Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

BIEKOLOGI DAN MANAJEMEN GULMA


“APLIKASI HERBISIDA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Bioekologi dan
Manajemen Gulma

Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : IVA
Kelompok : 2 (Dua)

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kelancaran kepada penulis dalam
menyelesaikan praktikum pada Mata Kuliah Bioekologi dan Manajemen Gulma
dengan judul “Aplikasi Herbisida”.
Dalam rangka memenuhi tugas praktikum Bioekologi dan Manajemen
Gulma, penulis menyusun laporan praktikum ini untuk hasil aplikasi herbisida
terhadap gulma. Dalam hasil praktikum ini penulis mendapatkan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Alfu Laila, S.P., M.Sc., Andree Saylendra, S.P., M.Si., Widia Eka
Putri, S.P., M.Agr., Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Bioekologi dan
Manajemen Gulma yang sudah memberi arahan terkait praktikum ini. Saudara/i
Naufal dan Siti Khoiriyah selaku Asisten Bioekologi dan Manajemen Gulma kelas
IVA yang sudah membantu dalam berjalannya praktikum ini.
Dalam penyusunan hasil praktikum ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat memberikan pengetahuan tambahan bagi mahasiswa maupun
khalayak umum.

Serang, Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Gulma ........................................................................... 2
2.2 Herbisida .................................................................................................. 3
2.3 Sifat-sifat Herbisida ................................................................................. 4
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat................................................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................ 6
3.3 Cara Kerja ................................................................................................ 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan ............................................................................................. 7
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ................................................................................................ 12
5.2 Saran ...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13
LAMPIRAN ........................................................................................................... 1

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil pengamatan aplikasi herbisida ...................................................... 7

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gulma .................................................................................................... 3


Gambar 2. Herbisida ............................................................................................... 4

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya karena
mengganggu pertumbuhan dan juga produksi tanaman budidaya. Kehadiran gulma
pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang sangat serius dalam
mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh, dampaknya hasil
tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya. Selain persaingan,
kerugian tanaman dapat juga terjadi karena alelopati yang dihasilkan beberapa
jenis gulma (Kilkoda et al., 2015).
Keberadaan gulma yang mengganggu tanaman budidaya perlu dikendalikan.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara preventif, manual, kultur teknis,
biologi, hayati, terpadu dan kimia dengan menggunakan herbisida. Herbisida
secara umum merujuk pada jenis-jenis bahan kimia yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan gulma atau tanaman pengganggu. Tujuan umum
penggunaan herbisida adalah untuk membasmi atau mengendalikan gulma yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya (Wahyudi, 2015).
Pengendalian gulma pada lahan yang cukup luas biasanya dilakukan
menggunakan herbisida kimiawi yaitu menggunakan herbisida kimia. Herbisida
kimia memiliki bahan aktif yang dapat mempermudah dan mempercepat proses
kematian gulma. Herbisida gliposat adalah herbisida sistemik yang diaplikasikan
pasca tumbuh dan dapat mengatasi gulma berdaun lebar dengan cara menghambat
sintesis protein dan metabolisme asam amino. Sedangkan herbisida paraquat
adalah herbisida kontak non-selektif yang diaplikasikan secara pasca tumbuh dan
dapat menanggulangi gulma berdaun lebar dengan cara merusak selaput sel dan
menghambat fotosintesis (Sembiring dan Sebayang, 2019).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan gulma dan mekanisme herbisida dalam
mematikan gulma.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Gulma


Gulma adalah tanaman liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman yang
ditanam manusia atau dengan kata lain gulma merupakan tumbuhan pengganggu
yang tumbuh tanpa dibudidayakan, kehadirannya tidak diinginkan pada lahan
pertanian karena dapat menurunkan hasil produksi tanaman yang dibudidayakan.
Hal tersebut terjadi karena gulma mampu berkompetisi dengan tanaman budidaya
dalam memperoleh air, udara, unsur hara di dalam tanah, cahaya matahari dan
tempat hidup. Selain itu, beberapa gulma dapat mengeluarkan senyawa allelopati
yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya (Gawaksa et al.,
2016).
Gulma dapat tumbuh pada kondisi tanah yang beragam. Kemampuan
regenerasi juga mendukung gulma untuk tahan tumbuh lebih lama disembarang
tempat. Tempat tumbuh gulma yang beragam, misalnya di sekitar tanaman
budidaya, lahan sawah basah dan lahan kering, perkebunan, perairan, di sekitar
tempat hunian, taman-taman, tepi sungai, tepi jalan bahkan di atap rumah dan
menempel ditembok-tembok (Syaifudin et al., 2022).
Secara umum masalah yang ditimbulkan gulma pada lahan tanaman pertanian
yaitu terjadi kompetisi dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur
hara, ruang tumbuh dan udara. Gulma mempunyai kemampuan bersaing yang
kuat dalam memperebutkan CO2, air, cahaya matahari dan nutrisi, sehingga
pertumbuhan gulma dapat memperlambat pertumbuhan tanaman pokok. Gulma
dapat menjadi inang bagi hama atau penyakit sehingga memungkinkan dapat
berkembang biak dengan baik. Gulma dapat mengeluarkan senyawa alelopati
yang dihasilkan oleh tumbuhan baik sewaktu masih hidup atau setelah mati
(bagian-bagian yang busuk) yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jenis-jenis
lain yang tumbuh di dekatnya. Pengaruh alelopati terhadap aktivitas tumbuhan
antara lain menghambat penyerapan hara, menghambat pembelahan sel-sel akar,
menghambat sintesis protein dan aktivitas enzim, dan sebagainya (Paiman, 2020).

2
Gambar 1. Gulma
(Sumber: Cahyati dan Agus, 2021)

2.2 Herbisida
Herbisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membasmi gulma
termasuk rumput liar atau menghambat tanaman liar yang mengganggu tanaman
budidaya. Penggunaan herbisida secara intensif dapat menyebabkan
terakumulasinya residu bahan kimia dalam tanah yang dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan dan membahayakan bagi organisme lainnya serta proses
biologi dalam tanah (Widowati et al., 2017).
Herbisida dapat digunakan dalam berbagai konteks, termasuk pertanian,
kehutanan, perkebunan, kebun, taman, dan pemeliharaan lahan. Penggunaan
herbisida dapat membantu meningkatkan hasil panen tanaman budidaya dengan
mengurangi persaingan nutrisi, air, dan cahaya matahari yang disebabkan oleh
gulma. Selain itu, penggunaan herbisida juga dapat membantu mengendalikan
penyebaran gulma invasif yang dapat merusak ekosistem alami (Sari, 2018).
Herbisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan
gulma. Pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida dianggap lebih
praktis dan menguntungkan dibandingkan metode lain karena membutuhkan
tenaga kerja yang lebih sedikit dan waktu pengendalian relatif lebih singkat.
Penggunaan herbisida dibandingkan dengan pengendalian secara mekanis atau
fisik yaitu dapat mengendalikan gulma yang sulit disiangi karena tumbuh bersama
tanaman budidaya, herbisida sebelum tumbuh mengendalikan gulma sejak awal,
mengurangi kerusakan akar, dan mengurangi erosi (Hastuti et al., 2014).
Kelebihan pengendalian gulma secara kimia yaitu menghemat waktu
pelaksanaan dan tidak memerlukan banyak tenaga kerja. Sedangkan
kekurangannya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang
mematikan mikroorganisme yang bermanfaat di dalam tanah, dapat menimbulkan

3
persistensi atau sifat ketahanan gulma terhadap aplikasi herbisida dan tidak dapat
dilakukan pada tempat tumbuhnya gulma yang sulit dijangkau dengan alat
penyemprot herbisida (Ismawati et al., 2017).
Berdasarkan cara kerjanya herbisida bersifat kontak dan sistemik. Herbisida
kontak adalah herbisida yang bekerja dengan cara langsung mematikan jaringan-
jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida. Herbisida sistemik
adalah herbisida yang ditranslokasikan dan bekerja pada seluruh sistem tumbuhan
(Zamahzari dan Puryantoro, 2023).

Gambar 2. Herbisida
(Sumber: Pandawa Agri Indonesia, 2023)

2.3 Sifat-sifat Herbisida


Berdasarkan cara kerjanya, herbisida dibagi menjadi herbisida kontak dan
herbisida sistemik. Herbisida kontak dapat digunakan hanya pada gulma yang
terkena semprotan, tetapi akar tanaman masih bisa hidup sehingga memungkinkan
untuk tumbuh lagi karena penggunaan herbisida ini yang hanya bersifat
sementara. Herbisida kontak sangat jarang ditranslokasikan dari suatu jaringan ke
jaringan lainnya. Herbisida sistemik, yaitu herbisida yang apabila diberikan pada
gulma dapat ditranslokasikan dari satu bagian ke bagian lain sehingga seluruh
bagian dari gulma tersebut keracunan akut. Herbisida ini diserap oleh gulma dan
menyebar ke seluruh bagian tubuh gulma menyebabkan terganggunya proses
metabolisme dan gulma akan mati total (Umiyati dan Widayat, 2017).
Berdasarkan selektifitasnya, herbisida dibedakan menjadi herbisida selektif
dan herbisida non selektif. Herbisida selektif adalah herbisida yang hanya
menghambat atau membunuh jenis gulma tertentu dan tidak berpengaruh untuk
jenis gulma lainnya. Herbisida non selektif adalah herbisida yang membunuh
hampir semua jenis gulma yang terkena herbisida tersebut (Umiyati dan Widayat,
2017).

4
Berdasarkan waktu aplikasinya, herbisida dibedakan menjadi herbisida pra
tumbuh atau yang digunakan sebelum ditanam (preplant), dan herbisida pasca
tumbuh atau yang digunakan setelah benih disemai tetapi belum berkecambah
(pre emergence) atau setelah tumbuh (post emergence). Herbisisda pra tumbuh,
umumnya digunakan untuk membunuh rerumputan dan tanaman musiman.
Herbisida pratumbuh bekerja dengan melapisi permukaan tanah dengan bahan
aktif yang ada di dalamnya akibatnya, biji-biji rumput menjadi terhambat atau
tidak tumbuh sama sekali. Cara pengaplikasiannya dengan disemprotkan secara
merata pada permukaan tanah yang mengandung air. Adapun herbisida pasca
tumbuh merupakan herbisida yang diaplikasikan setelah tanaman tumbuh pada
lahan dengan tujuan menekan keberadaan gulma (Adnyana, 2017).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 18 Juli 2023 pada pukul 13.30-
14.30 WIB yang bertempat di Lapangan Perumahan Pondok Indah Serang, Kota
Serang, Banten.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat semprot
(sprayer), ember, dan bambu/batu dan rafia. Sedangkan bahan yang digunakan
pada praktikum ini yaitu air, herbisida kontak dan herbisida sistemik.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Ditentukan lahan yang banyak ditumbuhi gulma.
2. Dibuat petakan ukuran 1 m x 1 m menggunakan tali rafia.
3. Disiapkan herbisida kontak dan sistemik.
4. Dibuat formulasi masing-masing herbisida sesuai petunjuk pada botol
herbisida.
5. Disemprotkan herbisida secara merata pada gulma dalam petakan yang
telah ditentukan.
6. Diamati dan catat apa yang terjadi pada gulma selama 3 hari atau sampai
gulma kelihatan mati.
7. Diskusikan dan bahas hasil pengendalian gulma secara kimiawi.
8. Dibuat laporan praktikum sesuai sistematikan yang telah ditentukan.

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1. Hasil pengamatan aplikasi herbisida
Nama Dagang % Penutupan Gulma Gejala keracunan Gambar/foto
0% Tidak terdapat
gejala yang
ditimbulkan

1 Hari Setelah Aplikasi


(HSA)
20% Daun mengalami
gejala kekuningan
dan layu, bagian

Roundup batang menjadi


layu

2 Hari Setelah Aplikasi


(HSA)
40% Daun mengalami
gejala kuning
yang lebih luas
dan batang layu

3 Hari Setelah Aplikasi


(HSA)

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai aplikasi herbisida. Herbisida umum nya
merupakan senyawa kimia beracun yang digunakan untuk pengendalian gulma di
lahan, baik lahan pertanian maupun lahan-lahan yang difungsikan bagi manusia.
Menurut Hartono dan Kadir (2015), bahwa aplikasi herbisida adalah proses

7
penerapan herbisida pada area yang terinfestasi gulma untuk mengendalikan dan
mengurangi populasi gulma. Tujuan utama dari aplikasi herbisida adalah untuk
mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa atau dengan sedikit
kerusakan pada tanaman budidaya yang diinginkan.
Aplikasi herbisida yang digunakan merupakan herbisida dengan herbisida
sistemik dengan nama dagang Roundup. Menurut Sumarni (2018) herbisida
sistemik adalah jenis herbisida yang dapat bertranslokasi atau bergerak melalui
sistem vaskular tanaman setelah diaplikasikan. Mereka diserap oleh daun, batang,
atau akar tanaman dan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman melalui aliran
air atau sirkulasi nutrisi. Herbisida sistemik memiliki keunggulan karena dapat
mencapai bagian tanaman yang tidak terjangkau oleh herbisida kontak. Mereka
dapat bergerak melalui jaringan xilem dan floem, sehingga dapat mencapai
daerah-daerah yang jauh dari titik aplikasi. Ini memungkinkan herbisida sistemik
untuk efektif mengendalikan gulma yang telah tumbuh besar atau memiliki sistem
akar yang kuat.
Berdasarkan bahan aktif dan kandungannya, Roundup memiliki bahan aktif
Isopropilamina glifosat 486 g/l. Menurut Jatsiyah dan Sarwendah (2020)
Isopropilamina glifosat merupakan herbisida pasca tumbuh yang diformulasi
dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air yang dapat mengendalikan
gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki-tekian serta mempunyai spektrum
yang luas. Herbisida berbahan aktif Isopropilamina glifosat mampu menekan
pertumbuhan gulma total maupun pergolongan dan efektif mengendalikan gulma,
contohnya gramineae yaitu jenis gulma rumput-rumputan.
Berdasarkan hasil aplikasi herbisida ditunjukkan bahwa kemampuan
herbisida Roundup berbahan aktif Isopropilamina glifosat belum mampu
memberikan efek nyata pada pengendalian gulma. Hasil pengamatan 1 hari
setelah aplikasi (HSA) masih menunjukkan persentase penutupan 0% dan tidak
menimbulkan gejala apa pun. Pada 2 hari setelah aplikasi mulai memberikan efek
pada gulma dengan persentase penutupan 20% yang menunjukkan gejala
keberhasilan yaitu daun sebagian menguning dan batang bagian bawah mulai
mengalami layu. Sedangkan pada 3 hari setelah aplikasi (HSA) keberhasilan
meningkat menjadi 40% penutupan gulma dengan gejala yang sama.

8
Secara umum faktor yang menyebabkan tidak berhasilnya pengendalian
gulma dengan Roundup dapat disebabkan karena karakteristik gulma tersebut
memang tahan terhadap bahan aktif Isopropilamina glifosat. Selain itu faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan. Selain itu yang paling
masuk akal adalah penggunaan dosis yang tidak tepat juga menyebabkan
menurunnya tidak keberhasilan untuk mengendalikan gulma. Menurut Sriyani
(2016) penggunaan dosis aplikasi yang terlalu rendah menyebabkan tujuan
pengendalian tidak berhasil. Sebaliknya bila dosis aplikasi terlalu tinggi, di
samping terjadi pemborosan, juga akan menimbulkan masalah pencemaran
lingkungan. Selain masalah pencemaran lingkungan dosis aplikasi yang terlalu
tinggi dapat menimbulkan keracunan bagi tanaman budidaya (fitotoksisitas).
Herbisida ini diabsorbsi oleh daun dan ditranslokasikan dalam tumbuhan yang
berlangsung secara sistemik, yaitu melalui jaringan hidup dan pembuluh utama
floem menuju ke jaringan meristem. Isopropilamina glifosat merupakan herbisida
pasca tumbuh yang diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air
yang dapat mengendalikan gulma berdaun sempit, berdaun lebar, dan teki-tekian
serta mempunyai spektrum yang luas.
Faktor waktu untuk mengendalikan gulma juga mempengaruhi keefektifan
herbisida sistemik. Herbisida sistemik yang mempengaruhi melalui jaringan
tumbuhan membutuhkan waktu yang relatif lama. Karena distribusi masuknya
bahan aktif herbisida akan secara selektif mempengaruhi jaringan gulma.
Supawan dan Hariyadi (2014) menyatakan dalam hasil penelitiannya herbisida
mampu menekan pertumbuhan gulma dalam waktu yang cukup lama hingga 3
bulan setelah aplikasi. Sa’diyah et al (2021) menambahkan bahwa pada
penelitiannya hal ini dapat disebabkan karena herbisida yang bersifat sistemik
merupakan herbisida yang mudah mengalami pencucian atau tercuci oleh air
hujan. Herbisida sistemik dapat memberikan penekanan efektif hingga 10 MSA,
akan tetapi pada penelitian ini pada 6 MSA herbisida telah memberikan efektivitas
pengendalian dapat diterima, ketika dilakukan pengamatan lanjutan justru
mengalami pertumbuhan gulma yang cukup kembali hal ini dapat disebabkan oleh
intensitas curah hujan yang menyebabkan pertumbuhan gulma kembali atau
regrowth.

9
Lebih lanjutnya Nildayanti dan Junaedi (2017) mengemukakan bahwa
herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh
tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau
sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk
membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak
langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara
mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan
tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh,
tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas-tunas
yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek
terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun
sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi
sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang).
Waktu aplikasi herbisida yang digunakan yaitu siang hari, sedangkan
efektifnya herbisida dapat diaplikasikan di pagi hari dan sore hari. Hal tersebut
karena keadaan cahaya matahari yang belum mencapai titik maksimal tidak akan
membuat herbisida yang diaplikasikan tidak akan mengalami penguapan.
Kemungkinan besar bahwa herbisida yang digunakan sudah mengalami
penguapan yang cepat sehingga yang seharunya masuknya ke dalam jaringan
tanaman yang dibawa oleh air namun menguap akibat penyinaran matahari.
Menurut Mulyati (2014) beberapa gulma telah mengembangkan resistensi
terhadap herbisida tertentu. Akibat penyemprotan yang kurang tepat yaitu
diaplikasikan di pagi hari. Ini berarti bahwa mereka memiliki mekanisme yang
memungkinkan mereka bertahan hidup meskipun terpapar herbisida. Jadi,
meskipun herbisida dapat menyebabkan gejala awal seperti daun yang mati atau
menguning, beberapa gulma dapat pulih dan mengembangkan daun baru yang
hijau.
Beberapa faktor yang mempengaruhi khasiat herbisida sistemik adalah gulma
dalam fase pertumbuhan aktif, cuaca cerah dan tidak berangin saat penyemprotan,
semprotan tidak disemprotkan sebelum hujan, area yang disemprot pertama
kering, dan air digunakan sebagai obat. pelarut. Aini et al. (2014) menyatakan
ciri-ciri herbisida sistemik ini adalah dapat mematikan pucuk-pucuk di dalam

10
tanah, sehingga menghambat pertumbuhan kelima gulma tersebut. Efeknya
hampir merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari daun hingga akar. Oleh karena
itu, proses regenerasi juga berlangsung sangat lambat, sehingga putaran kontrol
bisa lebih lama (panjang). Keseluruhan penggunaan herbisida sistemik ini dapat
menghemat waktu, tenaga dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan
pada semua jenis penyemprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena
dispersi bahan aktif pada gulma membutuhkan pelarut yang sedikit.

11
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari aplikasi
herbisida adalah untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan gulma tanpa
atau dengan sedikit kerusakan pada tanaman budidaya yang dinginkan
Pengaplikasian herbisida dapat di kelompokan berdasarkan beberapa faktor salah
satunya adalah cara kerjanya.
Herbisida dengan nama dagang Roundup yang berbahan aktif Isopropilamina
glifosat belum mampu mengendalikan gulma yang didominansi oleh gulam jenis
rumput-rumputan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan oleh penggunaan dosis
dan konsentrasi yang kurang tepat, faktor lingkungan, sifat gulma, waktu efektif
untuk membunuh gulma dan juga kemampuan herbisida dalam mengendalikan
gulma. Dilihat bahwa herbisida yang digunakan adalah herbisida sistemik yang
menranslokasikan bahan aktif nya melalu jaringan tumbuhan, sehingga tidak
efektif dalam waktu yang cukup singkat, tidak akan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap gulma yang dikendalikan.

5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum ini baiknya gunakan dosis yang tepat dan waktu
aplikasi yang tepat. Disarankan untuk waktu aplikasi dapat dilaksanakan di pagi
hari dan sore hari.

12
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I.M. 2017. Klasifikasi Respon Morfologi dan Respon Biokimia


terhadap Herbisida. AGT Udayana. 49 hlm.
Aini, N., Dad, R.J.S., dan Sugianto. 2014. Efikasi Herbisida
Aminopiralid+Glifosat terhadap Gulma pada Lahan Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis [Muell.] Arg) Menghasilkan. J, Agrotek. Vol. 2(3):
388-393.
Cahyati dan Agus, S. 2021. Bioherbisida Sebagai Pengaruh Negatif terhadap
Pertumbuhan Tanaman Daun Bawang. Biolovia. Vol. 2(1): 34-43.
Gawaska, H.P., Damhuri, dan Lili, D. 2016. Gulma di Lahan Pertanaman Jagung
(Zea mays L.) di Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat. J. Ampibi.
Vol. 1(3): 1-9.
Hartono, A., dan Kadir, T. S. 2015. Aplikasi Herbisida dalam Pengendalian
Gulma pada Tanaman Padi Sawah. Jurnal Hortikultura. Vol. 25(2): 121-
130.
Hastuti, D., Rusmana. dan Z. Krisdianto. 2014. Respons Pertumbuhan Gulma
Tukulan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian
Beberapa Jenis dan Dosis Herbisida di PTPN VIII Kebun Cisalak Baru.
Jurnal Agroekoteknologi. Vol. 6(2): 178-187.
Ismawati, Nanik, S., dan Hidayat, P. 2017. Pengujian Efektivitas Herbisida
Berbahan Aktif Glifosat, Mesotrion, S-Metolaklor dan Campuran
Ketiganya Terhadap Gulma Teki. J. Agrotek Tropika. Vol. 5(3): 181-187.
Jatsiyah, V., dan Hermanto, R. 2020. Efikasi Herbisida Isopropilamina Glifosat
terhadap Pengendalian Gulma Kelapa Sawit Belum Menghasilkan.
Agrovigor. Vol. 13(1): 22-28.
Kilkoda, A.K., T. Nurmala, D. Widayat. 2015. Pengaruh Keberadaan Gulma
(Ageratum conyzoides dan Boreria alata) terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tiga Ukuran Varietas Kedelai (Glycine max L. Merr) pada Percobaan Pot
Bertingkat. Jurnal Kultivasi. Vol. 14(2): 1-9.
Mulyati, S. 2014. Studi Efektivitas Herbisida Glifosat 48% dan Herbisida Glifosat
24%+2,4-D 12% untuk Mengendalikan Gulma pada Tanaman Kelapa

13
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Belum Menghasilkan. Skripsi. Bogor.
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian.
Nildayanti, dan Junaedi. 2017. Respon Gulma Berdaun Sempit Terhadap Aplikasi
Herbisida Berbahan Aktif Isopropilamina Glifosat Pada Lahan Kakao. J.
Agroplante. Vol. 6(1): 40-46.
Pandawa Agri Indonesia. 2023. Glifosat Dilarang Digunakan, Efeknya Sangat
Berbahaya. Banyuwangi. https://pandawaid.com/id/2023-glifosat-dilarang-
digunakan-efeknya-sangat-berbahaya/. Diakses pada tanggal 23 Juli 2023.
Paiman. 2020. Gulma Tanaman Pangan. UPY Press. Yogyakarta. 231 hlm.
Sa’diyah, M.P.S., Rohlan, R., dan Masdiyawati. 2021. Pengaruh Macam
Herbisida Sistemik terhadap Pertumbuhan Gulma di Pertanaman Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr.) pada Fase Vegetatif. Vegetalika. Vol. 10(4):
259-273.
Sari, D.P. 2018. Herbisiada: Pengenalan, Klasifikasi, Mekanisme Kerja, dan
Pengendalian Gulma. Andi Offset. Yogyakarta.
Sembiring, D.S.P.S., dan N.S. Sebayang. 2019. Uji Efikasi Dua Herbisida pada
Pengendalian Gulma di Lahan Sederhana. Jurnal Pertanian. Vol. 10(2): 61-
69.
Sriyani, 2016. Pengelolaan Gulma dan Herbisida untuk Meningkatkan
Produktivitas Lahan Pertanian Secara Berkelanjutan. Pidato Ilmiah
Pengukuhan Guru Besar Bidang Pengelolaan Gulma dan Herbisida.
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Sumarni, S., Handayani, E., dan Mardliyati, E. 2018. Evaluasi Efektivitas
Herbisida Sistemik terhadap Gulma pada Tanaman Padi Sawah. Jurnal
Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 23(3): 195-201.
Supawan, I.G., dan Hariyadi. 2014. Efektivitas Herbisida IPA Glifosat 486 SL
Untuk Pengendalian Gulma Pada Budidaya Tanaman Karet (Hevea
brasiliensis Muell. Arg) Belum Menghasilkan. Bul. Agrohorti. Vol. 2(1):
95-103.
Syaifudin, E.A., Sofian, dan Rizky, A.P. 2022. Identifikasi Gulma pada Sawah
Lahan Rawa Padi Lokal Kalimantan Timur di Desa Rapak Lambur,

14
Kecamatan Tenggarong. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab. Vol.
5(1): 34-40.
Umiyati, U., dan Dedi, W. 2017. Gulma dan Pengendaliannya. Deepublish.
Sleman. 98 hlm.
Wahyudi, A.T., Purnomo, D., dan Husni, M. 2015. Efektivitas Herbisida
Postemergence dalam Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi Sawah.
Jurnal Agroekoteknologi Tropika. Vol. 4(1): 9-16.
Widowati, T., R. Cinta, B. Ginting, U. Widyastuti, dan N. Ardiwinata. 2017.
Isolasi dan Identifikasi Bakteri Resisten Herbisida Glifosat dan Paraquat
dari Rizosfer. Biopropal Ind. Vol. 8(2): 63-70.
Zamahzari, A., dan Puryantoto. 2023. Strategi Pemasaran Herbisida Pada Ud.
Sumber Bahagia di Desa Bugeman Kecamatan Kendit Kabupaten
Situbondo. Jurnal Purnama Medika. Vol. 1(3): 132-142.

15
LAMPIRAN

Gambar 1. Gambar 2.
Petak sampel Herbisida

Gambar 3. Gambar 4.
Proses pencampuran herbisida dan air Proses aplikasi herbisida pada petakan

Anda mungkin juga menyukai