South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
ESA SUKMAWIJAYA
ABSTRACT: “An Analysis on Youth Development Index and its Dimensions in Indonesia”. Legally formal,
the youth development in Indonesia refers to Law No.40 of 2009 on Youth. Soon after the birth of this law, the
National Development Planning Agency conducted a study in 2009, which among other things concluded still
overlapping realities of youth programs in some Ministries and/or Institutions in Indonesia. The aim of this
study is to identify the dimensions and indicators of youth development in Indonesia related to formulate the
Youth Development Index. Based on the indicator reference of youth development from the UN (United Nations),
recommended items are 6 dimensions and 64 indicators of youth development outcomes. Furthermore, from
this study was gained 4 core dimensions and 8 core indicators that have been formulated to contribute the Youth
Development Index successfully in Indonesia. Measurements of index were conducted nationwide to analyze the
implementation of development policies. In addition, through measuring index can be determined also the role
of dimensions and indicators towards the success rate of development, so that it becomes the subject of specific
evaluation and direction in managing the development of youth next. The development in this context is not only
meaning to optimizing or increasing the role of youth participation in development based on their potentials,
but also meaning in the context of preparing the bright future of Indonesia.
KEY WORD: Development Indicator; Indonesian Youth; Youth Development; Ministry of Youth and Sports;
Human Development Index.
About the Author: Esa Sukmawijaya, M.Si. adalah Kepala Bidang Pengembangan pada ASDEP (Asisten Deputi)
Peningkatan Sumber Daya Pemuda, Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda KEMENPORA RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia), Jalan Gerbang Pemuda No.3 Senayan, Jakarta 10270, Indonesia. Alamat emel: esajaya@yahoo.com
How to cite this article? Sukmawijaya, Esa. (2015). “Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan Kepemudaan
di Indonesia” in SIPATAHOENAN: South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, Vol.1(2) October, pp.165-
188. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, ISSN 2407-7348.
Chronicle of the article: Accepted (September 12, 2015); Revised (October 15, 2015); and Published (October 28, 2015).
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 165
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
166 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
indikator yang tepat?; serta (3) Bagaimana ASEAN, 2009; Kemenpora RI, 2011; dan
menganalisis indeks pembangunan UNDP, 2012b). Seluruh referensi tersebut
kepemudaan secara kuantitatif dalam akan menganalisis kesesuaian indikator
implikasinya terhadap perumusan kebijakan kuantitatif pengukuran keberhasilan pemuda
pembangunan kepemudaan di Indonesia? dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa),
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) yang disandingkan dengan pendapat para
Mengidentifikasi dimensi dan indikator pakar (expert judgement).
pembangunan kepemudaan di Indonesia;
(2) Merumuskan indeks pembangunan KAJIAN TEORITIK
kepemudaan Indonesia dengan Melalui Undang-Undang Nomor
menggunakan dimensi dan indikator 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan,
yang tepat; serta (3) Menganalisis indeks secara legal-formal, pemuda di Indonesia
pembangunan kepemudaan secara telah didefinisikan sebagai warga negara
kuantitatif dalam implikasinya terhadap Indonesia yang memasuki periode penting
perumusan kebijakan pembangunan pertumbuhan dan perkembangan, yang
kepemudaan di Indonesia. berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga
Penelitian ini diharapkan memiliki puluh) tahun. Ketentuan ini diundangkan
dua manfaat sebagai berikut. Pertama, di Jakarta pada tanggal 14 Oktober
secara praktis/empiris, penelitian ini 2009. Dalam hal ini, posisi pemuda yang
diharapkan akan berguna bagi Kemenpora dimaksudkan adalah mereka yang berusia
RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga 16 tahun hingga usia 29 tahun lebih atau
Republik Indonesia), sebagai instansi menjelang usia 30 tahun, namun tidak
pemerintah, dalam menetapkan IKU termasuk yang telah berusia 30 tahun
(Indikator Kinerja Utama) berbasis (Kemenpora RI, 2011).
outcomes sebagai alat ukur keberhasilan Sementara itu, PBB (Perserikatan Bangsa-
pembangunan kepemudaan yang bersifat Bangsa), sebagaimana tertuang pada Youth
lintas Kementerian/Lembaga. Kedua, Related Indicators (UN, 1983), memiliki
secara akademis, penelitian ini diharapkan definisi sendiri tentang pemuda, yakni
bermanfaat dalam menelaah pembangunan penduduk laki-laki dan perempuan yang
kepemudaan secara ilmiah dan terstandar, berusia antara 15-24 tahun. Rumusan usia
baik secara nasional maupun global. pemuda ini merupakan periode transisi
Penelitian ini, dalam rangka menjawab antara anak-anak dan dewasa (UN, 1983).
dua harapan tersebut, menggunakan studi Menurut laporan PBB pada dokumen
literatur terbaru dan wawancara dengan World Programme of Action for Youth (UN,
responden/informan terseleksi pada rentang 2010), pada tahun 1995, kelompok usia
waktu bulan April sampai dengan Juli 2012. pemuda diperkirakan berjumlah sekitar 1.03
Secara kualitatif dan kuantitatif (Creswell, miliar atau 18 persen dari total penduduk
2003), juga dilakukan analisis dimensi dunia. Mayoritas dari populasi kaum muda
dan indikator yang tepat untuk mengukur dunia (84 persen pada tahun 1995) tinggal
pembangunan kepemudaan di Indonesia. di negara-negara berkembang. Angka ini
Pada penelitian ini, alat ukur tersebut diproyeksikan akan meningkat menjadi 89
dirumuskan dengan indeks komposit berupa persen pada tahun 2025 (UN, 2010).
IPP (Indeks Pembangunan Pemuda). “Indikator”, menurut KBBI: Kamus
Adapun patokan utama rumusan Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai
indeks mengacu pada kajian Undang- sesuatu yang dapat memberikan (menjadi)
Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang petunjuk atau keterangan (Kemendiknas RI,
Kepemudaan; Millenium Development 2008). Hal ini memiliki kesamaan substantif
Goals; Human Development Index; Youth dengan pengertian “indikator” yang ditulis
Development Index; serta perspektif oleh A.S. Hornby (2005) dalam Oxford
pemuda sebagai human resources (cf Advanced Learner’s Dictionary, dimana
UN, 1983, 2002, dan 2010; Secretariat of dinyatakan bahwa indicator adalah:
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 167
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
[...] a sign that shows you what something Pengukuran adalah sebuah proses
is like or how a situation is changing. The di mana keadaan, tingkat, atau kondisi
economic indicators are better than expected
(Hornby, 2005). beberapa atribut atau karakteristik sebuah
objek studi atau penelitian diekspresikan.
Dalam referensi yang ada, berkenaan Proses pengukuran itu sendiri bisa berupa
dengan “indikator sosial”, dibedakan antara penilaian yang bersifat subjektif atau
objective social indicators dengan subjective objektif, atau kombinasi keduanya, terhadap
social indicators. Dalam konteks ini, K.B. atribut dari objek penelitian atau studi, dan
Beesley & L.H. Russwurm (1981), dan memerlukan beberapa konseptualisasi dari
dikutip juga oleh Roosmalawati et al. (1993), varabel, di samping metode (operational
mengartikan objective social indicators definition) untuk pengukurannya sendiri
sebagai berikut: (Roosmalawati et al., 1993).
Sejak tahun 1950, berbagai teori
[...] observable, tangible occurrences of a pembangunan telah dikembangkan yang
phenomenon, usually measured on an interval didasarkan atas anggapan bahwa konsep
or ratio scale, and “amenable” to “usual” (i.e.
pembangunan di negara-negara maju tidak
parametric) data analysis technique (e.g. time
series, arrest statistics, or money income levels dapat serta-merta diterapkan di negara-
(Beesley & Russwurm, 1981; dan Roosmalawati negara berkembang, begitu juga sebaliknya.
et al., 1993). Hal ini sebagaimana ditelaah oleh Michael
P. Todaro & Stephen C. Smith (2009),
Sedangkan subjective social indicators, yang mengutarakan bahwa pembangunan
menurut K.B. Beesley & L.H. Russwurm dimaknai sebagai:
(1981) dan Roosmalawati et al. (1993),
didefinisikan sebagai berikut: [...] both a physical reality and a state
of mind. The meaning and objectives of
[...] are based on individuals’ feelings about development include the provision of basic
and perception of their reality, usually needs, reducing inequality, raising living
measured on an ordinal scale, e.g. perception standards through appropriate economic
of safety relative deprivation or satisfaction growth, improving self-esteem in relation
with various domains of life (Beesley & to the developed countries, and expanding
Russwurm, 1981; dan Roosmalawati et al., freedom of choice in the market and beyond.
1993). Empirical evidence are presented, supporting
the new approach that, on average, people
Indikator sosial mengacu secara feel happier and more satisfied in life with
increased income.
langsung pada dinamika masyarakat; dan The United Nations has developed an
oleh karenanya harus diformulasikan agenda for economic development in the new
berdasarkan terminologi pembangunan millennium that includes a set of six goals:
sosial dan/atau perubahan sosial. eradicating poverty, advancing literacy,
Sementara konsep perubahan sosial dapat promoting gender equality, reducing child
mortality, improving maternal health, and
diperlakukan sebagai konsep yang bebas combating communicable diseases (Todaro &
nilai, pembangunan sosial mengarah pada Smith, 2009).
tujuan-tujuan tertentu, dan oleh karenanya
merupakan konsep yang penuh nilai. Indikator Pembangunan Manusia.
Indikator-indikator pembangunan sosial Mengenai IPM (Indikator Pembangunan
tidak hanya memiliki dua arah, tetapi Manusia), salah satu badan PBB
juga memiliki dua dimensi sesuai dengan (Perserikatan Bangsa-Bangsa), yakni UNDP
nilai-nilai yang dikandungnya. Karena (United Nations Development Programme),
itu, sebuah indikator pembangunan bisa sejak tahun 1990, telah menerbitkan suatu
sekaligus mengindikasikan kemajuan indikator yang menggabungkan faktor
atau kemunduran suatu pembangunan ekonomi (pendapatan nasional) dan faktor
(cf Soewartoyo, 1999; Abdullah, 2005; non-ekonomi (kesehatan dan pengetahuan),
Kintamani, 2008; Tuwo et al., 2010; dan yang mempengaruhi pengembangan
Harahap, 2011). manusia, yaitu HDI atau Human
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
168 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Development Index (UN, 2002; dan UNDP, yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
2012a). HDI ini kemudian dipublikasikan fenomena serta hubungan-hubungannya.
setiap tahun oleh UNDP dalam bentuk Tujuan penelitian kuantitatif adalah untuk
Human Development Report (cf LAN, mengembangkan dan menggunakan model-
2008; dan UNDP, 2012a). model matematis, teori-teori, dan/atau
Dalam pada itu, A. Davies & G. Quinlivan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena
(2006) mengartikan IPM atau HDI sebagai alam (Creswell, 2003).
pengukuran perbandingan dari harapan Proses pengukuran adalah bagian
hidup, melek huruf, pendidikan, dan yang sentral dalam penelitian kuantitatif,
standar hidup untuk semua negara seluruh karena hal ini memberikan hubungan yang
dunia. IPM atau HDI digunakan untuk fundamental antara pengamatan empiris
mengklasifikasikan apakah sebuah negara dan ekspresi matematis dari hubungan-
adalah negara maju, negara berkembang, hubungan kuantitatif (Mutohir et al., 2007;
atau negara terbelakang; dan juga untuk dan Rahardjo, 2010). Untuk mempertajam
mengukur pengaruh dari kebijaksanaan analisis permasalahan, maka dilakukan
ekonomi terhadap kualitas hidup (Davies & wawancara terhadap beberapa informan
Quinlivan, 2006). yang sebelumnya telah mengisi kuesioner
Pada tanggal 12-13 Desember 2011, penelitian.
PBB telah menyelenggarakan Expert Populasi dan Sampel. Pada
Group Meeting guna membahas Indikator penghitungan Indeks Pembangunan
Kuantitatif terkait Program Aksi Dunia Kepemudaan Indonesia tahun 2010,
untuk Pemuda, di New York, Amerika dipergunakan data sekunder berdasarkan
Serikat. Pertemuan ini diselenggarakan Sensus Penduduk 2010 oleh BPS (Biro
berkenaan dengan resolusi Majelis Umum Pusat Statistik). Karena itu, pernyataan
PBB Nomor 65/312, di mana Majelis populasinya adalah: (1) Populasi survey
Umum PBB mengadopsi dokumen hasil terdiri dari seluruh pemuda yang berada
The High-Level Meeting on Youth: di seluruh Indonesia; serta (2) Populasi
Dialogue and Mutual Understanding, yang targetnya adalah seluruh pemuda berusia
diselenggarakan pada tanggal 25-26 Juli 16-30 tahun, yang pada tahun 2010 berada
2011 (UN, 2011). di seluruh provinsi yang ada di Indonesia.
Rapat merekomendasikan 34 indikator Karena penelitian dilakukan terhadap
utama dan 15 indikator tambahan dalam 9 data sekunder untuk seluruh pemuda di
bidang prioritas, berikut ini: pendidikan, Indonesia, maka sampelnya adalah populasi
pekerjaan, kemiskinan dan kelaparan, itu sendiri.
kesehatan, penyalahgunaan obat, kenakalan Operasionalisasi Konsep/Variabel.
remaja, globalisasi, teknologi informasi dan Variabel dan Sub-Variabel dalam hal ini
komunikasi, serta HIV/AIDS atau Human dinyatakan sebagai Dimensi dan Indikator
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune pembangunan kepemudaan menyatakan
Deficiency Syndrome (cf UN, 2010 dan 2011). area prioritas kepemudaan yang dinyatakan
secara operasional sebagai berikut:
METODE PENELITIAN “Indikator pembangunan kepemudaan
Pendekatan Penelitian. Sebagaimana menyatakan sub dimensi yang memberikan
tesis karya Juni Supriyanto (2009), indikasi tentang suatu dimensi”. Adapun
penelitian ini juga menggunakan pendekatan rumusan IPP (Indikator Pembangunan
kualitatif, yakni membahas aspek-aspek apa Pemuda) merupakan formula pencapaian
saja yang menjadi perhatian dan prioritas pembangunan kepemudaan berdasarkan
dalam pembangunan pemuda Indonesia. rata-rata sederhana dari indeks setiap
Selain itu digunakan pula penendekatan dimensi yang telah ditentukan dengan bobot
kuantitatif. Dalam konteks ini, J.W. Creswell tertentu pula untuk setiap indeksnya.
(2003) menyatakan bahwa penelitian Pengumpulan Data. Kuesioner
kuantitatif merupakan penelitian ilmiah penelitian disusun dengan merujuk pada
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 169
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
rekomendasi atau hasil diskusi expert dimensi sesuai pilihan ahli (expert
group dari PBB (Perserikatan Bangsa- judgement), dan dianalisis kesesuaiannya
Bangsa), pada bulan Desember 2011, dengan Undang-Undang Kepemudaan,
tentang indikator kuantitatif pengukuran MDGs (Millenium Developmet Goals), dan
keberhasilan pembangunan kepemudaan Youth Development Index sebagai hasil
(UN, 2011). Referensi ini dipilih karena perumusan PBB (Perserikatan Bangsa-
secara substantif sudah menegaskan Bangsa), dan Human Development Index
identifikasi indikator pembangunan (UN, 1983 dan 2002; Secretariat of ASEAN,
kepemudaan melalui kajian yang cukup 2009; dan Kemenpora RI, 2011).
lama. Lima belas dimensi prioritas untuk Berdasarkan dimensi yang terpilih,
pembangunan kepemudaan yang ditetapkan ditentukan indikatornya secara tepat.
PBB, pada tahun 2000, dipersempit menjadi Ketepatan di sini selain merujuk pada
sembilan dimensi, yakni: Pendidikan, studi literatur, didasarkan pula pada
Ketenagakerjaan, Kemiskinan dan ketersediaan data. Mengingat bahwa dimensi
Kelaparan, Kesehatan, Penyalahgunaan dan indikator ini akan diformulasikan
Obat, Kenakalan, Globalisasi, Teknologi ke dalam IPP (Indeks Pembangunan
Informasi dan Komunikais, dan HIV/AIDS Pemuda), maka perlu ditetapkan indikator
atau Human Immunodeficiency Virus/ inti dan penunjang. Indikator inti akan
Acquired Immune Deficiency Syndrome. menjadi komponen penyusunan rumus
Wawancara dilakukan terhadap 16 IPP. Sedangkan indikator penunjang
informan, yang sebelumnya merangkap akan menjadi alat ukur pembangunan
sebagai responden. Sejumlah pertanyaan kepemudaan secara komperhensif.
diajukan untuk menggali alasan pengisian IPP sendiri dirumuskan secara
setiap dimensi, baik yang berkaitan dengan sederhana agar secara praktis dapat dihitung
persetujuan dan ketidaksetujuan maupun dan diketahui indeksnya. Indeks hasil
alasan untuk penambahan dan pengusulan perhitungan dapat menjadi alat analisis untuk
dimensi yang baru. mengevaluasi keterlaksanaan pembangunan
Referensi utama pengumpulan data kepemudaan dalam konteks penyempurnaan
ini, sekali lagi, adalah hasil expert group program-program kepemudaan mendatang.
meeting dari PBB, bulan Desember 2011, Adapun perumusan IPP dapat dilakukan
tentang indikator kuantitatif pengukuran sebagai berikut.
keberhasilan pembangunan kepemudaan Pertama, Penentuan Bobot Angka IPP.
(UN, 2011). Referensi ini diuji kecocokannya Berdasarkan perolehan angka persentase
dengan kondisi Indonesia oleh para ahli pada poin 3.5.1. ditentukan bobot angka
(expert judgement). Selain itu, rujukan IPP yang dituangkan dalam bentuk tabel
lainnya adalah Undang-Undang Nomor bobot dimensi dan indikator. Angka IPP
40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan dihitung dengan merujuk pada dimensi dan
(Kemenpora RI, 2011). Di sisi lain, literatur indikator yang telah diberikan pembobotan.
tentang rumusan Youth Development Adapun langkah-langkah penghitungan
Index, Human Development Index, serta IPP terdiri dari empat tahapan berikut: (1)
target-target MDGs (Millenium Developmet Menghitung koefisien setiap dimensi; (2)
Goals) kepemudaan dari PBB juga turut Menghitung indeks setiap indikator, dimana
menjadi literatur utama dalam menentukan dalam penghitungan indeks setiap indikator
dimensi dan indikator yang tepat untuk terdiri dari langkah-langkah menghitung
pembangunan kepemudaan di Indonesia (cf nilai aktual indikator, menghitung indeks
UN, 1983 dan 2002; Secretariat of ASEAN, setiap indikator sebelum pembobotan yang
2009; dan UNDP, 2012b). selanjutnya ditentukan nilai maksimum dan
Penentuan Dimensi dan Indikator. nilai minimum indikator, serta menghitung
Penentuan dimensi dan indikator indeks indikator setelah pembobotan;
pembangunan kepemudaan yang tepat (3) Menghitung indeks dimensi; dan (4)
ditempuh dengan melakukan pemeringkatan Menghitung indeks komposit untuk IPP.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
170 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 1:
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Kepemudaan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 171
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
bekerja, setiap jenis kelamin; (6) Rasio Kesehatan Dunia; (11) Persentase remaja
pemuda yang bekerja terhadap seluruh yang melakukan aktivitas fisik secara aktif
populasi penduduk; serta (7) Jumlah selama minimal 60 menit per hari, dalam 7
pemuda yang terlibat dalam jenis pekerjaan hari terakhir; (12) Persentase remaja yang
yang rentan. mengalami cedera serius seperti lalu-lintas
Dimensi Kemiskinan dan Kelaparan, jalan, kekerasan, dalam dua belas bulan
dengan indikator sebagai berikut: (1) terakhir; serta (13) Persentase pemuda
Persentase anak muda yang hidup dalam usia 15-24 tahun yang telah menggunakan
kemiskinan ekstrim atau di bawah garis layanan kesehatan, setidaknya sekali dalam
kemiskinan, secara nasional; (2) Persentase 12 bulan terakhir.
kaum muda kehilangan tempat tinggal Dimensi Penyalahgunaan Obat, dengan
yang memadai, setiap jenis kelamin; (3) indikator sebagai berikut: (1) Prevalensi
Persentase kaum muda kehilangan sanitasi, tahunan penggunaan narkoba dan
di perkotaan dan pedesaan; (4) Persentase ketergantungan obat di kalangan pemuda,
kaum muda kehilangan pasokan air yang menurut jenis obat, setiap jenis kelamin; (2)
dilindungi, di perkotaan dan pedesaan; (5) Jumlah pemuda yang ditahan oleh otoritas
Akses pemuda terhadap listrik; serta (6) sipil sehubungan dengan kejahatan terkait
Akses pemuda terhadap transportasi. obat tahunan, setiap jenis kelamin; serta
Dimensi Kesehatan, dengan indikator (3) Persentase remaja yang melaporkan
sebagai berikut: (1) Jumlah pemuda yang penggunaan ganja, setidaknya sekali dalam
meninggal karena kecelakaan lalu-lintas, sebulan terakhir.
kekerasan seperti pembunuhan dan Dimensi Kenakalan Pemuda, dengan
konflik, dan bunuh diri secara sengaja, indikator tunggal, yakni: jumlah penduduk
setiap jenis kelamin; (2) Tingkat kematian 15-24 tahun yang ditahan karena terlibat
ibu untuk semua wanita berusia 15-49 tindakan kriminal, setiap jenis kelamin.
tahun, dengan MDG, atau Millenium Dimensi Globalisasi, dengan indikator
Developmet Goal, 5.1; (3) Tingkat wanita sebagai berikut: (1) Pemuda pendatang,
usia remaja yang melahirkan, wanita usia jumlah dan sebagai persentase dari pemuda
15-19 tahun, dengan MDG 5.4; (4) Proporsi total, jenis kelamin masing-masing; serta (2)
kelahiran dari ibu, usia 15-24 tahun, yang Jumlah mahasiswa yang studi ke luar negeri
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, di atau outbound, setiap jenis kelamin.
perkotaan dan pedesaan, dengan MDG 5.2; Dimensi Teknologi Informasi dan
(5) Tingkat penggunaan alat kontrasepsi Komunikasi, dengan indikator: (1) Persentase
seksual modern di kalangan remaja aktif kaum muda dengan akses setiap hari untuk
usia 15-24 tahun, dengan MDG 5.3; (6) telepon selular, di perkotaan dan pedesaan;
Persentase remaja pemabuk, satu atau (2) Persentase remaja yang menggunakan
beberapa kali selama hidup mereka, setiap komputer di setiap lokasi pada minggu
jenis kelamin; (7) Persentase anak muda lalu atau bulan lalu, setiap jenis kelamin,
yang merokok, satu atau lebih rokok dalam di perkotaan dan pedesaan; (3) Persentase
30 hari terakhir, setiap jenis kelamin; (8) remaja yang menggunakan internet dari setiap
Persentase kaum muda yang kelebihan lokasi pada minggu lalu atau bulan lalu, setiap
berat badan, > 1 standar deviasi menurut jenis kelamin, dengan MDG, atau Millenium
standar Organisasi Kesehatan Dunia, setiap Developmet Goal, 8.16; (4) Pemberian
jenis kelamin; (9) Persentase perempuan perlindungan terhadap pemuda dari dampak
usia 15-24 tahun yang sudah menikah, yang negatif keberadaan dan penggunaan TIK atau
telah memenuhi kebutuhan mereka akan Teknologi Informasi dan Komunikasi; serta
pentingnya program keluarga berencana; (5) Disagregasi TIK penggunaan internet
(10) Persentase kaum muda yang dianggap oleh pemuda, menurut penggunaan lokasi
kekurangan berat badan, > 1 standar deviasi penggunaan dan jenis aktivitas.
di bawah rata-rata usia dan jenis kelamin, Dimensi HIV/AIDS, atau Human
dengan menggunakan pedoman Organisasi Immunodeficiency Virus/Acquired Immune
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
172 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 2:
Peringkat Nominasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 173
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 3:
Analisis Sinkronisasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan
Rata-rata
Ranking Dimensi HR UU 40/2009 HDI YDI MDG Renstra
(%)
1 1 24.90 √ Pasal 8, 17, 19, 23, 24, √ √ √ √
25, dan 26
2 2 16.13 √ Pasal 30 √ √ √ √
3 3 14.83 √ Pasal 3 √ √ √ √
4 4 8.67 - Pasal 30 - √ √ √
5 5 6.82 - Pasal 17 dan 25 - - √ √
6 6 4.95 - Pasal 22 - - √ √
7 7 4.95 - Pasal 20, 30, dan 47 - - - √
8 8 4.75 - Pasal 20, 30, dan 47 - - - √
9 9 4.00 - Pasal 17, 20, 26, 29, 30, - √ - √
33, 34, 35, 39, 40, 41,
42, 43, 44, 45, 46, 47,
48, dan 49
10 10 3.83 - Pasal 20 - √ √ √
11 11 3.33 - Pasal 17, 19, 23, 25, 27, - - - √
30, 47, dan 51
12 12 1.00 - Pasal 17 dan 47 - - √ √
13 13 1.00 - Pasal 25 dan 30 - - - √
14 14 0.83 - Pasal 17 dan 25 - - - √
Catatan: HR = Human Resources; UU = Undang-Undang; HDI = Human Development Index; YDI = Youth
Development Index; MDG = Millenium Developmet Goal; dan Renstra = Rencana Strategis. Sedangkan
untuk kode penomoran Dimensi adalah sebagai berikut: (1) Pendidikan; (2) Ketenagakerjaan; (3) Kesehatan;
(4) Kemiskinan dan Kelaparan; (5) Teknologi Informasi dan Komunikasi; (6) Globalisasi; (7) Penyalahgunaan
Obat; (8) Kenakalan Pemuda; (9) Peran Politik Kepemimpinan/Kepeloporan; (10) HIV/AIDS atau Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome; (11) Kewirausahaan; (12) Lingkungan;
(13) Riset inovatif; dan (14) Agama.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
174 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 4:
Pemeringkatan Nominasi Dimensi Pembangunan Kepemudaan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 175
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 5:
Analisis Penentuan Indikator Inti untuk Setiap Dimensi
Keterangan: HDI = Human Development Index, YDI = Youth Development Index, dan UU = Undang-Undang.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
176 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 6:
Analisis Penentuan Nominasi Indikator Inti Setiap Dimensi
rata pembobotan yang cukup signifikan “Persentase kaum muda yang kesulitan
(menurut expert judgement). Indikator yang mengakses terhadap air bersih, baik di
tercantum minimal memiliki kesesuaian perkotaan maupun perdesaan” lebih tepat
dengan dua referensi. Jika suatu indikator ditempatkan pada dimensi Kesehatan.
hanya memenuhi salah satu kesesuaian, Dengan pertimbagan yang sama,
maka tidak dimasukkan ke dalam kelompok indikator “Persentase kaum muda dengan
nominasi indikator inti. Lihat tabel 6. pengetahuan komperhensif tentang HIV/
Berdasarkan analisis kesesuaian pada AIDS (Human Immunodeficiency Virus/
tabel 5 dan tabel 6 tersebut, disusun Acquired Immune Deficiency Syndrome),
nominasi Dimensi dan Indikator Inti, untuk setiap jenis kelamin” pun lebih tepat
sebagaimana tercantum pada tabel 7, dengan ditempatkan pada dimensi Kesehatan.
catatan bahwa bobot untuk setiap indikator Dengan demikian, dimensi yang tidak
masih mencantumkan bobot aslinya. memiliki indikator adalah dimensi
Dengan demikian, terlihat bahwa masing- Faktor Destruktif. Adapun dimensi
masing indikator inti tersebut mendapatkan akhir yang muncul sebagai dimensi inti
bobot lebih dari atau sama dengan 11%, adalah Pendidikan, Kelayakan Hidup,
menandakan bahwa memang setiap Kesehatan, dan Partisipasi Pemuda.
indikator mendapatkan pengakuan nominasi Sedangkan dimensi lainnya, yang tetap tidak
yang cukup signifikan dari para ahli. Angka memiliki indikator inti, adalah dimensi
dalam tanda kurung pada setiap indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi
menunjukan nomor semula pada daftar Adapun perhitungan bobotnya mengalami
indikator keseluruhan. perubahan melalui sistem konversi. Jumlah
Menurut perangkaan pada tabel 7 bobot seluruh dimensi inti adalah 74%
tersebut, bobot untuk setiap dimensi sebagai hasil pengurangan dari 100%
masing-masing masih mencantumkan (jumlah persentase seluruh bobot dimensi)
bobot apa adanya, kendatipun dimensi dengan jumlah bobot dimensi Faktor
Kesehatan dan dimensi Teknologi Destruktif sebesar 14% dan bobot dimensi
Informasi dan Komunikasi tidak Teknologi Informasi dan Komunikasi
memiliki indikator. Kondisi ini tentu perlu sebesar 12%. Dengan demikian, perhitungan
dianalisis lebih lanjut agar tidak ditemukan akhir bobot untuk setiap dimensi adalah:
lagi dimensi yang tidak memiliki indikator. (1) Dimensi Pendidikan = 25/74 x
Mengacu pada rumusan YDI 100 = 33.78, dibulatkan menjadi 34; (2)
(Youth Development Index), indikator Dimensi Kelayakan Hidup = 25/74 x
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 177
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 7:
Bobot Nominasi Dimensi dan Indikator Inti
100 = 33.78, dibulatkan menjadi 34; (3) pengangguran pemuda terhadap penduduk
Dimensi Kesehatan = 15/74 x 100 = 20.27, dewasa” dihapuskan, karena untuk
dibulatkan menjadi 20; dan (4) Dimensi mendapatkan gambaran pengangguran
Partisipasi Pemuda = 9/74 x 100 = 12.16, pemuda sudah terwakili dengan indikator
dibulatkan menjadi 12. pada poin 2 di atas; (3) “Tingkat partisipasi
Sementara itu, penentuan jenis indikator angkatan kerja pemuda, setiap jenis
untuk keempat dimensi di atas ditentukan kelamin”, dengan bobot berdasarkan hasil
sebagai berikut: perhitungan dari rekapitulasi pendapat para
Pertama, dimensi Pendidikan, terdiri ahli sebesar 19; (4) “Persentase pemuda yang
dari indikator: (1) “Tingkat melek huruf hidup dalam kemiskinan ekstrim atau di
pemuda, setiap jenis kelamin”, dengan bobot bawah garis kemiskinan, secara nasional”,
2/3, mengacu pada rumusan HDI atau dengan bobot berdasarkan hasil perhitungan
Human Development Index; dan (2) “Rata- dari rekapitulasi pendapat para ahli sebesar
rata lama sekolah pemuda”, dengan bobot 28; serta (5) “Persentase kaum muda yang
1/3, merujuk pada rumusan HDI, sedangkan kesulitan mengakses terhadap air bersih”
indikator “Tingkat partsipasi pendidikan dihapuskan, karena mengalami kesulitan
pemuda” dan “Rasio kelulusan pendidikan perolehan datanya.
menengah atas” digantikan oleh indikator Hal yang terakhir itu mengingat bahwa
“Rata-rata lama sekolah”, sebagai indikator yang dilakukan BPS (Biro Pusat Statistik)
yang lebih representatif dan mendasar selama ini, melalui SUSENAS (Survey Sosial-
terkait dengan kondisi pendidikan. Ekonomi Nasional) setiap tahun, untuk
Kedua, dimensi Kelayakan Hidup, pendataan mengakses terhadap air bersih
terdiri dari indikator: (1) “TPTP atau Tingkat dilakukan terhadap satuan rumah tangga,
Pengangguran Terbuka Pemuda, setiap jenis bukan kepada perorangan (BPS, 2010).
kelamin”, dengan bobot berdasarkan hasil Perhitungan bobot untuk setiap indikator
perhitungan dari rekapitulasi pendapat pada dimensi Kelayakan Hidup dilakukan
para ahli sebesar 21; (2) “Rasio tingkat dengan menggunakan sistem konversi,
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
178 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 8:
Bobot Dimensi dan Indikator Inti
dengan menggunakan patokan jumlah bobot PEMILU Presiden dan PEMILU Legislatif
seluruh indikator sebesar 68% sebagai hasil untuk tingkat Pusat tidak diadakan setiap
jumlah bobot ketiga indikator inti pada tahun. Sedangkan untuk PEMILU Kepala
dimensi Kelayakan Hidup, sebagaimana Daerah dan Legislatif Daerah, yakni
tercantum pada poin-poin di atas. DPRD, atau Dewan Perwakilan Rakyat
Dengan demikian, bobot untuk setiap Daerah, tidak dilakukan secara serentak
indikator dihitung sebagai berikut: (1) di seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota
Indikator “TPTP atau Tingkat Pengangguran setiap tahun; serta (2) “Persentase pemuda
Terbuka Pemuda, setiap jenis kelamin” = yang aktif dalam organisasi politik” diganti
21/68 x 100 = 30.88, dibulatkan menjadi 31; dengan “Persentase pemuda yang aktif
(2) Indikator “Tingkat partisipasi angkatan dalam organisasi kepemudaan”, karena
kerja pemuda, setiap jenis kelamin” = 19/68 selain mudah mendapatkan datanya, juga
x 100 = 27.94, dibulatkan menjadi 28; dan dianggap lebih mewakili kondisi partisipasi
(3) Indikator “Persentase pemuda yang pemuda dalam perspektif grup/kelompok.
hidup dalam kemiskinan ekstrim atau di Sementara untuk tiga dimensi sebelumnya
bawah garis kemiskinan nasional” = 28/68 x menggambarkan kondisi pemuda secara
100 = 41.18, dibulatan menjadi 41. individual.
Ketiga, dimensi Kesehatan, terdiri Secara matriks, gambaran dimensi dan
dari indikator: (1) “Persentase kaum muda indikator inti pembangunan kepemudaan
dengan pengetahuan komperhensif tentang dapat dilihat pada tabel 8.
HIV/AIDS atau Human Immunodeficiency Penghitungan Angka Indeks
Virus/Acquired Immune Deficiency Pembangunan Kepemudaan. Angka
Syndrome, setiap jenis kelamin”; dan (2) indeks pembangunan kepemudaan dihitung
“Angka harapan hidup”, yang merupakan dengan merujuk pada dimensi dan indikator
indikator baru yang dimunculkan, yang telah diberikan pembobotan. Adapun
mengacu pada rumusan HDI atau Human langkah-langkah penghitungan indeks
Development Index. Perhitungan bobot pembangunan kepemudaan terdiri dari
untuk kedua indikator, masing-masing empat tahapan, sebagai berikut:
dianggap sebesar 50%. Pertama, menghitung koefisien
Keempat, dimensi Partisipasi Pemuda, setiap dimensi. Penghitungan koefisien
terdiri dari indikator: (1) “Persentase dimensi ditentukan berdasarkan rasio
pemuda yang berpartisipasi dalam PEMILU antara bobot dimensi dengan jumlah bobot
atau Pemilihan Umum” dihapuskan, karena masing-masing indikatornya, sebagaimana
datanya tidak dapat diperoleh setiap tahun. dinyatakan pada rumus berikut:
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 179
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 9:
Koefisien Setiap Dimensi
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
180 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 10:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Pendidikan
Tabel 11:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Kelayakan Hidup
Tabel 12:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Kesehatan
Tabel 13:
Nilai Aktual Indikator pada Dimensi Partisipasi Pemuda
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 181
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 14.
Nilai Maksimum dan Minimum Setiap Indikator
Angka Angka
No Dimensi Indikator
Maksimum Minimum
1 Pendidikan 1. Tingkat melek huruf pemuda, setiap jenis kelamin. 100 0
2. Rata-rata lama sekolah pemuda, setiap jenis kelamin. 15 0
2 Kelayakan 1. Tingkat pengangguran terbuka pemuda, setiap jenis 100 0
Hidup kelamin.
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda, setiap jenis 100 0
kelamin.
3. Persentase pemuda yang hidup dalam kemiskinan
ekstrem/di bawah garis kemiskinan, secara nasional. 100 0
3 Kesehatan 1. Persentase kaum muda dengan pengetahuan 100 0
komperhensif tentang HIV/AIDS, setiap jenis kelamin.
2. Angka harapan hidup pemuda. 85 25
4 Partisipasi Persentase pemuda yang aktif dalam organisasi 100 0
Pemuda kepemudaan.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
182 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Tabel 15:
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Pemuda
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 183
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Tabel 16:
Tingkatan Status Reduksi Shortfall
Tabel 17:
Perkembangan Indikator Pemuda Tahun 2010-2011
Red.
Indikator Angka
No Shortfall Status
2010
2011 2010-2011
1 Tingkat melek huruf pemuda (%). 98.32 98.56 0.26 Sangat Lambat
2 Rata-rata lama sekolah pemuda (%). 9.46 9.47 0.11 Sangat Lambat
3 Tingkat pengangguran terbuka pemuda. 19.59 8.37 -57.37 Sangat Lambat
4 Tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda. 64.4 63.44 -1.49 Sangat Lambat
5 Persentase pemuda yang hidup dalam 11.63 - - -
kemiskinan.
6 Persentase pemuda dengan pengetahuan 11.4 - - -
komprehensif tentang HIV/AIDS.
7 Angka harapan hidup. 69.21 69.43 1.39 Lambat
8 Persentase pemuda yang aktif dalam 69.09 65.82 -10.58 Sangat Lambat
organisasi. *)
*) data tersedia tahun 2006 dan 2009.
Sumber: “Perhitungan Statistik Kepemudaan” dalam BPS (2012).
Angka Harapan Hidup dan persentase suatu periode. Dalam hal ini, kemajuan dan
pemuda yang memahami HV/AIDS (Human pencapaian pembangunan kepemudaan
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune dikaitkan terhadap sasaran yang ideal (nilai
Deficiency Syndrome). Persentase pemuda IPM = 100). Pengukuran tingkat kemajuan
dalam hal ini diperoleh datanya, khusus pencapaian sasaran ideal dihitung setiap
untuk wilayah DKI (Daerah Khusus Ibukota) periode/tahun, misalnya setiap tahun
Jakarta, sehingga masih diperlukan data disebut reduksi shortfall per tahun dan
yang lebih valid untuk perhitungan indeks merupakan gambaran yang berbanding
kesehatan secara nasional. dari kemajuan pencapaian atau kinerja
Ketiga, dimensi Partisipasi Pemuda pembangunan kepemudaan di suatu wilayah.
hanya mendapatkan bobot terkecil, yakni Semakin besar reduksi shortfall di suatu
0.12 atau 12 persen. Namun demikian, wilayah, maka semakin besar kemajuan yang
bukan berarti peran pemuda menjadi kurang dicapai. Prosedur perhitungan shortfall IPM
penting. Hal ini lebih pada ketersediaan data (= r) dirumuskan sebagai berikut:
yang belum lengkap, yang sebenarnya jika
datanya lebih banyak, maka kemungkinan
besar akan berpengaruh pada koefisein
atau pembobotan dimensi Partisipasi
Pemuda dalam perhitungan IPP (Indeks
Pembangunan Pemuda).
Keempat, analisis tingkat pertumbuhan.
Analisis ini digunakan untuk mengkaji
kemajuan dan pencapaian setelah penerapan Sebagai catatan, rumus tersebut
berbagai kebijakan, strategi, dan program menghasilkan angka dalam persentase.
kepemudaan diimplementasikan dalam Selain itu, rumus tersebut dapat digunakan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
184 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 185
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
186 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan
SIPATAHOENAN:
South-East Asian Journal for Youth, Sports & Health Education, 1(2) October 2015
Generasi Muda. Jakarta: Kantor Menteri Muda UN [United Nations]. (2011). The High-Level Meeting
Urusan Pemuda, Departemen Pendidikan dan on Youth: Dialogue and Mutual Understanding.
Kebudayaan. New York: United Nations.
Setneg RI [Sekretariat Negara Republik Indonesia]. UNDP [United Nations Development Programme].
(2010). Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun (2012a). “Human Development Report 2011”.
2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Tersedia secara online di: http://hdr.undp.org/
Menengah Nasional, Tahun 2010 – 2014. Jakarta: en/reports/global/hdr2011/ [diakses di Jakarta,
Sekretariat Negara Republik Indonesia. Indonesia: 25 Juni 2015].
Soewartoyo. (1999). Strategi Pengembangan UNDP [United Nations Development Programme].
Pendidikan dan Kesempatan Kerja Penduduk Usia (2012b). “Millenium Development Goals”. Tersedia
Muda di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jakarta: secara online di: http://www.undp.or.id/unv/
LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia]. id/resources_mdg.html [diakses di Jakarta,
Supriyanto, Juni. (2009). “Analisis Pembangunan Indonesia: 20 Juni 2015].
Pemuda Indonesia: Studi Indikator Pembangunan Wawancara dengan Adang Suherman, pakar tentang
Pemuda Indonesia”. Tesis Magister Tidak masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Diterbitkan. Jakarta: Universitas Indonesia. Jakarta, pada tanggal 4 April 2012.
Todaro, Michael P. & Stephen C. Smith. (2009). Wawancara dengan D. Effendi, pakar tentang masalah
Economic Development. New Jersey: Prentice Hall. kepemudaan dan keolahragaan, di Jakarta, pada
Tuwo, L.D. et al. (2010). Ringkasan Peta Jalan tanggal 11 April 2012.
Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Wawancara dengan Adiati Nurdin, pakar tentang
Milenium di Indonesia. Jakarta: Bappenas RI masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
[Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, pada tanggal 2 Mei 2012.
Republik Indonesia]. Wawancara dengan Suyadi Pawiro, pakar tentang
UN [United Nations]. (1983). Youth Related masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Indicators: Report of a Regional Workshop on Jakarta, pada tanggal 9 Mei 2012.
Elaboration and Promotion of Indicators in the Wawancara dengan Dadang Rizki Ratman, pakar
Analysis and Planning of Programmes for the tentang masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Youth, Organized by UNESCO in Collaboration Jakarta, pada tanggal 10 Juni 2012.
with Asia-Pacific Centre of the Commonwealth Wawancara dengan Titik Handayani, pakar tentang
Youth Programme and National Youth Services masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
Council of Sri Lanka. Bangkok: UNESCO [United Jakarta, pada tanggal 17 Juni 2012.
Nations for Education, Scientific and Cultural Wawancara dengan dengan Ujang Jaelani, pakar
Organization]. tentang masalah kepemudaan dan keolahragaan, di
UN [United Nations]. (2002). Human Development Jakarta, pada tanggal 3 Juli 2012.
Index. New York: United Nations Development Wirokartono, S. et al. (2010). Pembangunan
Programme. Provinsi Gorontalo: Perencanaan dengan Indeks
UN [United Nations]. (2010). World Programme of Pembangunan Manusia. Jakarta: Building and
Action for Youth. New York: United Nations. Reinventing Decentralized Governance.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan 187
ESA SUKMAWIJAYA,
Analisis Dimensi dan Indikator Indeks Pembangunan
Sebagai instansi pemerintah pusat dan leading actor koordinasi strategis lintas Kementerian/Lembaga dalam
pembangunan kepemudaan, maka Kemenpora RI (Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia)
seyogyanya dapat menetapkan indikator pembangunan kepemudaan yang akan menjadi alat ukur pembangunan
kepemudaan. Pada tahapan selanjutnya, rumusan IPP dapat menjadi bahan kajian dalam menyusun ASEAN Youth
Development Index bersama negara-negara anggota ASEAN (Association of South East Asian Nations) lainnya.
© 2015 by Minda Masagi Press, APAKSI Bandung, and KEMENPORA RI Jakarta, Indonesia
188 ISSN 2407-7348 and www.mindamas-journals.com/index.php/sipatahoenan