Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 1 – 15

Ditetapkan oleh
Tanggal Terbit Kepala RS BAM

SPO 12 September 2022

Dr. Bandriyo Sudarsono, M.K.K.K

PENGERTIAN 1. Mata
Merupakan alat optika ( penglihatan ) manusia.
Bagian-bagian mata dan fungsinya secara optika:
 Aqueous humor: berupa cairan yang berfungsi membiaskan
cahaya yang menuju mata.
 Lensa Kristalin: disebut juga lensa mata, untuk mengatur
pembiasan yang disebabkan oleh cairan didepan lensa dan
mengatur pemfokusan cahaya.
 Iris: berupa selaput yang membentuk celah lingkaran (pupil)
dan memberi warna kepada mata
 Pupil: celah lingkaran yang dibentuk oleh iris, dan besarnya
diatur sesuai dengan intensitas cahaya yang masuk; jika
berada ditempat yang terang, supaya mata tidak silau maka
pupil mengecil supaya intensitas cahaya yang masuk tidak
begitu banyak.
 Retina (selaput jala): tempat jatuhnya bayangan yang
dibiaskan oleh lensa kristalin, untuk menangkap bayangan
nyata, terbalik dan diperkecil.
 Bintik Kuning: bagian pada retina yang sangat peka terhadap
cahaya. Agar bayangan terliihat jelas, bayangan harus
terbentuk di retina tepat di bintik kuning.
 Saraf optik: terdiri dari sel-sel syaraf yang sensitif yang dapat
mengirim sinyal-sinyal melalui saraf optik dari bintik kuning ke
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 2 – 15

otak dan otaklah yang menerjemahkan sehingga bayangan


benda menjadi tegak, tidak terbalik seperti yang ditangkap
oleh retina mata.

2. Titik Dekat dan Titik Jauh Mata


Untuk melihat dengan jelas, benda harus terletak pada jangkauan
penglihatan mata, yaitu antara Punctum Remotum dan Punctum
Proximum.
 Titik Dekat Mata (Punctum Proximum = PP) adalah titik
terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata yang
berakomodasi maksimum. Untuk orang normal sejauh 25 cm.

Gambar: Pembentukan bayangan pada mata normal

 Titik Jauh Mata (Punctum Remotum = PR) adalah titik


terjauh yang masih dapat dilihat benda dengan jelas oleh mata
yang tidak berakomodasi yaitu sejauh tak terhingga.
 Mata normal memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak
berhingga artinya dapat melihat benda dengan jelas pada
paling dekat 25 cm dan paling jauh tak berhingga tanpa
bantuan.
 Orang yang mengalami gangguan penglihatan sering disebut
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 3 – 15

menderita gangguan refraksi. Artinya, gangguan penglihatan


terjadi akibat tidak sempurnanya bayangan benda yang
diterima oleh saraf – saraf penglihatan untuk disampaikan ke
otak.

3. Visus
Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan untuk melihat
ketajaman penglihatan.

4. Snellen Chart

5. Refraksi Mata
 Emmetropia
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, di mana
sinar jauh difokuskan sempurna di makula lutea tanpa bantuan
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 4 – 15

akomodasi
 Rabun Dekat (Hypermetropia)
- Mata tidak dapat melihat benda-benda dekat.
- Titik dekatnya lebih jauh dari 25 cm dan titik jauhnya
dianggap tak berhingga sehingga dapat melihat dengan
jelas benda-benda yang sangat jauh tanpa berakomodasi,
tapi untuk benda-benda yang dekat biasanya tidak
kelihatan dengan jelas.
 Rabun Jauh (Myopia)
- Mata tidak dapat melihat benda-benda jauh
- Titik dekat mata (PP) lebih dekat tak hingga, dan
bayangan jatuh di depan retina
 Mata Tua (Presbyopia)
- Presbyopia berasal dari bahasa Yunani “Presbys” yang
berarti orang tua dan “Opia” artinya mata. Ini berkaitan
dengan bekurangnya kemampuan mata untuk fokus pada
jarak dekat seperti membaca karena usia yang mulai
menua. Jadi cacat mata ini karena berkurang daya
akomodasi karena lanjut usia.
- Titik dekat lebih besar dari 25 cm dan titik jauh pada jarak
tertentu. Sehingga penderita presbyopia tidak dapat
melihat benda dengan jelas dan juga tidak dapat
membaca pada jarak baca normal. Dapat ditolong dengan
kaca mata bifokal (lensa rangkap). Kacamata bifokal
adalah kaca mata yang terdiri atas dua lensa, yaitu lensa
cekung dan lensa cembung. Lensa cekung berfungsi untuk
melihat benda jauh dan lensa cembung untuk melihat
benda dekat / membaca
 Mata Astigmat
- Astigmat atau mata silindris merupakan kelainan pada
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 5 – 15

mata yang disebabkan oleh karena lengkung kornea mata


yang tidak merata. Penyebabnya adalah karena kornea
mata yang tidak berbentuk sferik, artinya salah satu bidang
lebih melengkung dibanding bidang lain, sehingga
biasanya sinar-sinar pada bidang vertikal difokuskan lebih
pendek daripada sinar-sinar pada bidang horisontal.
- Pada orang astigmatisme, bola mata berbentuk lonjong
seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke
mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini
menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan
hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Di samping itu,
bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan
bergelombang.

6. Penglihatan Warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan
ketidakmampuan sel – sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.

Klasifikasi Buta Warna:


 Penglihatan Trikromatik Abnormal
Jenis buta warna ini paling sering dialami dibandingkan jenis
buta warna lainnya. Ada tiga macam trikromasi yaitu :
o Protanomalia yaitu kelemahan warna merah.
o Deuteranomalia yaitu kelemahan warna hijau.
o Tritanomalia yaitu kelemahan warna biru.

 Dikromasi
Dikromasi merupakan tidak adanya satu dari 3 jenis sel
kerucut, tediri dari:
o Protanopia yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah
sehingga kecerahan warna merah dan perpaduannya
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 6 – 15

berkurang.
o Deuteranopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka
terhadap hijau.
o Tritanopia yaitu tidak adanya sel kerucut yang peka untuk
warna biru.

 Monokromasi / akromatopsia
Sedangkan monokromasi ditandai dengan hilangnya atau
berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga yang
terlihat hanya putih dan hitam pada jenis tipikal dan sedikit
warna pada jenis atipikal. Jenis buta warna ini prevalensinya
sangat jarang.

TUJUAN Tata cara kerja ini menguraikan metode pemeriksaan Medical Check
Up Refraksi Mata , mulai dari persiapan pasien, peralatan dan bahan
serta cara pemeriksaan sampai dengan hasil pemeriksaan berupa
print-out data yang layak baca, sehingga ada keseragaman prosedur
cara melakukan pemeriksaan Medical Check Up Refraksi Mata di
RSBAM.

KEBIJAKAN Keputusan Kepala Rumah Sakit tentang Pedoman Pelayanan Medical


Check Up

PROSEDUR 1. Persiapan Pasien


Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang
akan dilakukan.

2. Persiapan Alat
 Kartu Snellen
 Kartu baca dekat
 Sebuah set lensa coba (Lensa Trial Set)
 Bingkai percobaan (Trial Frame)
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 7 – 15

3. Pemeriksaan
a. Visus (Ketajaman Penglihatan)
 Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter,
satuan selain meter adalah kaki = 20 kaki ( snellen chart
yang digunakan diruang Promotif & PKB adalah kaki)
 Pastikan cahaya harus cukup
 Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus
ditutup dan pasien diminta membaca kartu.
 Pasien disuruh membaca kartu Snellen mulai dari huruf
terbesar (teratas) dan diteruskan sampai pada huruf terkecil
yang masih bisa dibaca.
 Bila pasien dapat membaca kartu pada baris ke 8 dengan
visus 6/6, maka tidak usah membaca pada baris berikutnya
=> visus normal.
 Bila hanya membaca huruf pada baris ke 6 => visusnya 6/9
dengan false. Artinya, orang normal dapat membaca pada
jarak 9 meter sedangkan pasien hanya dapat  membacanya
pada jarak 6 meter.
 Bila tidak bisa membaca kartu, maka dilakukan penghitungan
jari. Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan
Snellen Chart => 5 atau 6 meter
(1) Dapat menghitung jari pada jarak 6 m => visusnya 6/60
(2) Bila tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka
maju 1 m dan lakukan penghitungan jari. Bila pasien
dapat membaca, visusnya 5/60. 
(3) Begitu seterusnya, bila tidak dapat menghitung jari 5 m,
di majukan jadi 4 m, 3 m, sampai 1 m di depan pasien.

Note: Untuk visus 1/60 sampai 6/7.5 harus dilakukan


pemeriksaan ”pin hole” dengan menggunakan kertas/plastik
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 8 – 15

penutup mata yang memiliki lubang kecil sebesar jarum pentul


di bagian tengahnya, lalu pasien dilakukan pemeriksaan visus
ulang satu persatu pada matanya dengan mengintip dari alat
bantu “pin hole” tadi dan dinilai apakah visus mengalami
perbaikan atau tidak. Lalu hasil pemeriksaannya dicatat di
samping hasil pemeriksaan visus awal dengan singkatan “ph”.
Contohnya: Bila ada perbaikan dengan pin hole:
o VOD: 6/48 ph (+) 6/6
Bila tidak ada perbaikan dengan pin hole:
o VOD: 6/48 ph (-)
 Bila tidak bisa menghitung jari pada jarak tertentu, maka
dilakukan pemeriksaan penglihatan dengan lambaian tangan.
(1) Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m di depan pasien.
Dapat berupa lambaian ke kiri dan kanan, atau atas
bawah. Bila pasien dapat menyebutkan arah lambaian,
berarti visusnya 1/300
 Bila tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan
penyinaran, dapat menggunakan 'pen light' Bila dapat melihat
sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah proyeksi sinar:
o Bila pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar
yang datang,berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi sinar
baik (PSB). Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal
tersebut untuk mengetahui apakah tangkapan retina
masih bagus pada 4 sisinya, temporal, nasal, superior,
dan inferior.
o Bila tak dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang
datang, berarti visusnya 1/~ dengan proyeksi sinar
salah (PSS).
o Bila tidak dapat melihat cahaya, maka dikatakan
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 9 – 15

visusnya = 0 atau NLP (No Light Perception).

b. Refraksi mata
 Myopia
(1) Melanjutkan dari pemeriksaan visus, bila penglihatan
kabur, pada mata dipasang bingkai percobaan (lensa
trial frame)
(2) Satu mata ditutup dengan okluder
(3) Penderita disuruh membaca kartu Snellen mulai dari
huruf terbesar (teratas) dan diteruskan sampai pada
huruf terkecil yang masih bisa dibaca.
(4) Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan
bila tajam penglihatan menjadi lebih baik ditambah
kekuatannya perlahan – lahan hingga dapat membaca
huruf pada baris ke 8 / visus 6/6.
(5) Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
(6) Nilai: bila dengan S-1.50 tajam penglihatan 6/6,
kemudian dengan S-1.75 penglihatan 6/6, maka pada
keadaan ini derajat myopia mata yang diperiksa adalah
S-1.50.

 Hypermetropia
(1) Penderita yang akan diperiksa dipersilahkan duduk
(2) Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak
baca)
(3) Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu
baca dekat
(4) Apabila penglihatan kabur, diberikan lensa positif mulai
S+1.00 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa
ini ditentukan
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 10 – 15

(5) Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

 Presbyopia
Lensa Adisi untuk presbyopia:
o 40-45 tahun + 1.0 D
o 45-50 tahun + 1.5 D
o 50-55 tahun + 2.0 D
o 55-60 tahun + 2.5 D
o > 60 tahun + 3.0 D

(1) Penderita yang akan diperiksa dipersilahkan duduk


(2) Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak
baca)
(3) Penderita disuruh membaca huruf terkecil pada kartu
baca dekat
(4) Apabila penglihatan kabur, diberikan lensa positif mulai
S+1.00 yang dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa
ini ditentukan
(5) Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

 Astigmatisme
(1) Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6
meter / 20 kaki
(2) Pada mata dipasang bingkai percobaan.
(3) Satu mata ditutup.
(4) Dengan mata yang terbuka pada penderita dilakukan
terlebih dahulu pemeriksaan dengan jenis (+) atau (-)
sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, dengan
lensa positif atau negatif tersebut.
(5) Pada mata tersebut dipasang lensa positif (+) yang
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 11 – 15

cukup besar (misal S+3.00) untuk membuat penderita


mempunyai kelainan refraksi astigmatisme miopia.
(6) Penderita diminta melihat kartu kipas astigmat.
(7) Penderita ditanya tentang garis pada kipas yang paling
jelas terlihat.
(8) Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat
lensa S+3.00 diperlemah sedikit demi sedikit sehingga
penderita dapat menentukan garis mana yang terjelas
dan mana yang terkabur.
(9) Lensa silinder negatif (-) dipasang dengan sumbu
sesuai dengan garis terkabur pada kipas astigmat.
(10) Lensa silinder negatif (-) diperkuat sedikit demi sedikit
dengan sumbu tersebut hingga pada satu saat tampak
garis yang mula – mula terkabur sama jelasnya dengan
garis yang sebelumnya terlihat terjelas.
(11) Bila sudah tampak jelas garis pada kipas astigmat,
dilakukan tes melihat kartu snellen. Bila penglihatan
belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka mungkin lensa
positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu
secara perlahan – lahan dikurangi kekuatan lensa positif
(+) tersebut atau ditambah lensa negative (-).
(12) Penderita disuruh membaca kartu snellen pada saat
lensa negatif (-) ditambah perlahan – lahan sampai
tajam penglihatan menjadi 6/6.

c. Buta warna
 Pemeriksaan buta warna dilakukan dengan menggunakan
Buku Ishihara 38 plate
 Ruangan pemeriksaan harus cukup pencahayaannya
 Jelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien. Pastikan
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 12 – 15

pasien sudah mengerti sebelum pemeriksaan dimulai


 Mempersilahkan pasien untuk memakai kacamata koreksi
atau lensa kontak yang biasa dipergunakan untuk membaca.
Kacamata dengan lensa berwarna (tinted) tidak
diperbolehkan karena dapat mengganggu pemeriksaan
 Pasien sebaiknya tidak menyentuh langsung alat
pemeriksaan karena sidik jari dapat menimbulkan perubahan
warna, maka pasien diberikan alat bantu penunjuk bila akan
melakukan pembacaan alur.
 Buku Ishihara diletakkan pada jarak 66 – 75 cm dari pasien
dan buku dimiringkan sehingga bidang kertasnya pada sudut
yang tepat dengan garis penglihatan pasien.
 Lama pengamatan pada masing-masing lembar lebih kurang
3 – 4 detik.
 Jawaban yang benar pada masing-masing kartu dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.

Number Normal Person with red-green Person With


of plate Person Deficienci Total Clour
Blindess and
Weakness
1 12 12 12
2 8 3 X
3 6 5 X
4 29 70 X
5 57 35 X
6 5 2 X
7 3 5 X
8 15 17 X
9 74 21 X
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 13 – 15

10 2 X X
11 6 X X
12 97 X X
13 45 X X
14 5 X X
15 7 X X
16 16 X X
17 73 X X
18 X 5 X
19 X 2 X
20 X 45 X
21 X 73 X
Protan Deuteran
Strong Mild Strong Mild
22 26 6 (2)6 2 (2)6
23 42 2 (4)2 4 (4)2
24 35 5 (3)5 3 (3)5
25 96 6 (9)6 9 (9)6
Plate 26 sampai 38 digunakan bila pasien tidak mengerti angka

Keterangan : Tanda (x) menunjukkan bahwa kartu tidak


dapat dibaca. Nilai dengan angka yang berada dalam kurung
menunjukkan angka tersebut dapat dibaca atau diikuti tapi
termasuk tidak jelas / samar.

 Analisis Hasil
Simpulan tes pembacaan Buku Ishihara:

o Normal (bila tidak memenuhi kriteria buta warna parsial


maupun buta warna total)
o Buta Warna Parsial
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 14 – 15

 Bila plate no. 1 benar, plate no. 2 sampai dengan no


17. hanya terbaca 13 plate atau kurang.
 Bila ragu-ragu kemungkinan buta warna parsial dapat
dites dengan:
 Membaca angka-angka pada plate no. 22, 23, 24,
dan 25. Pada orang normal, akan terbaca dengan
benar angka-angka pada plate - plate tersebut di
atas secara lengkap (dua suku angka). Pada
penderita buta warna parsial hanya terbaca satu
angka pada tiap - tiap plate tersebut diatas atau
terbaca satu angka jelas dan angka yang lain
samar.
 Menunjuk arah alur pada plate no. 26, 27, 30, 31,
32, 33, 34, 35, 36, 37, dan 38. Untuk orang normal
bisa menunjuk alur di garis yang benar,
sedangkan untuk buta warna parsial tidak dapat
menunjuk alur atau dapat menunjuk alur namun
dari garis yang salah.
 Pada plate no. 28 dan 29, untuk orang normal,
tidak bisa menunjukkan adanya alur, sedangkan
untuk penderita buta warna parsial dapat
menunjuk alur dari satu sisi ke sisi lainnya.

o Buta Warna Total


Tidak dapat membaca semua plate dengan benar.

4. Selesai
a. Mempersilahkan pasien keluar ruangan pemeriksaan
b. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien
c. Merapikan kembali alat – alat pada tempatnya.
PEMERIKSAAN MATA

No. Dokumen No. Revisi: Halaman


/Int-10000/BAM2/SPO/IX/2022 01 15 – 15

UNIT TERKAIT Unit Medical Check Up

Anda mungkin juga menyukai