Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KONSENTRASI INOKULASI Rizobacteria (PGPR)

TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora

spp.) SERTA PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA KULTIVAR

JAGUNG (Zea mays L.)

- Kandungan PGPR yang dibutuhkan oleh tanaman

USULAN PENELITIAN

SURIA PALOH
4442210007

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jagung manis Zea mays var. Saccharata) merupakan komoditas pangan
yang banyak disukai oleh masyarakat perkotaan karena memiliki rasa yang manis,
enak dan banyak mengandung karbohidrat, sedikit dan lemak. Selain untuk
sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau dibakar. Jagung manis
(sweet corn) memiliki rasa manis karena kandungan kadar gulanya 5-6 % yang
lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula 2-3 %. Sehingga rasa manis ini
banyak disukai masyarakat, selain itu dapat dikonsumsi secara segar atau
dikalengkan (Sirajuddin, 2010). Komoditas jagung manis layak untuk dapat
dikembangkan karena sebagai sumber karbohidrat yang bernilai gizi tinggi serta
menjadi alternatif untuk usaha pertanian berkelanjutan (Surtinah, 2015).
Produktivitas akan jagung manis sebagai tanaman pangan harus terus
dijaga, karena kebutuhan akan pangan terus meningkat setiap tahunnya seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk dan jumlah konsumsi masyarakat yang
terus meningkat. Selain sebagai bahan pangan, jagung manis dimanfaatkan
sebagai sumber bahan baku industri (Noviarini et al., 2017).  Namun pemenuhan
kebutuhan jagung masih belum tercukupi. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan
produk jagung pada data impor yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan
(2021) pada bulan Januari 2020 sebesar 866.821 ton, dengan total realisasi nilai
impor mencapai USD 174,06 juta, hingga pada Maret 2021 mengalami kenaikan
mencapai 746,40%.
Berdasarkan data terakhir Badan Pusat Statistik (2018), mencatat produksi
jagung Indonesia pada tahun 2016 sekitar 23,58 juta ton meningkat 20,22% dari
produksi tahun 2015 sebesar 19,61 juta ton. Produksi tahun 2017 kembali
meningkat 10,39% menjadi 26,03 juta ton. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten
(2021) mencatat produksi jagung mengalami penurunan dari tiga tahun terakhir
dari 2019 sebesar 119,2 ribu ton, tahun 2020 sebesar 111,9 ribu ton dan tahun
2021 sebesar 58.661 ribu ton. Keadaan ini terjadi karena beberapa kendala yang
menyebabkan penurunan produksi jagung manis mengalami fluktuasi.

1
2

Salah satu kendala yang terjadi dalam upaya peningkatan produksi jagung
manis adalah adanya serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman
jagung manis salah satunya penyakit bulai. Penyakit bulai merupakan penyakit
utama pada tanaman jagung yang disebabkan oleh jamur patogen
Peronosclerospora maydis (Pradhipta et al., 2019). Gejala penyakit pada tanaman
jagung manis yaitu klorotik memanjang sejajar tulang daun, pertumbuhan
tanaman yang terserang terhambat, dan pada pagi hari dapat terlihat lapisan
tepung putih di bawah permukaan daun (Jatnika et al., 2013). Muncul butiran
putih pada daun yang merupakan spora jamur patogen. Masa kritis tanaman
jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 35 hari
(Pradhipta et al., 2019). Tanaman jagung yang terserang P. maydis dapat
mengalami penurunan produksi 80%-100%. Hal ini karena tanaman jagung yang
terserang P. maydis tidak dapat menghasilkan biji (Ridwan et al., 2015).
Saat ini pengendalian penyakit bulai dengan menggunakan fungisida
berbahan aktif metalaksil masih menjadi pilihan utama para petani. Namun perlu
diketahui bahwa penggunaan metalaksil dilakukan secara terus menerus dalam
jangka waktu yang panjang maka dapat memicu terjadi resistensi pada P. maydis
(Burhanuddin, 2009). Perlunya alternatif untuk mengurangi penggunaan pestisida
secara berlebihan. Penggunaan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
merupakan salah satu agens hayati yang efektif serta ramah lingkungan. PGPR
adalah bakteri pengkoloni akar yang berfungsi sebagai biofertilizer, biostimulan
dan bioprotektan yang dapat memberikan efek menguntungkan terhadap tanaman
(Rai, 2006). sPeran PGPR sebagai agens pengendali hayati karena kemampuan
bersaing untuk mendapatkan zat makanan, atau hasil metabolit seperti siderofor,
hidrogen sianida, antibiotik, enzim ekstraseluler yang bersifat antagonis melawan
patogen. Mekanisme PGPR dalam meningkatkan kesuburan tanaman dengan
menekan perkembangan hama dan penyakit (bioprotectant) sehingga berpengaruh
pada tanaman untuk menghadapi hama dan penyakit, memproduksi fitohormon
(biostimulant) seperti indole acetic acid (IAA), sitokinin, giberelin, menghambat
produksi etilen sehingga berpengaruh pada penambah luas permukaan akar-akar
halus, serta dapat meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman (biofertilizer)
(Lizansari, 2013).
3

Selain itu, yang menjadi komponen utama dalam mengendalikan penyakit


bulai adalah dengan menggunakan varietas tahan. Hal ini lebih menguntungkan,
karena sifat ketahanannya lebih stabil, ekonomis, serta tidak menimbulkan efek
samping berupa keracunan dan pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu penelitian
ini diarahkan untuk menguji tingkat ketahanan beberapa varietas jagung terhadap
penyakit bulai dalam rangka menunjang upaya pengendaliannya (Pajrin et al.,
2013). Varietas tahan hama sudah banyak dilepas di Indonesia namun perlu
adanya pengujian terhadap penyakit bulai. Begitu pula varietas yang baru dirakit
agar dapat menjadi evaluasi terhadap ketahanan penyakit bulai (Wisanggeni,
2017).
Hasil penelitian Pajrin (2013) menunjukkan bahwa jagung varietas
Paramita dikategorikan sebagai varietas yang tahan terhadap serangan penyakit
Bulai (P. maydis).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat pengaruh agens hayati kelompok PGPR pada perlakuan benih
kadaluwarsa terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Serta Pertumbuhan Bibit
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)?
2. Pada periode perendaman benih kadaluwarsa berapakah yang berpengaruh
terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Serta Pertumbuhan Bibit Cabai Rawit
(Capsicum frutescens L.)?
3. Apakah terdapat interaksi antara periode perendaman dan agens hayati
kelompok PGPR pada benih kadaluwarsa terhadap Viabilitas dan Vigor Benih
Serta Pertumbuhan Bibit Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
4

1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan benih kadaluwarsa dengan agens hayati


pada berbagai kelompok bakteri PGPR) terhadap viabilitas dan vigor benih
serta pertumbuhan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
2. Untuk mengetahui periode perendaman yang tepat untuk benih kadaluwarsa
dengan agens hayati pada berbagai kelompok bakteri PGPR terhadap viabilitas
dan vigor benih serta pertumbuhan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

1.4. Hipotesis
1. Perlakuan benih kadaluwarsa dengan agens hayati pada kelompok bakteri
PGPR memberikan pengaruh terbaik terhadap viabilitas dan vigor benih serta
pertumbuhan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
2. Periode perendaman dengan agens hayati PGPR bakteri Bacillus subtilis
memberikan pengaruh terbaik terhadap viabilitas dan vigor benih serta
pertumbuhan bibit cabai rawit (Capsicum frutescens L.).
3. Terdapat interaksi antara Agens hayati bakteri kelompok PGPR dan periode
perendaman terhadap viabilitas dan vigor benih serta pertumbuhan bibit cabai
rawit (Capsicum frutescens L.).
4.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis


2.2. Sistematika dan Botani Cabai Rawit

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai