Anda di halaman 1dari 19

KEADAAN MASYARAKAT SIPIL PASCA PERISTIWA WASTERLING

TAHUN 1946 -1947 DI KOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN

(Studi Kajian Sejarah)

DRAF PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Gelar Sarjana Humaniora

Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam

Pada Fakultas Adab dan Humaniora

Universitas Islam Negri Alauddin

Makassar

Oleh:

NURAIDA
NIM: 40200118072

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi merupakan suatu perubahan sosial dan kebudayaan yang

perkembangannya terjadi secara cepat dalam kehidupan masyarakat.

Aristoteles membagi revolusi menjadi dua bagian yaitu, Pertama, perubahan

total dari suatu system ke system yang berbeda. 1


Dan yang kedua, modifikasi

system yang sudah ada. Revolusi di Indonesia sudah terjadi sejak bertahun –

tahun silam, dengan berbagai macam situasi dan kondisi dalam metode, durasi

dan ideologi motivasi yang berbeda - beda. Revolusi tersebut menghasilkan

perubahan – perubahan dalam budaya, ekonomi, dan sosial politik. Di dalam

revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan

terlebih dahuylu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan

Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun

dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang

memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap cepat karena mampu

mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, seperti sistem

kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan yang telah

berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya

untuk Timbulnya berbagai gambaran sejarah tentang suatu gejala sejarah

luar biasa seperti revolusi adalah sangat wajar karena interpretasi dari sudut

penglihatan tertentu menyoroti aspek-aspek, dimensi-dimensi ataupun faktor-

faktor penentu pula. Maka dari itu pada umumnya yang sangat menarik dari

Sejarah Revolusi Indonesia bukan saja fakta-fakta tentang peristiwa-


1
https://tirto.id
peristiwanya, melainkan bagaimana gambaran mengenai peristiwa-peristiwa

itu terjadi.2 saat melihat ke belakang rupanya terjadi pertikaian tentang apakah

kemerdekaan adalah alat atau tujuan, yang berarti mempertanyakan pula suatu

kurun waktu dalam proses sejarah nasional. Secara historis dia menyangkut pula

pertanyaan apakah yang terjadi di tahun 1945 sampai tahun 1950 revolusi atau

bukan. Banyak yang meragukannya sebagai revolusi. Alasannya adalah apabila

yang terjadi adalah revolusi, maka yang disebut sebagai keberhasilan suatu

revolusi adalah pembaharuan sepenuhnya dan seluruhnya, atau perubahan

struktur masyarakat tanpa meningalkan bekas-bekasnya dalam bentuk

masyarakat setengah kolonial, dan setengah feodal. Bilamana bukan revolusi

maka yang terjadi adalah suatu gerakan bersenjata untuk mengusir penjajah.

Pertikaian pendapat ini tidak penting, revolusi atau bukan revolusi,

kemerdekaan sebagai alat atau tujuan, tidak mengingkari kenyataan telah

tercapai suatu hasil terpenting bahwa penjajah telah di gusur ke luar tanah air.

Revolusi yang menjadi alat tercapainya kemerdekaan bukan hanya merupakan

suatu kisah sentral dalam sejarah Indonesia melainkan merupakan suatu unsur

yang kuat didalam persepsi bangsa Indonesia itu sendiri.3 Untuk pertama kalinya

di dalam kehidupan kebanyakan rakyat Indonesia segala sesuatu yang serba

paksaan yang berasal dari kekuasaan asing hilang secara tiba-tiba.

Ketika menengok belakang, terjadi pertikaian tentang apakah

kemerdekaan adalah alat atau tujuan, berarti mempertanyakan pula suatu kurun

2
Prisma, No. 8,Tahun ke X, 1981, Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)
3
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2011),hlm. 317
waktu dalam proses sejarah4 nasional. Secara historis dia menyangkut pula

pertanyaan apakah yang terjadi di tahun 1945 sampai tahun 1950 revolusi atau

bukan. Banyak yang tidak mengakuinya sebagai revolusi. Alasannya, bila

terjadi adalah revolusi, maka yang disebut keberhasilan dicapai suatu revolusi

adalah pembaharuan sepenuhnya dan seluruhnya, atau perubahan

struktur masyarakat tanpa meningalkan bekas-bekasnya dalam bentuk

masyarakat setengah kolonial, setengah feodal. Bilamana bukan revolusi maka

yang terjadi adalah suatu gerakan bersenjata untuk mengusir penjajah.

Pertikaian pendapat ini tidak penting, revolusi atau bukan revolusi,

kemerdekaan sebaalat atau tujuan, tidak mengingkari kenyataan telah

tercapai suatu hasil terpenting bahwa penjajah telah di gusur ke luar tanah air

rakyat Indonesia segala sesuatu yang serba paksaan yang berasal dari kekuasaan

asing hilang secara tiba-tiba. Ketika Belanda datang kembali ke Indoneisa pada

awal revolusi, Belanda menganggap kedatangan mereka kembali ke Indonesia

pada periode ini sebagai kelanjutan dari masa lampau kolonial mereka. Tujuan

kedatangan mereka kembali ke Hindia Belanda (Indonesia) adalah untuk

membangun kembali imperium kolonial mereka yang hilang, yang pernah direbut

secara paksa oleh Jepang tahun 1942. Setelah empat tahun Indonesia berperang

dengan Belanda dari 1945 hingga 1949, berlangsung penyerahan kedaulatan dari

Belanda kepada Indonesia. Kalangan politik kanan di Negeri Belanda banyak

yang menentang penyerahan kedaulatan itu. Kapten Raymond Westerling


menjadi mulut bagi kaum kanan Belanda. Ia melakukan perebutan kekuasaan.

Lalu Siapa Raymond Westerling (1919-1987) ?. Dia lahir di Istanbul. Ibunya

keturunan Yunani, ayahnya warga Belanda yang bekerja sebagai pabrikan

perabotan. Bahasa Belandanya tidak bagus, karena itu dia diberi julukan “de

Turk” (Orang Turki). Westerling mulai mengenal Indonesia pada bulan Agustus

1945 ketika ia diterjunkan di sekitar Kota Medan oleh sekutu (sebelum Jepang

menyerah) dengan tugas untuk mempersiapkan pendaratan Tentara sekutu di

Sumatera. Waktu itu ia sebagai anggota Dinas Kontra Spionase dari Tentara

Kerajaan Belanda dengan pangkat Letnan.4

Sejarah hidupnya Westerling di Indonesia memang dilumuri darah dan

maut, ketika dia mulai ditugaskan di Sulawesi Selatan sebagai Kapten Tentara

Kerajaan Belanda (KL) dengan tugas melumpuhkan semangat perjuangan

kemerdekaan yang berkobar dikalangan rakyat Sulawesi Selatan. Kedatangannya

disertai 150 oang prajurit dari anggota Korps Speciale Troepen (Baret Hijau).

Dalam melaksanakan tugasnya, dia telah bertindak sebagai algojo dan

pasukannya telah membunuh kurang lebih 40.000 orang rakyat yang tidak

berdosa di Sulawesi Selatan selama kurun waktu tiga bulan saja. Bukan hanya di

Sulawesi Selatan, Westerling juga melakukan pembunuhan-pembunuhan dan

kekerasan di daerah Cikalong Tasikmalaya dan Cirebon. Pada tahun 1948

Westerling dikeluarkan dari Tentara Kerajaan Belanda. Justru dengan

pemberhentiannya itu kini dapat leluasa lagi untuk melakukan rencananya

melawan Republik Indonesia dengan jalan mengadakan gerakan di bawah tanah.

4
R. H. Lily Sumantri, Cuplikan Sejarah Penting Dalam Periode Perjuangan Merebut Dan
Membela Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949
Kira-kira setahun setelah Westerling dikeluarkan dari dinas ketentaraan, pada

bulan Maret 1949 ia mulai menjalankan petualangannya yang terakhir di

Indonesia. Dengan dukungan dari kaum militer Belanda yang kecewa atas

kegagalan “Aksi Militer ke-Dua”, Westerling berhasil membentuk pasukan

bersenjata yang diberi nama “Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)”. Dalam

telaah mengenai masa revolusi di Indonesia, pada umumnya titik perhatian hanya

di fokuskan pada perkembangan berbagai peristiwa di tingkat Nasional. Gejolak

daerah hanya berperan sebagai semacam paduan suara yang mengiringi tema-

tema dominan dalam sejarah nasional. Terdapat banyak alasan mengapa

perspektif kedaerahan itu relatif diabaikan. Pertamatama, dalam upaya

menguraikan Sejarah Indonesia yang kompleks itu, otomatis orang

mengutamakan perspektif nasional. Selain itu, kelangkaan informasi megenai

berbagai peristiwa di tingkat daerah, menyebabkan banyak orang yang tidak

begitu bergairah untuk melakukan pengkajian yang serius di bidang ini. Tetapi,

yang lebih penting adalah kelangkaan gagasan yang jelas tentang peristiwa di

tingkat daerah tersebut dalam keseluruhan latar sejarah nasional. Dalam hal itu,

menarik sekali ketika berbicara tentang pembantaian yang dilakukan oleh

Raymond Westerling di Kota Makassar dan daerah-daerah lainnya di Sulawesi

Selatan. Tidak lupa juga, pasca pembantaian yang dilakukan Raymond

Westerling itu terjadi, banyak pandangan/pendapat dari masyarakat Indonesia

terkhusus dari tokoh Islam, seperti Bung Tomo yang pada saat itu menulis di

Koran tahun 50-an, dia menulis bahwa dirinya akan menumpas Westerling yang

pada saat itu melakukan kekejaman-kekejaman yang tidak manusiawi.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini mengacu pada pada latar belakang yang

membahasan mengenai peristiwa masterling yang terjadi di kota makassar pada

tahun 1946 – 1947 dengan tiga fokus pembahasan sebagai berikut.

1. Siapa yang mendalangi terjadinya peristiwa wasterling di kota

makassar?

2. Bagaimana gambaran terjadinya pembantaian di kota makassar?

3. Bagaimana kondisi social budaya masyarakat pasca peristiwa

wasterling 1946 – 1947?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul Keadaan Masyarakat Sipil Pasca Peristiwa

Wasterling tahun 1946 – 1947 di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini berfokus pada peristiwa wasteriling dan bagaimana Keadaan

Masyarakat Sipil Pasca Peristiwa Wasterling di Kota Makassar.

2. Deskripsi Fokus

Berdasarkan focus penelitian di atas maka boleh di deskripsikan bahwa

pokok permasalahn dalam penelitian ini adalah bagaimana proses terjadinya

peristiwa wasterling di kota makassar dan bagaiama keadaan psikologi

masyarakat pasca pembunuhun 40.000 jiwa yang terjadi di daerah mereka.


D. Tujuan dan Mamfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

a. Untuk menjelaskan siapa dibalik terjadinya peristiwa

wasterling tahun 1946 – 1947 di makassar provinsi Sulawesi

Selatan.

b. Untuk menggambarkan bagaimana proses terjadinya Peristiwa

Wasterling tahun 1946 – 1947 di Kota Makassar Provinsi

Sulawesi Selatan.

c. Untuk menjelaskan bagaimana kondisi sosial budaya

masyarakat pasca terjadinya peristiwa wasterling tahun 1946 –

1947 di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Mamfaat Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan

penulis, adapun manfaat penelitiannya, yaitu:

a. Kegunaan Ilmiah penelitian ini yaitu dapat memberikan

kontribusi intelektual guna menambah khazanah ilmiah

dibidang sejarah dan kebudayaan islam, khususnya di Fakultas

Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar.


b. Kegunaan praktis diharapkan dapat menambah wawasan

masyarakat terkhusus dalam ilmu sejarah dan Kebudayaan.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

mengungkapkan dan menguatkan sumber data berasal darimana yang diambil

dalam menyusun suatu karya ilmiah. Adapaun sumber yang berkaitan dan juga

menjadi pedoman penulis dalam menyusun penelitian ini adalah :

Berdasarkan beberapa literatur yang menjadi acuan dalam melakukan

penelitian dan arsip-arsip sejarah yang ada.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Sejarah

Sejarah merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari peradaban manusia

yang terus berkembang dan berevolusi. Sebagai makhluk yang hidupnya dinamis,

manusia akan menciptakan sejarah dan kemudian bermanfaat bagi kehidupan

sekarang dan masa datang. Itulah sebabnya kenapa kita perlu mengenal dan

memahami pengertian sejarah dan konsep penerapannya dalam kehidupan karena

sejarah sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang.

Sejarah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab syajaratun yang

artinya pohon dan dalam bahasa Arab sendiri sejarah disebut

dengan tarikh. Pohon memiliki makna percabangan geneologis suatu kelompok

keluarga yang menyerupai pohon yang penuh cabang, ranting sampai akar-

akarnya. Kata syajaratun dalam bahasa Arab kemudian berkembang dalam bahasa

Melayu menjadi syajarah. 

Sampai akhirnya menjadi istilah sejarah dalam bahasa Indonesia saat ini

untuk menggambarkan silsilah atau keturunan. Pengertian kata sejarah sebenarnya

lebih sesuai dengan kata historia dalam bahasa Yunani yang artinya keilmuan,

ilmu, atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi

kata History dari kata istoria yang artinya belajar dengan cara bertanya. 


Dari kata istoria inilah istilah sejarah kemudian berkembang menjadi

sebuah kajian ilmu dan pembelajaran yang sifatnya  kronologis atau dikaji

berdasarkan dengan tempo atau urutan waktu. Sejarah merujuk Bahasa Jerman

dari kata Geschichte dan geschidenis atau historie dalam Bahasa Belanda yang

artinya kejadian yang dibuat oleh Manusia.5

B. Pengertian Wasterling

Peristiwa Wasterling adalah sebutan untuk peristiwa pembunuhan ribuan

Masyarakat sipil yang dilakukan oleh pasukan Belanda Korps Speciale Troepen

dibawa pimpinan Raymond Pierre Paul Wasterling. Peristiwa ini terjadi pada

tahun 1946 – 1947 di Sulawesi Selatan operasi militer Counter

Insurgency (penumpasan pemberontakan).6 Komandannya adalah Letnan Satu

Raymond Paul Pierre Westerling. Dalam autobiografinya versi Inggris, Challenge

to Terror (1953), Westerling menyebut, “Aku dikejutkan pada kedatanganku di

Makassar. Aku diserahi pangkat sebagai Kapten. Aku 27 tahun—Kapten muda

dalam Tentara Hindia Belanda.” Di bawah Westerling, dalam DST terdapat

Pembantu Letnan Vermeulen. Pasukan itu tidak langsung beraksi. Beberapa hari

setelah tiba, tampaknya setelah mengumpulkan data intelijen, pada 10 Desember

1946 bergeraklah pasukan itu menyusuri jalan ke arah Maros. Menuju sebuah

kampung bernama Batua. “Menurut Westerling persinggahan Wolter Mongisidi

dan Ali Malaka, pemimpin penting dalam perlawanan, berada di kampung itu,”

tulis William Ijzereef. Pasukan DST dibagi dua untuk mengepung desa. Di desa

5
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sejarah/
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_Westerling
itu, 35 orang dieksekusi. Di antaranya, 11 orang dituduh sebagai extrimist dan 23

lain dianggap perampok\pembantaian berlangsung.7

7
https://tirto.id/deUW
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif atau penelitian lapangan yang

bersifat deskriptif sehingga bertujuan untuk dapat memberikan gambaran yang

bersifat menyeluruh dan sistematis mengenai fakta yang berhubungan dengan

permasalahan manusia dan apa yang menjadi gejalanya. Penelitian ini bersifat

deskriptif yang artinya peneliti akan meneliti suatu objek ,suatu kondisi dan

bagaiamana suatu sistem pemikiran yang terjadi pada masayarakat sekarang

dengan tidak lepas dari masyarakat.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai

lukisan yang sistematis, actual, dan tentunya akurat terhadap fakta ,sifat dan

hubungan fenomena dengan hal yang akan diteliti.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Makassar Provinsi Sulawesi

Selatan dengan objek penelitian kepada Masyarakat, untuk mendapatkan

informasi dan data mengenai keadaan social budaya masyarakat sipil pasca

peristiwa wasterling tahun 1946-1947.

B. Pendekatan Penelitian

Adapun metode pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan historis

Pendekatan historis merupakan suatu rangkaian peristiwa yang meliputi

beberapa unsur seperti waktu, tempat, objek, latar belakang dan pelaku yang

terdapat dalam peristiwa tersebut. Unsur terpenting terhadap pendekatan historis

adalah peristiwa, selain itu pendekatan daya kritis sejarah juga tidak kaIah penting

karena adanya penelitian dimana peneliti dapat mengungkapkan kebenaran

makna yang terkandung dalam peristiwa sejarah.

2. Pendekatan Antropologi

Pendekatan budaya dimana berhubungan denagan tata cara kehidupan

manusia yang bertujuan untuk memahami nilai-nilai filososfis lokal atau kearifan

lokal dalam menyelesaikan problem yang ada dimasyarakat.

3. Pendekatan Sosiologi
Metode pendekatan ini berupaya untuk memahami kondisi masyarakat

dengan melihat peranan masyarakat yang ada didalamya. Sosiologi adalah salah

satu ilmu yang objek penelitianya adalah manusia.

C. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu :


1. Sumber Data Premier

Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara penelitian

lapangan atau melalui proses wawancara. Dalam penelitian ini, penulis

mendapatkan data dari berbagai narasumber yang mengetahui tentang penelitian

ini, data yang didapatkan diperoleh secara langsung melalui hasil wawancara

kepada informan.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa buku atau data

pendukung yang tidak diambil langsung dari informan akan tetapi melalui

dokumen atau hasil penelitian yang relevan untuk melengkapi informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian

3. Sumber Data Tersier

Data tersier merupakan bahan yang dapat memberikan instruksi dan

penjelasan kepada bahan hukum primer dan sekunder seperti ensiklopedia, kamus

dan sebagainya.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan

melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian. Observasi melibatkan tiga

obyek sekaligus, yaitu: lokasi tempat penelitian, pelaku dan aktivitas para pelaku

yang dijadikan sebagai objek penelitian.


2. Wawancara

Wawancara adalah terjadinya proses tanya jawab peneliti dengan

narasumber yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih, atau cara-

cara memperoleh data dengan berhadapan langsung, baik antara individu dengan

individu maupun antara individu dengan kelompok. Sebelum melakukan

wawancara peneliti terlebih dahulu menentukan informan dan telah merancang

pertanyaan yang akan diajukan untuk memperoleh jawaban relevan.

3. Rekaman Suara

Rekaman Suara merupakan metode pengupulan data pendukung yang

dilakukan saat wawancara agar supaya hasil rekaman bisa di dengar kembali

ketika peneliti bermaksud ingin menulis hasil wawancara tersebut.

4. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara meneliti sumber-sumber data, baik berupa sumber tertulis maupun tidak

tertulis. Peneliti juga menggunakan data pendukung seperti foto dan atau video.

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat yang mengukur fenomena alam maupun

sosial yang diamati, adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu.

1. Pedoman wawancara merupakan sekumpulan alat yang digunakan dalam

proses wawancara dan dijadikan sebagai dasar untuk memperoleh

informasi dari informan yang terdiri dari beberapa daftar pertanyaan.

2. Buku catatan dan alat tulis berfungsi untuk mencatat semua

pernyataan dari informan sebagai sumber data dari hasil penelitian.


3. Alat elektronik, berfungsi sebagai alat potret dan perekam saat

berlangsungnya proses wawancara dengan informan.

F. Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu prosedur atau cara dalam penyajian

serta penafsiran data. Ada 3 macam metode pengolahan data, yaitu:

a. Metode Induktif merupakan metode dengan proses pikir diawali

dari sesuatu yang bersifat khusus kemudian mengarah ke sifat

umum karena dalam pengambilan suatu kesimpulan maka peneliti

perlu melakukan pengamatan. Penelitian dengan metode induktif

bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru.

b. Metode Deduktif merupakan metode yang proses pikirnya diawali

oleh sesuatu yang bersifat umum kemudian mengarah ke sifat

khusus, dalam pengambilan kesimpulan peneliti menggunakan

logika. Penelitian dengan metode deduktif memiliki cara tersendiri

dalam prosesnya dan menggunakan pendekatan top down atau dari

atas ke bawah.

c. Metode Komperatif merupakan proses menganalisa dengan cara

membandingkan satu atau lebih variabel pada satu atau lebih

sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda, kemudian

menghasilkan kesimpulan.

2. Analisis Data

Analisis data merupakan tahapan pernyederhanaan data-data yang

diperoleh dari masyarakat yang telah melakukan proses wawancara

kedalam bentuk yang mudah dipahami dan dibaca.


KOMPOSISI BAB

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Fokus Penelitian Dan Deskripsi Fokus

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

E. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Sejarah

B. Pengertian Peristiwa Wasterling

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Dan Lokasi Penelitian

B. Pendekatan Penelitian

C. Sumber Data

D. Metode Pengumpulan Data

E. Instrumen Penelitian

F. Metode Pengolahan Data Dan Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pembantaian_Westerling

https://tirto.id/deUW

https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sejarah/

https://tirto.id

Prisma, No. 8,Tahun ke X, 1981, Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan

Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES)

Ricklefs, M.C., Sejarah Indonesia modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2011),hlm. 317

Sumantri lily H.R., Cuplikan Sejarah Penting Dalam Periode Perjuangan

Merebut Dan Membela Kemerdekaan Republik Indonesia 1945-1949

Anda mungkin juga menyukai