Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dika Rizka Fadhila

NIM : 18040284049

Kelas : Pendidikan Sejarah 2018B

Mata Kuliah : Sejarah Asia Timur

1. Lompatan jauh ke depan merupakan suatu program yang dilakukan oleh


pemimpin komunis China yang bernama Mao Zedong1.Program Lompatan jauh ke
depan mengubah cara pembangunan China. Sebelumnya pembangunan China
berdampak pada otonomi daerah yang tidak berkembang untuk menjalankan
kebijakan-kebijakan. Mao Zedong sadar akan kepemimpinannya yang sentralistik
tersebut. Mao kemudian berusaha memperbaiki dengan mengeluarkan program
baru yang disebut dengan Lompatan Jauh ke Depan pada tahun 1958-1959. Program
ini meniru cara Uni Soviet namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional
China. Tujuan dari program ini adalah membangkitkan ekonomi Tiongkok melalui
industrialisasi(baja, batu bara) secara besar-besaran dan memanfaatkan jumlah
tenaga kerja yang murah. Sasaran dari Lompatan jauh ke depan adalah mengungguli
semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadikan China sebagai salah
satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di seluruh dunia2. Program
industrialisasi tersebut diprediksi akan dicapai dalam waktu sepuluh sampai lima
belas tahun. Slogan dari program Lompatan Jauh ke Depan adalah berjalan di atas 2
kaki dan kemandirian pembangunan bersama industri dan pertanian3.

2. Revolusi kebudayaan China tahun 1966 merupakan suatu revolusi kebudayaan


oleh kaum proletar. Revolusi Kebudayaan ini dapat dikatakan kampanye besar yang

1
Aizid,Rizem. Rezim Mao (Mao Zedong dan Dinastinya), (PALAPA. Jogjakarta 2013)
2
Wibowo, P, Mao dan Pedesaan (1945-1949), (Jakarta: Wedatama widya sastra 2008)
3
Ismail, Kontradiksi Mao Tse-Tung, (Jakarta: Teplok press 2008)
terjadi di Negara China, yang mengakibatkan produksi industri Cina berhenti total4.
Revolusi kebudayaan merupakan gerakan politik nasional yang diorganisir dan
dipimpin oleh sekelompok elite politik di bawah pimpinan Mao Zedong5. Menurut
pandangan Mao Zedong, banyak pemimpin China yang mendadak borjuis dengan
melakukan korupsi. Dengan adanya Revolusi Kebudayaan ini diharapkan dapat
membetulkan dan menguji semua pejabat, khususnya para pejabat tinggi dan dapat
membersihkan mereka yang tidak mengikuti petunjuk Mao Zedong. Jadi revolusi
kebudayaan dipandang sebagai kampanye pembetulan dan sebagai kampanye
massa untuk perjuangan kelas dalam menyelesaikan kontradiksi antara kaum
proletar dan borjuis6. Meski namanya “Revolusi Kebudayaan”, namun objek yang
direvolusi tidak hanya terbatas pada kesenian, namun seluruh aspek dan lembaga
kemasyarakatan. Revolusi itu menghapus batasan kelas dalam masyarakat yang
telah ada selama ratusan tahun di China, dan terjadi secara menyeluruh meliputi
kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, bahkan berbagai organ
pemerintahan7. Revolusi Kebudayaan merupakan jawaban Mao atas masalah yang
ditimbulkan oleh restorasi kapitalisme yang dilakukan Soviet pada 1956. Revolusi
kebudayaan dicanangkan pada pertemuan komute sentral ke-8 tahun 1966 yang
berisi penghapusan 4 hal kuno, seperti kebudayaan, gagasan pemikiran, tradisi, dan
kebiasaan kuno tentara merah untuk menghancurkan pengaruh peradaban barat
dan feodalisme kapitalis8. Dapat dikatakan Revolusi Kebudayaan adalah alat yang

4
Sugiyanto, Fajar Harianto, Sumardi, Jurnal Historica, (ISSN No. 2252-4673 Volume 2, Issue 1
February Chinese Cultural Revolution In 1966-1976, 2018)

5
Aizid,Rizem. Rezim Mao (Mao Zedong dan Dinastinya), (PALAPA. Jogjakarta, 2013)

6
Sugiyanto, Fajar Harianto, Sumardi, Jurnal Historica, (ISSN No. 2252-4673 Volume 2, Issue 1
February Chinese Cultural Revolution In 1966-1976, 2018)

7
Harmini, S, Tanpa tahun, Konsep Revolusi Kebudayaan Menurut Mao Tse-Tung, (Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada, tanpa tahun)
8
Sri wahyuni, nusyirwan. Jurnal filsafat, (Jilid 36. Nomor 1, 2004)
dipergunakan Mao untuk menutupi kegagalannya pada kebijakan lompatan jauh
kedepan yang berakhir kekecewaan rakyat terhadap Mao. Kegagalan Revolusi
kebudayaan menambah kesengsaraan terhadap rakyat cina karena melumpuhkan
perekonomian di cina dan semakin kacaunya bidang politik9.

3. Deng Xiaoping mengubah kepemimpinan yang sebelumnya dipimpin oleh Mao


Zedong. Pada kepemimpinan Deng Xiaoping terdapat beberapa aspek yang
mengalami perkembangan yang sangat pesat10. Pertama, di bidang pertanian Deng
Xiaoping memperkenalkan sistem pertanian modern dengan propaganda baru yang
disebut dengan sistem “Tanggung Jawab”. Pada sistem ini, petani tidak lagi bertani
dengan berkelompok. Melainkan diperbolehkan dengan mengelola tanah sesuai
perjanjian administrative dengan pemerintah. Selain itu, para petani yang memiliki
tanah diperbolehkan untuk menggarap tanah tersebut sendiri sesuai hak
kepemilikan. Dengan sistem ini hasil di bidang pertanian meningkat 6,5%
pertahun11. Yang kedua di bidang pemerintahan dengan merubah kebijakan Mao
Zedong. Yaitu dengan dihapuskannya monopoli negara, yang diawali dengan
pengumuman pemerintahan pada 1 Januari 1985 yang berisi pemerintahan RRC
menegaskan kembali keputusan untuk menghapus pembelian hasil panen dengan
dengan sistem monopoli oleh Negara. Yang ketiga di bidang perekonomian. Dalam
hal ini China memberlakukan politik pintu terbuka. Dimana terdapat liberalisasi
perdagangan luar negara, investasi asing, dan domestic. Namun terdapat peraturan
ketat, seperti pihak asing harus mengalihkan teknologinya ke perusahaan domestic
China. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemerintahan Deng Xiaoping mampu
meluncurkan program kebijakan Reformasi Ekonomi Politik tahun 1978, sehingga
bidang Ekonomi-Politik China mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.
9
Agung, L, Sejarah Asia Timur 2, (Yogyakarta: Ombak, 2012)

10
A.Zaenurrofik, China Naga Raksasa Asia, (Garasi: Yogyakarta, 2008)
11
Joe Lan, N. 1952. Tiongkok sepanjang abad,.(Jakarta : Balai pustaka)
4. Merupakan suatu insiden yang terjadi tahun 1989. Insiden ini merupakan
rangkaian demonstrasi yang dipimpin oleh mahasiswa bertempat di lapangan
Tiananmen Beijing. Demonstrasi ini ditujukan terhadap ketidakstabilan ekonomi dan
korupsi politik yang kemudian merembet ke demonstrasi pro-demokrasi yang
memang belum lazim di Tiongkok yang otoriter12. Pada insiden Tiananmen Square
ini, dimulai oleh protes mahasiwa pada pertengahan April 1989. Protes ini dipicu
oleh kematian Hu Yaobang yang merupakan sekjen partai yang mengundurkan diri.
Hu dipandang sebagai seorang yang memiliki oikiran liberal, yang dipaksa
mengundurkan diri dari posisinya oleh Deng Xiaoping. Banyak kaum intelektual yang
menganggap ini merupakan perlakuan yang tidak adil. Pada pemakaman Hu,
sekelompok besar mahasiswa berkumpul di lapangan Tiananmen untuk meminta
permohonan. Namun gagal. Dengan hal ini kemudian mahasiswa melakukan mogok
di univesitas Beijing. Kemudian pada 26 April, terdapat seseorang yang menuduh
mahasiswa merencanakan kekacauan. Dengan munculnya pernyataan tersebut
akhirnya mengakibatkan 50.000 mahasiswa turun ke jalan. Dan tidak menghiraukan
perintah bubar oleh penguasa. Pada 4 Mei, mahasiswa dan pekerja meminta untuk
menarik tuduhan seseorang yang memberi pernyataan bahwa mahasiswa
melakukan rencana kekacauan dengan dialog. Namun dialog tersebut lagi lagi
ditolak pemerintah. Akhirnya muncul lagi protes selama seminggu. Setelah muncul
darurat 20 Mei, demonstrasi tetap berlangsung. Lalu partai komunis memutuskan
untuk mengehentikan situasi itu sebelum berkembang lebih jauh. Tentara dan tank
dikirim untuk mengendalikan kota. Dengan terjadinya insiden di Tiananmen ini
terdapat banyak korban jiwa, baik mahasiswa pekerja maupun rakyat sipil.
DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem. 2013. Rezim Mao (Mao Zedong dan Dinastinya). PALAPA : Jogjakarta.

Ismail. 2000. Kontradiksi Mao Tse-Tung. Jakarta : Teplok Press.

Sugiyanto, dkk. 2018. Jurnal Historica (Chinese Cultural Revolution In 1966-1976)


ISSN No. 2252-4673 Volume 2.

Harmini, S. Tanpa tahun. Konsep Revolusi Kebudayaan Menurut Mao Tse-Tung.


Tidak Diterbitkan Jurnal. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Sri wahyuni, nusyirwan. 2004. Jurnal filsafat. Jilid 36. Nomor 1.

Agung, L. 2012. Sejarah Asia Timur 2. Yogyakarta: Ombak.

A.Zaenurrofik. 2008. China Naga Raksasa Asia. Garasi : Yogyakarta.

Joe Lan, N. 1952. Tiongkok sepanjang abad.Jakarta : Balai pustaka.

Wibowo, P. 2008. Mao dan Pedesaan (1945-1949). Jakarta: Wedatama widya sastra.

Qomara, Grienda. 2015. Jurnal Hubungan Internasional Kebangkitan Tiongkok dan


Relevansinya terhadap Indonesia. Tahun ke-8 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai