Anda di halaman 1dari 18

stilah Renaissance berasal dari bahasa Latin renaitre yang berarti hidup kembali atau lahir

kembali. Pengertian renaissance adalah menyangkut kelahiran atau hidupnya kembali


kebudayaan klasik Yunani dan Romawi dalam kehidupan masyarakat Barat.
Dalam pengertian yang lebih spesifik, Renaissance diartikan sebagai suatu periode sejarah di
mana perkembangan kebudayaan Barat memasuki periode baru dalam semua aspek kehidupan
manusia, seperti ilmu-ilmu pengetahuan, teknologi, seni dalam semua cabang, perkembangan
sistem kepercayaan, perkembangan sistem politik, institusional, bentuk-bentuk sistem
kepercayaan yang baru dan lain-lain.
Secara historis Renaissance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman di mana orang
merasa dirinya telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Di dalam kelahiran kembali itu orang
kembali pada sumber-sumber murni bagi pengetahuan dan keindahan. Dengan demikian orang
memiliki norma-norma yang senantiasa berlaku bagi hikmat dan kesenian manusia.
Pemakaian kata Renaissance pertama kali oleh Jules Michelet, seorang sejarawan Perancis yang
lahir di abad ke-18 dan mulai terkenal di dunia Barat pada abad ke-19 karena karyanya yang
berjudul History of France yang menekankan bahwa masa romatik Abad Pertengahan
bukanlah sama sekali tidak berguna bagi perkembangan kebudayaan Barat.
Jules Michelet membedakan antara masyarakat Renaissance dengan masyarakat Abad
Pertengahan adalah pada penafsiran pelaksanaan agama dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam buku History of France itulah terdapat kata Renaissance yang digunakan untuk
menyebutkan jaman setelah Abad Pertengahan. Menurut Jules Michelet, Abad Pertengahan
ditandai oleh faktor dogmatis, sedangkan manusia Renaissance ditandai oleh faktor humanis.
Setelah Jules Michelet menggunakan kata Renaissance dalam tulisannya, selanjutnya
dipopulerkan oleh penulis-penulis Eropa lainnya, seperti Jacob Burckhardt, dengan buku
berjudul The Civilization of the Renaissance in Italy.
Jacob Burckhardt mengemukakan definisi Renaissance sebagai gerakan yang menemukan dunia
dan manusia yang sebenarnya. Burckhardt memandang Renaissancelah yang menyelami manusia
dan dunia, artinya Renaissance dipandang sebagai masa individualistis, masa kemajuan dari
berbagai ikatan dan kewajiban lama. Subjek manusia pribadi menuntut haknya. Manusia tidak

lagi berpaling dari dunia tetapi sebaliknya menghadapi dunia. Agama Kristen tidak menjadi
dasar hidup lagi. Gereja bukan satu-satunya tempat keselamatan.
Renaissance mempunyai arti penting dalam sejarah kebudayaan Barat. Renaissance adalah masa
kekuasaan, kesadaran, keberanian, kepandaian yang luar biasa, kebebasan dan seringkali semua
itu tidak ada batasnya.
Manusia Renaissance ditandai dengan pemilikan ilmu pengetahuan lebih dari satu, maksudnya
menguasai banyak ilmu pengetahuan. Agama menjadi hal yang hanya mengenai individu,
perhatian orang lebih banyak ditujukan untuk dunia.
Di jaman Renaissance, manusia hidup bebas dalam menentukan corak hidupnya dan tidak lagi
terikat oleh doktrin gereja. Pengaruh Renaissance makin lama makin meresap di berbagai bidang
hidup, sehingga bertambah banyak orang, teristimewa dari golongan cendekiawan, mulai
melepaskan diri dari kuasa Firman Tuhan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan umum mulai
memisahkan diri dari ajaran dan dogma agama Kristen. Terutama ilmu alam yang berdasarkan
ilmu pasti, mulai bertentangan dengan pandangan Gereja yang sampai masa itu diajarkan dan
dipercaya sebagai kebenaran ilahi.
Kepustakaan:
Berkhof, H. 2009. Sejarah Gereja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius
Hadjrah dan Intan Amran. 1987. Sejarah Eropa Baru. FPIPS IKIP Ujung Pandang
Artikel Terkait dengan Sejarah
Pengertian Humanisme
Pengertian Sejarah
Awal Perkembangan Islam di Cina
Korte Verklaring (Perjanjian Pendek)
Peranan Pemuda dalam Sejarah Perjuangan Bangsa
Asas dan Bentuk Perjuangan Organisasi Perhimpunan Indonesia
Pengaruh Sumpah Pemuda terhadap Pergerakan Nasional Indonesia
Perjuangan Melalui Volksraad
Sifat dan Strategi Perjuangan Organisasi Pergerakan Nasional pada Periode Bertahan

Tindakan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Organisasi Pergerakan Radikal


