Laporan Praktikum BTT Final
Laporan Praktikum BTT Final
Disusun oleh:
Nama : Suria Paloh
NIM : 4442210007
Kelas : IV B
Kelompok : 1 (Satu)
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
BAB I
PEDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini yaitu, agar mahasiswa mengetahui pengaruh
pemberian NPK pada pertumbuhan awal bibit asal cangkok tanaman jambu batu
kristal.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Tanaman Umur Tanaman/HST
3 6 9 12 15 18 21 24
1 27,3 28,5 28,6 28,6 28,8 28,8 28,9 29
2 22,5 22,5 22,5 22,5 22,7 23 23 23
3 26 26,5 26,9 27 27,2 27,6 27,6 28
4 23,5 24 - - - - - -
5 21 21,5 21,9 22 22,5 27,9 28 28,2
6 27,7 28 28,5 28,5 29 29,1 29,2 29,2
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini mengenai pengaruh pemberian NPK pada pertumbuhan awal
bibit asal cangkok tanaman jambu batu kristal. Menurut Kurniawan et al. (2021),
mencangkok adalah suatu cara perbanyakan secara vegetatif pada tanaman dengan
cara membuat perakaran baru di atas permukaan media dengan mengupas kulit pada
bagian batang kemudian dibalut dengan media tanah atau cocopeat sehingga akar
akan muncul pada bagian batang yang dikupas, kemudian dipangkas dan ditanam
menjadi individu baru dengan sifat unggul diantaranya tanaman cepat berbuah.
3
Karena pertumbuhan bibit yang baik merupakan faktor utama dalam memperoleh
tanaman yang berproduksi tinggi, untuk itu diperlukan media tumbuh dengan sifat
kimia, fisika dan biologi yang sesuai dengan pertumbuhan bibit tanaman jambu
batu kristal.
Pada pertumbuhan awal hasil cangkok peranan pupuk dalam perkembangan
bibit hasil cangkok tanaman jambu batu kristal merupakan faktor penting untuk
ketersediaan unsur hara tanaman pada fase vegetatif karena sehingga dapat
menyerap kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangan tunas dan
perakaran kuat pada bibit jambu batu kristal. Penggunaan pupuk anorganik NPK
dengan dosis yang tepat dapat memberikan pertumbuhan bibit signifikan karena
kandungan unsur yang dibutuhkan tanaman yang cukup tinggi. Menurut Indriani
dan Prihantoro (2017) pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung
unsur N, P dan K. Penggunaan jenis dan dosis harus disesuaikan dengan fase
pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan vegetatif tanaman memerlukan kandungan N
yang lebih tinggi dan pertumbuhan generatif tanaman memerlukan kandungan P
dan K yang lebih tinggi Kegunaan unsur Nitrogen (N) adalah merangsang
pertumbuhan tanaman bagian cabang dan daun. Kegunaan unsur Fosfor (P) adalah
merangsang akar dan mempercepat pembungaan. Kegunaan unsur Kalium (K)
adalah memperkuat tanaman agar tidak roboh dan memperkuat bunga dan buah
agar tidak mudah gugur. Cara pemberian pupuk agar lebih efektif dan cepat diserap
oleh akar tanaman serta tidak menguap adalah membenamkan pupuk ke dalam
tanah di sekeliling tanaman.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data pengamatan tinggi tanaman menunjukkan
bahwa penggunaan pupuk NPK dengan dosis 2 g/bibit memberikan pengaruh nyata
pada semua sampel dengan pertumbuhan yang signifikan yaitu pertumbuhan tunas.
Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan terpenuhinya unsur hara yang dibutuhkan
tanaman khususnya unsur hara nitrogen yang terdapat dalam ketiga macam pupuk.
Tini et al. (2019), menyatakan bahwa unsur hara N pada tanaman jambu batu sangat
dibutuhkan oleh tanaman untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman.
Mahendra et al. (2017), menambahkan pada tanaman jambu batu peran utama unsur
nitrogen adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu pertumbuhan
batang dan perakaran tanaman, memperbaiki tingkat hasil dan kualitas buah melalui
4
peningkatan jumlah ranting, pengembangan luas daun, pembentukan bunga dan
buah, pengisian buah, dan sintesis protein. Menurut Atmaja et al. (2016), secara
mekanisme penyerapan unsur hara dari media tanam oleh jambu batu kristal melalui
akar terjadi dengan tiga cara yaitu pertama intersepsi akar yang terjadi adalah
pergerakan akar tanaman yang memperpendek jarak dengan keberadaan unsur hara.
Peristiwa ini terjadi karena akar tanaman tumbuh dan memanjang, sehingga
memperluas jangkauan akar tersebut. Perpanjangan akar tersebut menjadikan
permukaan akar lebih mendekati posisi keberadaan unsur hara, baik unsur hara
yang ada dalam larutan tanah, permukaan koloid liat, maupun permukaan koloid
organik. Kedua Aliran massa mekanisme aliran massa adalah suatu mekanisme
gerakan unsur hara di dalam tanah menuju ke permukaan akar bersama- sama
dengan gerakan massa air. Selama proses transpirasi tanaman berlangsung, terjadi
juga proses penyerapan air oleh akar tanaman. Terserapnya air karena adanya
perbedaan potensial air yang disebabkan oleh proses transpirasi tersebut. Nilai
potensial air di dalam tanah lebih rendah dibandingkan dengan permukaan bulu
akar sehingga air tanah masuk ke dalam jaringan akar. Pergerakan massa air ke akar
tanaman akibat langsung dari serapan massa air oleh akar tanaman terikut juga
unsur hara yang terkandung dalam air tersebut.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data pengamatan jumlah daun menunjukkan
hasil tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan jumlah daun dan daun mengalami
kekeringan dan kerontokan. Namun Pada umur 24 HST, tanaman ke-5 memiliki
jumlah daun terbanyak yaitu sebanyak 12 helai. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
adanya faktor-faktor penyebab kerontokan daun. Salah satunya adalah kekurangan
air pada tanaman hasil cangkok. Kekurangan air dapat menyebabkan taman menjadi
kerdil, perkembangannya menjadi abnormal. Sedang tanda-tanda pertama yang
terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena
penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman.
Hal ini selaras dengan pendapat Latifah et al. (2023), menyatakan bahwa penurunan
jumlah daun diduga karena tidak terserapnya air dengan baik oleh akar dari dalam
tanah yang dibutuhkan oleh daun untuk melakukan proses fotosintesis. Akar yang
dihasilkan dari perlakuan panjang keratan cabang cangkok belum mampu
mengimbangi proses fotosintesis dengan baik sehingga menyebabkan proses
5
fotosintesis terhambat akibatnya menyebabkan penurunan jumlah daun pada bibit
tanaman cangkok. Kekurangan air yang terjadi pada bibit dalam polybag juga
diakibatkan penempatan bibit yang kurang ideal, terdapat beberapa bibit yang tidak
langsung terkena air hujan sehingga mengakibatkan bibit mengalami kekeringan
selama pertumbuhan. Susanti dan Safrina (2018) menambahkan jumlah daun
merupakan salah satu parameter penting dalam menganalisis pertumbuhan tanaman
karena berkaitan dengan kemampuan pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan
biomassa. Hal ini mengindikasikan setiap perlakuan tidak berpengaruh terhadap
jumlah daun pada bibit karena menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan.
Selain itu faktor penting yang menyebabkan penurunan jumlah daun adalah
kurangnya ketersediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman, pemberian dosis
pupuk yang kurang tepat sehingga unsur hara untuk pertumbuhan daun terganggu.
Menurut Haryadi et al. (2015), menyatakan jumlah daun dipengaruhi oleh unsur
hara N, P dan K yang ada di dalam tanah. Terutama unsur P merupakan bagian
penting dalam metabolisme tanaman sebagai pembentuk gula fosfat yang
dibutuhkan tanaman pada saat fotosintesis. Fotosintesis yang berjalan dengan baik
akan menghasilkan fotosintat yang dapat digunakan tanaman untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Jumlah dosis yang berlebihan juga dapat
mempengaruhi terhadap keadaan tanaman. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Satria et al. (2015), bahwa tiap peningkatan dosis pupuk NPK
akan menghasilkan pertumbuhan yang lebih rendah, karena pemberian pupuk
dalam jumlah yang berlebihan tidak lagi mendorong pertumbuhan untuk lebih aktif,
melainkan akan menekan laju pertumbuhan tanaman.
Faktor lainnya adalah keadaan jumlah tunas yang sedikit pula merupakan
indikator utama dalam pertumbuhan daun. Daun akan tumbuh pada setiap tunas
yang ada pada batang. Dalam hal ini tunas yang tumbuh pada batang tanaman
cangkok jambu batu kristal relatif sedikit terutama pada sampel 3 dan sampel 6.
Penyebabnya adalah keadaan pemberian dosis yang berlebih juga dapat
mempengaruhi keadaan tunas. Menurut Listari et al. (2019) hal ini disebabkan
karena jumlah tunas yang tumbuh sangat dipengaruhi juga oleh tunas baru yang
tumbuh. Semakin banyak tunas tumbuh maka semakin banyak cabang terbentuk,
sebaliknya semakin sedikit jumlah tunas maka semakin sedikit cabang tumbuh.
6
Indikator bahwa cangkok tersebut hidup adalah pucuk cabang cangkok masih
terdapat daun dan terlihat segar hingga akhir pengamatan. Cangkok yang mati
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor lingkungan, genetik, dan organisme
pengganggu tanaman (OPT). Pradana et al. (2021), menambahkan faktor penyebab
kegagalan pencangkokan batang tanaman tersebut diantara batang terlalu tua untuk
dilakukan pencangkokan, cara ini juga jauh dari kata keberhasilan. Batang yang tua
sudah tidak lagi memiliki kemampuan untuk tumbuh akar, karena keadaan
fisiologis dan morfologis yang tidak lagi memungkinkan untuk berkembang
menjadi tanaman baru. Selain itu, media cangkok menentukan hasil dari sistem
pencangkokan. Karena media cangkok yang baik dapat memberikan ruang
kebutuhan bagi perakaran untuk tumbuh, akar akan menyerap nutrisi dalam tanah
yang dibawa sampai ke ujung daun dan daun akan dapat tumbuh dan mengalami
fotosintesisnya dengan baik. Dengan demikian, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan tanaman, yaitu: kondisi kelembaban
media tanam, dan suhu udara pada lingkungan tanaman serta waktu dan dosis dalam
penerapan pemeliharaan yang dibutuhkan tanaman sesuai dengan jenis tanaman
tersebut. Kelembaban media tanam adalah jumlah partikel-partikel air yang berada
pada media tanam yang berpengaruh pada tingkat kelembaban tanah, dan suhu
udara adalah kadar uap di udara yang juga mempengaruhi proses pertumbuhan
tanaman, sedangkan komposisi merupakan kuantitas untuk dosis pemberian air,
pupuk dan pestisida, serta waktu adalah jadwal dan frekuensi pada pemeliharaan
tanaman tersebut.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 2 g/bibit
berpengaruh terhadap pertumbuhan batang jambu batu kristal asal cangkok, dengan
peningkatan yang terlalu berlanjut secara signifikan dari mulai 3 HST sampai
dengan 24 HST. Namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan
jumlah daun pada semua sampel kecuali pada sampel 5 dalam kondisi lain adanya
7
pengaruh terhadap jumlah daun dengan jumlah daun terbanyak yaitu 12 helai daun.
Hal ini diindikasikan karena banyaknya faktor yang perlu untuk pertumbuhan
jumlah seperti ketersediaan unsur hara yang cukup, faktor bibit yang baik dan media
yang baik.
4.2 Saran
Perlu adanya uji coba lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
dosis yang tepat. Selain itu perlu diperhatikan kondisi faktor biotik dan abiotik
untuk keberhasilan tanaman hasil cangkok. Perlunya perhatian lebih intensif
terhadap penanaman hasil cangkok ini karena pada pertumbuhannya rentan mati.
DAFTAR PUSTAKA
8
Listari, A., Supanjani, Sumardi, Widodo, dan Djamilah. 2019. Pengaruh Dosis
Pupuk Kandang Kambing dan NPK 16:16:16 terhadap Pertumbuhan dan
Kualitas Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L.) pada Musim Penghujan.
JIPI. Vol. 21(1): 44-48.
Mahendra, I.G.J., I.N. R., dan I.W. Wiraatmaja. Upaya Meningkatkan Produksi dan
Kualitas Buah Jambu Biji Kristal (Psidium guajava L. cv. Kristal) Melalui
Pemupukan. Agrotrop. Vol. 7(1): 60-68.
Pakpahan, T. E. 2015. Kajian Tekhnik Mencangkok Perbanyakan Jambu Kristal
(Psidium guajava). Agrica Ekstensia. Vol. 2(9): 27-30.
Pradana, A.N., I.N, Faujiah, N.S. Handayani, dan U.H. Irawan. 2021. Pelatihan dan
Pendampingan Perawatan Tanaman Jambu Kristal di Desa Tanjungsari.
Proceedings UIN Sunan Gunung Djati Bandung Vol. 1(51): 55-69.
Pratama, D.B., R.A.D. Widyasuti, F. Yelli, dan K. Hendarto. 2022. Respon
Pertumbuhan Bibit Tanaman Jambu Biji ‘Kristal’ (Psidium guajava L.)
pada Dua Jenis Media Tanaman dan Beberapa Jenis Mikroorganisme Lokal
(MOL) Limbah Pertanian. Jurnal Agrotropika. Vol. 2(1): 35-46.
Romalasari, A., S. Susanto, M. Melati, dan A. Junaedi. 2017. Perbaikan Kualitas
Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Kultivar Kristal dengan Berbagai
Warna dan bahan Pemberongsong. J. Hort. Indonesia. Vol. 8(3): 155-161.
Satria, N., Wardati, dan M.A. Khoiri. 2015. Pengaruh Pemberian Kompos Tandan
Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Gaharu. JOM Faperta. Vol. 2(1): 1-14.
Susanti, D., D. Safrina. 2018. Identifikasi Luas Daun Spesifik dan Indeks Luas
Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) di Karangpandan, Karanganyar,
Jawa Tengah. J. Tumbuhan Obat Indonesia. Vol. 11(1):11-17.
Tini, E.W., A.K. Rahman, dan E. Mugiastuti. 2019. Pemanfaatan Macam dan Dosis
Pupuk untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Jambu Biji Kristal
(Psidium guajava). AgrotechResJ. Vol. 3(1): 35-41.
9
LAMPIRAN