Anda di halaman 1dari 17

Tugas

Rekayasa Reservoar Panas Bumi

Review Jurnal

Nama kelompok

Dwi Wahyu Hardiyanto: 22/495408/PTK/14438

Departemen Teknik Geologi

Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada

2023

0
Judul Reinjeksi gas penyebab efek rumah kaca ke dalam reservoir
Jurnal International Journal of Greenhouse Gas Control 67 (2017) 111–129
Penulis Eylem Kaya & Sadiq J. Zarrouk
Permasalahan Reinjeksi gas yang tidak terkondensasi seperti H2S dan CO2
Tujuan penelitian - Mengukur efektivitas injeksi gas tidak terkondensasi
- Mengetahui potensi dari penggunaan NCG dan air terhadap sumur pemboran serta dampaknya
Sumber data Sumber data indeks produktivitas, tekanan aliran uap maksimum, permeabilitas reservoir, residual saturasi dalam
pemodelan reservoir.
Metode penelitian Model numerik (Mensimulasikan reservoir)
- Indeks produktivitas
- Aliran massa uap
- Permeabilitas reservoir
- Residu saturasi dalam reservoar
Objek penelitian Dilakukan di 5 sumur dan diterapkan pada lapisan reservoir bagian atas. Parameter yang digunakan dalam pemodelan
yaitu karakter batuan dan isothermal langmuir (Kelarutan suatu masa dalam pori batuan). Skenario injeksi dicontohkan
dengan menggunakan kelajuan masa mulai dari 130 dan 215 kg/s meliputi injeksi air dan NCG CO2 2,5 % dan H2S
0,06%.

1
NCG CO2 dari percobaan yang telah dilakukan menunjukan bahwa efektivitas injeksi NCg ke dalam reservoir

2
Hasil Penelitian Ketika NCG diinjeksikan bersamaan dengan air, keduanya akan larut bersamaan dalam fase cair. Akan tetapi, dalam
proses tersebut akan terjadi perubahan tekanan selama proses injeksi dilakukan, hal ini dikarenakan perbedaan densitas
dan viskositas lebih rendah dibandingkan fluida yang menyebabkan fase gas akan berada di atas sedangkan fluida berada
dibawah.
- Model 1
Tingkat reinjeksi fluida dan NCG jika dilakukan lebih tinggi maka produksi uap jangka panjang akan jauh
meningkat. Model ini memperlihatkan terjadi peningkatan aliran masa yang relatif cepat, hal ini disebabkan
pendeknya jarak antara sumur injeksi dan produksi. Penambahan NCG ke dalam fluida yang akan diinjeksikan
menyebabkan laju produktivitas uap meningkat sedikit lebih tinggi dibandingkan hanya dengan fluida. Laju 130

3
Kg/s terbagi ke dalam 126,74 kg/s fluida, 3,25 kg/s CO2, dan 0,0078 kg/s H2S. Untuk laju masa 130 kg/s jika
reinjeksi bersifat dalam maka produksi uap dan tekanan akan relatif tinggi, sedangkan laju masa 215 kg/s jika
diinjeksikan laju produksi uap dan tekanan cenderung lebih kecil.
- Model 1a
Model tertutup baik dari reinjeksi fluida dan NCG dengan variasi 130 – 215 kg/s dan diterapkan pada bidang
lateral cenderung menghasilkan banyak uap. Hal ini mengakibatkan NCG yang terbentuk pada fase produksi
cenderung turun, yang disebabkan fase produksi fluida diinjeksikan secara langsung dan menyebabkan NCG
relatif lebih lambat terjadi dari sumur injeksi ke sumur produksi
- Model 2
Penerapan injeksi NCG untuk meningkatkan produksi uap cenderung lebih tinggi pada tahap awal, namun jika
dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan produksi uap. Selain itu, perbedaan antara reinjeksi dalam atau
dangkal tidak signifikan. Akan tetapi, reinjeksi campuran NCG dan fluida yang membentuk produksi uap relatif
lebih tinggi terjadi pada lapisan dangkal.
- Model 2a
Jenis reservoir dengan permeabilitas rendah produksi uap akan menurun dalam kurun waktu 5 tahun dengan
catatan hanya air saja yang diinjeksikan. Penambahan NCG menyebabkan penurunan laju uap, karena
permeabilitas kecil reinjeksi tidak sampai pada batas pori tertentu. Sedangkan pada lapisan 4 reinjeksi air dan
NCG tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
- Model 3
Injeksi air dan NCG dapat meningkatkan produksi uap setelah memasuki tahun ke 5 akan tetapi akan terjadi
penurunan laju uap pada tahun ke 28. Hasil dari model memperlihatkan bahwa lapisan 3 dan 4 dimana injeksi
berupa fluida dan NCG tidak ada perbedaan yang signifikan. Penginjeksian lapisan lebih dalam menyebabkan
penurunan produksi uap, hal ini dikarenakan permeabilitas cenderung kecil sehingga aliran fluida dan NCG tidak
menerus.
Kelebihan - Memberikan wawasan bagaimana pentingnya pengelolaan NCG yang ditimbulkan oleh adanya aktivitas panas

