Anda di halaman 1dari 26

BAB V

PERUBAHAN MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

5.1 Pendahuluan

Pada Bab IV telah diuraikan bahwa terdapat hubungan erat dan nyata
antara kepribadian, kebudayaan dan perubahan masyarakat. Masyarakat
tidak mungkin ada tanpa kebudayaan demikian sebaliknya kebudayaan
hanya akan ada di dalam suatu masyarakat. Kebudayaan lahir dari
kompleksitas hubungan antar manusia di dalam kelompok. Perwujudan
perilaku budaya sangat dipengaruhi oleh identitas kepribadian masing-
masing pendukungnya.

Kehidupan kelompok masyarakat adalah suatu proses antara perorangan


dalam kelompoknya didukung/diperkuat oleh sistem nilai yang dapat
berupa pembenaran, penguasan, penghukuman dan penolakan. Dengan
demikian dalam kehidupan bermasyarakat terdapat makna yang hakiki
yang tertuang dalam suatu sistem. Sistem ini akan mengayomi mereka
secara bersama-sama untuk menuju tatanan kehidupan damai dan
sejahtera. Sistem ini disebut juga sebagai sistem relasi sosial yang di
dalamnya mengkaitkan hakekat kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi maupun golongan tanpa harus mengorbankan seutuhnya dan
kepentingan perorangan. Dalam kaitan mempertahankan pola, maka
efektivitas perilaku dalam struktur kehidupan kelompok ini tidak jarang
memunculkan penolakan nilai-nilai, perubahan, dus juga peniadaan dan
120
bentuk baru akan kebiasaan, adat-istiadat para pendukung sistem
kehidupan.

Dengan berakhirnya perang dunia kedua, sistem penjajahan cepat hilang.


Sebagian besar penduduk yang semula daerah jajahan khususnya di
Afrika, sebagian Asia dan Lautan Pasific membentuk negara baru dan
memisahkan diri dari kekuasaan pemerintahan lama. Dalam kerangka
yang demikian upaya pembangunan negara menuju kesejahteraan dan
kemakmuran adalah prioritas dalam waktu yang relatif singkat.

Upaya pembangunan ini tanpa disadari membawa konsekwensi


perubahan dan unsur perubahan itu cenderung berasal dari pihak luar
tidak semata-mata dari pengaruh kebudayaan asli.

Konsep perubahan yang muncul dalam rentang pembangunan suku


bangsa di atas, pada kenyataannya membawa pengaruh yang sangat
signifikan terhadap masyarakat pendukungnya. Ada kelompok dalam
suku bangsa yang sangat mudah menerima pengaruh asing dan
perubahan yang dialaminya, namun sebagian besar lainnya tidak dapat
menerima kenyataan demikian ini.

Kondisi dimana warga suku bangsa mengalami hal di atas, sekarang


merebak pada negara dunia ketiga yaitu semacam krisis sosial politik,
ekonomi dan budaya. Warga yang tidak dapat menerima kenyataan
terjadinya perubahan sosial mencoba menghindar atau menentang
timbulnya pembaharuan ini. Konsep pergeseran dan perkembangan
kebudayaan telah menjadi bahan kajian yang menarik di kalangan
121
penekun antropologi sejak pertengahan abad ke-19.

Banyak buku-buku yang kemudian terbit serta mengkaji percepatan


pertumbuhan kebudayaan pada masyarakat manusia. Salah satu uraian
yang menarik dari sekian banyak teori dan analisa tentang struktur
perubahan masyarakat dan kebudayaan adalah bahwa proses itu ada yang
secara cepat namun ada yang lambat. Ada yang langsung mengubah
tatanan perilaku ajeg yang telah ada sebelumnya, ada juga yang harus
melalui tahapan-tahapan panjang seirama dengan perkembangan
masyarakatnya.

Setelah menelaah materi ini mahasiswa diharapkan:


(1) Memahami beberapa konsep khusus mengenai pembelajaran, per-
geseran masyarakat dan perubahan kebudayaan
(2) Memahami bahwa kebudayaan senantiasa berubah dan berkembang
sejajar dengan perkembangan masyarakat pendukung kebudayaan
(3) Mampu menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya
perubahan dan akibat yang ditimbulkan dalam perubahan
kebudayaan

5.2 Proses Difusi/Penyebaran Kebudayaan

Proses penyebaran kebudayaan merupakan rangkaian proses penyebaran


(imigrasi) manusia sebagai pendukung budaya. Proses ini ada yang

berlangsung secara cepat tetapi ada juga secara lambat. Keberadaan


manusia dari segi jumlah yang kian berkembang biak harus dimaklumi
122
sebagai faktor pendukung perlunya lahan hunian yang kian bertambah.
Proses penyebaran manusia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
melalui:

(1) Symbiotic
Salah satu bentuk persebaran penduduk adalah melalui pertemuan antara
individu yang berbeda kelompok. Proses ini melalui pertemuan ekonomi.
Unsur-unsur kebudayaan asing secara tidak sengaja atau dipaksa turut
serta bersama datangnya para pedagang. Masuknya kebudayaan Hindu di
antaranya adalah dikarenakan masuknya pedagang Hindia dan Gujarat.
Pengaruh lainnya adalah kebudayaan tembikar dan keramik yang di
negara mereka sudah sangat maju. Lambat laun penduduk asli di sekitar
pelabuhan pantai memiliki ketrampilan baru yaitu membuat gerabah dan
keramik.

(2) Penetration pasifique


Pemasukan/penerobosan secara damai (salah satunya oleh misionaris
agama). Meskipun masuknya melalui para pedagang dapat dinyatakan
secara damai, namun ada hal prinsip yang membedakan dengan pola oleh
para misionaris, yaitu bahwa ada unsur kesengajaan dibandingkan
dengan yang dilakukan oleh para pedagang itu.

(3) Stimulus diffusion


Difusi meliputi suatu wilayah yang luas biasanya terjadi melalui
serangkaian pertemuan antara sejumlah suku bangsa. Bentuknya dapat
berupa perang antar suku faktor musibah alam banjir, gunung meletus
dan sebagainya. Arah proses ini digambarkan dalam diagram di bawah
123
ini.

A B A B
(a) (b)
Gambar 3. Diagram Difusi/Persebaran Kebudayaan

Ditinjau secara lebih teliti, dapatlah kita bayangkan berbagai macam


sebab dari imigrasi-imigrasi manusia itu. Ada kondisi tertentu yang
menyebabkan berlangsung lambat dan otomatis, namun ada juga sebab
tertentu yang menyebabkannya terjadi secara mendadak dan cepat. Yang
sangat mungkin terjadi mengingat persebaran manusia dalam ke-
terbatasan dan hambatannya sehingga tidak memungkinkan persebaran-
nya secara mulus, adalah model (b) dari diagram di atas.

Sekelompok manusia dari suatu tempat (A) melalui berbagai rintangan


serta hambatan dan jalan berliku, dalam rentang waktu yang lama sampai
di tempat yang baru (B). Pada tempat baru itulah berkembang
kebudayaan baru.

Sepanjang sejarah ummat manusia sebagaimana dikemukakan di atas,


proses perpindahan itu juga membawa serta konsep kebudayaan miliknya
Dengan demikian pengembangan kebudayaan tidak saja mendasar
karena tuntutan perubahan pemenuhan individualnya, tetapi juga
disebabkan pengaruh kebudayaan lain.

Perbedaan kecepatan berevolusi mengakibatkan terjadinya beragam


kebudayaan manusia. Dalam ketiga proses di atas, hampir dipastikan
124
apabila dalam perjalanan mereka, mereka singgah di tempat tertentu baik
dalam waktu yang singkat maupun lama termasuk di dalamnya
kemungkinan menetap, terjadi saling pengaruh-mempengaruhi unsur
kebudayaan.

Dipandang dari sudut sejarah kebudayaan ummat manusia, migrasi


bangsa-bangsa itu sangat mungkin menyebabkan proses-proses pe-
nyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat tertentu.
Proses-proses penyebaran inilah dalam ilmu antropologi disebut proses
difusi.

Apabila kita mencermati secara teliti, maka proses difusi itu


sesungguhnya tidak saja hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur dari
pembentuk kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di muka bumi,
tetapi juga adalah unsur pembentuk kebudayaan itu sendiri. Unsur
pembentuk kebudayaan itu pada era kesejagatan sekarang ini tidak harus
bertemu fisik antar pendukung budaya tetapi banyak juga terjadi melalui
beragam media komunikasi, telepone, intemet, MicroCompact Disk.
Unsur yang berpindah itu sendiri tidaklah merupakan suatu hal yang
tunggal, tetapi lebih bersifat kompleks. Para antropoloog menyebutnya
kultuur komplek, yaitu perubahan suatu unsur yang juga akan diikuti
oleh sub unsur lainnya. Setelah perang dunia ke-II, misalnya mulai
merebak pengenalan teknologi mobil, juga diikuti oleh penyediaan
sarana jalan yang memadai, bahan bakar, rutinitas pemeliharaannya
membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki penguasaan teknik
permesinan dan sebagainya.
125

Gambar 6. Migrasi-Migrasi Besar Penduduk Dunia Antara 80.000 SM


sampai 1.000 SM

5.3 Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

Dalam uraian bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa kebudayaan


merupakan suatu upaya/proses pembelajaran. Dalam keterbatasan
biologis, sejak berjalannya proses evolusi yang ternyata berjalan sangat
lambat, manusia telah mengembangkan proses pembelajarannya melalui
pengembangan beberapa sistem seperti:
(1) Sistem perkembangan vokal atau bahasa
(2) Sistem pengetahuan
(3) Organisasi sosial
(4) Sistem peralatan hidup dan teknologi
(5) Sistem mata pencaharian hidup
(6) Sistem religi
(7) Kesenian
126
Keseluruhan sistem di atas adalah yang disebut kebudayaan
(Kuntjaraningrat, 1997: 98)

Dalam kerangka proses-proses pembelajaran itu, di antaranya adalah


proses belajar kebudayaan sendiri yang meliputi proses internalisasi,
proses sosialisasi, dan proses enkulturasi sebagaimana akan diuraikan di
bawah ini.

(1) Proses Intemalisasi


Proses internalisasi adalah yang berlangsung sepanjang hidup individu
sejak dilahirkan sampai hampir meninggal untuk mengolah segala
perasaan, hasrat, nafsu dan emosi yang kemudian membentuk
kepribadiannya Berbagai bakat yang terkandung di dalam gennya; tidak
secara otomatis menghasilkan suatu nilai dan perilaku budaya akan tetapi
pengembangan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu dan emosi
pengaktifan nyatanya sangat dipengaruhi berbagai stimulasi yang
terdapat dalam lingkungan sosialnya, budayanya dan alam sekitarnya.
Proses internalisasi secara sederhana dapat dilihat pada seorang bayi. Dia
bisa merasakan bahwa apabila dia lapar, dia menangis. Pada saat itu
seseorang akan memberinya minum susu. Manakala dia kedinginan dia
menangis, seketika itu pula akan ada orang menyelimuti. Gejala
perolehan nikmat ini akan senantiasa dilakukannya sebagai fenomena
baru pemuas keinginannya. Dan proses ini dijadikannya sebagai media
pembelajaran untuk setiap keinginan pemenuhan hasratnya.
Kondisi ini semakin hari menjadikan pengalaman baru mengenai
berbagai perasaan seperti kcgembiraan, kebahagiaan, simpati,
127
peningkatan berbagai rasa seperti bersalah, meniru keindahan dan
berbagai rasa lainnya.

(2) Proses Sosialisasi


Proses sosialisasi adalah proses sosial dimana seorang individu menerima
pengaruh, peranan, tindakan orang-orang disekitarnya (millieu), seperti
kakak, adik mertua, paman, pembantu dll. Seseorang akan dipengaruhi
oleh individu-individu yang menempati berbagai status dan kedudukan
dalam masyarakat yang dijumpainya sejak dia dilahirkan, dengan
demikian akan mempengaruhi pola kepribadiannya kelak kemudian hari.
Proses sosialisasi ini akan sangat bervariasi, oleh karena dipengaruhi oleh
struktur masyarakat, susunan kebudayaannya serta lingkungan sosial
yang bersangkutan. Pada masyarakat menengah di perkotaan peranan
seorang pengasuh anak (baby sitter) sekarang ini sangatlah dominan.
Sejak makan pagi, digendong dan diasuh, bahkan tidak jarang tidur
malam pun seorang anak ada dalam lingkungan seorang pengasuh. Hal
ini tentu akan berdampak pada tokoh yang melekat dalam ingatan si anak
kelak. Pada masa ini seorang anak akan mengerti peran sosial yang
diemban oleh orang-orang disekelilingnya.

Dengan demikian tingkat sosialisasi pada berbagai kelompok masyarakat


adalah berbeda. Oleh karena itu dapat kita pahami bahwa perilaku
khusus yang muncul di kalangan Keraton dan Ningrat di Jawa misalnya
dalam pola pengasuhan anak berbeda dengan orang kebanyakan.
Margaret Mead adalah salah seorang penekun kajian internalisasi ini.
Dengan teliti ia menetiti cara memandikan dan membersihkan bayi, cara
128
menyapih, mengajari disiplin, kebiasaan seksualnya dan sebagainya.
Karya penelitiannya yang sangat terkenal adalah Growth And Culture
(1951) dan Children And Ritual In Bali (1955).

(3) Proses Enkulturasi/Pembudayaan


Proses enkulturasi adalah proses sosial dimana individu belajar
menyesuaikan diri dan alam pikiran serta sikapnya terhadap adat, sistem
norma, serta semua peraturan yang terdapat dalam lingkungan
masyarakatnya.
Berkaitan dengan proses-proses tersebut di atas dalam kenyataannya di
masyarakat tidak semua individu secara mulus melewati tahapan proses
tersebut. Ada beberapa individu yang sukar untuk menerima dan
menyesuaikan diri dengan berbagai faktor yang dijumpainya dalam
masyarakat. Individu yang mengalamai hambatan ini disebut deviants.
Deviants yang positif akan merupakan sumber dari berbagai kejadian
dalam masyarakat dan kebudayaan sehingga menimbulkan perubahan
kebudayaan. Deviants yang negatif menimbulkan berbagai ketegangan
sosial, kerusuhan, kejahatan, bunuh diri massal, dllnya. Beberapa tahun
yang silam kita pernah dihebohkan oleh kasus bunuh diri beruntun di
Kabupaten Gunungkidul Provinsi DIY. Penyelidikan pihak Kepolisian
setempat menunjukkan bahwa tidak ada konflik keluarga, penghasilan
cukup, bahkan hubungan keluarga retatif harmonis. Ilmu psikologi
kejiawaan, akhirnya menyimpulkan bahwa penyebab bunuh diri oleh
aktor adalah bahwa mereka ternyata tidak dapat menerima perubahan
mendasar khususnya norma tradisional yang demikian saja menghilang
di kalangan generasi muda dan bermunculan budaya dan tatanan hidup
129
ala perkotaan yang serba bebas, tidak terikat dengan nilai masyarakat
tradisional.

5.4 Proses Pengenalan Kebudayaan Asing

Masuknya kebudayaan asing tidak dapat dipungkiri pada masa


kesejagatan sekarang ini. Selain perhubungan antar suku bangsa dengan
tujuan khusus seperti misalnya pariwisata, kunjungan budaya dan misi
sosial politik lainnya, hampir dapat dipastikan bahwa mahluk manusia di
muka bumi ini pada hakekatnya cenderung mengadakan perhubungan
sosial dengan sesamanya. Terdapat beberapa proses sosial yang muncul
selama masuknya kebudayaan asing ini, di antaranya adalah proses
akulturasi dan proses asimilasi.

(1) Akulturasi
Pertengahan abad ke-19 sampai dengan awal abad ke-20 . merupakan
periodisasi mantapnya pengaruh penjajahan Inggris, Belanda, Belgia,
Perancis, Sepanyol dan Jerman. Pengaruh agama Katolik dan Protestan
serta pendidikan formal mulai merasuki meskipun banya sebagian kecit
elite masyarakat yang dijajah. Di sisi lain sebagian terbesar kelompok
masyarakat di sekitarnya hanya dapat memandang dari kejauhan
mekanisme perubahan ini. Kelompok ini tetap hidup dalam tatanan nilai
tradisional.

Sejalan dengan pengembangan pendidikan formal di kalangan


bangsawan dan segelintir pegawai tinggi pribumi yang disebut
ambtenaar, salah satu pengaruh yang muncul adalah pengambil alihan
130
gaya hidup (termasuk bahasa, mode pakaian, sopan santun) sebanyak
mungkin meniru pola barat. Kesan seolah dibuat-buat mengemuka dan
ini dirasakan sesuatu yang sangat asing di kalangan penduduk pribumi.
Di balik semua itu ada terselip juga makna positif dari keberadaan
intelektual pribumi ini yaitu masuknya unsur perubahan ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Unsur ini tidak jarang membawa perubahan
fundamental terhadap perilaku tradisional masyarakat, misalnya mulai
dikenalnya sepeda kayuh, sepeda motor dan mobil. Berbagai perubahan
dalam kehidupan masyarakat tradisional atau bangsa yang terjajah yang
berasal dari kebudayaan penjajah barat, dalam kajian antropologi disebut
proses akulturasi. Indonesia mengalami runtutan panjang ke-
terpengaruhan budaya dimulai penjajahan bangsa Poitugis, Inggris,
Belanda, dan Jepang.

Setelah Indonesia merdeka meskipun tidak melalui pola penjajahan, pola


keterpengaruhan ini dirasakan muncul secara pesat akibat pertemuan
budaya dan majunya sistem komunikasi, satelit, komputer dan lain
sebagainya.

Dengan penggambaran di atas, secara lebih terinci proses akulturasi


dapat dijabarkan sebagat suatu proses sosial yang timbul apabila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa
dipengaruhi oleh unsur-unsur dari suatu kebudayaan lain sehingga unsur-
unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan asli.
131
Kajian mengenai akutlurasi masih berusia relatif muda sekitar setengah
abad silam. Baru setelah selesainya perang dunia II kajian ini
berkembang sangat pesat terutama setelah dipergunakannya metode
penelitian yang lebih tajam. Salah satu tulisan yang mengagumkan
disusun oleh suatu dewan Social Science Council Amerika khususnya
yang diketuai tiga serangkai R. Redfield, R. Lintin dan M.J Herskovits
dalam bentuk ikhtisar masalah dalam penelitian akulturasi berjudul A.
Memorandum For The Study Of Acculturation. Adapun kerangka
terbesar permasalahan dalam bidang akulturasi berdasarkan analisis
tokoh-tokoh ini meliputi lima hal mendasar (Koentjaraningrat, 1997: hal.
256) berupa:
(a) Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi,
mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu
masyarakat
(b) Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang
mudah menerima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang
sukar diterima oleh masyarakat penerima
(c) Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah
diganti atau diubah dan unsur-unsur apa yang tidak mudah
diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing
(d) Masalah mengenai individu-individu apa yang mudah dan cepat
menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing
(e) Masalah mengenat ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis
sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
132
Pada tahun 1949 di Aukland Amerika Seventh Pasific Science Congress
lembaga sosial yang mempunyai kepedulian yang besar terhadap
perguliran proses akulturasi dan dampaknya terhadap masyarakat
mengemukakan suatu konsep dasar yang harus diperhatikan oleh
seorang peneliti dalam lapangan akulturasi (Koentjaraningrat, 1997; hal.
257) meliputi:
(a) Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai
berjalan
(b) Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-
unsur kebudayaan asing itu
(c) Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing
untuk masuk ke dalam kebudayaan penerima
(d) Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena
pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing tadi
(e) Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan
asing

Konsep pertama yang harus dimiliki oleh pengkaji akulturasi adalah


wawasan sejarah tentang suatu lingkungan sosial yang akan diteliti. Titik
awal perkiraan masuk atau mulainya proses akulturasi memerlukan
kecermatan yang mendalam seorang peneliti. Temuan data ini akan dapat
mengungkap misalnya suku bangsa yang membawa masuk proses
kebudayaan baru, kondisi awal masyarakat yang masih awam/tradisional,
pandangan hidup dan sebagainya.
133
Memperhatikan individu baru yang membawa proses akulturasi atau
agent of aculturation akan dapat dianalisis siapa saja yang memiliki
pengaruh dominan dari kebudayaan baru tersebut. Mengetahui individu
yang masuk akan semakin mempermudah menentukan tradisi apa yang
dikembangkan oleh oknum tersebut. Dalam rentang sejarah yang berbeda
tentu akan berbeda pula agen pembahaw ini.

Pada masa masuknya pengaruh Hindu, oknum agennya adalah pedagang


dari pesisir Gujarat dan Hindia, pada masa Perang Dunia II maka tentara
Sekutu, Jepang dan Nica adalah agen yang dominan.

Memperhatikan saluran yang dipergunakan selama masuknya proses


akulturasi akan membawa kita kepada lapisan tertentu dari masyarakat
yang terkena pengaruh budaya baru. Pada masa penjajahan kolonial
Belanda misalnya, mekanisme jalur yang dilalui adalah kelompok priyayi
dan pegawai ambtenaar serta kelompok kelompok partai tertentu yang
berpropaganda kepada buruh-buruh perkebunan.

Selanjutnya yang sangat perlu diperhatikan oleh peneliti akulturasi


adalah individu yang terkena langsung proses jalannya akulturasi ini.
Individu ini dapat dikekompokkan kepada mereka yang secara progresif
menerima dan suka sekali dengan pengaruh unsur budaya baru dan
mereka yang masih ortodoks atau kolot dan sukar sekali menerima
pengaruh budaya baru.

Dari sekian masalah pokok akulturasi di atas, unsur individu yang


ortodoks dalam penerimaan proses masuknya budaya baru ini sekarang
134
banyak diteliti antropologi spesialisasi dari sub ilmu etnopsikologi.

Beberapa sikap ortodoks ini muncul misalnya akhir-akhir ini


memunculkan sikap sempalan. Muncul gerakan-gerakan kebatinan dan
cenderung menyepi memisahkan diri dari tatanan kebidupan dan
keramain umum, menyisihkan diri dari pergaulan masyarakat.

Penolakan lain terhadap tatanan dan norma yang baru misalnya, pada
masyarakat kita cenderung memunculkan perpecahan sosial dalam
masyarakat. Dalam kondisi ini maka muncul sikap apatis, barbarisme,
anomi, konflik politik dan sebagainya. Keadaan ini pertu untuk
diwaspadai oleh karena apabila kelompok ini berhimpun dalam jumlah
yang banyak, akan mampu menyusun kekuatan membendung unsur-
unsur baru itu dan menghentikan berprosesnya. Penemuan kelompok
elite yang menolak dan menerima proses ini hampir dapat dipastikan
memunculkan pertentangan antar suku, ras, agama dan golongan. Namun
sebaliknya apabila jumlah mereka tidak terlalu kecil dan tidak mampu
menghindari konsep pembahan ini maka ketompok ini akan menghindar
dan membentuk pola sendiri sebagaimana dikatakan di atas yaitu menjadi
sempalan, oposan dan sebagainya.

(2) Asimilasi
Proses aimilasi adalah proses sosial yang timbul apabila terdapat :
(a) Kelompok-kelompok manusia dengan suatu latar belakang
kebudayaan yang berbeda beda.
(b) Kelompok manusia ini saling bergaul langsung secara intensif
135
serta dalam waktu yang lama
(c) Pertemuan budaya-budaya antar kelompok itu masing-masing
berubah watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling
berubah sehingga memunculkan suatu watak kebudayaan yang
baru/campuran.

Penelitian tentang proses asimilasi didasarkan atas pertemuan setidak


tidaknya dua kelompok manusia dengan karakteristik yang berbeda
dalam bentuk mayoritas dan minoritas. Dalam beberapa kelompok
masyarakat pendatang (imigran) kegiatan ini sangat menarik.

Di Indonesia fenomena asimilasi sangat gampang kita cermati. Di


Lampung, misalnya sebagai salah satu daerah tujuan transmigran dari
berbagai wilayah di Indonesia. Suku bangsa yang bermukim di
Lampung di antaranya Bali, Jawa, Sunda, Bugis, Tionghwa, Ogan,
Semendo, semuanya dengan karakteristik kesukuan dan latar belakang
budaya berbeda. Apabila kita amati maka proses transinigrasi dan
transformasi budaya ini telah berlangsung sejak tahun 1905 hingga saat
ini be1um muncul suatu persoalan serius dalam kerangka pertemuan
budaya antara penduduk asli dan penduduk pendatang.

Dari berbagai fenomena asimilasi yang dicermati para ahli masalah


menarik yang perlu dikaji adalah faktor penghambat dan penentu
terjadinya proses asimilasi. Pada dasarnya asimilasi hanya akan berjalan
secara baik manakala ada sikap toleransi dan simpati antar masyarakat
pendatang dan dengan penduduk asli. Di sana sisi faktor penghambat
asimilasi di antaranya berupa:
136
(a) Kurangnya pengetahuan terbadap unsur kebudayaan yang
dihadapi (dapat bersumber dari pendatang ataupun penduduk
asli)
(b) Sifat takut terhadap kebudayaan yang dihadapi
(c) Perasaan ego dan superioritas yang ada pada individu-individu
dari suatu kebudayaan terbadap kelompok lain.
Sedangkan faktor yang memudahkan asimilasi pada kelompok
masyarakat adalah:
(a) Faktor toleransi
Pada usaha yang mendasar menanamkan kelakuan saling
menerima dan memberi dalam struktur himpunan masyarakat
(b) Faktor kemanfaatan timbal balik
lebih konkrit lagi, kerangka ini mengacu kepada azas manfaat
pihak satu dengan pihak lainnya
(c) Faktor simpati
Simpati di sini dapat juga menuju konotasi pemahaman
mendasar, saling menghargai dan memberlakukan secara baik
para pihak.
(d) Faktor perkawinan campuran
Perkawinan campuran sangat bermanfaat bagi proses asimilasi
terutama dalam masyarakat yang menganut azas demokrasi
dalam kebidupan sosial dan politik
137
5.5 Proses Pembaruan

Proses pembaruan (inovasi) dari penggunaan sumber-sumber alam,


energi dan modal, serta penataan kembali dari tenaga kerja dan teknologi
produk baru sehingga terbentuk suatu sistem produksi dari produk-
produk baru.
Proses ini lebih konkrit dapat dinyatakan sebagai pembaruan unsur
teknologi dan ekonomi dari suatu kebudayaan. Proses inovasi dapat
digolongkan dalam bentuk:
(1) Discovery
Proses ini adalah penemuan dari unsur kebudayaan yang baru
berupa gagasan individu ataupun kolektif
(2) Invention
Proses ini merupakan tindak lanjut berupa pengakuan, penerimaan
dan penerapan proses discovery oleh masyarakat.

Kedua unsur di atas adalah saling kait-mengkait dan tidaklah dapat


merupakan suatu hal berdiri sendiri. Bahkan dalam pelaksanaannya tidak
jarang melibatkan pembuat atau penciptanya saja, akan tetapi juga
segenap anggota ketompok masyarakat. Dan rentang waktu juga tidak
dapat ditentukan secara pasti pada masa mana sesuatu discovery ttu
menjadi invention.

Seorang Amerika S. Marcus, misalnya sudah menemukan mobil pada


tahun 1875. Meskipun masa penemuan awal konsep mobil sudah ada
jauh sebelum ia mengkajinya, namun konsep kemapanan hubungan
antara gas sebagai bahan bakar yang menciptakan daya dorong sehingga
138
menghasilkan gerak baru dibuktikan hasilnya pada hasil penelitian
Marcus.

Pengembangan industri lokomotif sendiri baru marak beberapa puluh


tahun setelah ia meninggal. Setelah proses evolusi lokomotif ini berhasil,
kendala lain yang membutuhkan penyelesaian adalah ternyata mobil
kemudian tidaklah populer secara cepat. Masih perlu suatu proses
pengenalan dan promosi dan proses ini ternyata juga membutuhkan
waktu yang tidak kalah lama seperti pada masa pembuatan dan
penemuannya.

Masalah yang cukup memprihatinkan dalam pemanfaatan hasil dari suatu


pembaruan setidaknya bergantung hal sebagai berikut:
(a) Persepsi masyarakat pendukung dalam kelompok
Kondisi ini secara konkret harus dirasakan sebagai suatu
kebutuhan yang mendasar. Keterbatasan apapun yang dihadapi
suatu masyarakat selama dia belum menyatakan itu adalah
suatu kebutuhan yang mendasar, maka sangat kecil
kemungkinan munculnya suatu mekanisme penemuan baru.
Dan kalaupun ditemukan sasaran pemanfaatan dan
penggunaannya pastilah sangat tidak membenkan hasil yang
maksimal
(b) Mutu serta ketahanan dan sumber daya manusia
Dalam suatu keanggotaan ketompok pasti terdapat individu
yang senantiasa merasakan adanya kekurangan dan
ketidakpuasan. lndividu inilah yang secara sadar
139
melaksanakan aktivitas serta penetitian dan pengkajian
terhadap situasi yang dihadapinya.
(c) Sistem perangsang, penghargaan dan pengakuan
Terhadap proses penciptaan dalam kelompok masyarakat
mutlak perlu adanya suatu sistem dan mekanisme pengakuan
agar seseorang terdorong untuk berkarya. Sistem perangsang
dapat berupa pengakuan ilmiah, pemberian gelar, rangsangan
materi dan fasititas lain.
(d) Harus dapat menggambarkan kemanfaatannya pada masa
mendatang.

Terhadap pembahan sebagai akibat proses pembaruan ini akan


menyebabkan sesuatu perubahan (evolusi) Namun kedua konsep ini
harus kita pisahkan meski keduanya bermuara pada suatu proses yang
sama.
Dalam proses inovasi, faktor aktifitas utama terletak pada kelompok
individu, sedang dalam proses evolusi individu cenderung pasif bahkan
tidak jarang negatif.

Dengan kerangka pembatasan seperti ini maka sebetulnya jelas kepada


kita bahwa apabila kita menyatakan sebagai suatu proses inovasi, dia
adalah suatu proses perkembangan dan perubahan kebudayaan yang
retatif lebih cepat ketimbang proses evolusi kebudayaan.
140
5.6 Rangkuman

Perubahan kebudayaan umat manusia terjadi karena proses evolusi, yaitu


proses perubahan yang lambat dari tingkatan kebudayaan yang sederhana
hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Proses ini tejadi karena adanya
perkembangan-perkembangan baru dalam kebudayaan manusia; adanya
penemuan-penemuan baru yang besar, yang merubah cara hidup
manusia, dan karena kemampuan manusia untuk meningkatkan
penggunaan serta konsumsi energi.

Proses evolusi kebudayaan menyebabkan timbulnya tingkat-tingkat


evolusi, dan karena proses ini tidak terjadi pada kecepatan yang sama
pada semua bangsa di dunia, maka timbul tingkatan-tingkatan evolusi
pada kerangka kebudayaan manusia, yaitu tingkat yang kurang maju,
agak maju dan sangat maju/modern.

Terdapat beberapa proses yang mempengaruhi tingkat perubahan dan


persebaran kebudayaan umat manusia. Proses tersebut di antaranya
proses persebaran kebudayaan, belajar kebudayan sendiri, akulturasi,
enkulturasi dan asimilasi.

5.7 Pertanyaan Latihan

Untuk lebih memantapkan penguasaan materi kuliah bab V ini cobalah


saudara jawab pertanyaan berikut. Usahakan jangan langsung membuka
buku apabila beberapa pertanyaan tidak tcrjawab, tetapi telaahlah
kembali materi uraian. Bila perlu lakukanlah diskusi dalam kelompok
141
kecil !
(1) Tuliskan alasan yang mendorong manusia untuk berintegrasi
(2) Kecuali oleh imigrasi, difusi unsur-unsur kebudayaan juga
bisa terjadi karena proses-proses apa saja?
(3) Tuliskan apa yang dimaksud dengan proses akulturasi itu!
(4) Apakah yang dimaksud dengan agent ofaculturation?
(5) Apakah yang dimaksud dengan proses inovasi?
(6) Faktor-faktor apa yang dapat mendorong terjadinya penemuan
baru?
(7) Bedakanlah antara ethos kebudayaan dan fokus kebudayaan
itu!
(8) Faktor-faktor apa yang dapat mempermudah proses
asimilasi!

5.8 Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Bandingkanlah hasil jawaban saudara dengan uraian yang ada di buku


sumber/bahan ajar. Hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda
terhadap materi kegiatan belajar ini.

Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat penguasaan = ------------------------ x 100%
. 8
142
Arti tingkat penguasaan yang anda capai:
90 --100 % = baik sekali
80 -- 89% = baik
70 – 79% = sedang
-- 69% = kurang

Apabila tercapai tingkat penguasaan 80% ke atas berarti bagus. Anda


dapat meneruskan kepada kegiatan belajar berikutnya. Tetapi bila tingkat
penguasaan masih di bawah 80%, yang harus anda lakukan adalah
mengulangi kegiatan belajar ini, terutama bagian yang belum anda
kuasai.
143

Daftar Pustaka

Baal, J. Van. 1987. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi.


Binacipta. (halaman 50-70).

Barnouw, Victor. 1982. An Introduction to Antrhopology. Vol. II The


Dorsey Press. Illionis.

Harsoyo. 1984. Pengantar Antropologi. Binacipta. Jakarta. (halaman 92-


230)

Haviland, William E. 1988. Antropologi (Jilid I) Terjemahan R.G. Soe-


kadijo Erlangga. Surabaya. (halaman 203-429).

---------- 1988. Antropologi (Jilid II) Terjemahan R.G. Soekadijo.


Erlangga. Surabaya. (halaman 155-309).

Hsu, Francis L.K. 1971. American Antropologist. USA. Jilid 73 (halaman


23-44)

Ihromi, T.O. 1986. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Yayasan Obor.


Jakarta. (halaman 1-30).

Koentjaraningrat. 1997. Pengantar Ilmu Antropologi. Aksara Baru.


Jakarta. (halaman 101-132, 179-260).

---------. 1998. Pengantar Ilmu Antropologi Pokok-Pokok Antropologi.


Rineka Cipta.. Jakarta. (halaman 1-191).

---------. 1987. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan.


Jakarta.

---------- 1986. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi. Aksara Baru


Jakarta. (halaman 40-65).

Kluckhon, C. 1961. Variations in Value Orientation. USA.


144

Kroeber, A.L. 1917. American Antropologist, USA. Jilid XV.


(halaman 213-263).

Kroeber, A.L, T. Parsons. 1958. The Concepts Of Culture And Of


Social System, dalam American Sosiological Review, USA. Jilid
XXUI-5. (halaman 582-583).

Suyono, Anyono. 1985. Kamus Antropologi. Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai