indikator. Angka IPP
40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dihitung dengan merujuk pada dimensi dan
(Kemenpora RI, 2011). Di sisi lain, literatur indikator yang telah diberikan pembobotan.
tentang rumusan Youth Development Adapun langkah-langkah penghitungan
Index, Human Development Index, serta IPP terdiri dari empat tahapan berikut: (1)
target-target MDGs (Millenium Developmet Menghitung koefisien setiap dimensi; (2)
Goals) kepemudaan dari PBB juga turut Menghitung indeks setiap indikator, dimana
menjadi literatur utama dalam menentukan dalam penghitungan indeks setiap indikator
dimensi dan indikator yang tepat untuk terdiri dari langkah-langkah menghitung
pembangunan kepemudaan di Indonesia (cf nilai aktual indikator, menghitung indeks
UN, 1983 dan 2002; Secretariat of ASEAN, setiap indikator sebelum pembobotan yang
2009; dan UNDP, 2012b). selanjutnya ditentukan nilai maksimum dan
Penentuan Dimensi dan Indikator. nilai minimum indikator, serta menghitung
Penentuan dimensi dan indikator indeks indikator setelah pembobotan;
pembangunan kepemudaan yang tepat (3) Menghitung indeks dimensi; dan (4)
ditempuh dengan melakukan pemeringkatan Menghitung indeks komposit untuk IPP.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
170 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 1:
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Kepemudaan

No Tingkatan Status Kriteria


1 Rendah IPP < 50
2 Menengah Bawah 50 ≤ IPP < 66
3 Menengah Atas 66 ≤ IPP < 80
4 Tinggi IPP ≥ 80

Kedua, Penentuan Tingkatan Status IPP. Bangsa-Bangsa) yang membahas indikator


Dengan merujuk pada Human Development kuantitatif untuk The World Programme
Index, sebagai tahap akhir pengukuran of Action for Youth, yang diselenggarakan
pembangunan kepemudaan adalah di New York, Amerika Serikat, pada tanggal
menentukan tingkatan status pembangunan 12-13 Desember 2011, telah menyepakati
kepemudaan dengan kriteria sebagaimana rumusan indikator pembangunan
tercantum pada tabel 1. kepemudaan (UN, 2011). Indikator ini secara
Ketiga, Analisis IPP. Dalam menganalisis kuantitatif dapat digunakan untuk mengukur
hasil pengukuran pembangunan pembangunan kepemudaan dalam kaitannya
kepemudaan hanya menggunakan analisis dengan pendidikan, ketenagakerjaan,
deskriptif, yaitu menguraikan beberapa hal, kemiskinan, kesehatan, teknologi infomasi
diantaranya: (1) Besarnya IPP; (2) Posisi IPP dan komunikasi, kenakalan remaja dan
secara nasional; (3) Dimensi yang indeksnya penyalahgunaan obat, serta globalisasi.
menyumbang secara dominan, melalui Hasil identifikasi rumusan dimensi dan
bobot yang diperoleh terhadap rumusan IPP, indikator yang diturunkan dari pendapat
dan demikian pula perlu dianalisis dimensi para ahli PBB, setelah diterjemahkan,
yang berada dalam posisi sebaliknya; (4) diuraikan sebagaimana berikut:
Indikator yang menyumbang dimensi secara Dimensi Pendidikan: (1) Tingkat melek
dominan yang tercermin dari perolehan huruf pemuda, setiap jenis kelamin; (2)
bobotnya, demikian pula sebaliknya, lebih Rata-rata transisi dari tingkat pendidikan
dari 50 persen dari bobot yang ditargetkan; dasar sampai pendidikan menengah,
serta (5) Analisis tingkat pertumbuhan. setiap jenis kelamin; (3) Rasio pendaftaran
Analisis yang terakhir ini, yakni tingkat pendidikan menengah, setiap jenis kelamin;
pertumbuhan, digunakan untuk mengkaji (4) Tingkat pendaftaran/partisipasi pemuda;
kemajuan dan pencapaian setelah penerapan (5) Rasio kelulusan bruto untuk pendidikan
berbagai kebijakan, strategi, dan program menengah atas, setiap jenis kelamin; (6)
kepemudaan, yang diimplementasikan Rasio pendaftaran bruto untuk pendidikan
dalam suatu periode. Dalam hal ini, tinggi, setiap jenis kelamin; (7) Tingkat
kemajuan dan pencapaian pembangunan kemahiran dalam membaca, matematika,
kepemudaan dikaitkan terhadap sasaran dan ilmu pengetahuan, setiap jenis kelamin;
yang ideal (nilai 100). serta (8) Tingkat pendidikan penduduk 15-
Pengukuran tingkat kemajuan pencapaian 24 tahun.
sasaran ideal dihitung setiap periode/ Dimensi Ketenagakerjaan, dengan
tahun, misalnya setiap tahun disebut indikator sebagai berikut: (1) Tingkat
reduksi shortfall per tahun, yang merupakan pengangguran pemuda, setiap jenis kelamin;
gambaran berbanding dari kemajuan (2) Rasio tingkat pengangguran pemuda
pencapaian atau kinerja pembangunan terhadap penduduk dewasa; (3) Tingkat
kepemudaan di suatu wilayah. partisipasi angkatan kerja pemuda, setiap
jenis kelamin; (4) Keberadaan jumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN pemuda, baik dalam pendidikan maupun
Analisis Dimensi dan Indikator. pekerjaan, setiap jenis kelamin, di perkotaan
Pertemuan kelompok ahli PBB (Perserikatan dan pedesaan; (5) Pemuda miskin yang

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 171
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

bekerja, setiap jenis kelamin; (6) Rasio Kesehatan Dunia; (11) Persentase remaja
pemuda yang bekerja terhadap seluruh yang melakukan aktivitas fisik secara aktif
populasi penduduk; serta (7) Jumlah selama minimal 60 menit per hari, dalam 7
pemuda yang terlibat dalam jenis pekerjaan hari terakhir; (12) Persentase remaja yang
yang rentan. mengalami cedera serius seperti lalu-lintas
Dimensi Kemiskinan dan Kelaparan, jalan, kekerasan, dalam dua belas bulan
dengan indikator sebagai berikut: (1) terakhir; serta (13) Persentase pemuda
Persentase anak muda yang hidup dalam usia 15-24 tahun yang telah menggunakan
kemiskinan ekstrim atau di bawah garis layanan kesehatan, setidaknya sekali dalam
kemiskinan, secara nasional; (2) Persentase 12 bulan terakhir.
kaum muda kehilangan tempat tinggal Dimensi Penyalahgunaan Obat, dengan
yang memadai, setiap jenis kelamin; (3) indikator sebagai berikut: (1) Prevalensi
Persentase kaum muda kehilangan sanitasi, tahunan penggunaan narkoba dan
di perkotaan dan pedesaan; (4) Persentase ketergantungan obat di kalangan pemuda,
kaum muda kehilangan pasokan air yang menurut jenis obat, setiap jenis kelamin; (2)
dilindungi, di perkotaan dan pedesaan; (5) Jumlah pemuda yang ditahan oleh otoritas
Akses pemuda terhadap listrik; serta (6) sipil sehubungan dengan kejahatan terkait
Akses pemuda terhadap transportasi. obat tahunan, setiap jenis kelamin; serta
Dimensi Kesehatan, dengan indikator (3) Persentase remaja yang melaporkan
sebagai berikut: (1) Jumlah pemuda yang penggunaan ganja, setidaknya sekali dalam
meninggal karena kecelakaan lalu-lintas, sebulan terakhir.
kekerasan seperti pembunuhan dan Dimensi Kenakalan Pemuda, dengan
konflik, dan bunuh diri secara sengaja, indikator tunggal, yakni: jumlah penduduk
setiap jenis kelamin; (2) Tingkat kematian 15-24 tahun yang ditahan karena terlibat
ibu untuk semua wanita berusia 15-49 tindakan kriminal, setiap jenis kelamin.
tahun, dengan MDG, atau Millenium Dimensi Globalisasi, dengan indikator
Developmet Goal, 5.1; (3) Tingkat wanita sebagai berikut: (1) Pemuda pendatang,
usia remaja yang melahirkan, wanita usia jumlah dan sebagai persentase dari pemuda
15-19 tahun, dengan MDG 5.4; (4) Proporsi total, jenis kelamin masing-masing; serta (2)
kelahiran dari ibu, usia 15-24 tahun, yang Jumlah mahasiswa yang studi ke luar negeri
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, di atau outbound, setiap jenis kelamin.
perkotaan dan pedesaan, dengan MDG 5.2; Dimensi Teknologi Informasi dan
(5) Tingkat penggunaan alat kontrasepsi Komunikasi, dengan indikator: (1) Persentase
seksual modern di kalangan remaja aktif kaum muda dengan akses setiap hari untuk
usia 15-24 tahun, dengan MDG 5.3; (6) telepon selular, di perkotaan dan pedesaan;
Persentase remaja pemabuk, satu atau (2) Persentase remaja yang menggunakan
beberapa kali selama hidup mereka, setiap komputer di setiap lokasi pada minggu
jenis kelamin; (7) Persentase anak muda lalu atau bulan lalu, setiap jenis kelamin,
yang merokok, satu atau lebih rokok dalam di perkotaan dan pedesaan; (3) Persentase
30 hari terakhir, setiap jenis kelamin; (8) remaja yang menggunakan internet dari setiap
Persentase kaum muda yang kelebihan lokasi pada minggu lalu atau bulan lalu, setiap
berat badan, > 1 standar deviasi menurut jenis kelamin, dengan MDG, atau Millenium
standar Organisasi Kesehatan Dunia, setiap Developmet Goal, 8.16; (4) Pemberian
jenis kelamin; (9) Persentase perempuan perlindungan terhadap pemuda dari dampak
usia 15-24 tahun yang sudah menikah, yang negatif keberadaan dan penggunaan TIK atau
telah memenuhi kebutuhan mereka akan Teknologi Informasi dan Komunikasi; serta
pentingnya program keluarga berencana; (5) Disagregasi TIK penggunaan internet
(10) Persentase kaum muda yang dianggap oleh pemuda, menurut penggunaan lokasi
kekurangan berat badan, > 1 standar deviasi penggunaan dan jenis aktivitas.
di bawah rata-rata usia dan jenis kelamin, Dimensi HIV/AIDS, atau Human
dengan menggunakan pedoman Organisasi Immunodeficiency Virus/Acquired Immune

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
172 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 2:
Peringkat Nominasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan

Ranking Dimensi Persentase Rata-rata Keterangan


1 Pendidikan 24.90
2 Ketenagakerjaan 16.13
3 Kesehatan 14.83
4 Kemiskinan dan Kelaparan 8.67
5 Teknologi Informasi dan Komunikasi 6.82
6 Globalisasi 4.95
7 Penyalahgunaan Obat 4.95
8 Kenakalan Pemuda 4.75
9 Peran Politik Kepemimpinan/Kepeloporan 4.00
10 HIV/AIDS 3.83
11 Kewirausahaan 3.33
12 Lingkungan 1.00
13 Riset Inovatif 1.00
14 Agama 0.83
Catatan: Dimensi yang berhuruf miring merupakan tambahan dimensi dari responden tertentu.

Deficiency Syndrome, dengan indikator atau sinkronisasinya dengan faktor atau


sebagai berikut: (1) Tingkat prevalensi HIV perspektif, antara lain Human Resources,
di kalangan pemuda, setiap jenis kelamin, Undang-Undang Kepemudaan, Human
dengan MDG 6.1; (2) Persentase kaum muda Development Index, dan Millenium
dengan pengetahuan komperhensif tentang Development Goals. Hasilnya tersaji pada
HIV/AIDS, setiap jenis kelamin, dengan tabel 3.
MDG 6.3; serta (3) Persentase pemuda yang Hal-hal yang dapat ditegaskan
menggunakan kondom saat berhubungan seks sebagai hasil analisis nominasi dimensi
terakhir yang berisiko tinggi, dengan MDG 6.2. pembangunan kepemudaan, menurut enam
Pendapat para Pakar Indonesia. perpektif, adalah sebagai berikut:
Kuesioner penelitian disebarkan kepada Pertama, Dimensi Pendidikan,
sejumlah ahli yang kompeten di bidangnya Ketenagakerjaan, dan Kesehatan
masing-masing. Kriteria “ahli” di sini adalah diakomodir oleh seluruh perspektif.
orang yang berpengalaman di bidangnya. Bahkan menurut T. Abdullah, M. Yasin
Selanjutnya, berdasarkan kriteria tersebut, & H.A.R. Tilaar (1991), dan juga dikutip
ditentukan 16 (enam belas) orang pakar, oleh Roosmalawati et al. (1993), dalam
yang berkenan mengisi kuesioner. Mereka pendekatan perspektif pemuda sebagai
ditempatkan posisinya sebagai expert human resources, ketiga dimensi ini
atau professional judgement dan telah merupakan indikator atau dimensi inti
memberikan masukan yang valid terhadap (Abdullah, Yasin & Tilaar, 1991; dan
penentuan dimensi dan indikator yang Roosmalawati et al., 1993).
tepat berkaitan dengan pembangunan Kedua, Dimensi Kemiskinan dan
kepemudaan. Kelaparan digabungkan ke dalam dimensi
Berdasarkan pendapat para ahli diperoleh Ketenagakerjaan, karena memiliki
data bahwa peringkat dimensi pembangunan kemiripan indikator, yang mencerminkan
kepemudaan adalah sebagai nampak dalam standar kehidupan yang layak, sebagaimana
tabel 2. ditegaskan oleh konsep Youth Development
Selanjutnya, dimensi-dimensi dalam tabel Index. Penggabungan dimensi ini diusulkan
2 tersebut dilakukan analisis kesesuaian juga oleh tiga pakar, yaitu D. Effendi

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 173
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 3:
Analisis Sinkronisasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan

Rata-rata
Ranking Dimensi HR UU 40/2009 HDI YDI MDG Renstra
(%)
1 1 24.90 √ Pasal 8, 17, 19, 23, 24, √ √ √ √
25, dan 26
2 2 16.13 √ Pasal 30 √ √ √ √
3 3 14.83 √ Pasal 3 √ √ √ √
4 4 8.67 - Pasal 30 - √ √ √
5 5 6.82 - Pasal 17 dan 25 - - √ √
6 6 4.95 - Pasal 22 - - √ √
7 7 4.95 - Pasal 20, 30, dan 47 - - - √
8 8 4.75 - Pasal 20, 30, dan 47 - - - √
9 9 4.00 - Pasal 17, 20, 26, 29, 30, - √ - √
33, 34, 35, 39, 40, 41,
42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, dan 49
10 10 3.83 - Pasal 20 - √ √ √
11 11 3.33 - Pasal 17, 19, 23, 25, 27, - - - √
30, 47, dan 51
12 12 1.00 - Pasal 17 dan 47 - - √ √
13 13 1.00 - Pasal 25 dan 30 - - - √
14 14 0.83 - Pasal 17 dan 25 - - - √
Catatan: HR = Human Resources; UU = Undang-Undang; HDI = Human Development Index; YDI = Youth
Development Index; MDG = Millenium Developmet Goal; dan Renstra = Rencana Strategis. Sedangkan
untuk kode penomoran Dimensi adalah sebagai berikut: (1) Pendidikan; (2) Ketenagakerjaan; (3) Kesehatan;
(4) Kemiskinan dan Kelaparan; (5) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (6) Globalisasi; (7) Penyalahgunaan
Obat; (8) Kenakalan Pemuda; (9) Peran Politik Kepemimpinan/Kepeloporan; (10) HIV/AIDS atau Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome; (11) Kewirausahaan; (12) Lingkungan;
(13) Riset inovatif; dan (14) Agama.

(wawancara, 11/4/2012); Titik Handayani Republik Indonesia), Tahun 2010-2014,


(wawancara, 17/6/2012); dan Ujang Jaelani seluruh nominasi dimensi tersebut sangat
(wawancara, 3/7/2012). Titik Handayani, bersesuaian. Dalam hal ini, dimensi Peran
misalnya, berpendapat bahwa kedua Politik Pemuda dalam Kepemimpinan
dimensi tersebut mewakili perspektif yang dan Kepeloporan, sangat diprioritaskan
sama secara ekonomi. Sementara itu, karena banyak tercantum secara tersurat dan
Ujang Jaelani menegaskan bahwa secara tersirat pada Undang Undang Kepemudaan
statistik, indikator yang dipergunakan untuk (Kemenpora RI, 2011). Dimensi
mengukur dimensi Ketenagakerjaan Kewirausahaan pula dapat digabungkan
serta Kemiskinan dan Kelaparan dengan dimensi Peran Politik Pemuda,
memiliki makna atau fungsi penjelasan dengan alasan bahwa pemuda yang mandiri
pada suatu kondisi yang sesungguhnya secara ekonomi (berjiwa enterpreneur)
sama (wawancara dengan Ujang Jaelani, sangat dituntut perannya untuk mengangkat
3/7/2012). Untuk selanjutnya, dimensi yang martabat pemuda di sekitarnya, yang
dianggap mewakili seluruh kondisi adalah bermasalah (penganguran membuka
dimensi Kelayakan Hidup. peluang peningkatan kriminalitas). Peran
Ketiga, secara legal-formal, menurut pemuda lainnya yang cukup penting adalah
Undang Undang Kepemudaan dan melakukan riset inovatif dan hal ini bisa
Rencana Pembangunan Jangka Menengah dikelompokkan ke dalam dimensi yang
2010-2014 yang diturunkan ke dalam sama. Dimensi hasil gabungan adalah
Renstra Kemenpora RI (Rencana Strategis Partisipasi Pemuda, sejalan dengan arah
Kementerian Pemuda dan Olahraga kebijakan pembangunan pada Rencana

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
174 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 4:
Pemeringkatan Nominasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan

No Dimensi Persentase Pembulatan (%)


1 Pendidikan 24.59 25
2 Kelayakan Hidup 24.50 25
3 Kesehatan 15.16 15
4 Faktor Destruktif 14.26 14
5 Teknologi Informasi dan Komunikasi 11.97 12
6 Partisipasi Pemuda 8.76 9

Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 Obat dan Kenakalan Pemuda


(Kemenpora RI, 2010). digabungkan menjadi satu dimensi, yakni
Keempat, khusus untuk dimensi Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Lingkungan perlu mendapatkan catatan Secara tersendiri, dimensi Globalisasi tidak
tersendiri. Hal ini mengingat bahwa aspek untuk dianggap sebagai suatu dimensi. Hal
tersebut sangat penting, karena berkaitan ini menurut pendapat sejumlah pakar, yakni:
secara langsung dengan prinsip-prinsip Adang Suherman (wawancara, 4/4/2012);
pembangunan berkelanjutan (sustainable D. Effendi (wawancara, 11/4/2012); Adiati
development). Dimensi ini sangat berkaitan Nurdin (wawancara, 2/5/2012); Suyadi
erat dengan sosok pemuda sebagai pewaris Pawiro (wawancara, 9/5/2012); Dadang
masa depan. Karena itu, dimensi ini lebih Rizki Ratman (wawancara, 10/6/2012); dan
tepat ditempatkan pada dimensi atau Titik Handayani (wawancara, 17/6/2012).
Partisipasi Pemuda, guna melihat sejauh Dengan demikian, pemeringkatan dimensi
mana peran pemuda dalam pembangunan pembangunan kepemudaan diposisikan
berwawasan lingkungan. sebagaimana terdapat pada tabel 4.
Kelima, dimensi Penyalahgunaan Untuk kepentingan perumusan indeks
Obat, Kenakalan Pemuda, HIV/ berdasarkan dimensi dan indikator
AIDS (Human Immunodeficiency yang tepat, dimensi dan bobotnya telah
Virus/Acquired Immune Deficiency ditetapkan sebagaimana tercantum
Syndrome), dan Agama digabungkan pada tabel 4. Sedangkan bobot indikator
menjadi satu dimensi, yakni Faktor setiap dimensi masih perlu dianalisis
Destruktif. Istilah “faktor destruktif” lagi, sehingga ditemukan indikator inti.
diusulkan oleh Titik Handayani, untuk Penentuan indikator inti untuk setiap
menggambarkan hal-hal yang negatif, dimensi ditempuh melalui analisis studi
sehingga perlu dikembangkan untuk kesesuaian literatur/referensi, seperti: HDI
pembangunan kepemudaan (wawancara (Human Development Index), YDI (Youth
dengan Titik Handayani, 17/6/2012). Dalam Development Index), dan Undang-Undang
hal ini, dimensi Agama yang diusulkan Kepemudaan. Sementara itu, rata-rata
oleh Ujang Jaelani dapat digabungkan pembobotan menurut pendapat para pakar
ke dalam dimensi berkenaan sebagai adalah sebagaimana diuraikan pada tabel 5.
solusi untuk mencegah atau mengatasi Jika tabel 5 tersebut disederhanakan
kemungkinan terjadinya faktor negatif dalam rangka menentukan indikator inti
tersebut (wawancara dengan Ujang Jaelani, atau prioritas untuk setiap dimensi, maka
3/7/2012). Faktor-faktor yang destruktif bagi diperoleh data nominasi seperti pada tabel
pemuda juga sejalan dengan amanat yang 6. Tabel 6 ini mencantumkan indikator yang
tertuang dalam Pasal 20 Undang Undang sesuai dengan referensi yang ada, yakni:
Kepemudaan, bahwa setiap pemuda berhak HDI (Human Development Index), YDI
mendapatkan perlindungan, khususnya dari (Youth Development Index), dan Undang-
pengaruh destruktif (Kemenpora RI, 2011). Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Keenam, dimensi Penyalahgunaan Kepemudaan; serta mendapatkan rata-

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 175
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 5:
Analisis Penentuan Indikator Inti untuk Setiap Dimensi

No Dimensi Bobot Indikator Bobot HDI YDI UU


1 Pendidikan 25 1. 22 V V V
2. 10 - - V
3. 8 - - -
4. 16 V - V
5. 16 - V V
6. 13 - - V
7. 13 - - V
8. 1 - - V
2 Kelayakan Hidup 25 1. 21 - V V
2. 13 - V V
3. 19 - V V
4. 9 - - V
5. 10 - - V
6. 15 - - V
7. 8 - - V
8. 2 - - V
9. 1 - - V
10. 1 - - V
11. 1 - - V
12. 28 - V V
13. 18 - - V
14. 14 - - V
15. 14 - V V
16. 14 - - V
17. 12 - - V
3 Kesehatan 15 1. 9 - - V
2. 12 - - V
3. 10 - - V
4. 12 - - V
5. 8 - - V
6. 7 - - V
7. 7 - - V
8. 6 - - V
9. 6 - - V
10. 4 - - V
11. 8 - - V
12. 6 - - V
13. 6 - - V
4 Faktor Destruktif 14 1. 14 - - V
2. 13 - - V
3. 9 - - V
4. - - - V
5. 11 - - V
6. 11 - V V
7. 5 - - -
8. 1 - - V
9. 29 - - V
10. 4 - - V
11. 4 - - v
5 Teknologi Informasi dan 12 1. 16 - - V
Komunikasi 2. 13 - - V
3. 17 - - V
4. 8 - - V
5. 5 - - V
6. 23 - - V
7. 12 - - V
8. 6 - - V
9. 2 - - V
6 Partisipasi Pemuda 9 1. 13 - V V
2. 22 - V V
3. 9 - - V
4. 33 - - V
5. 11 - - V
6. 12 - - V

Keterangan: HDI = Human Development Index, YDI = Youth Development Index, dan UU = Undang-Undang.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
176 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 6:
Analisis Penentuan Nominasi Indikator Inti Setiap Dimensi

No Dimensi Bobot Indikator Bobot HDI YDI UU


1 Pendidikan 25 1. 22 V V V
4. 16 V - V
5. 16 - V V
2 Kelayakan Hidup 25 1. 21 - V V
2. 13 - v V
3. 19 - v V
12. 28 - v V
15. 14 - V V
3 Kesehatan 15 - - - - -
4 Faktor Destruktif 14 6. 11 - V V
5 Teknologi Informasi 12 - - - - -
dan Komunikasi
6 Partisipasi Pemuda 9 1. 13 - V V
2. 22 - V V
Keterangan: HDI = Human Development Index, YDI = Youth Development Index, dan UU = Undang-Undang.

rata pembobotan yang cukup signifikan “Persentase kaum muda yang kesulitan
(menurut expert judgement). Indikator yang mengakses terhadap air bersih, baik di
tercantum minimal memiliki kesesuaian perkotaan maupun perdesaan” lebih tepat
dengan dua referensi. Jika suatu indikator ditempatkan pada dimensi Kesehatan.
hanya memenuhi salah satu kesesuaian, Dengan pertimbagan yang sama,
maka tidak dimasukkan ke dalam kelompok indikator “Persentase kaum muda dengan
nominasi indikator inti. Lihat tabel 6. pengetahuan komperhensif tentang HIV/
Berdasarkan analisis kesesuaian pada AIDS (Human Immunodeficiency Virus/
tabel 5 dan tabel 6 tersebut, disusun Acquired Immune Deficiency Syndrome),
nominasi Dimensi dan Indikator Inti, untuk setiap jenis kelamin” pun lebih tepat
sebagaimana tercantum pada tabel 7, dengan ditempatkan pada dimensi Kesehatan.
catatan bahwa bobot untuk setiap indikator Dengan demikian, dimensi yang tidak
masih mencantumkan bobot aslinya. memiliki indikator adalah dimensi
Dengan demikian, terlihat bahwa masing- Faktor Destruktif. Adapun dimensi
masing indikator inti tersebut mendapatkan akhir yang muncul sebagai dimensi inti
bobot lebih dari atau sama dengan 11%, adalah Pendidikan, Kelayakan Hidup,
menandakan bahwa memang setiap Kesehatan, dan Partisipasi Pemuda.
indikator mendapatkan pengakuan nominasi Sedangkan dimensi lainnya, yang tetap tidak
yang cukup signifikan dari para ahli. Angka memiliki indikator inti, adalah dimensi
dalam tanda kurung pada setiap indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi
menunjukan nomor semula pada daftar Adapun perhitungan bobotnya mengalami
indikator keseluruhan. perubahan melalui sistem konversi. Jumlah
Menurut perangkaan pada tabel 7 bobot seluruh dimensi inti adalah 74%
tersebut, bobot untuk setiap dimensi sebagai hasil pengurangan dari 100%
masing-masing masih mencantumkan (jumlah persentase seluruh bobot dimensi)
bobot apa adanya, kendatipun dimensi dengan jumlah bobot dimensi Faktor
Kesehatan dan dimensi Teknologi Destruktif sebesar 14% dan bobot dimensi
Informasi dan Komunikasi tidak Teknologi Informasi dan Komunikasi
memiliki indikator. Kondisi ini tentu perlu sebesar 12%. Dengan demikian, perhitungan
dianalisis lebih lanjut agar tidak ditemukan akhir bobot untuk setiap dimensi adalah:
lagi dimensi yang tidak memiliki indikator. (1) Dimensi Pendidikan = 25/74 x
Mengacu pada rumusan YDI 100 = 33.78, dibulatkan menjadi 34; (2)
(Youth Development Index), indikator Dimensi Kelayakan Hidup = 25/74 x

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 177
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 7:
Bobot Nominasi Dimensi dan Indikator Inti

No Dimensi Bobot Indikator Bobot


1 Pendidikan. 25 1. Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis kelamin (1). 22
2. Tingkat partisipasi pendidikan pemuda (4). 16
3. Rasio kelulusan pendidikan menengah atas (5). 16
2 Kelayakan Hidup. 25 1. Tingkat pengangguran terbuka pemuda, setiap jenis 21
kelamin (1).
2. Rasio tingkat pengangguran pemuda terhadap pen- 13
duduk dewasa (2).
3. Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, setiap jenis 19
kelamin (3).
4. Persentase pemuda yang hidup dalam kemiskinan eks- 28
trem/di bawah garis kemiskinan, secara nasional (12).
5. Persentase kaum muda yang kesulitan mengakses terh-
adap air bersih, di perkotaan dan perdesaan (15). 14
3 Kesehatan. 15 - -
4 Faktor Destruktif. 14 Persentase kaum muda dengan pengetahuan komperhensif 11
tentang HIV/AIDS, setiap jenis kelamin (6).
5 Teknologi Informasi 12 - -
dan Komunikasi.
6 Partisipasi Pemuda. 9 1. Persentase pemuda yang berpartisipasi dalam Pemilu 13
(1).
2. Persentase pemuda yang aktif dalam organisasi politik 22
(2).

100 = 33.78, dibulatkan menjadi 34; (3) pengangguran pemuda terhadap penduduk
Dimensi Kesehatan = 15/74 x 100 = 20.27, dewasa” dihapuskan, karena untuk
dibulatkan menjadi 20; dan (4) Dimensi mendapatkan gambaran pengangguran
Partisipasi Pemuda = 9/74 x 100 = 12.16, pemuda sudah terwakili dengan indikator
dibulatkan menjadi 12. pada poin 2 di atas; (3) “Tingkat partisipasi
Sementara itu, penentuan jenis indikator angkatan kerja pemuda, setiap jenis
untuk keempat dimensi di atas ditentukan kelamin”, dengan bobot berdasarkan hasil
sebagai berikut: perhitungan dari rekapitulasi pendapat para
Pertama, dimensi Pendidikan, terdiri ahli sebesar 19; (4) “Persentase pemuda yang
dari indikator: (1) “Tingkat melek huruf hidup dalam kemiskinan ekstrim atau di
pemuda, setiap jenis kelamin”, dengan bobot bawah garis kemiskinan, secara nasional”,
2/3, mengacu pada rumusan HDI atau dengan bobot berdasarkan hasil perhitungan
Human Development Index; dan (2) “Rata- dari rekapitulasi pendapat para ahli sebesar
rata lama sekolah pemuda”, dengan bobot 28; serta (5) “Persentase kaum muda yang
1/3, merujuk pada rumusan HDI, sedangkan kesulitan mengakses terhadap air bersih”
indikator “Tingkat partsipasi pendidikan dihapuskan, karena mengalami kesulitan
pemuda” dan “Rasio kelulusan pendidikan perolehan datanya.
menengah atas” digantikan oleh indikator Hal yang terakhir itu mengingat bahwa
“Rata-rata lama sekolah”, sebagai indikator yang dilakukan BPS (Biro Pusat Statistik)
yang lebih representatif dan mendasar selama ini, melalui SUSENAS (Survey Sosial-
terkait dengan kondisi pendidikan. Ekonomi Nasional) setiap tahun, untuk
Kedua, dimensi Kelayakan Hidup, pendataan mengakses terhadap air bersih
terdiri dari indikator: (1) “TPTP atau Tingkat dilakukan terhadap satuan rumah tangga,
Pengangguran Terbuka Pemuda, setiap jenis bukan kepada perorangan (BPS, 2010).
kelamin”, dengan bobot berdasarkan hasil Perhitungan bobot untuk setiap indikator
perhitungan dari rekapitulasi pendapat pada dimensi Kelayakan Hidup dilakukan
para ahli sebesar 21; (2) “Rasio tingkat dengan menggunakan sistem konversi,

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
178 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 8:
Bobot Dimensi dan Indikator Inti

No Dimensi Bobot Indikator Bobot


1 Pendidikan 34 1. Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis kelamin. 2/3
2. Rata-rata lama sekolah pemuda, setiap jenis kelamin. 1/3
2 Kelayakan Hidup 34 1. Tingkat pengangguran terbuka pemuda, setiap jenis 31
kelamin.
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, setiap jenis 28
kelamin.
3. Persentase pemuda yang hidup dalam kemiskinan 41
ekstrem/di bawah garis kemiskinan, secara nasional.
3 Kesehatan 20 1. Persentase kaum muda dengan pengetahuan 50
komperhensif tentang HIV/AIDS, setiap jenis kelamin.
2. Angka harapan hidup pemuda. 50
4 Partisipasi Pemuda 12 Persentase pemuda yang aktif dalam organisasi 100
kepemudaan.

dengan menggunakan patokan jumlah bobot PEMILU Presiden dan PEMILU Legislatif
seluruh indikator sebesar 68% sebagai hasil untuk tingkat Pusat tidak diadakan setiap
jumlah bobot ketiga indikator inti pada tahun. Sedangkan untuk PEMILU Kepala
dimensi Kelayakan Hidup, sebagaimana Daerah dan Legislatif Daerah, yakni
tercantum pada poin-poin di atas. DPRD, atau Dewan Perwakilan Rakyat
Dengan demikian, bobot untuk setiap Daerah, tidak dilakukan secara serentak
indikator dihitung sebagai berikut: (1) di seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota
Indikator “TPTP atau Tingkat Pengangguran setiap tahun; serta (2) “Persentase pemuda
Terbuka Pemuda, setiap jenis kelamin” = yang aktif dalam organisasi politik” diganti
21/68 x 100 = 30.88, dibulatkan menjadi 31; dengan “Persentase pemuda yang aktif
(2) Indikator “Tingkat partisipasi angkatan dalam organisasi kepemudaan”, karena
kerja pemuda, setiap jenis kelamin” = 19/68 selain mudah mendapatkan datanya, juga
x 100 = 27.94, dibulatkan menjadi 28; dan dianggap lebih mewakili kondisi partisipasi
(3) Indikator “Persentase pemuda yang pemuda dalam perspektif grup/kelompok.
hidup dalam kemiskinan ekstrim atau di Sementara untuk tiga dimensi sebelumnya
bawah garis kemiskinan nasional” = 28/68 x menggambarkan kondisi pemuda secara
100 = 41.18, dibulatan menjadi 41. individual.
Ketiga, dimensi Kesehatan, terdiri Secara matriks, gambaran dimensi dan
dari indikator: (1) “Persentase kaum muda indikator inti pembangunan kepemudaan
dengan pengetahuan komperhensif tentang dapat dilihat pada tabel 8.
HIV/AIDS atau Human Immunodeficiency Penghitungan Angka Indeks
Virus/Acquired Immune Deficiency Pembangunan Kepemudaan. Angka
Syndrome, setiap jenis kelamin”; dan (2) indeks pembangunan kepemudaan dihitung
“Angka harapan hidup”, yang merupakan dengan merujuk pada dimensi dan indikator
indikator baru yang dimunculkan, yang telah diberikan pembobotan. Adapun
mengacu pada rumusan HDI atau Human langkah-langkah penghitungan indeks
Development Index. Perhitungan bobot pembangunan kepemudaan terdiri dari
untuk kedua indikator, masing-masing empat tahapan, sebagai berikut:
dianggap sebesar 50%. Pertama, menghitung koefisien
Keempat, dimensi Partisipasi Pemuda, setiap dimensi. Penghitungan koefisien
terdiri dari indikator: (1) “Persentase dimensi ditentukan berdasarkan rasio
pemuda yang berpartisipasi dalam PEMILU antara bobot dimensi dengan jumlah bobot
atau Pemilihan Umum” dihapuskan, karena masing-masing indikatornya, sebagaimana
datanya tidak dapat diperoleh setiap tahun. dinyatakan pada rumus berikut:

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 179
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 9:
Koefisien Setiap Dimensi

No Dimensi Bobot Indikator Bobot Koefisien


1 Pendidikan 34 1. Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis 67 34/100 = 0.34
kelamin.
2. Rata-rata lama sekolah pemuda, setiap jenis 33
kelamin.
2 Kelayakan Hidup 34 1. Tingkat pengangguran terbuka pemuda, 31 24/100 = 0.34
setiap jenis kelamin.
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, 28
setiap jenis kelamin.
3. Persentase pemuda yang hidup dalam 41
kemiskinan ekstrem/di bawah garis
kemiskinan, secara nasional.
3 Kesehatan 20 1. Persentase kaum muda dengan 50 20/100 = 0.2
pengetahuan komperhensif tentang HIV/
AIDS, setiap jenis kelamin.
2. Angka harapan hidup pemuda. 50
4 Partisipasi 12 Persentase pemuda yang aktif dalam 100 12/100 = 0.12
Pemuda organisasi kepemudaan.

Kn = Wun indikator dan nilai minimumnya dengan


ΣWsn selisih nilai maksimum dan nilai minimum
Di mana:
Kn = Koefisien Dimensi ke-n. indikator yang bersangkutan. Lihat tabel 14.
Wun = Bobot Dimensi ke-n. Secara matematis pula, pernyataan tersebut
Wsn = Bobot Indikator dari Dimensi ke-n. dirumuskan sebagai berikut:

Berdasarkan rumus tersebut, tabel 9 Ixun,i, = xun,i, – x min


mencantumkan koefsien setiap dimensi xmax – xmin
dimaksud. Di mana:
Ixun,i, = Indeks indikator ke-i untuk dimensi
Kedua, menghitung indeks setiap ke-n sebelum pembobotan.
indikator. Dalam penghitungan indeks Xun,i = Nilai aktual indikator ke-i untuk
setiap indikator terdiri dari 3 langkah, yakni: dimensi ke-n.
(1) menghitung nilai aktual indikator; (2) Xmin = Nilai minimum indikator ke-i.
Xmax = Nilai maksimum indikator ke-i.
menghitung indeks setiap indikator sebelum
pembobotan; dan (3) menghitung indeks
Menghitung indeks indikator setelah
indikator setelah pembobotan. Masing-
pembobotan. Indeks indikator setelah
masing penjelasannya adalah sebagai berikut:
pembobotan dihitung berdasarkan
Menghitung nilai aktual indikator. Nilai
karakteristik setiap indikator. Rumus yang
aktual indikator dihitung secara individual
dipergunakan sesuai dengan kondisi spesifik
dengan menggunakan berbagai rumus
setiap indikator yang terurai sebagai berikut:
yang tertentu untuk setiap indikator pada
Jika nilai aktual indikator atau tingkat
setiap dimensi secara berturut-turut. Setiap
capaian indikator diharapkan tinggi,
nilai aktual memiliki rumus yang unik,
digunakan rumus:
mencerminkan kondisi real, dan dapat
dihitung secara kuantitatif pada suatu Iindn,i = Windn,i X Ixun,i
penduduk dalam konteks pembangunan Di mana:
kepemudaan. Lihat tabel 10, 11, 12, dan 13. Iindn,i = Indeks indikator ke-i untuk dimensi
Menghitung indeks setiap indikator ke-n setelah pembobotan.
sebelum pembobotan. Indeks indikator Windn,i = Bobot indikator ke-i untuk dimensi
ke-n.
sebelum pembobotan dihitung berdasarkan Ixun.i = Indeks indikator ke-i untuk dimensi
rasio antara selisih nilai aktual suatu ke-n sebelum pembobotan.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
180 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 10:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Pendidikan

No Indikator Nilai Aktual


1 Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis Jumlah pemuda melek huruf yang bisa baca tulis, dibagi
kelamin (MDG 2.3). jumlah seluruh pemuda, dikali 100.
2 Rata-rata lama sekolah pemuda, setiap jenis (Ijazah tertinggi yang dimiliki + kelas yang sedang
kelamin. diduduki) – 1.

Tabel 11:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Kelayakan Hidup

Indikator Nilai Aktual


1 Tingkat pengangguran terbuka pemuda, Jumlah pegangguran terbuka pemuda, menurut jenis ke-
setiap jenis kelamin. lamin, dibagi jumlah penduduk angkatan kerja, dikali 100.
2 Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, Jumlah pemuda yang bekerja, menurut jenis kelamin,
setiap jenis kelamin. dibagi jumlah penduduk angkatan kerja, dikali 100.
3 Persentase pemuda yang hidup dalam kemi- Jumlah pemuda yang hidup di bawah garis kemiskinan
skinan ekstrem (MDG 1.1) / di bawah garis secara nasional, dibagi jumlah penduduk pemuda, dikali
kemiskinan, secara nasional. 100.

Tabel 12:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Kesehatan

Indikator Nilai Aktual


1 Persentase kaum muda dengan pengetahuan Jumlah pemuda yang memiliki pengetahuan tentang HIV/
komperhensif tentang HIV/AIDS, setiap AIDS, dibagi jumlah penduduk pemuda, dikali 100.
jenis kelamin.
2 Angka harapan hidup pemuda, Jumlah umur kohort dibagi jumlah kohort.
setiap jenis kelamin.

Tabel 13:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Partisipasi Pemuda

Indikator Nilai Aktual


1 Persentase pemuda yang aktif dalam Jumlah pemuda yang aktif dalam organisasi
organisasi kepemudaan/kemasyarakatan. kepemudaan/kemasyarakatan, dibagi jumlah penduduk
yang aktif dalam organisasi kepemudaan/kemsyarakatan,
dikali 100.

Jika nilai aktual indikator atau tingkat Iun = kn x (ΣIindn)


capaian indikator diharapkan rendah, Di mana:
Iun = Indeks dimensi ke-n.
digunakan rumus: kn = Koefisien dimensi ke-n.
Iindn = Indeks indikator ke-i untuk dimensi
Iindn,i + Windn,i – (Windn,i X Ixun,i) ke-n setelah pembobotan, di mana n
Di mana: merupakan dimensi, dan i merupakan
Iindn,i = Indeks indikator ke-i untuk dimensi indikator.
ke-n setelah pembobotan.
Windn,i = Bobot indikator ke-i untk dimensi
ke-n.
Ixun,i = Indeks indikator ke-i untuk dimensi Keempat, menghitung indeks
ke-n sebelum pembobotan. komposit untuk indeks pembangunan
kepemudaan. Indeks komposit untuk IPP
Ketiga, menghitung indeks dimensi. (Indeks Pembangunan Pemuda) merupakan
Indeks dimensi merupakan perkalian dari total dari indeks dimensi yang dirumuskan,
koefisien dimensi dengan total indeks sebagai berikut:
indikator yang dirumuskan sebagai berikut:

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 181
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 14.
Nilai Maksimum dan Minimum Setiap Indikator

Angka Angka
No Dimensi Indikator
Maksimum Minimum
1 Pendidikan 1. Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis kelamin. 100 0
2. Rata-rata lama sekolah pemuda, setiap jenis kelamin. 15 0
2 Kelayakan 1. Tingkat pengangguran terbuka pemuda, setiap jenis 100 0
Hidup kelamin.
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, setiap jenis 100 0
kelamin.
3. Persentase pemuda yang hidup dalam kemiskinan
ekstrem/di bawah garis kemiskinan, secara nasional. 100 0
3 Kesehatan 1. Persentase kaum muda dengan pengetahuan 100 0
komperhensif tentang HIV/AIDS, setiap jenis kelamin.
2. Angka harapan hidup pemuda. 85 25
4 Partisipasi Persentase pemuda yang aktif dalam organisasi 100 0
Pemuda kepemudaan.

IPP = Σ I un tahun; serta (8) Persentase pemuda yang


Di mana: aktif dalam organisasi kepemudaan/
IPP = Indeks Pembangunan Pemuda.
Iun = Indeks dimensi ke-n, dimana n kemasyarakatan = 65.82%, menurut data
merupakan dimensi. tahun 2009.
Penghitungan indeks setiap dimensi,
Adapun penulisan rumus lainnya untuk yakni: Indeks Pendidikan, Indeks Kelayakan
IPP (Indeks Pembangunan Pemuda) adalah: Hidup, dan Indeks Kesehatan. Masing-
“IPP = 0.34 (Indeks Pendidikan) + 0.34 masing dimensi indeks penjelasannya
(Indeks Kelayakan Hidup) + 0.2 (Indeks sebagai berikut:
Kesehatan) + 0.12 (Indeks Partisipasi Indeks Pendidikan, meliputi Indikator
Pemuda)”. Untuk perhitungan IPP tahun Tingkat Melek Huruf Pemuda, dengan
2010, berdasarkan data Sensus Penduduk rumus: 98.32 – 0 dibagi 100 – 0 sama
tahun 2010 dari BPS (Biro Pusat Statistik) dengan 0.98. Indeks Pendidikan juga
dan data sekunder lainnya (Kemenkes RI, meliputi Indikator Rata-rata Lama Sekolah,
2012), maka ditempuh langkah-langkah dengan rumus: 9.46 – 0 dibagi 15 – 0 sama
berikut: (1) Penentuan nilai aktual setiap dengan 0.63. Dengan demikian, Indeks
indikator; (2) Penghitungan indeks setiap Pendidikan = 2/3 (indeks TMH) + 1/3
dimensi; dan (3) Penghitungan IPP 2010. (indeks RLS). Jadi, Indeks Pendidikan =
Masing-masing penjelasannya adalah (2/3 x 0.98) + (1/3 x 0.63) = 0.65 + 0.21 =
sebagai berikut: 0.86.
Penentuan nilai aktual setiap indikator: Indeks Kelayakan Hidup, meliputi
(1) Tingkat melek huruf pemuda = 98.61%; Indikator TPT (Tingkat Pengangguran
(2) Rata-rata lama sekolah pemuda = Terbuka), dengan rumus: 19.59 – 0 dibagi
9.46 tahun; (3) Tingkat pengangguran 100 – 0 sama dengan 0.20. Kelayakan Hidup
terbuka pemuda = 19.51%; (4) Tingkat juga meliputi Indikator TPAK (Tingkat
partisipasi angkatan kerja pemuda = Partisipasi Angkatan Kerja), dengan rumus
64.4%; (5) Persentase pemuda yang hidup 64.4 – 0 dibagi 100 – 0 sama dengan 0.64;
dalam kemiskinan ekstrim/di bawah garis dan Indikator PM (Pemuda Miskin), dengan
kemiskinan, secara nasional = 11.63%; (6) rumus 11.63 – 0 dibagi 100 – 0 sama dengan
Persentase pemuda dengan pengetahuan 0.12. Dengan demikian, Indeks KH = 0.31
komperhensif tentang HIV/AIDS atau (indeks TPT) + 0.28 (indeks TPAK) + 0.41
Human Immunodeficiency Virus/Acquired (indeks Pemuda Miskin) = (0.31 x 0.2) +
Immune Deficiency Syndrome = 11.4%; (0.28 x 0.64) + (0.41 x 0.12) = 0.062 + 0.18
(7) Angka harapan hidup pemuda = 69.21 + 0.05 = 0.29.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
182 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Tabel 15:
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Pemuda

No Tingkatan Status Kriteria


1 Rendah IPP < 0.50
2 Menengah Bawah 0.50 ≤ IPP < 0.66
3 Menengah Atas 0.66 ≤ IPP < 0.80
4 Tinggi IPP ≥ 0.80

Indeks Kesehatan, meliputi Indikator Pembangunan Manusia) di Indonesia tahun


HIV/AIDS atau Human Immunodeficiency 2010 adalah 0.60, berada pada peringkat
Virus/Acquired Immune Deficiency 108 dari 169 negara (UNDP, 2012a). Indeks
Syndrome, dengan rumus 11.4 – 0 dibagi 0.60 atau 60 ini berada dalam status
100 – 0 sama dengan 0.11. Indeks Kesehatan Menengah Bawah. Dengan demikian,
juga meliputi Indikator AHH (Angka IPM 2010 dan IPP 2010 untuk Indonesia
Harapan Hidup), dengan rumus = 69.21 – 25 memiliki tingkatan status indeks yang sama,
dibagi 85 – 25 sama dengan 44.21 dibagi 60 yakni: Menengah Bawah. Selisih angka
sama dengan 0.74; dan Indikator Partisipasi indeks IPM 2010 dan IPP 2010 pun tak jauh
Pemuda, dengan rumus 65.82 – 0 dibagi 100 berbeda, masing-masing 0.60 dengan 0.57.
– 0 sama dengan 0.66. Dengan demikian, Analisis Implementasi Kebijakan.
Indeks Kesehatan = ½ (indeks HIV/AIDS) + Dalam menganalisis hasil pengukuran
½ (indeks AHH) = (0.5 x 0.11) + (0.5 x 0.74) pembangunan kepemudaan tersebut di atas,
= 0.06 + 0.37 = 0.43. dengan menggunakan analisis deskriptif,
Keempat, penghitungan IPP 2010. beberapa hal yang dapat diuraikan antara lain:
Penghitungan IPP (Indeks Pembangunan Pertama, bahwa IPP (Indeks
Pemuda) adalah sebagai berikut: IPP = Pembangunan Pemuda) di Indonesia tahun
0.34 (Indeks Pendidikan) + 0.34 (Indeks 2010 masih belum begitu besar, karena
Kelayakan Hidup) + 0.2 (Indeks Kesehatan) dengan angka IPP sebesar 0.57 atau 57,
+ 0.12 (Indeks Partisipasi Pemuda). Dengan maka statusnya masih masuk kategori
demikian, IPP = (0.34 x 0.87) + (0.34 x 0.29) Menengah Bawah.
+ (0.2 x 0.43) + (0.12 x 0.66). Jadi, IPP = Kedua, seluruh dimensi yang ada pada
0.30 + 0.10 + 0.09 + 0.08 = 0.57 atau 57%. IPP sesungguhnya patut mendapatkan
Penentuan tingkatan status IPP, prioritas perhatian dari Pemerintah Pusat,
dengan merujuk pada rumusan tingkatan Pemerintah Daerah, dan stakeholders terkait
status pada HDI (Human Development dalam pembangunan kepemudaan. Namun
Index), sebagai tahap akhir pengukuran demikian, prioritas utama perlu diberikan
pembangunan kepemudaan adalah kepada dimensi Pendidikan dan Kelayakan
menentukan tingkatan status pembangunan Hidup, karena masing-masing menyumbang
kepemudaan, dengan kriteria sebagaimana bobot tertinggi, yakni 34 persen. Bobot ini
tercantum pada tabel 15. diperoleh berdasarkan expert judgement
Dengan demikian, berdasarkan hasil dan referensi yang ada. Hal ini juga sejalan
perhitungan IPP (Indeks Pembangunan dengan pandangan T. Abdullah, M. Yasin
Pemuda) Indonesia tahun 2010, maka & H.A.R. Tilaar (1991), dan juga dikutip
IPP sebesar 0.57 atau 57% pada tahun oleh Roosmalawati et al. (1993), yang
tersebut menunjukan bahwa pembangunan menempatkan Pendidikan, Kesehatan,
kepemudaan di Indonesia berada dan Ketenagakerjaan sebagai indikator inti
dalam status Menengah Bawah. Jika pemuda (Abdullah, Yasin & Tilaar, 1991; dan
dibandingkan dengan Human Development Roosmalawati et al., 1993).
Report yang dirilis oleh UNDP (United Dalam penelitian ini, dimensi Kesehatan
Nations Development Programme) mendapatkan angka indeks sebesar 0.47,
pada tahun 2011, angka IPM (Indeks yang diperoleh dari hasil perhitungan

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 183
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Tabel 16:
Tingkatan Status Reduksi Shortfall

No Nilai Reduksi Shortfall Status


1 < 1.3 Sangat Lambat
2 1.3 – 1.5 Lambat
3 1.5 – 1,7 Menengah
4 > 1.7 Cepat

Tabel 17:
Perkembangan Indikator Pemuda Tahun 2010-2011

Red.
Indikator Angka
No Shortfall Status
2010
2011 2010-2011
1 Tingkat melek huruf pemuda (%). 98.32 98.56 0.26 Sangat Lambat
2 Rata-rata lama sekolah pemuda (%). 9.46 9.47 0.11 Sangat Lambat
3 Tingkat pengangguran terbuka pemuda. 19.59 8.37 -57.37 Sangat Lambat
4 Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda. 64.4 63.44 -1.49 Sangat Lambat
5 Persentase pemuda yang hidup dalam 11.63 - - -
kemiskinan.
6 Persentase pemuda dengan pengetahuan 11.4 - - -
komprehensif tentang HIV/AIDS.
7 Angka harapan hidup. 69.21 69.43 1.39 Lambat
8 Persentase pemuda yang aktif dalam 69.09 65.82 -10.58 Sangat Lambat
organisasi. *)
*) data tersedia tahun 2006 dan 2009.
Sumber: “Perhitungan Statistik Kepemudaan” dalam BPS (2012).

Angka Harapan Hidup dan persentase suatu periode. Dalam hal ini, kemajuan dan
pemuda yang memahami HV/AIDS (Human pencapaian pembangunan kepemudaan
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune dikaitkan terhadap sasaran yang ideal (nilai
Deficiency Syndrome). Persentase pemuda IPM = 100). Pengukuran tingkat kemajuan
dalam hal ini diperoleh datanya, khusus pencapaian sasaran ideal dihitung setiap
untuk wilayah DKI (Daerah Khusus Ibukota) periode/tahun, misalnya setiap tahun
Jakarta, sehingga masih diperlukan data disebut reduksi shortfall per tahun dan
yang lebih valid untuk perhitungan indeks merupakan gambaran yang berbanding
kesehatan secara nasional. dari kemajuan pencapaian atau kinerja
Ketiga, dimensi Partisipasi Pemuda pembangunan kepemudaan di suatu wilayah.
hanya mendapatkan bobot terkecil, yakni Semakin besar reduksi shortfall di suatu
0.12 atau 12 persen. Namun demikian, wilayah, maka semakin besar kemajuan yang
bukan berarti peran pemuda menjadi kurang dicapai. Prosedur perhitungan shortfall IPM
penting. Hal ini lebih pada ketersediaan data (= r) dirumuskan sebagai berikut:
yang belum lengkap, yang sebenarnya jika
datanya lebih banyak, maka kemungkinan
besar akan berpengaruh pada koefisein
atau pembobotan dimensi Partisipasi
Pemuda dalam perhitungan IPP (Indeks
Pembangunan Pemuda).
Keempat, analisis tingkat pertumbuhan.
Analisis ini digunakan untuk mengkaji
kemajuan dan pencapaian setelah penerapan Sebagai catatan, rumus tersebut
berbagai kebijakan, strategi, dan program menghasilkan angka dalam persentase.
kepemudaan diimplementasikan dalam Selain itu, rumus tersebut dapat digunakan

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
184 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

untuk mengukur kecepatan perubahan inti, IPP (Indeks Pembangunan Pemuda)


komponen IPM (Indeks Pembangunan dapat dirumuskan sebagai indeks komposit
Manusia). Ada empat kategori reduksi yang merupakan total dari indeks dimensi,
shortfall pertahun, yaitu sebagaimana dengan rumus IPP = 0.34 (Indeks
tercantum pada tabel 16. Pendidikan) + 0.34 (Indeks Kelayakan
Perhitungan reduksi shortfall untuk Hidup) + 0.2 (Indeks Kesehatan) + 0.12
sejumlah indikator tertentu pada tahun (Indeks Partisipasi Pemuda).
2010 – 2011, dengan menggunakan rumus Angka IPP Indonesia pada tahun 2010
sebagaimana tersebut di atas, menghasilkan sebesar 0.57 atau 57, termasuk kategori
perangkaan sebagaimana tercantum pada menengah bawah, dan berimplikasi pada
tabel 17. Data-data ini diperoleh berdasarkan perlunya peningkatan program dan kegiatan
data sekunder dari BPS (Badan Pusat pembangunan kepemudaan pada sektor
Statistik) tahun 2012. pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
Nilai reduksi shortfall dapat dihitung dan partisipasi pemuda secara signifikan dan
khusus untuk indikator-indikator yang strategis melalui koordinasi strategis lintas
memiliki angka indeks pada dua tahun Kementerian/Lembaga. Aspek pendidikan
(indikator nomor 1, 2, 7, dan 8). Jika dan kelayakan hidup merupakan dimensi
seluruh indikator memiliki angka indeks yang sangat dominan dalam menentukan
pada dua tahun tersebut, maka dapat besarnya angka indeks.
dihitung pula reduksi shortfall untuk IPP Sebagai instansi pemerintah pusat dan
(Indeks Pembangunan Pemuda) tahun 2010 leading actor koordinasi strategis lintas
sampai 2011. Kementerian/Lembaga dalam pembangunan
Berdasarkan perhitungan sebagaimana kepemudaan, maka Kemenpora RI
tercantum pada tabel 17, maka kemajuan (Kementerian Pemuda dan Olahraga
pembangunan utuk setiap indikator Republik Indonesia) seyogyanya dapat
tercermin pada kolom status. Tentu saja menetapkan indikator pembangunan
implikasinya adalah bahwa pembangunan kepemudaan yang akan menjadi alat ukur
yang ditujukan untuk pencapaian target pembangunan kepemudaan. Pada tahapan
setiap indikator tersebut perlu dipacu selanjutnya, rumusan IPP dapat menjadi
percepatannya agar status tingkat bahan kajian dalam menyusun ASEAN Youth
perkembangan atau kemajuannya minimal Development Index bersama negara-negara
termasuk kategori Menengah. anggota ASEAN (Association of South East
Asian Nations) lainnya.
KESIMPULAN Penelitian ini diharapkan bermakna
Diperoleh 6 (enam) dimensi dan dalam menambah khasanah pengkajian
64 (enam puluh empat) indikator pembangunan kepemudaan secara
pembangunan kepemudaan sebagai hasil ilmiah dan terstandar, sehingga perlu
analisis yang mengacu pada referensi ditindaklanjuti dengan riset berikutnya
dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), secara tim, serta melibatkan banyak pakar
yakni: indikator kuantitatif pengukuran guna menetapkan dan mengimplemetasikan
kepemudaan, HDI (Human Development instrumen indeks pembangunan
Index), YDI (Youth Development kepemudaan di Indonesia.1
Index), pendapat para pakar (expert
judgement) di Indonesia, serta ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, yang 1
Pernyataan: Dengan ini saya menyatakan bahwa
ada relevansinya dengan pembangunan artikel ini merupakan hasil penelitian dan pemikiran saya
kepemudaan. Adapun dimensi dan indikator sendiri; jadi, ianya bukanlah hasil plagiat, karena sumber-
sumber yang saya rujuk sangat jelas dinyatakan dalam Daftar
inti yang didapatkan, masing-masing Pustaka atau Referensi. Artikel ini juga belum direviu dan
sebanyak 4 (empat) dimensi dan 8 (delapan) tidak dikirimkan kepada jurnal lain untuk diterbitkan. Saya
indikator. bersedia menerima hukuman secara akademik apabila di
kemudian hari ternyata pernyataan yang saya buat ini tidak
Berdasarkan dimensi dan indikator sesuai dengan kenyataan.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 185
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Referensi Indonesia]. (2012). Situs Riset Kesehatan


Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Tersedia secara online
Abdullah, Sait. (2005). “Desentralisasi: Konsep, Teori, juga di: http://www.riskesdas.litbang.depkes.
dan Perdebatannya” dalam Jurnal Desentralisasi, go.id/2010/ [diakses di Jakarta, Indonesia: 22 Juni
Vol.6, No.4. 2015].
Abdullah, T., M. Yasin & H.A.R. Tilaar. (1991). Pemuda Kemenpora RI [Kementerian Pemuda dan
dan Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit LP3ES, Olahraga Republik Indonesia]. (2009). Naskah
cetakan ketiga. Akademik Rancangan Undang-Undang tentang
Bappenas RI [Badan Perencanaan Pembangunan Kepemudaan. Jakarta: Kementerian Pemuda dan
Nasional Republik Indonesia]. (2009). Laporan Olahraga Republik Indonesia.
Akhir Strategi Pengembangan SDM di Bidang Kemenpora RI [Kementerian Pemuda dan Olahraga
Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga. Republik Indonesia]. (2010). Rencana Strategis
Jakarta: Ditjen Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Tahun 2010-
dan Olahraga. 2014. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga
Bappenas RI [Badan Perencanaan Pembangunan Republik Indonesia.
Nasional Republik Indonesia]. (t.th.). Modul Kemenpora RI [Kementerian Pemuda dan Olahraga
Langkah Teknis Penyusunan Program dan Republik Indonesia]. (2011). Undang-Undang
Kegiatan. Jakarta: Penerbit Bappenas RI. Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.
Beesley, K.B. & L.H. Russwurm. (1981). The Rural- Jakarta: Biro Perencanaan dan Organisasi,
Urban Fringe: Canadian Perspectives. Waterloo, Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik
Canada: Geographical Monographs, Department of Indonesia.
Geography, York University. Kintamani, I. (2008). “Analisis Indeks Pembangunan
BPO Kemenpora RI [Biro Perencanaan dan Organisasi Manusia” dalam Jurnal Dikbud, No.072, Th.14.
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Jakarta: Balitbang Depdiknas RI [Badan Penelitian
Indonesia]. (2011). Peraturan Pemerintah dan Pengembangan, Departemen Pendidikan
Nomor 41 Tahun 2011 tentang Pengembangan Nasional Republik Indonesia].
Kewirausahaan dan Kepeloporan Pemuda serta Kusdinar, D. et al. (2010). Penyajian Data dan
Penyediaan Prasarana dan Sarana Kepemudaan. Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian
Jakarta: Biro Perencanaan dan Organisasi, Pemuda dan Olahraga Tahun 2010. Jakarta:
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Kemenpora RI [Kementerian Pemuda dan
Indonesia. Olahraga Republik Indonesia].
BPS [Biro Pusat Statistik]. (2010). Sensus Penduduk LAN [Lembaga Administrasi Negara]. (2008). Teori
2010. Jakarta: Biro Pusat Statistik. dan Indikator Pembangunan: Modul Pendidikan
BPS [Badan Pusat Statistik]. (2012). SUSENAS: dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta:
Survey Sosial-Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Penerbit LAN.
Pusat Statistik. Mutohir, T.C. et al. (2007). Sport Development
Creswell, J.W. (2003). Research Design: Qualitative, Index: Konsep, Metodologi, dan Aplikasi. Jakarta:
Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Kemenpora RI [Kementerian Pemuda dan
London: SAGE Publications. Olahraga Republik Indonesia].
Davies, A. & G. Quinlivan. (2006). “A Panel Data “Perhitungan Statistik Kepemudaan” dalam BPS
Analysis of the Impact of Trade on Human [Badan Pusat Statistik]. (2012). SUSENAS: Survey
Development” dalam Journal of Socioeconomics, Sosial-Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Pusat
4(2), hlm.23-34. Statistik.
Harahap, O.S.R. (2011). Mencari Indonesia: Meninjau Rahardjo, M. (2010). “Jenis dan Metode Penelitian
Masa Lalu, Menatap Masa Depan. Jatinangor, Kualitatif”. Tersedia secara online di: http://
Sumedang: LPPM UNPAD [Lembaga Penelitian mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/215-jenis-
dan Pengabdian Masyarakat, Universitas dan-metode-penelitian-kualitatif.html [diakses di
Padjadjaran] Bandung. Jakarta, Indonesia: 15 Juni 2015].
Hornby, A.S. (2005). Oxford Advanced Learner’s Roosmalawati et al. (1993). Indikator Pemuda
Dictionary. Oxford: Oxford University Press. Sulawesi Utara, 1980-1990. Jakarta: Puslitbang
Kemendiknas RI [Kementerian Pendidikan Nasional [Pusat Penelitian dan Pengembangan]
Republik Indonesia]. (2008). KBBI: Kamus Besar Kependudukan dan Ketenagakerjaan LIPI
Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia].
Utama, edisi keempat. Secretariat of ASEAN [Association of South East
Kemenegpora RI [Kementerian Negara Pemuda dan Asian Nations]. (2009). ASEAN Socio-Cultural
Olahraga Republik Indonesia]. (1994). Keputusan Community Blue Print. Jakarta: ASEAN
Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Nomor Secretariat.
042/MENPORA/l994 tentang Pola Umum Setneg RI [Sekretariat Negara Republik Indonesia].
Pembinaan dan Pengembangan Pemuda. Jakarta: (1982). Keputusan Presiden Republik Indonesia
Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Nomor 23 Tahun 1979 tentang Badan Koordinasi
Kemenkes RI [Kementerian Kesehatan Republik Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
186 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015

Generasi Muda. Jakarta: Kantor Menteri Muda UN [United Nations]. (2011). The High-Level Meeting
Urusan Pemuda, Departemen Pendidikan dan on Youth: Dialogue and Mutual Understanding.
Kebudayaan. New York: United Nations.
Setneg RI [Sekretariat Negara Republik Indonesia]. UNDP [United Nations Development Programme].
(2010). Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun (2012a). “Human Development Report 2011”.
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Tersedia secara online di: http://hdr.undp.org/
Menengah Nasional, Tahun 2010 – 2014. Jakarta: en/reports/global/hdr2011/ [diakses di Jakarta,
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Indonesia: 25 Juni 2015].
Soewartoyo. (1999). Strategi Pengembangan UNDP [United Nations Development Programme].
Pendidikan dan Kesempatan Kerja Penduduk Usia (2012b). “Millenium Development Goals”. Tersedia
Muda di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jakarta: secara online di: http://www.undp.or.id/unv/
LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]. id/resources_mdg.html [diakses di Jakarta,
Supriyanto, Juni. (2009). “Analisis Pembangunan Indonesia: 20 Juni 2015].
Pemuda Indonesia: Studi Indikator Pembangunan Wawancara dengan Adang Suherman, pakar tentang
Pemuda Indonesia”. Tesis Magister Tidak masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Jakarta, pada tanggal 4 April 2012.
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2009). Wawancara dengan D. Effendi, pakar tentang masalah
Economic Development. New Jersey: Prentice Hall. kepemudaan dan keolahragaan, di Jakarta, pada
Tuwo, L.D. et al. (2010). Ringkasan Peta Jalan tanggal 11 April 2012.
Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Wawancara dengan Adiati Nurdin, pakar tentang
Milenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas RI masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
[Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, pada tanggal 2 Mei 2012.
Republik Indonesia]. Wawancara dengan Suyadi Pawiro, pakar tentang
UN [United Nations]. (1983). Youth Related masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Indicators: Report of a Regional Workshop on Jakarta, pada tanggal 9 Mei 2012.
Elaboration and Promotion of Indicators in the Wawancara dengan Dadang Rizki Ratman, pakar
Analysis and Planning of Programmes for the tentang masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Youth, Organized by UNESCO in Collaboration Jakarta, pada tanggal 10 Juni 2012.
with Asia-Pacific Centre of the Commonwealth Wawancara dengan Titik Handayani, pakar tentang
Youth Programme and National Youth Services masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Council of Sri Lanka. Bangkok: UNESCO [United Jakarta, pada tanggal 17 Juni 2012.
Nations for Education, Scientific and Cultural Wawancara dengan dengan Ujang Jaelani, pakar
Organization]. tentang masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
UN [United Nations]. (2002). Human Development Jakarta, pada tanggal 3 Juli 2012.
Index. New York: United Nations Development Wirokartono, S. et al. (2010). Pembangunan
Programme. Provinsi Gorontalo: Perencanaan dengan Indeks
UN [United Nations]. (2010). World Programme of Pembangunan Manusia. Jakarta: Building and
Action for Youth. New York: United Nations. Reinventing Decentralized Governance.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 187
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan

Gedung Pemuda dan Olahraga di Indonesia


(Sumber: http://www.kemendagri.go.id/news, 2/3/2015)

Sebagai instansi pemerintah pusat dan leading actor koordinasi strategis lintas Kementerian/Lembaga dalam
pembangunan kepemudaan, maka Kemenpora RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia)
seyogyanya dapat menetapkan indikator pembangunan kepemudaan yang akan menjadi alat ukur pembangunan
kepemudaan. Pada tahapan selanjutnya, rumusan IPP dapat menjadi bahan kajian dalam menyusun ASEAN Youth
Development Index bersama negara-negara anggota ASEAN (Association of South East Asian Nations) lainnya.

© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
188 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan

Anda mungkin juga menyukai