Kegagalan Jepang Menguasai Cina
Memori Baron Tanaka
Serangan Jepang terhadap Pearl Harbour
Periode Radikal Pergerakan Nasional Indonesia
Faktor Ekstern Timbulnya Pergerakan Nasional Indonesia
Label: Sejarah

Tugas Ilmu Budaya Dasar Revolusi Budaya


Nama : Ridwan friatmoko
kelas

: 1 KA 11

NPM : 16112318
Disetiap kehidupan , pasti akan mengalami perubahan , perubahan terjadi beriringan dengan
perubahan waktu dan zaman , perubahan juga terjadi secara tidak sengaja maupun yang di
sengaja atau direncanakan, revolusi juga adalah salah satu bagian dari perubahan tersebut..
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang
terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa
kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena
revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan
waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok
kehidupan masyarakat seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan
yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghen daki suatu upaya untuk
merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali
baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan
membangun.
Dialektika revolusi mengatakan bahwa revolusi merupakan suatu usaha menuju perubahan
menuju kemaslahatan rakyat yang ditunjang oleh beragam faktor, tak hanya figur pemimpin,
namun juga segenap elemen perjuangan beserta sarananya. Logika revolusi merupakan
bagaimana revolusi dapat dilaksanakan berdasarkan suatu perhitungan mapan, bahwa revolusi

tidak bisa dipercepat atau diperlambat, ia akan datang pada waktunya. Kader-kader revolusi
harus dibangun sedemikian rupa dengan kesadaran kelas dan kondisi nyata di sekelilingnya.
Romantika revolusi merupakan nilai-nilai dari revolusi, beserta kenangan dan kebesarannya, di
mana ia dibangun. Romantika ini menyangkut pemahaman historis dan bagaimana ia
disandingkan dengan pencapaian terbesar revolusi, yaitu kemaslahatan rakyat. Telah banyak tugu
peringatan dan museum yang melukiskan keperkasaan dan kemasyuran ravolusi di banyak
negara yang telah menjalankan revolusi seperti yang terdapat di Vietnam, Rusia, China,
Indonesia, dan banyak negara lainnya. Menjebol dan membangun merupakan bagian integral
yang menjadi bukti fisik revolusi. Tatanan lama yang busuk dan menyesatkan serta
menyengsarakan rakyat, diubah menjadi tatanan yang besar peranannya untuk rakyat, seperti di
Bolivia, setelah Hugo Chavez menjadi presiden ia segera merombak tatanan agraria, di mana
tanah untuk rakyat sungguh diutamakan yang menyingkirkan dominasi para tuan tanah di banyak
daerah di negeri itu.
Dalam pengertian umum, revolusi mencakup jenis perubahan apapun yang memenuhi syaratsyarat tersebut. Misalnya Revolusi Industri yang mengubah wajah dunia menjadi modern. Dalam
definisi yang lebih sempit, revolusi umumnya dipahami sebagai perubahan politik.
Sejarah modern mencatat dan mengambil rujukan revolusi mula-mula pada Revolusi Perancis,
kemudian Revolusi Amerika. Namun, Revolusi Amerika lebih merupakan sebuah
pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan nasional, ketimbang sebuah revolusi
masyarakat yang bersifat domestik seperti pada Revolusi Perancis. Begitu juga dengan revolusi
pada kasus perang kemerdekaan Vietnam dan Indonesia. Maka konsep revolusi kemudian sering
dipilah menjadi dua: revolusi sosial dan revolusi nasional.
Pada abad 20, terjadi sebuah perubahan bersifat revolusi sosial yang kemudian dikenal
dengan Revolusi Rusia. Banyak pihak yang membedakan karakter Revolusi Rusia ini dengan
Revolusi Perancis, karena karakter kerakyatannya. Sementara Revolusi Perancis kerap disebut
sebagai revolusi borjuis, sedangkan Revolusi Rusia disebut RevolusiBolshevik, Proletar,
atau Komunis. Model Revolusi Bolshevik kemudian ditiru dalamPerang Saudara
Tiongkok pada 1949
Karakter kekerasan pada ciri revolusi dipahami sebagai sebagai akibat dari situasi ketika
perubahan tata nilai dan norma yang mendadak telah menimbulkan kekosongan nilai dan norma
yang dianut masyarakat.

Contoh Revolusi Kebudayaan


kebudayaan di Indonesia juga mengalamai revolusi , bahkan di masa pra sejarah
sekalipun , sebagai contohnya adalah: Pembagian zaman dalam prasejarah diberi sebutan
menurut benda-benda atau peralatan yang menjadi ciri utama dari masing-masing periode waktu
tersebut. Adapun pembagian kebudayaan zaman prasejarah tersebut terdiri dari:
I. Zaman Batu Tua (Palaelitikum)
Berdasarkan tempat penemuannya, maka kebudayaan tertua itu lebih dikenal dengan sebutan
Kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
1.Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935 di daerah Pacitan ditemukan sejumlah alat-alat dari batu, yang kemudian
dinamakan kapak genggam, karena bentuknya seperti kapak yang tidak bertangkai. Dalam ilmu
prasejarah alat-alat atau kapak Pacitan ini disebut chopper (alat penetak). Soekmono
mengemukakan bahwa asal kebudayaan Pacitan adalah dari lapisan Trinil, yaitu berasal dari
lapisan pleistosen tengah, yang merupakan lapisan ditemukannya fosil Pithecantropus Erectus.
II. Zaman Batu Madya (Mesolitikum)
Peninggalan atau bekas kebudayaan Indonesi zam an Mesolitikum, banyak ditemukan di
Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores. Kehidupannya masih dari berburu dan
menangkap ikan. Tetapi sebagian besar mereka sudah menetap, sehingga diperkirakan sudah
mengenal bercocok tanam, walaupun masih sangat sederhana.
Bekas-bekas tempat tinggal manusia zaman Mesolitikum ditemukan di goa-goa dan di pinggir
pantai yang biasa disebut Kyokkenmoddinger (di tepi pantai) dan Abris Sous Roche (di goa-goa).
Secara garis besar kebudayaan zaman Mesolitikum terdiri dari: alat-alat peble yang ditemukan di
Kyokkenmoddinger, alat-alat tulang, dan alat-alat flakes, yang ditemukan di Abris Sous Roche.
III. Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Zaman Neolitikum merupakan zaman yang menunjukkan bahwa manusia pada umumnya sudah
mulai maju dan telah mengalami revolusi kebudayaan. Dengan kehidupannya yang telah
menetap, memungkinkan masyarakatnya telah mengembangkan aspek-aspek kehidupan lainnya.

Sehingga dalam zaman Neolitikum ini terdapat dasar-dasar kehidupan. Berdasarkan alat-alat
yang ditemukan dari peninggalannya dan menjadi corak yang khusus, dapat dibagi kedalam dua
golongan, yaitu:
1.Kapak Persegi
Sebutan kapak persegi didasarkan kepada penampang dari alat-alat yang ditemukannya
berbentuk persegi panjang atau trapesium (von Heine Geldern). Semua bentuk alatnya sa ma,
yaitu agak melengkung dan diberi tangkai pada tempat yang melengkung tersebut. Jenis alat
yang termasuk kapak persegi adalah kapak bahu yang pada bagian tangkainya diberi leher,
sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi.
2.Kapak Lonjong
Disebut kapak lonjong karena bentuk penampangnya berbentuk lonjong, dan bentuk kapakny a
sendiri bulat telur. Ujungnya yang agak lancip digunakan untuk tangkai dan ujung lainnya yang
bulat diasah, sehingga tajam. Kebudayaan kapak lonjong disebut Neolitikum Papua, karena
banyak ditemukan di Irian.
IV. Zaman Logam
Zaman logam dalam prasejarah terdiri dari zaman tembaga, perunggu, dan besi. Di Asia
Tenggara termasuk Indonesia tidak dikenal adanya zaman tembaga, sehingga setelah zaman
Neolitikum, langsung ke zaman perunggu. Adapun kebudayaan Indonesia pada zaman Logam
terdiri dari:
1.Kebudayaan Zaman Perunggu
Hasil-hasil kebudayaan perunggu di Indonesia terdiri dari: kapak Corong yang disebut juga
kapak sepatu, karena bagian atasnya berbentuk corong dengan sembirnya belah, dan kedalam
corong itulah dimasukkan tangkai kayunya
2.Kebudayaan Dongson
Dongson adalah sebuah tempat di daerah Tonkin Tiongkok yang dianggap sebagai pusat
kebudayaan perunggu Asia Tenggara, oleh sebab itu disebut juga kebudayaan Dongson.

Sebagaimana zaman tembaga, di Indonesia juga tidak terdapat zaman besi, sehingga zaman
logam di Indonesia adalah zaman perunggu.

V. Zaman Batu Besar (Megalitikum)


Zaman Megalitikum berkembang pada zaman logam, namun akarnya terdapat pada zaman
Neolitikum. Disebut zaman Megalitikum karena kebudayaannya menghasilkan bangunanbangunan batu atau barang-barang batu yang besar. Peninggalan-peninggalannya yang terpenting
adalah:
1.Menhir, yaitu tiang atau tugu yang didirikan sebagai tanda peringatan terhadap arwah

nenek

moyang.
2.Dolmen, berbentuk meja batu yang dipergunakan sebagai tempat meletakkan sesajen yang
dipersembahkan untuk ne nek moyang.
3.Sarcopagus, berupa kubur batu yang bentuknya seperti keranda atau lesung dan mempunyai
tutup.
4.Kubur batu, merupakan peti mayat yang terbuat dari batu.
5.Punden berundak-undak, berupa bangunan pemujaan dari batu yang tersusun bertingkattingkat, sehingga menyerupai tangga.
6.Arca-arca, yaitu patung-patung dari batu yang merupakan arca nenek moyang.
Hasil-hasil kebudayaan Megalitikum di Indonesia mempunyai latar belakang kepercayaan dan
alam pikiran yang berlandaskan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
Revolusi Kebudayaan di Indonesia tidak hanya terjadi pada era pra sejarah saja
Dan di masa kini pun revolusi budaya masih terjadi seperti contoh yang akan di jelaskan
sebagai berikut
Dalam berkomunikasi melalui media bahasa, verbal maupun non verbal. Terkadang kita terjebak
pada pemahaman tentang membahasakan gerak kita, kalimat selau disamakan dengan bahasa,
bibir dan lidah dijadikan s imbol penguatan terhadap pengungkapan satu maksud. Perlu
dipertanyakan bagaimana kabarnya kata hati? terkadang hal-hal yang tidak diungkapkan
dengan lidah merupakan suatu kejujuran dari kejujuran itu sendiri. Dalam satu kutipan puisi
dituliskan; Lidah ini terlalu sering menzalaimi hati, Ampuni kami Tuhan, kami lupa,
Bermimpipun kami memerlukan Bahasa.

Mengenai bahasa, ada satu peristiwa yang terekam saat penulis mengantar seorang teman untuk
konsultasi skripsi ke dosen pembimbingnya. Kebetulan, sebelum kami disana, ada salah seorang
mahasiswi yang lebih dahulu berkonsultasi. Sesaat sempat terjadi perbincangan antara dosen dan
mahasiswi tersebut, tiba-tiba di tengah perbincangan terdengar satu kalimat yang sebenarnya
sangat populer tetapi ganjil juga didengar so what gitu lho, Pak.
Anehkah ini? Ataukah ini sekedar masalah selera berbahasa? Selera kenyamanan, keinstanan,
atau popularitas bahasa? Yang jelas bahasa, mampu menjadi penentu posisi manusia. Karena
tidak lama setelah itu, mahasiswa tersebut harus keluar dari ruangan dosennya dengan wajah
kecewa.
Memahami gerak manusia dari bahasa, bisa saja dilakukan. Akan tetapi, tidak sedikit orang yang
terlalu cepat mengambil kesimpulan dari gerak bahasa orang lain. Hal ini dapat terjadi karena
intensita s waktu komunikasi yang singkat, pemilihan kata yang kurang pas atau bahkan sangat
pas, juga karena media berkomunikasi yang kompleks.
Tulisan ini hanya sebagian kecil dari banyaknya pembahasan-pembahasan tentang bahasa yang
telah banyak dikaji, suatu refleksi dari sesat fikir penulis tentang suatu realita kecil dari
perjalanan bahasa itu sendiri. Dalam hal ini lebih kepada pembahasan ringan tentang akrabnya
bahasa-bahasa yang akhir-akhir banyak disponsori melalui media televisi.
Reaksi merupakan refleksi dari keadaan. Yang sering terjadi adalah kebingungan kita
membahasakan reaksi gerak. Maka, posisi bahasa dalam hal ini sama penting dengan posisi
reaksi gerak. Alih-alih, bahasa menjadi hal yang substansial untuk memaknai setiap tindakan.
Baik itu tindakan yang dirasakan langsung maupun tidak langsung pengaruhnya.
Sebagai contoh riil. Ketika kita menyimak satu berita, baik itu berita di media cetak maupun
elektronik. Sering kali terjadi, ketika kita dimintai tolong untuk menceritakan kembali isi berita,
akan ada saja bagian yang luput dari cerita kita dengan isi berita. Terlepas dari inti pesan berita
yang hendak di sampaikan. Karena, kebiasaan kita yang sering mengkerucutkan satu
permasalahan (sifatnya subjektif)
Ada baiknya, jika pengkrucutan yang dimaksud sesuai dengan tujuan berita. Tapi, tidak menutup
kemungkinan bagian yang terlupakan justru adalah kunci berita, yang akhirnya mengaburkan
maksud serta tujuan pesan. Hal ini yang kita sebut sebagai reduksi bahasa. Dan segala sesuatu
yang direduksi, tidak selalu sama dengan penyampaian awal. Tapi adakalanya juga reduksi
bahasa mampu menjadi tafsiran dari makna yang dikandung.

Kaitannya dengan bahasa, kita sering mendengar populernya bahasa-bahasa yang tidak sedikit
membuat kita mengerutkan dahi saat mendengarnya. Permasalahannya, bukan pada pantas atau
tidak pantas (sopan dan tidak sopan), faham atau tidak faham. Tapi, pada konteks kapan bahasa
itu mestinya diungkapkan, yang kita fahami hanya sebatas ungkapan ringan yang selalu wajar
digunakan kapan saja.
Bahasa-bahasa populer yang banyak dikonsumsi tidak hanya oleh kalangan Anak Baru Gede
(ABG) juga acap kali di simak oleh orang dewasa. Seperti maraknya bahasa sinetron yang
bercerita tentang dunia remaja (khususnya di Jakarta). Karena kemajuan dunia informasi,
menjadikannya banyak dikonsumsi oleh semua kalangan pencinta sinetron di seluruh pelosok
negeri. Dan NTB, dalam hal ini tidak pernah luput dari kemajuan dunia hiburan pertelevisian
nasional maupun lokal.
So what gitu lho?. Please dong ah atau please deh. OMG (Singkatan dari Oh My God)
Rasanya gimana gicu. Dan serangkaian bahasa pelesetan yang sedang populer di gunakan.
Merambah, membentuk satu kebiasaan berbahasa dan sering kali akrab ditelinga kita.
Hebatnya, kita mejadi konsumen yang baik dalam hal mengadopsi istilah-istilah yang acap kali
di pakai oleh aktor. Malah, kita cendrung lebih hebat dalam mengekspresikan bahasa, dalam hal
ini over action.
Sehingga tidak heran, penulis pribadi sering merasa geli mendengar istilah-istilah ini di
pergunakan dalam konteks yang kontra dengan keadaan (media ekspresi bahasa). Ataukah,
telinga kita yang harus sering dilatih untuk beradaptasi? Karena, tidak menutup kemungkinan,
suatu saat kita akan sering menggunakan istilah-istilah bahasa populer itu.
Ada bebe rapa konsep yang penulis mampu simpulkan dari realitas berbahasa kita, khususnya
gaya berbahasa kaum muda yang banyak mengadopsi bahasa sinetron kita.
Pertama, kurangnya nalar artikulasi bahasa daerah yang kita miliki sebagai anak daerah. Baik
secara personal (basic ide) maupun komunal (penguatan ide). Sehingga, kemajuan teknologi
komunikasi yang bersifat sentralistik sering kali mentransformasikan budaya sentral untuk di
konsumsi daerah lain. Sehingga, seringkali terjadi percampuran budaya yang justru berdampak
pada termarjinalnya budaya asli. Maka, pentingnya nalar artikulasi bahasa daerah akan
memudahkan kita untuk lebih banyak mengekspresikan budaya sendiri.

Kedua, kita belum tegas menentukan posisi indra dalam mengkonsumsi proyek teknologi. Hanya
sebagai penikmat yang baik tanpa mampu mengkritisinya. Masih latah meniru setiap geliat
yang dipandang sebagai sesuatu yang baru. Pergeseran-pergeseran dari segi berbahasa ini,
sesungguhnya mampu menjadi motor penggerak perubahan, baik pada sikap prilaku dalam
pergaulan sehari-hari, menjadi identitas seseorang (Anak Gaul, Funky, Supel, dll), karena bahasa
adalah salah satu dari komponen perubahan.
jadi revolusi kebudayaan tidak akan bisa di elak lagi. jika generasi penerus kita tidak lagi peduli
dengan budaya bangasa sendiri . bagus kalau revolusi tersebut bersifat positif,bagaimana kalau
perubahan tersebut bersifat negatif . tentunya akan sangat merusak moral suatu bangsa . maka
dari itu ,kita sebagai generasi penerus harus lebih menghargai budaya bangsa taah air sendiri ,
dan juga ikut melestarikan nya agar tidak punah dimakan waktu.

daftar pustaka:

http://harry-tugas.blogspot.com/2012/03/kebudayaan.html

http://agildisini.blogspot.com/2012/02/evolusi-dan-revolusi.html

http://shaghoes.blogspot.com/2010/02/kebudayaan-indonesia-zaman-pra-sejarah.html
03 September 2009
JAMAN PENCERAHAN (AUFKLARUNG)
(Pokok Bahasan XI)
PENCERAHAN
(Aufklrung, Jerman; Enlightenment, Inggris; eclaircissement, Prancis) berlangsung selama abad
ke-17 dan ke-18.
Pada abad ini terjadi dua peristiwa penting, yaitu: The Glorious Revolution di Inggris tahun 1688
dan Revolusi Prancis tahun 1789.

sapare aude !
beranilah berpikir sendiri
Semboyan di atas menandai dimulainya jaman pencerahan. Immanuel Kant (1724-1804)
menegaskan bahwa pencerahan merupakan sikap pembebasan manusia dari ke-tidak-dewasaan (unmndigkeit) akibat kesalahannya sendiri.
Kesalahan itu terletak dalam keengganan atau ketidak-inginan manusia untuk memamfaatkan
rasionya; orang lebih suka berpaut pada otoritas lain di luar dirinya (wahyu ilahi, nasihat para
ahli, otoritas agama, atau negara).
Keyakinan pencerahan akan masa depan yang cerah mendapat dukungan kuat dari ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat kala itu, terutama ilmu pengetahuan alam dan teknik.
Misalnya di Inggris, muncullah Isaac Newton (1643-1727) dengan hukum gravitasinya yang
tidak mengijinkan segala macam spekulasi atau hipotesis atas fenomena dunia, melainkan
menjamin kepastian. Hypotheses non fingo.
Di kalangan penyair, Newton dipuja sebagai pembawa terang: Nature and natures laws lay hid
in night. God said, Let Newton be! and all was light. (Pada awalnya alam dan hukumnya
tersembunyi dalam kegelapan malam. Allah berfirman Jadilah Newton !, maka segala
sesuatunya menjadi terang).
PENCERAHAN DI TIGA KAWASAN PENTING
1. Inggris
Dalam wilayah sosial-politik, dihasilkanlah naskah-naskah penting yang menjamin kebebasan
warga, mislahnya Habeas Corpus (1679) yang menetapkan bahwa seorang tahanan harus
dihadapkan kepada seorang hakim dalam waktu tiga hari dan diberi tahun atas tuduhan apa ia
ditahan. Hal ini menjadi dasar prinsip hukum bahwa seseorang hanya boleh ditahan atas perintah
hakim.

Dalam ranah lainnya, Undang-undang Pers tahun 1693 menjamin kebebasan berpendapat bagi
segenap warga. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengajukan kritik terhadap
otoritas gereja atau negara tanpa perlu merasa takut. John Locke (1632-1704) mendesak agar
dalam pemerintahan perlu ada pembagian kekuasaan dan memberikan jaminan atas hak
kelompok minoritas mengadakan oposisi.
2. Prancis
Pencerahan di Prancis berlangsung secara liberal dan radikal dengan sentimen anti-Gereja.
Voltaire (1694-1778) menyerukan pemusnahan gereja Ecrasez linfme ! (luluh lantakkan yang
buruk). Contoh lainnya, adalah pendirian patung Dewi Rasio di dalam katedral Notre Dame,
tahun 1793.
Puncaknya adalah manakala Prancis mencapai Revolusi Prancis yang diawali dengan
penyerbuan penjara Bastille, tempat para tahanan politik dikurung, tanggal 14 Juli 1789.
3. Jerman
Pencerahan di Jerman lebih fokus pada persoalan moral dan upaya untuk menemukan hubungan
antara rasio dan agama.
Gotthold Ephrain Lessing (1729-1781) dalam bukunya Pendidikan Bangsa Manusia melihat
bahwa dengan dorongan semangat Pencerahan kelak akan tiba suatu jaman ketika kebenarankebenaran wahyu Allah dalam kitab suci akan digantikan dengan kebenaran-kebenaran
berdasarkan akal budi, suatu jaman ketika orang melakukan yang baik, karena hal itu adalah
sesuatu yang baik, bukan karena adanya semacam ganjaran yang datang daripadanya
Suatu otonomi manusia menjadi proyek besar di sini. Suatu otonomi dalam berpikir dan
menentukan tindakannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini sebagai sesuatu yang baik,
benar, dan tahan uji.

Hal ini pulalah yang kita dapati dalam filsafatnya Kant. Bagi Kant, sudah tiba saatnya untuk
menyatakan bahwa akal budi manusia adalah ukuran dan prinsip untuk segala-galanya; untuk apa
saja yang ia ketahui (segi epistemologi), untuk apa saja yang ia perbuat (segi moral), dan untuk
apa saja yang ia harapkan (segi teleologis).
Pandangan Kant di atas, mengarah pada subjektivitas manusia. Berkat rasionya, sang Aku
menjadi pusat pemikiran, pusat pengetahuan, pusat perasaan, pusat kehendak, dan pusat tindakan
sehingga manusia bukan lagi sebagai viator mundi (peziarah di dunia), melainkan sebagai faber
mundi (pembuat dunia).
PARA FILOSOF JAMAN PENCERAHAN
Terdapat dua aliran filsafat yang saling bertentangan pada jaman ini, yaitu rasionalisme dan
empirisme.
RASIONALISME
(Khususnya di Prancis dan Jerman) adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber
pengetahuan sejati adalah akal budi atau rasio, bukan pengalaman. Pengalaman hanya dapat
dipakai untuk menegaskan pengetahuan yang telah didapatkan dari rasio. Rasio sendiri tidak
memerlukan pengalaman; ia dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri
berdasarkan asas-asas yang pasti. Metode kerjanya bersifat deduktif. Contohnya Matematika.
PARA FILSUF RASIONALISME
Para filsuf Rasionalisme sepakat bahwa rasio manusia mampu mengenal dan menjelaskan
seluruh realitas berdasarkan asas atau prinsip pertama. Hanya mereka tidak sepakat mengenai
jumlahnya. Menurut Descartes, prinsip pertama itu memiliki dua (atau lebih tepat tiga) substansi.
Adapun Spinoza mengatakan hanya ada satu substansi. Sementara Leibniz mengatakan ada
banyak substansi yang disebutnya sebagai monade.
Descartes: Cogito, ergo sum

Rene Descartes (Nama Latinnya, Renatus Cartesius, 1596-1650) dijuluki Bapak Filsafat Modern.
Filsafat Descartes berawal dari satu pertanyaan: Apakah ada metode yang pasti sebagai dasar
untuk melakukan refleksi filosofis? Untuk menjawabnya, Descartes melakukan apa yang
kemudian dinamakan sebagai sikap keragu-raguan radikal. Ia menganggap bahwa segala sesuatu
yang ada hanyalah tipuan, dan tidak ingin menerima apapun sebagai ssesuatu yang benar, jika
kita tidak memahaminya secara jelas dan terpisah. Hanya yang bisa dipahami dengan jelas dan
terpisah itulah yang menjadi norma untuk menentukan kepastian dan kebenaran.
Namun, jika segala sesuatu diragukan keberadaannya, ada satu hal yang sama sekali tidak bisa
diragukan lagi sehingga harus diterima secara mutlak, yakni kenyataan bahwa Aku yang sedang
meragukan segala sesuatu ini ada! Orang bisa menyangkal segala sesuatu, namun ia tidak bisa
menyangkal keberadaan dirinya sendiri. Saat aku mencermati dan berpikir bahwa segala sesuatu
adalah salah, pada saat itu aku menyadari kebenaran ini:
Aku berpikir, maka aku ada. Kebenaran ini tampak sangat jelas dan pasti, sehingga anggapan
kaum Skeptis tida bisa mengguncangkannya. Sehingga aku merasa yakin aku bisa menerima
kebenaran ini sebagai prinsip pertama filsafat yang tengah aku cari
Ungkapan Descartes mengisyaratkan satu hal bahwa pemikiran atau kesadaran tidak bisa
dipisahkan dari diri seseorang. Hakikat manusia adalah pemikiran (res cogitans)
Benar, aku hanyalah makhluk yang berpikir Makhluk yang bisa meragukan, mengamati,
membenarkan, menolak, menginginkan, tidak menginginkan, berimajinasi, dan merasakan
Bagi Descartes, kesadaran diri seseorang harus diterima sebagai kebenaran karena saya
memahaminya dengan jelas dan terpisah. Dan inilah kerangka-bangun filsafat Descartes.
Berkat kesadaran diri yang diperoleh dari refleksi atas keraguan radikal, Deskartes membangun
suatu jalan kepastian intuitif yaitu dengan cara dua langkah:
1. Arah ke dalam atau pada kesadaran individu bersangkutan.
Menurut Descartes, karena segala sesuatu dari luar tidak bisa dipercaya, manusia perlu mencari

kebenaran dalam dirinya sendiri, sambil menggunakan kriteria di atas (jelas dan terpisah).
Sebagai hasilnya, Descartes menemukan bahwa dalam diri manusia ada tiga hal yang disebutnya
ide-ide bawaan (Ideae innatae).
a. Ide pemikiran (cogitatio)
b. Ide Allah (deus)
c. Ide keluasan (extentio)
2. Arah ke luar.
Dari adanya kesadaran diri (cogito), Descartes berusaha memahami realitas alam-dunia. Seperti
halnya para pemikir Yunani dan Skolastik, Descartes juga sampai pada kesimpulan bahwa apa
yang ada merupakan suatu substansi, yakni ada yang berdiri sendiri. Menurut Descartes, selain
(1) Allah, masih ada dua substansi lain, yakni (2) jiwa yang dalam hal ini adalah pemikiran, (3)
materi atau keluasaan. Namun, karena Descartes meragukan keberadaan segala sesuatu, maka ia
kesulitan untuk menerima adanya suatu realitas lain di luar kesadaran, yakni realitas alam-dunia
material yang mempunyai kejelasan dan keterpisahan tersendiri. Saat menghadapi hal ini,
Descartes menemukan jalan keluarnya pada Allah sebagai penyebab pandangan kesempurnaan.
Bagi Descartes, Allah sebagai wujud sempurna tidak mungkin menipu. Disinilah, Descartes
menjadikan Allah sebagai penjamin kepastian pengetahuan kita mengenai realitas materialempiris atau alam dunia.
Proses pengetahuan di awali dari Aku melalui Allah menuju dunia. Dilihat dari sisi objekmaterialnya (dunia), Allah adalah yang pertama, segala sesuatu berdasar kepada-Nya. Namun,
dilihat dari sudut proses pengetahuan, kesadaran manusialah yang pertama.
Tugas filsafat adalah:
Mendapatkan pandangan yang menjadikan hidup ini bisa menghasilkan buah bukan
mengusahakan pegetahuan yang bersifat teoritis (Skolastik), filsafat harus mengusahakan
pengetahuan praktis yang memungkinkan kita mengenali daya dan kekuatan dari api, air, udara,
bintang, dan segala sesuatu di sekitar kita seperti halnya pekerjaan yang dijalani oleh para

pengrajin. Dengan demikian, filsafat haruslah mampu memanfaatkan daya dan kekuatan dari
semua unsur tersebut untuk segala macam keperluan praktis manusia sehingga menjadikan kita
sebagai tuan dan pemilik alam ini
EMPIRISME
Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa pengalaman (empeiria, Yunani) merupakan
sumber utama pengetahuan, baik pengalaman lahiriah ataupun pengalaman batiniah. Rasio bukan
sumber pengetahuan, tetapi ia bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari
pengalaman untuk dijadikan pengetahuan. Metodenya bersifat induktif. Contohnya Ilmu
Pengetahuan Alam.
PARA FILSUF EMPIRISME
Rasionalisme dianut oleh para filsuf di wilayah Eropa, sedangkan Empirisme berasal dari
Inggris. Empirisme dirintis oleh Francis Bacon yang menekankan metode empiris-eksperimental
dalam menyelidiki apa yang bisa diketahui manusia. Setelah Bacon, Hobbes mendasarkan
filsafat politiknya pada penelitian empiris atau motivasi-motivasi manusia yang dibandingkannya
dengan sebuah arloji. Locke membangun epistemologinya dengan didasarkan pada anggapan
bahwa semua pengetahuan manusia berasal dari pengalaman indrawi.
Locke: Anggap saja, pikiran itu seperti selembar kertas putih
John Locke (1632-1704), lahir di Wrington dekat Briston. Persahabannya dengan Robert Boyle,
seorang ahli kimia Inggris, membangkitkan minatnya pada pendekatan empiris. Sejak tahun
1691, Locke yang menderita penyakit asma akut ini, hidup di pedesaan hingga wafatnya pada
tahun 1702. Pada batu nisannya terdapat kata-kata yang ditulis oleh Locke sendiri saat masih
hidup:
Wahai para pejalan kaki, berhentilah sejenak ! Di sini terbaring John Locke. Kalau Anda
bertanya, orang seperti apa dia, ia akan menjawab: seorang yang hidupnya puas dengan hal-hal
sederhana, ia memang dibesarkan oleh ilmu pengetahuan, namun apa yang telah dijalankan
seluruh hidupnya adalah pengabdian pada kebenaran. Pelajarilah ini dari tulisannya-tulisannya !

Tentang Pengetahuan
Dari manakah sumber pengetahuan yang bisa dipercaya? Dari mana pengetahuan itu berasal?
Locke menjawabnya, Pengalaman. Semua pengetahuan kita berdasarkan pengalaman; dan dari
pengalaman inilah pengetahuan itu berasal.
Sebelum mengalami sesuatu, pikiran atau rasio kita seperti tabula rasa atau kertas kosong. Baru
kemudian kertas itu mendapat isinya dari pengalaman.
Ada dua macam pengalaman yang bisa dibedakan, yaitu ;
1. Pengalaman lahiriyah (sense atau external sensation) atau pengalaman indrawi, yang
berhubungan dengan realitas material yang ditangkap dengan pancaindra kita, dan
2. Pengalaman batiniah (internal sense atau reflection) yang terjadi apabila kesadaran melihat
aktivitasnya sendiri dengan cara mengingat, menghendaki, meyakini, dan sebagainya.
Dari dua macam pengalaman ini diperoleh pandangan-pandangan sederhana (simple ideas),
yakni isi kesadaran yang berfungsi sebagai data-data empiris. Pandangan ssederhana ini masih
bisa dibedakan menjadi empat jenis, yaitu pandangan yang:
1. Diterima hanya oleh satu indera kita, misalnya warna diterima oleh indera mata, bunyi
diterima oleh indra telinga;
2. Diterima melalui beberapa indra, misalnya ruang dan gerak;
3. Dihasilkan berkat refleksi kesadaran, misalnya kenangan atau memori;
4. Yang menyertai saat-saat terjadinya proses penerimaan atau refleksi, misalnya rasa tertarik,
minat, dan waktu.
5. Dalam menerima pandangan ini, pemikiran atau rasio sama sekali pasif. Baru kemudian,
setelah pandangan sederhana ini tersedia, rasio bekerja membentuk Pandangan Kompleks
(Complex Ideas) dengan cara membandingkan, mengabstraksi, dan menghubungkan pandanganpandangan sederhana tersebut.
Dalam hal ini ada tiga jenis pandangan kompleks yang bisa dibedakan, yaitu:
1. Substansi atau sesuatu yang berdiri sendiri, misalnya manusia atau tumbuhan;

2. Modi atau pandangan kompleks yang keberadannya bergantung kepada substansi, misalnya
siang adalah modus dari hari;
3. Hubungan sebab-akibat, misalnya pandangan kausalitas dalam pernyataan: air mendidih
karena dipanaskan dengan api hingga 100 celsius.
4. Kalau Pandangan Sederhana berasal secara langsung dari pengalaman indrawi, maka
Pandangan Kompleks tidak bisa diamati secara langsung, tetapi diketahui melalui kombinasikombinasi dari berbagai pandangan tunggal.
5. Demikianlah, Locke merasa yakin telah dapat menjelaskan terjadinya pengetahuan manusia.[]
Diposkan oleh daman di 16.35
Label: Pengantar Filsafat

Anda mungkin juga menyukai