4
penelitian bumi
- Reinjeksi ini dapat digunakan sebagai cara untuk mengelola limbah sisa hasil dari aktivitas panas bumi yang
ramah lingkungan
- Mereduksi CO2 dan H2S yang terlepas ke udara bebas
- Diduga dapat meningkatkan produksi uap
- Reinjeksi NCG dan air dapat menimbulkan perubahan tekanan reservoir dan mungkin menyebabkan pendidihan
pada reservoir
Kekurangan - Kebocoran pipa pada saat proses injeksi dapat menyebabkan fluida dan NCG mencemari area bawah permukaan
penelitian atau bahkan mata air dangkal yang berbahaya bagi lingkungan
- Reinjeksi ini juga dapat menyebabkan penurunan laju produksi uap dalam jangka panjang
- Tidak begitu efektif di beberapa layer, hal ini disebabkan perbedaan permeabilitas dan porositas masing masing
layer
- Tidak menjelaskan unsur gas lainnya yang menjadi bagian dari NCG dan hanya berfokus pada H2S dan CO2
- Tidak menjelaskan tindakan apa saja yang dilakukan jika terjadi kebocoran ketika proses injeksi sedang
berlangsung
Diskusi Model injeksi NCG dan fluida terbukti cukup efektif, hal ini dibuktikan dari berbagai macam model reinjeksi seperti
lapisan 5. Lapisan ini memiliki permeabilitas lebih rendah yang menyebabkan pergerakan fluida pada lapisan dalam
relatif lebih kecil. Oleh karena itu, laju produksi uap lebih kecil dibandingkan pada lapisan dangkal. Namun jika waktu
reinjeksi ini dilakukan sampai tahun ke 25 dengan laju masa 215 kg/s maka saturasi uap akan terbentuk secara perlahan,
hal ini disebabkan permeabilitas yang kecil sehingga membutuhkan waktu yang cukup agar dapat memproduksi uap
bertekanan. Reinjeksi yang terjadi pada lapisan 3 dapat meningkatkan produksi uap begitu pula dengan lapisan 4, akan
tetapi NCG yang terbentuk pada sumur produksi semakin kecil pada kedalaman yang relatif dangkal begitu pula
sebaliknya. Kondisi reservoir juga ikut berpengaruh dimana nilai permeabilitas rendah 3,5 mD akan menghasilkan uap
dalam jumlah yang sangat kecil, sehingga semakin besar nilai permeabilitas maka laju produksi uap cenderung besar.

5
Penambahan NCG ke dalam air tidak mempengaruhi laju terbentuknya uap, akan tetapi campuran NCG dan air memiliki
densitas yang rendah sehingga memiliki gaya apungan dan cenderung bergerak naik ke atas sehingga apabila diinjeksikan
pada lapisan dangkal dia akan berada pada batas antara reservoir dan batuan tudung.

Judul Aspects of Natural Heat Transfer of a Geothermal System in Moderate Terrain: the Greater Waiotapu Geothermal
System, New Zealand
Jurnal Proceedings World Geothermal Congress 2015
Penulis Eylem Kaya, Manfred P. Hochstein, Angus Yeh, Michae J. O'Sullivan
Permasalahan Sistem perpindahan panas bumi, pemodelan reservoar panas bumi, aliran fluida adfektif
Tujuan penelitian - Mengetagui aliran adfektif bersifat dangkal dari dua kubah lava dacite
- Mengetahui aliran adfektif pada area Waiotapu dan Rotorua
- Mengetahui manifestasi yang berkembang di lapangan Waiotapu terhadap aktivitas panas bumi yang bersifat
dangkal
- Mengetahui mekanisme aliran yang menyebabkan hilangnya panas secara alami
Sumber data
Metode penelitian - Pemodelan numerik
Objek penelitian Sistem panas bumi Waiotapu
Hasil Penelitian Lapangan panas bumi Waiotapu yang berada di utara Kaldera Rotorua, memiliki fitur geologi yang sangat unik yang
menyebabkan munculnya sistem panas bumi di Waiotapu dan sekitarnya.
- Geologi dan vulkanologi Waiotapu
Tatanan tektonik Taupo volkanik zone (TVZ) berada di sistem tatanan tektonik busur gunung api andesit dan
magma rhyolit berada di belakang busur (Cole 1984; Bailey & Garry 2010). Litologi yang berkembang di area
Kaldera Rotorua berasosiasi dengan batuan gunungapi dan batuan beku seperti endapan aluvium, dacite, rhyolite,
ignimbrite, piroklastik, dan greywacke, umur dari kelompok litologi ini mulai dari Kretaseus-Jurasik– Holosen
(Endapan aluvium) (Bailey & Garry 2010). Zona rifting TVZ dimana terdapat depresi berarah barat-timur dan
timur laut-tenggara, zona ekstension ini berasosiasi dengan sesar normal, episode selanjutnya aktivitas magma
mengalami perubahan dan membentuk gunung api melalui celah dimana magma rhyolite berkontribusi dalam
aktivitas panas bumi Waiotapu (Wilson dkk., 1995).

6
Evolusi erupsi TVZ dari produk yang dihasilkan memiliki fase yang berbeda beda, hal ini diketahui dari
kandungan SiO2 dan umur dari batuan, semakin besar SiO2 maka menandakan bahwa kondisi erupsi pada kala itu
cukup besar, hal ini dapat dilihat pada batuan jenis ignimbrite yang memiliki kadar SiO2 > 79% (Wilson dkk.,
1995).
- Model sistem panas bumi Waiotapu
Sistem panas bumi ini mencakup area Waiotapu, rotorua, dan Waikite. Selain itu, struktur berarah timur laut-barat
daya sebagai trend arah sesar, seperti Sesar Paeroa dan Sesar Ngapuri. Beberapa area di sekitar Kaldera Rotorua
berkembang manifestasi panas bumi seperti mata air panas. Litologi yang menjadi penyusun daerah ini yaitu
batuan piroklastik, ignimbrite, dan greywacke yang dianggap sebagai basement. Pengembangan sumur sebagai
area eksplorasi banyak dilakukan di bagian utara dari Kaldera Rotorua, begitu pula manifestasi yang berkembang

7
pada area tersebut. Hal ini dapat dihubungkan dengan struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut yang
diperkirakan menjadi zona advektif flow aktivitas panas bumi. Kedalaman dan temperatur reservoir teramati baik
dari pengamatan ataupun model yang telah dibuat menunjukan bahwa kedalaman reservoir berkisar antara 500 m
sampai – 1000 m dengan suhu bervariasi mulai dari 70°C- 240°C. Akan tetapi, hasil model menunjukan bahwa
kedalaman dapat mencapai -2500 m dengan suhu 70°C- 240°C.
- Aliran masa berupa fluida dan panas
Model hot upflow sebagian besar muncul di sumur WT 4 dan WT5 atau sebelah barat Maungaonga, sedangkan
untuk dibagian utara cenderung dingin suhu cukup bervariasi mulai dari suhu 60°C- 250°C. Distribusi uap
terakumulasi paling dominan di area WT4 berkisar 0,1 dan 0,5 % yang menandakan bahwa lapangan Waiotapu
didominasi oleh fluida. Pernyataan lain mengatakan bahwa RP1 bertemperatur tinggi berasal dari hot upflow yang
berbeda dari dari sumur lainya WT4 dan WT5, dalam model RP1 cenderung dingin dengan kedalaman 300-100
m, mengapa RP1 dingin hal ini dapat dikaitkan dengan faktor permeabilitas batuan, anggapan ini dapat diartikan
bahwa batuan pada RP1 memiliki permeabilitas yang tidak bagus yang menyebabkan tidak terjadinya pertukaran
fluida panas pada sistem perpindahan panas. Dengan ini lapangan Waikite dapat disebut sebagai lapangan Outflow
yang ada di kompleks Waiotapu.
- Aliran perpindahan panas
Perpindahan panas, medan induksi, filtrasi air permukaan dimana terjadi percampuran dengan air geothermal yang
mengalir karena terjadi perpindahan panas dan masa. Inversi (pembalikan) suhu maksimum terjadi pada
kedalaman 400-500 m pada batuan permeabel seperti ignimbrite Waiotapu. Inversi ini terlihat jelas pada sumur
RP1. Beberapa aliran advektif dengan suhu rendah terdapat di bagian bawah dari ignimbrite Kaingaroa. Semua
manifestasi keluar melalui celah dari struktur geologi berupa warm ground dan mata air panas (discharge).
- Pendidihan
Saturasi uap terjadi pada kedalaman 400-100 m, saturasi tertinggi terjadi di bagian timur Waiotapu dimana
manifestasi yang terjadi berupa pelepasan uap baik kolam panas, kolam lumpur, dan tanah beruap/hangat. Saturasi
uap tertinggi berada pada kedalaman 187-260 m (lapisan 3 dan 2) dengan nilai 0,2-0,5 % uap dan sisanya adalah
air geothermal
- Proses kehilangan panas dan mekanismenya
Mekanisme perpindahan panas dimana uap panas akan terkondensasi membentuk air yang sifatnya lebih dingin,
selanjutnya fluida dipanaskan kembali hingga mendidih dan membentuk fase gas atau uap. Lapangan Waiotapu
memiliki kondisi dimana pendidihan terjadi pada elevasi dangkal dimana fraksi uap terbentuk pada elevasi

8
tertentu. Kehilangan panas pada lapangan Waiotapu sebesar 139 Mw disebabkan oleh adanya fumarole dan tanah
beruap. Distribusi aliran masa yang memiliki nilai tinggi relatif sedikit 0,2 kg/s-2,0 kg/s berada pada kedalaman
400-260 m

Kelebihan - Penelitian ini menggunakan beberapa prinsip seperti model sistem panas bumi, aliran masa atau perpindahan
penelitian panas, proses kehilangan panas dan mekanismenya
Kekurangan - Informasi mengenai evolusi dari kaldera Rotorua tidak begitu gamblang dijelaskan
penelitian - Informasi mengenai tindakan apa saja yang harus dilakukan ketika terjadi perubahan pada sistem panas bumi jika
terjadi kehilangan panas
Diskusi Pemodelan ini menyelidiki bagaimana pergerakan dari aliran panas dan air bawah permukaan. Selain itu, nilai
permeabilitas harus diketahui untuk mengetahui tekanan dan suhu yang terjadi di lapangan panas bumi. Lapangan
Waiotapu di bagian timur dimana zona titik didih berada di kedalaman 50 m rata rata hasil pengamatan menunjukan
aliran panas yang dilepaskan berkisar 540 MW, sedangkan hasil modeling berkisar 480 MW. Sistem lapangan Waiotapu
mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan panas, hal ini menyebabkan transfer panas (Uap) cenderung naik
membentuk kondensasi dimana pada fase ini terjadi kehilangan panas. Akan tetapi, setelah kondensasi terjadi proses
pendidihan kembali membentuk uap, dimana fase ini terjadi proses kenaikan temperatur.
Pustaka Bailey, R. A., & Carr, R. G. (1994). Physical geology and eruptive history of the Matahina ignimbrite, Taupo volcanic
zone, North Island, New Zealand. New Zealand Journal of Geology and Geophysics, 37(3), 319-344.
Kaya, E., Hochstein, M. P., Yeh, A., & O'Sullivan, M. J. (2015). Aspects of Natural Heat Transfer of a Geothermal
System in Moderate Terrain: the Greater Waiotapu Geothermal System, New Zealand. Proc. World Geotherm.
Congr., 2015, 1-12.
Wilson, C. J. N., Houghton, B. F., McWilliams, M. O., Lanphere, M. A., Weaver, S. D., & Briggs, R. M. (1995).
Volcanic and structural evolution of Taupo Volcanic Zone, New Zealand: a review. Journal of volcanology and
geothermal research, 68(1-3), 1-28.

9
Judul Reinjection in geothermal fields: An updated worldwide review 2020
Jurnal Geothermics. 2020. 101970
Penulis Zahratul Kamila, Eylem Kaya, Sadiq J. Zarrouk
Permasalahan Bagaimana reinjeksi lapangan panas bumi dari berbagai lapangan yang ada
di seluruh penjuru dunia
Tujuan - Menyelidiki dampak dari reinjeksi dari berbagai lapangan dan
penelitian strategi yang dilakukan
- Seberapa dalam reinjeksi dilakukan
- Berapa jarak antara sumur reinjeksi terhadap sumur produksi
- Berapa temperatur fluida reinjeksi
- Berapa jumlah fluida yang diinjeksikan
Sumber data Sistem panas bumi dari berbagai tatanan tektonik
Metode Survei studi literatur terhadap pengembangan panas bumi di dunia
penelitian
Objek Reinjeksi fluida panas bumi
penelitian
Hasil Sistem panas bumi dapat dikelompokan ke dalam beberapa kategori:
Penelitian ⮚ Sistem air panas (sistem dominasi air panas dimana pendidihan
tidak terjadi baik sebelum atau selama produksi, penurunan tekanan
reservoir dapat terjadi dikarenakan proses pendinginan)
⮚ Sistem dominasi fluida (terjadi proses pendidihan di dalam
reservoir kemudian diinduksikan dekat permukaan. Terdapat
subklasifikasi: entalaphy rendah (permeabilitas reservoir relatif
alami), enthalpy sedang (permeabilitas reservoir rendah dan
terdapat pendidihan lokal dekat sumur produksi, enthalpy tinggi
(memiliki permeabilitas rendah dan berasosiasi dengan batuan
intrusi sebagai sumber panas utama)).
⮚ Sistem dominasi uap (sistem dimana permeabilitas rendah terjadi
penurunan tekanan sehingga membuat fase cair tidak bergerak dan
berubah menjadi uap)
Ukuran reinjeksi dari sistem panas bumi memiliki beberapa pendekatan
untuk dilakukan:
⮚ Memilih lokasi yang tepat agar efek dari injeksi tidak
menyebabkan rembesan pada saat reinjeksi
⮚ Hubungan sumur reinjeksi dan sumur produksi harus diketahui
tekanan reservoirnya
⮚ Sumur injeksi diletakan tidak berjauhan dari sumur produksi dan
masih berada di dalam batas resistivitas clay cap
⮚ Reinjeksi yang diletakkan diluar batas sistem mungkin tidak
langsung berhubungan dengan hidrologi dasi sistem hidrotermal
⮚ Injeksi edgfield /periferal diterapkan dalam sistem yang masih
memiliki hubungan hidrologi dan sistem panas bumi
Setiap lapangan panas bumi memiliki karakter masing masing, seperti
lapangan berdasarkan entalpi dan sistemnya dari berbagai penjuru dunia
antara lain: Dua fasa dominasi fluida HE 37% tersebar di 31 lapangan
kapasitas 5,4 Mwe, Dua fasa dominasi fluida ME 16% tersebar di 24

8
lapangan kapasitas 2,4 Mwe, dua fase dominasi fluida LE 13% terpasang
di 20 lapangan kapasitas 1,9 Mwe, air panas 12% tersebar di 62 lapangan
kapasitas 1,8 Mwe, dua fasa dominasi uap 20% tersebar di 8 lapangan
kapasitas 2,9 Mwe.
Injeksi masa setiap sistem panas bumi rata rata diinjeksikan 163,2 Ton/jam
yang diambil sampel dari 90 lapangan, dimana LDS menyumbang sekitar
66%, HWS 29%, dan 5% VDS. Total massa injeksi dan produksi diambil
dari 78 lapangan yang memiliki data. HE-LDS memiliki 57% rasio
produksi masa yang diinjeksikan kembali ke dalam reservoir, sedangkan
ME-LDS dan LE-LDS rasio masing masing 68% dan 82% yang
diinjeksikan kembali ke dalam reservoir. HWS memiliki rasio 96% sistem
ini menginjeksikan hampir keseluruhan fluida melalui siklus biner, dimana
hanya panas kondusksi yang diambil sedangkan fluida diinjeksikan
kembali.
Hubungan antara masa yang diproduksi dengan yang diinjeksikan berbeda,
dominasi VDS cenderung memiliki aliran masa kecil dibandingkan dengan
HWS, begitu pula dengan jumlah produksi dan injeksi HWS lebih tinggi
dalam melakukan keduanya.
Produk limbah yang dihasilkan dapat mengkontaminasi permukaan, untuk
HWS cenderung tinggi, LDS dimana terjadi fase pemisahan yang
menghasilkan uap dan limbah 20% sedangkan 70%-80% kontaminasi
terjadi di area pendinginan dalam bentuk gas.
Pengelolaan panas bumi dimana target lokasi injeksi dan produksi menjadi
hal yang sangat penting HWS, LDS, dan VDS rata rata jarak 0,2-6,0 km.
Suhu masa yang diinjeksikan sangat bergantung kepada kehadiran silika,
silika dapat menyumbat saluran dan mengeras dalam kondisi dingin. Rata
rata suhu injeksi berkisar 30-110 °C, dilain sisi jika suhu terlalu rendah
maka akan menyebabkan suhu sebuah reservoir perlahan turun dari kondisi
awalnya.
Strategi reinjeksi diberbagai sistem panas bumi:
- VDS (sistem dominasi uap)
Reinjeksi dilakukan dengan kondensasi uap dan tambahan dari air
permukaan karena kurangnya fluida dari sistem secara alami serta
upaya untuk menaikan proses pembentukan uap pada reservoir cth:
Kamojang, Matsukawa, Larderello dan lapangan lainya. Pada
sistem ini masa yang diinjeksikan berkisar 20% sedangkan 80%
masa hilang pada waktu pendinginan, hal ini tidak seimbang antara
masa yang diproduksi, kehilangan masa dari pendinginan, dan
injeksi. Sehingga untuk menyeimbangkan itu dibutuhkan sumber
fluida lain.

9
Pendinginan dari sistem ini yang sering terjadi yaitu tumpang
tindih antara reinjeksi dengan zona imbuhan alami, sehingga
injeksi dengan tipe periferal (Tambahan) menjadi pilihan bagi
sistem berelief tinggi, sedangkan relief sedang hingga rendah
injeksi dilakukan diluar lapangan atau jauh dari sumur produksi.
Selain itu, kondisi permeabilitas juga menjadi penting untuk
diamati, sehingga kedalaman sumur produksi dan injeksi
menggunakan pendekatan seberapa besar permeabilitas dan
perekahan sekunder.
- HE-LDS (Entalpi tinggi-sistem dominasi fluida)
Reinjeksi sistem ini hampir semua fluida diinjeksikan kembali
setelah dari separator, fluida tambahan kerap kali diinjeksikan
untuk menjaga arus konveksi tetap terjadi. Injeksi parsial dimana
air sisa atau limbah diinjeksikan ke dalam tanah, apabila injeksi
tidak dilakukan maka akan terjadi penurunan uap seperti di
lapangan Cerro Prieto. Lokasi injeksi di bagian dalam dari
lapangan dipilih untuk memulihkan energi dengan menambah
reinjeksi di sekitar lapangan. Namun injeksi infield menyebabkan
kontaminasi kimia akibat dari injeksi, upaya mitigasi yang dapat
dilakukan dengan memindahkan sumur injeksi diluar batas
lapangan panas bumi, hal ini seperti yang terjadi di lapangan G.
Salak. Injeksi fluida dingin dalam sistem ini dapat menghasilkan
pendinginan di dalam sistem lapangan panas bumi. Injeksi dalam
akan memberikan perpindahan yang baik, serta injeksi dangkal
sering menjadi pelengkap. Injeksi dangkal dapat menyebabkan
gangguan berupa kimiawi dan suhu, karena reservoir dangkal
sangat dipengaruhi oleh gravitasi dimana terjadi pembentukan
reservoir dua fasa.
- ME-LDS (Entalpi menengah – sistem dominasi fluida)
Sistem ini dapat dijumpai di berbagai lapangan seperti Sarulla,
Sibayak, Ulubelu, Tiwi. Injeksi parsial (terhubung) sebagai metode
yang digunakan di beberapa lapangan panas bumi. Selain itu,
strategi injeksi diterapkan untuk meningkatkan pemulihan suhu dan
tekanan reservoir, namu kegiatan ini pula memiliki dampak seperti
rembesan limbah kimia dan fluida panas ketika jarak sumur injeksi
dan produksi relatif pendek. Rasio antara masa yang diproduksi dan
reinjeksi memiliki rasio tidak seperti kondisi awal seperti lapangan
Ulubelu memiliki laju masa produksi 4200 ton/jam sedangkan

10
injeksi 2800 ton./jam dengan rasio 67%. Tetapi lapangan Pico alto
walaupun laju masa baik produksi dan injeksi hampir sama 150
ton/jam rasionya 100% artinya hampir semua fluida diinjeksikan
kembali dengan sempurna. Injeksi ketika diterapkan pada reservoir
yang dalam maka efek pendinginan sangat kecil untuk terjadi
dibandingkan injeksi pada reservoir yang dangkal.
- LE-LDS (Entalpi rendah-sistem dominasi fluida)
Lapangan panas bumi bertipe ini antara lain seperti Takigami, Te
Mihi, Las Pailas dan lain lain. Injeksi dimana penambahan ini
bertujuan menjaga tekanan reservoir, menstabilkan panas dari
dalam bumi agar tetap berproduksi. Aliran massa yang diproduksi
dan yang diinjeksikan memiliki rasio yang berbeda cenderung lebih
kecil, yang dapat diartikan injeksi tidak sepenuhnya kembali ke
dalam reservoir. LE-LDS sistem ini sangat berasosiasi dengan
rekahan dan memiliki permeabilitas injeksi lateral alamiah yang
dominan. Kedalaman injeksi tipe ini biasanya sama dengan sumur
produksi atau lebih dalam atau keduanya sama sama dilakukan.
Reinjeksi dalam memiliki pemulihan tekanan yang cukup baik
begitu pula reinjeksi dangkal dapat mengatasi penurunan elevasi
muka tanah (Wairakei)
- HWS (Sistem air panas)
Hampir seluruh sistem HWS memiliki strategi injeksi 100%,
misalnya saja pada lapangan Altheim, Huabei, Bruchsal dan masih
banyak lagi. Teknologi yang digunakan yaitu sistem biner dengan
sistem tertutup, sehingga hampir 100% diinjeksikan kembali
setelah perpindahan panas telah dilakukan. Lokasi sumur produksi
dan injeksi relatif berdekatan, di beberapa lokasi sumur injeksi
diletakan berjauhan. Pendinginan sistem dapat terjadi saat
menerapkan injeksi bersifat dangkal, sedangkan injeksi dalam
dapat meningkatkan pemanasan fluida dikarenakan dekat dengan
sumber panas.
Manfaat, masalah, dan solusi injeksi
Manfaat dari injeksi mencegah kehilangan uapdalam sistem panas bumi,
mengendalikan penurunan elevasi permukaan, meningkatkan kondensasi
dalam reservoir, injeksi memberikan pengembalian fluida ke dalam
reservoir dan tekanan. Beberapa kendala dalam injeksi seperti terjadinya
rembesan fluida panas bumi dan silika yang dapat menyumbat pipa.
Pemantauan aktivitas injeksi adalah hal yang harus dilakukan untuk
memonitoring apakah terjadi pencemaran atau ada hal lain.
Pencegahan dari aktivitas pendinginan yaitu dengan mengontrol laju
injeksi yang menjadi alat dalam mengelola sebuah reservoir di banyak
lapangan panas bumi. Pemindahan lokasi produksi dari area injeksi atau
sebaliknya. Mengubah kedalaman sumur reinjeksi agar lebih dalam.
Aktivitas injeksi dapat terdiri dari injeksi brine (fluida panas) dan fluida
dingin hasil kondensasi, dimana fluida panas diinjeksikan dekat dengan
reservoir sedangkan fluida dingin diinjeksikan jauh dari reservoir, serta

11
memperhatikan kedalaman target sumur injeksi. Injeksi fluida panas
memiliki dampak pengendapan mineral tertentu karena kondisi kejenuhan
dari suatu mineral. Oleh karena itu, injeksi fluida dingin lebih aman
dilakukan. Reinjeksi dapat meningkatkan permeabilitas reservoir dan
menimbulkan perubahan tekanan pada reservoir. Injeksi fluida dingin
riskan terjadi rembesan, maka hal yang harus diperhatikan yaitu lokasi
(buffer zone), reinjeksi fluida dingin juga dapat menurunkan temperatur
reservoir.
Pengendapan sebuah padatan umumnya terjadi pada LDS, dimana
pengaruh silika yang larut bersamaan dengan fluida panas bumi.
Peningkatan silika ini berasosiasi dengan interaksi fluida dengan batuan
umumnya terjadi pada sistem panas bumi vulkanik sebagai contoh
Sibayak. Mengontrol suhu injeksi, menggunakan kolam retensi silika,
mengontrol indeks saturasi silika paling aman berada di suhu 100-165°.
Mengontrol silika dapat menggunakan pengenceran garam (NaCL) untuk
menghindari terbentuknya plag, mengatur PH dan menambahkan NaOH.
Kegempaan mikro dari aktivitas injeksi dapat merugikan jika WKP berada
dekat dengan pemukiman penduduk. Kegempaan mikro secara umum
disebabkan oleh aktivitas eksplorasi lanjutan panas bumi atau peningkatan
kapasitas, pada sistem suhu tinggi ketika induksi terjadi maka getaran akan
terjadi dimana hal ini terjadi kontraksi antara fluida panas dan reservoir
(batuan).
Deformasi permukaan pada area panas bumi biasanya terjadi akibat
subsidence / amblesan dan deformasi perubahan permukaan. Reinjeksi
dapat mengurai subsiden akibat penurunan tekanan dari eksploitasi panas
bumi. Reinjeksi dangkal dapat mengurangi dampak amblesan dan
menyebabkan peningkatan tekanan pori yang menyebabkan deformasi.
Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan mendistribusikan injeksi di area
yang luas serta jarak antar sumur injeksi.
Reinjeksi bersamaan dengan gas yang tak terkondensasi (NCG), konsep
dari tema ini adalah mengurangi gas yang terbentuk dari aktivitas panas
bumi seperti halnya CO2 dan H2S. Proses dengan mencampur fluida
dengan gas tersebut lalu diinjeksikan bersamaan. Hal yang harus
diperhatikan, NCG dapat merusak produksi uap atau densitas gas relatif
rendah sehingga ketika berada dalam reservoir maka uap yang terbentuk
akan bercampur dengan gas tersebut, proses tersebut diduga mereduksi uap
akibat peningkatan komponen gas cenderung tinggi cth Coso.
Struktur geologi terhadap injeksi dianggap memiliki peranan penting
sebagai target reinjeksi, dimana struktur digunakan untuk menghalangi
terjadinya pendinginan reservoir. Pergerakan fluida injeksi relatif cepat
karena alur dari struktur geologi cukup membantu dalam pemanasan
kembali fluida yang telah diinjeksikan. Struktur ini pula memiliki dampak
lain seperti sumur produksi dan injeksi yang berpotongan dengan struktur
geologi dan permeabel, hal ini berkaitan dengan pendinginan dari sebuah
reservoir. Reservoir yang memiliki permeabilitas memotong akuifer
dangkal, menengah, dan dalam harus diperhatikan dengan cermat agar

12
akuifer ini tidak tercemar.
Ketidaktepatan reinjeksi memiliki berbagai macam kendala seperti
kurangnya lokasi injeksi yang sesuai tanpa mempertimbangkan hal tertentu
selama pengembangan dan eksploitasi. Pengambilan keputusan yang tidak
tepat dan masalah perizinan.
Tekanan kepala sumur dalam pelaksanaan reinjeksi dapat memanfaatkan
aliran gravitasi tanpa menggunakan pompa tambahan, hal ini dapat dicapai
pada jenis permeabilitas yang baik dan memiliki tekanan formasi yang
sangat rendah dibawah tekanan hidrostatik. Elevasi juga ikut menjadi
faktor tambahan yang menguntungkan bagi injeksi.
Pengujian injeksi perlu dilakukan, untuk memantau aktivitas injeksi fluida
dingin yang berdampak pada perubahan temperatur reservoir. Pelacakan
dapat menggunakan senyawa kimia seperti naftalena, solfutana, dan
disulfonate. Keberhasilan pengujian ini pada sebuah reservoir untuk
menentukan strategi injeksi akan diletakan di outfield atau infield.
Kegiatan ini sangat tepat dilakukan untuk mengelola produktivitas fluida
panas bumi serta mengidentifikasikan area yang tidak menguntungkan
untuk reinjeksi.

Kelebihan - Memberikan informasi injeksi disetiap tataan panas bumi di


penelitian berbagai tempat
- Mengungkap ketidak samaan antara satu sistem panas bumi dengan
sistem lainya dalam melakukan injeksi
- Memberikan gambaran permasalahan yang diterima setiap sistem
panas bumi dalam melakukan injeksi dan bagaimana solusi yang
tepat untuk menyelesaikan permasalah tersebut
Kekurangan - Tidak memberikan informasi yang jelas terkait tatanan geologi dari
penelitian sebuah sistem panas bumi
- