Anda di halaman 1dari 9

*Jawaban 1

a. Apa saja model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti
(evidence based policy)?
b. Apabila Indonesia kurang menerapkan kebijakan berbasis bukti (evidence based policy)
dengan baik, maka apa pendekatan yang digunakan dalam proses kebijakan publik di
Indonesia?
Jawaban
a. Model/pendekatan kebijakan yang digunakan dalam kebijakan berbasis bukti (evidence
based policy) adalah formula penting pemerintah bertindak dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Penyusunan kebijakan berbasis bukti menyasar pada produk hukum, baik
berupa peraturan maupun penetapan (keputusan). Kualitas yang dapat dicapai pembuat
kebijakan hasilnya jauh lebih baik jika didukung oleh bukti yang teliti dan akurat. Kebijakan
berbasis bukti, memungkinkan pemerintah untuk memilih, mendanai dan melaksanakan
program publik secara lebih strategis, didukung oleh peta jalan (road map) yang lebih
komprehensif. Melalui pendekatan ini, pemerintah dapat mengurangi gap pengeluaran yang
tidak perlu, menggunakan bukti hasil program untuk menginformasikan pilihan anggaran,
mengidentifikasi dan menghilangkan program yang tidak efektif, memperbanyak program
inovatif dan memperkuat akuntabilitas. Kebijakan berbasis bukti dalam perencanaan
pembangunan yang terdiri dari empat indikator yaitu penilaian program, pengembangan
anggaran, pelaksanaan pengawasan, hasil pemantauan, dan evaluasi yang ditargetkan.
b. Kebijakan publik merupakan modal utama yang dimiliki pemerintah untuk menata
kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Dikatakan sebagai modal utama
karena hanya melalui kebijakan publiklah pemerintah memiliki kekuatan dan kewenangan
hukum untuk memanej masyarakat dan sekaligus memaksakan segala ketentuan yang telah
ditetapkan. Walaupun memaksa, akan tetapi sah dan legitimate karena didasari regulasi yang
jelas. Kalau di Indonesia bukan hanya sekedar undang-undang yang menjadi dasarnya, akan
tetapi konstitusi negara yang memberikan kewenangan itu sehingga kebijakan publik memiliki
kekuatan otoritatif. UUD 45 dalam pembukaannya mengatakan: “Untuk melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia maka dibentuk Pemerintah Negara
Indonesia”. Dengan statetment ini maka jelas tugas pemerintah melalui kebijakan-kebijakan
yang dibuatnya harus dapat melindungi dan memberi rasa aman kepada seluruh masyarakat
dan tumpah darah Indonesia. Efektifitas kebijakan publik akan terukur dari seberapa besar
kebijakan tersebut dapat direalisasikan dan memberi solusi terhadap berbagai masalah publik
yang sedang terjadi. Hal ini berarti bahwa pelayanan publik merupakan tindak lanjut dari
penerapan kebijakan yang langsung bersentuhan dengan masalah dan kepentingan masyarakat.

*Jawaban 2
Lakukan analisis, apakah teori penyusunan agenda kebijakan berlaku untuk kasus UU No. 2
Tahun 2020 tersebut?
Jawaban
Penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara
dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan bagi kehidupan masyarakat yang sangat nyata terancam dengan
merebak dan menyebarnya Covid-19, baik dari aspek keselamatan jiwa karena ancaman
kesehatan dan keselamatan, maupun kehidupan sosial dan perekonomian masyarakat. Seluruh
kebijakan di dalam UU Nomor 2 Tahun 2020, terutama kebijakan di bidang keuangan negara
yang telah diimplementasikan saat ini, telah didasarkan pada asesmen dan menggunakan data
faktual dampak ancaman Covid-19 bagi masyarakat dan negara. “Pemerintah berpendapat
bahwa Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 sama sekali tidak merugikan hak konstitusional
para pemohon. Dengan demikian, pemohon tidak dapat memenuhi lima syarat kumulatif terkait
kerugian hak dan atau kewenangan konstitusional untuk mengajukan pengujian undang-
undang oleh Mahkamah. Justru sebaliknya, lahirnya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020
merupakan upaya pemenuhan hak konstitusional para pemohon untuk mendapat perlindungan
dan penghidupan yang layak pada saat terjadinya bencana luar biasa akibat pandemi Covid
19”. Dalam kesempatan tersebut, Menkeu memaparkan latar belakang terbitnya Perppu Nomor
1 Tahun 2020. Kondisi yang sangat luar biasa atau extraordinary mendorong berbagai negara
untuk melakukan langkah-langkah yang juga extraordinary di dalam rangka menyelamatkan
masyarakat dan perekonomiannya, seperti melakukan kebijakan ekspansi fiskal, kebijakan
moneter yang bersifat longgar, penurunan suku bunga Bank Sentral, disertai memompa
likuiditas atau langkah quantitative easing, serta melakukan relaksasi regulasi di sektor
keuangan. Berbagai upaya ini dilakukan untuk bisa menjaga dan melindungi kehidupan
masyarakat dan ekonomi. Perekonomian Indonesia telah mengalami tekanan berat bahkan
dengan dimulainya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan Maret.
Langkah tersebut menyebabkan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama turun menjadi hanya
2,97 persen dari biasanya di kisaran lima persen. Bahkan, gejolak pasar keuangan global
menyebabkan arus modal keluar keluar dari pasar keuangan Indonesia sebesar Rp148,8 triliun,
kenaikan yield SUN 10 Tahun di atas delapan persen, pelemahan IHSG hampir 28 persen, nilai
tukar rupiah sempat menyentuh Rp16 ribu per dolar Amerika, dan depresiasi 17,6 persen year
to date pada akhir Maret 2020. Kondisi ekonomi kuartalan yang kemudian dilakukan PSBB
secara ketat dan penuh menyebabkan perekonomian kita makin turun tajam pada kuartal II
menjadi minus 5,3 persen. Dimana seluruh komponen perekonomian dari konsumsi rumah
tangga, investasi, kegiatan ekspor impor mengalami kontraksi sangat tajam. Untuk menangani
penyebaran Covid-19 dan dampak sangat besar yang mengancam kondisi sosial perekonomian,
maka dampak yang dapat menimbulkan domino effect yang bisa juga menimbulkan ancaman
stabilitas sistem keuangan. Pemerintah bersama otoritas sektor keuangan memandang perlu
melakukan langkah-langkah luar biasa atau extraordinary secara cepat dan signifikan.
Pelaksanaan langkah extraordinary dimaksudkan untuk menciptakan tindakan preventif dan
melaksanakan penanganan Covid-19 yang memerlukan produk hukum yang memadai sebagai
dasar pengambilan kebijakan. Pemerintah bersama otoritas sektor keuangan berkeyakinan
bahwa produk hukum yang paling memadai untuk mengatasi kondisi kegentingan memaksa
akibat Covid-19 tersebut adalah dalam bentuk Perppu dengan mendasarkan pada ketentuan
pasal 22 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 mengenai kegentingan memaksa. Dengan kondisi
demikian, maka tujuan pembentukan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 sesungguhnya adalah
sebagai wujud kehadiran negara dalam rangka menangani permasalahan pandemi Covid-19.
Perppu Nomor 1 Tahun 2020 memberikan landasan hukum bagi Pemerintah di dalam
menetapkan kebijakan dan langkah-langkah yang bersifat extraordinary di bidang keuangan
negara maupun tindakan antisipatif forward-looking terhadap ancaman memburuknya
perekonomian dan ancaman stabilitas sistem keuangan seiring dengan ketidakpastian dan
belum berakhirnya penyebaran Covid-19.
Jawaban 3
a. Lakukan identifikasi aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana, serta
bagaimana pengelompokkan setiap aktor kebijakan penanggulangan bencana tersebut
berdasarkan teori aktor-aktor pelaksana kebijakan?
b. Apa model implementasi kebijakan yang tepat untuk menganalisis efektivitas implementasi
kebijakan penanggulangan bencana? (Lakukan analisis dengan memperhatikan model
implementasi kebijakan berdasarkan generasi implementasi kebijakan)
Jawaban
a. Aktor-aktor pelaksana kebijakan penanggulangan bencana adalah masyarakat,lembaga
usaha,dan lembaga internasional juga memiliki hak dan kewajiban dalam penanggulangan
bencana. Pengelompokkan setiap aktor kebijakan penanggulangan bencana tersebut
berdasarkan teori aktoraktor pelaksana kebijakan adalah aktor state, aktor private, dan aktor
masyarakat (civil society). Ketiga aktor ini sangat berperan dalam sebuah proses penyusunan
kebijakan publik.
b. Indonesia adalah sebuah Negara rawan gempa, dimana bencana tersebut harus dihadapi
dalam setiap saat maupun dalam waktu tertentu. Oleh karena itu penanggulangan bencana
harus ditangani secara integral, holistik dan komprehensif. Untuk mengatasi permasalahan
bencana tersebut, berbagai pihak telah terlibat dalam persoalan tersebut, namun peran vital
Negara tidak dapat dinafikan, dalam hal ini Pemerintah harus bertanggung jawab dalam
penanggulanggan bencana. Selain karena bencana (baik yang disebabkan oleh faktor alam dan
atau non alam, maupun oleh faktor manusia), kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis, serta sangat berpengaruh besar terhadap kesejahteraan warga negara.
Akibat dari peristiwa tersebut dampak dari bencana juga bersifat kompleks sehingga dapat
mempengaruhi stabilitas ekonomi, politik, dan sosial. Tanggung jawab pemerintah, sesuai
dengan bunyi Pembukaan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 yang mengamanatkan
bahwa: “Pemerintah atau Negara Kesatuan Republik Indonesia melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial”. Sebagai implementasi dari amanat tersebut, Pemerintah bersama
DPR pada tahun 2007 telah menetapkan Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (UU PB) sebagai landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Secara eksplisit Undang-Undang Penanggulangan Bencana tersebut
pada prinsipnya telah mengatur menegnai penyelenggaran penanggulangan bencana dari
landasan nilai, kelembagaan, sampai pada distribusi kewenangan. Meskipun penyelenggaraan
penanggulangan bencana telah diatur dengan Undang Undang beserta peraturan
pelaksanaannya, namun dalam praktek dilapangan masih banyak persoalan yang perlu dikaji
kembali.

Jawaban 4
a. Lakukan analisis on-going evaluation dari kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19,
khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-19. Evaluasi ini berdasar pada
kondisi di Kota/Kabupaten tempat anda tinggal !
b. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, berikan rekomendasi anda untuk perubahan dari
kebijakan pelaksanaan vaksinasi covid-19, khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan
vaksinasi Covid-19 !
Jawaban
a. Pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia termasuk daerah saya yaitu
Tanjungbalai,Sumatera Utara yang telah dimulai sejak tanggal 13 Januari 2021 telah dilakukan
secara bertahap kepada tenaga kesehatan, dan petugas pelayanan publik. Untuk pelaksanaan
vaksinasi COVID-19 pada kelompok sasaran Lansia, Komorbid, penyintas Covid-19, dan Ibu
menyusui, Kementerian Kesehatan RI telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) No.
HK.02.02/II/368/2021 terkait petunjuk teknis pelaksanaan vaksinasi Covid-19 pada kelompok
sasaran tersebut. Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional telah menyampaikan hasil kajian
bahwa vaksinasi Covid-19 dapat diberikan kepada kelompok Lansia, Komorbid, penyintas
Covid-19, dan Ibu menyusui dengan terlebih dulu dilakukan anamnesa tambahan. Pada
kelompok Lansia (usia 60 tahun keatas) diberikan dua dosis dengan interval pemberian 28 hari.
Pada kelompok komorbid hipertensi dapat divaksinasi kecuali jika tekanan darah di atas
180/110 MmHg. Pada kelompok hipertensi dan diabetes dapat divaksinasi sepanjang belum
ada komplikasi akut. Penyintas kanker dan ibu menyusui dapat tetap diberikan vaksin. Pada
kelompok penyintas Covid-18 dapat divaksinasi jika sudah lebih dari tiga bulan. Dalam rangka
penanggulangan pandemi Covid-19, diperlukan proses penyelidikan epidemiologi dan
pelacakan kontak sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19. Pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan menetapkan penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Antigen,
sebagai salah satu metode dalam pelacakan kontak, penegakan diagnosis, dan skrining Covid-
19 dalam kondisi tertentu. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa
RDT Antigen akan disediakan di puskesmas-puskesmas dan pengadaannya menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Regulasi ini juga mengatur dalam
penggunaan RDT Antigen harus memperhatikan kriteria pemilihan, kriteria penggunaan, alur
pemeriksaan, fasilitas pemeriksaan dan petugas pemeriksa, pengelolaan spesimen, keselamatan
hayati (biosafety), pencatatan dan pelaporan, penjaminan mutu pemeriksaan, hingga
pengelolaan limbah pemeriksaan. Ketentuan secara lengkap mengenai penggunaan RDT
Antigen dalam pemeriksaan Covid-19 juga dicantumkan dalam Lampiran, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari regulasi ini.
b. Saran yang dapat saya rekomendasikan untuk perubahan dari kebijakan pelaksanaan
vaksinasi Covid-19,khususnya mengenai pelaksanaan pelayanan vaksinasi Covid-19 adalah
1. Vaksinasi Covid-19 di saat pandemi merupakan upaya “Public Goods” yang dilakukan
Pemerintah sebagai urusan wajib (Obligatory Public Health Functions). Oleh karena itu seluruh
biaya vaksinasi harus ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah.
2. Untuk mempercepat penurunan pandemi diperlukan cakupan imunisasi sebesar 70% agar
‘herd immunity’ segera tercapai dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.
3. Vaksinasi Covid-19 harus mencakup kelompok usia lanjut (>60 tahun) yang merupakan
kelompok risiko tinggi terinfeksi Covid-19 dengan mortalitas yang juga tinggi.
4. Pelayanan vaksinasi dilaksanakan melalui fasilitas Kesehatan pemerintah ataupun swasta
yang telahditunjuk dan memenuhi standar. 5. Memperkuat surveilans KIPI
BUKU JAWABAN UJIAN

UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai