Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Adang Hudaya

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 045144515

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/Hukum Agraria

Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Sebelumnya yang dimaksud dengan konsep puncak kebudayaan
adalah unsur-unsur kebudayaan yang memenuhi syarat menuju arah
kemajuan. Dalam hal kasus yang telah dijabarkan diatas tentu saja
terdapat konsep puncak kebudayaan khususnya terhadap
perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dapat
mempengaruhi perkembangan budaya masyarakat seperti pola pikir.
Perkembangan teknologi juga merupakan salah satu wujud dari
perubahan sosial dapat dilihat pada perkembangan masyarakat saat
ini yang semakin kompleks dan modern karena adanya
perkembangan dari teknologi.
2. Revolusi Kebudayaan, yang secara resmi disebut Revolusi Kebudayaan Proletarian Besar,
adalah sebuah gerakan sosiopolitik yang terjadi di Tiongkok dari 1966 sampai 1976.
Digerakkan oleh Mao Zedong, Ketua Partai Komunis Tiongkok pada masa itu, tujuannya
adalah menyajikan ideologi komunis yang 'benar' di negara tersebut dengan menyapu
sisa-sisa unsur kapitalis dan tradisional dari masyarakat Tiongkok, dan mendirikan
kembali pemikiran Maois sebagai ideologi dominan pada Partai tersebut. Revolusi
tersebut menandai kembalinya Mao Zedong ke sebuah posisi berkuasa
setelah Lompatan Jauh Kedepan. Gerakan tersebut bersifat politik dan berdampak
negatif bagi ekonomi dan masyarakat negara tersebut pada tingkat signifikan.
Revolusi tersebut diluncurkan pada Mei 1966, setelah Mao menuduh bahwa unsur-
unsur borjuis telah menginfiltrasi pemerintah dan masyarakat pada garis besar dengan
bertujuan untuk memulihkan kapitalisme. Ia menyatakan bahwa "kaum revisionis" akan
dihapuskan melalui kekerasan perjuangan kelas. Kaum muda Tiongkok menanggapi
pernyataan Mao dengan membentuk kelompok-kelompok Pertahanan Merah di seluruh
negara tersebut. Gerakan tersebut menyebar ke dalam militer, buruh perkotaan, dan
kepemimpinan Partai Komunis itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan merebaknya
perjuangan faksional di seluruh ranah kehidupan.
Revolusi dapat dipicu oleh keinginan masyarakat untuk mengadakan perubahan.
Keinginan tersebut biasanya muncul karena perasaan tidak puas terhadap situasi yang
ada. Sehingga, masyarakat menginginkan perubahan untuk mencapai keadaan yang lebih
baik. Proses revolusi budaya menurut Fajar Harianto, Sumardi, dan Sugiyanto dalam jurnal
berjudul Chinese Cultural Revolution in 1966-1979 (2018) menyebutkan bahwa revolusi
kebudayaan berlangsung dalam emapt tahap sebagai berikut:
(a) Tahap Pertama
Penyebaran propagan dan dan instruksi partisipasi revolusi kebudayaan pada
masyarakat, terutama para pelajar dan mahasiswa. Pada proses ini sekolah dan
universitas ditutup untuk menggerakan mobilitas pemuda secara besar-besaran. Terjadi
perpecahan pendapat dalam masyarakat yang setuju dan tidak setuju atas revolusi
kebudayaan.
(b) Tahap Kedua
Kelompok pendukung Mao membentuk kelompok paramiliter dalam jumlah besar dan
turun ke jalan. Mereka meneror kelompok yang tidak setuju atas revolusi industri,
menutup sekolah yang masih buka, menyerang kaum intelektual dan lansia, melarang
musik dan film yang mengandung kebudayaan barat, dan juga menghancurkan benda
maupun dokumen peninggalan sejarah.
(c) Tahap Ketiga
Keadaan sosial dan politik Cina semakin kacau, terjadi perebutan kekuasan di seluruh
daerah. Pada masa ini semua kegiatan industri di Cina berhenti total, kota-kota besar
mengalami kelumpuhan, berbagai situs budaya dan agama hancur, juga korban jiwa
yang mencapai angka 729.511 jiwa.
(d) Tahap Keempat
Tahap keempat atau tahap terakhir dari revolusi kebudayaan terjadi saat kekuasaan Mao
dimana Partai Komunis mengangkat Mao Tse tung manjadi ketua dan Lin Biao menjadi
Wakil Ketua. Pada saat itu perekonomian Cina sudah anjlok, Tentara Merah melakukan
banyak kekerasan fisik dan pelanggaran HAM, pengusiran 20 juta jiwa, kematian 1,5 juta
jiwa, serta kerugian infrastruktur yang tak ternilai.

3. Dalam perkembangan hidup serta kualitas didalam masyarakat tentu


ada dampak positif dan negatif terhadap pergeseran kebiasaan di
masyarakat seiring dengan perkembangan zaman tersebut.
Perkembangan yang terjadi secara cepat dan drastis dimasyarakat
tentunya lebih memberikan efek negatif jika hal itu terjadi tanpa
adanya filterisasi dan resapan yang dapat dimengerti lebih dulu oleh
masyarakat sehingga dapat menyebabkan cultur shock ditengah
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai