Anda di halaman 1dari 6

Membangun Karakter Bangsa melalui Pengembangan Nilai-Nilai Etika Moral pada

Generasi Muda

Pengembangan karakter bangsa merupakan serangkaian usaha pertumbuhan dan


perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar, baik oleh seluruh warga suatu bangsa,
negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building). Akhir-akhir ini, banyak dijumpai karakter bangsa Indonesia yang mulai berubah ke
arah yang memprihatinkan. Jika dahulu karakter bangsa Indonesia lebih condong ke arah
ssikap religius, santun sabar, saling menghormati, dan mengutamakan musyawarah. Namun,
sekarang justru lebih cenderung ke arah yang destruktif dalam melakukan aktivitas
bermasyarakat. Dengan ini, karakter bisa menentukan tingkah laku manusia. Sehingga salah
satu faktor penyebab yang lazim dijadikan “kambing hitam” adalah tingkah laku warga
negara yang tak terpuji. Ini berawal dari karakter bangsa yang mulai bergeser. Ini diitandai
dengan kualitas karakternya yang mulai mengalami penurunan.

Lebih dari itu, globalisasi dengan segala dimensinya bisa menyebabkan ancaman dan
menjadikan tantangan tersendiri dari berbagai ketahanan budaya, identitas nasional, dan jati
diri sebagai suatu bangsa. Bahkan, proses degradasi ketahanan budaya, identitas nasional,
dan jati diri sebagai suatu bangsa sudah sangat tampak dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Ini bisa terjadi karena globalisasi telah menunjukkan dampak yang mengakibatkan
goncangan dan krisis budaya, kemudian berujung pada lemahnya ketahanan budaya secara
menyeluruh.

Jika ditelaah lebih dalam, jati diri sendiri merupakan fitrah manusia yang merupakan
potensi. Ini bisa terus bertumbuh dan berkembang selama mata hati manusia bersih, sehat,
dan tidak tertutup. Sebab jati diri yang dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter
dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku manusia. Oleh karena
itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi
karakter yang pastinya lebih baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga positif.

Dalam karakter bangsa terdapat ajaran moral dan standar moral, dan ada juga
pertimbangan moral atau nilai yang menjadi komponen-komponen di dalam karakter. Ini
menyangkut pada pertimbangan nilai. Pertimbangan nilai adalah sebuah pertimbangan
mengenai baik atau buruknya sesuatu yang dilandaskan berdasarkan pandangan pribadi
tentang moralitas. Selanjutnya, karakter seseorang berkaitan dengan tingkah laku yang
sebenarnya sudah diatur oleh upaya dan keinginannya. Dengan demikian, karakter berkaitan
dengan tingkah laku yang secara tidak langsung sudah dimiliki oleh seseorang. Jadi ketika
dilahirkan maka secara otomatis orang tersebut sudah memilikinya dan ketika ia
memerlukannya, maka karakter tersebut juga akan muncul secara otomatis. Karakter yang
dimaksud adalah karakter yang diatur oleh upaya dan keinginan, ini mengasumsikan
kebebasan manusia. Sedangkan upaya dan keinginan tersebut sudah diperoleh manusia
melalui pengalaman dan pendidikan individu. Dengan ini dapat disimpulkan jika karakter
adalah aspek tingkah laku hasil belajar, bukan tersedia secara genetik.

Karakter pribadi setiap individu akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat yang
pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik
Indonesia maka diperlukan manusia yang memiliki karakter tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan
berorientasi pada Ipteks. Ini tentu didasarkan oleh Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap
aspek karakter harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif.

Karakter bangsa Indonesia yang juga didasarkan oleh Pancasila harus benar-benar
dipahami dan diterapkan secara langsung. Dalam sila pertama di mana Bangsa yang Ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa. Maksudnya adalah, manusia harus bisa membentuk kesadaran
dan perilaku iman dan takwa serta akhlak mulia sebagai karakteristik pribadi bangsa
Indonesia. Sebab karakter Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa seseorang akan tercermin secara
langsung dan membentuk sikap hormat dan bekerja sama antara pemeluk agama dan
penganut kepercayaan, saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya itu; tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang
lain.

Dalam sila kedua di mana Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, yaitu menunjukkan sikap dan juga perilaku menjunjung tinggi kemanusian yang
adil dan beradab. Ini diwujudkan dalam perilaku saling hormat menghormati antarwarga
negara, ini menunjukkan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kemanusiaan
seseorang tercermin antara lain dalam pengakuan atas persamaan derajat, hak, dan kewajiban.
Saling mencintai, saling tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, gemar
melakukan kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, berani membela
kebenaran dan keadilan, merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia serta
mengembangkan sikap hormat-menghormati.

Sila ketiga di mana Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa,
adalah bangsa yang memiliki komitmen dan sikap yang selalu mengutamakan persatuan dan
kesatuan Negara Indonesia di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan merupakan
karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter kebangsaan seseorang di sini tecermin
dalam sikap menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa di atas
kepentingan pribadi atau golongan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara,
bangga sebagai bangsa Indonesia yang bertanah air Indonesia serta menunjung tinggi bahasa
Indonesia, serta memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhinneka Tunggal Ika.

Sila keempat di mana Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan
Hak Asasi Manusia. ini menunjukkan sikap dan perilaku demokratis yang dilandasi nilai dan
semangat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang merupakan karakteristik pribadi warga negara Indonesia.
Karakter kerakyatan dalam diri seseorang ini tecermin dalam perilaku yang mengutamakan
kepentingan masyarakat dan negara. Jadi tidak memaksakan kehendak kepada orang lain,
mengutamakan musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama, beritikad baik dan bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama,
menggunakan akal sehat dan nurani luhur dalam melakukan musyawarah, dan juga berani
mengambil keputusan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Sila kelima di mana Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan ini
menunjukkan jika bangsa harus memiliki komitmen dan sikap yang bisa mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan merupakan karakteristik pribadi bangsa Indonesia. Karakter
berkeadilan sosial seseorang tecermin antara lain dalam perbuatan yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan, sikap adil, sikap menjaga keharmonisan
antara hak dan kewajiban, hormat terhadap hak-hak orang lain, suka menolong orang lain
menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak boros, tidak bergaya hidup mewah, suka
bekerja keras, dan juga menghargai karya orang lain.
Pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, sebagaimana yang
terkristal dalam Pancasila seperti pada penjelasan di atas hendaknya dijadikan komitmen
bangsa agar benar-benar mencerminkan identitas nasional. Apalagi jika dambah lagi dengan
memperkuat konsep ka yang ditujukan untuk generasi muda. Maka nilai-nilai luhur tidak
akan tercerabut dari akar budayanya. Di mana nilai-nilai luhur Pancasila yang diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari akan semakin dikenal dan diterapkan seiring berjalannya waktu.

Hal ini juga ditunjang oleh pendidikan yang mana pendidikan merupakan modal
utama dan sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme Indonesia secara
keseluruhan. Terutama dalam menyiapkan generasi muda maka melalui pendidikan terutama
materi PKN, sejarah, dan sebagainya bisa memperkenalkan generasi muda kepada
pengalaman kolektif dan masa lalu bangsanya. Pendidikan juga membangkitkan kesadaran
dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga
tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah. Proses pengenalan
diri inilah yang merupakan titik awal dari timbulnya rasa harga diri, kebersamaan, dan
keterikatan (sense of solidarity), rasa keterpautan, dan rasa memiliki (sense of belonging),
kemudian rasa bangga (sense of pride) terhadap bangsa dan tanah air sendiri.

Untuk itu generasi muda perlu mereposisi perilaku dan perannya dalam menanamkan
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena
itu, inilah saatnya generasi muda mereposisi perilakunya dengan meninggalkan budaya
hedonis dan budaya luar yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, peran
pemuda juga harus tampak nyata. Salah satunya dengan memberikan peranan yang lebih aktif
dalam membumikan Pancasila terutama dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Peran
inilah yang haru di dimainkan secara aktif oleh generasi muda bersama-sama dengan
komponen masyarakat lainnya. Sebab hal ini bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila di tengah
berbagai persoalan masyarakat yang mulai terlepas dari jati diri dan identitas sebagai bangsa
Indonesia.

Dari sini perlu dibangun karakter generasi muda yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang dimiliki. Sebab
hanya bangsa yang memiliki karakter kuatlah yang mampu menjadikan dirinya sebagai
bangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi
bangsa yang berkarakter adalah keinginan kita semua. Soekarno selalu menggelorakan
gerakan kesadaran untuk membentuk “nation and character building”. Soekarno menyatakan
bahwa tugas berat bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter
bangsa. Apabila pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia
akan menjadi bangsa kuli.

Pancasila sebagai penguat dan identitas nasional Indonesia perlu segera direkonstruksi
kembali oleh pemuda untuk diinternalisasikan dalam sikap dan nilai-nilai dalam kehidupan
sehari-hari. Pancasila saat ini belum dihayati secara benar oleh generasi muda, hanya
dipahami sebagai suatu instrument, simbol-simbol negara tanpa memahami hakikat dan
makna dari esensi Pancasila itu sendiri. Sehingga, Pancasila menjadi unsur-unsur akal dan
jiwa generasi muda yang konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya sehingga tampak
bahwa individu tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya.

Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi akar bangsa ini di masa
mendatang harus bisa mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional dengan memiliki modal
dasar sebagai agent of change (agen perubahan) dan agent of social control (agen pengawas
sosial) dalam masyarakat. Karena pemuda merupakan suatu potensi yang besar sebagai
armada dalam kemajuan bangsa. Peran pemuda sangat penting dalam membangun peradaban
dan kemajuan suatu bangsa.

Beberapa peran yang dapat dilakukan oleh generasi muda dalam menanamkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara termasuk adalah
dapat mewariskan nilai-nilai ideal Pancasila kepada generasi di bawahnya.Peran ini dapat
dimainkan oleh generasi muda dengan membina generasi dibawahnya. Tugas besar pemuda
adalah mewariskan nilai-nilai ideal dalam hal ini Pancasila kepada generasi berikutnya. Nilai-
nilai ideal tersebut beberapa diantaranya adalah: gotong royong, musyawarah, nasionalisme,
demokrasi Pancasila, persatuan dan kesatuan, kerjasama, identitas jati diri, budaya, dan
sebagainya. Nilai-nilai yang diidealkan inilah kemudian diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

Selain itu, perlu pembekalan pendidikan dengan Pancasila sebagai dasarnya untuk
menumbuhkan warga negara yang baik dan patriotik. Berdasarkan hal tersebut perlunya
generasi muda terlibat secara lebih aktif melalui penguatan identitas Indonesia dan ketahanan
budaya dalam konteks interaksi dalam komunitas masyarakat dengan membentuk ikatan
kolektivitas, rasa kebersamaan yang melahirkan dan menumbuhkan identitas ke-Indonesia-an
dan mewariskan nilai-nilai tersebut kepada generasi selanjutnya. Dengan konsep seperti
inilah menumbuhkan identitas Indonesia yang kuat dan membentuk ketahanan budaya
sebagai benteng yang mendasari pengaruh apapun dari dampak negatif globalisasi dalam
bentuk apapun dan menguatkan nasionalisme Indonesia secara keseluruhan.

Pancasila sendiri harus menjadi hal yang menggambarkan identitas generasi muda
kita dengan sebuah jati diri bangsa suatu bangsa yang tercermin dalam bentuk aktivitas dan
pola tingkah lakunya yang dapat dikenali orang atau bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, jati
diri bangsa dalam bentuk kepribadian nasional ini telah disepakati sejak bangsa Indonesia
menyatakan kemerdekaannya. Melalui kesepakatan-kesepakatan yang telah muncul lewat
pernyataan pendiri Negara dengan wujud pancasila, yang di dalamnya mengandung lima
nilai-nilai dasar sebagai gambaran kelakuan berpola bangsa Indonesia, yang erat dengan jiwa,
moral dan kepribadian bangsa. Pancasila tidak hanya diangkat sebagai dasar Negara namun
juga menjadi pandangan hidup bangsa. Rasa dan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
cinta tanah air merupakan bagian dari “ethico-mytical nucleus” dari suatu bangsa. Untuk itu
pembudayaan dan internalisasi nilai-nilai dasar tersebut perlu dilakukan secara terus menerus
dan konsekstual sesuai dengan jiwa dan tantangan zamannya.

Anda mungkin juga menyukai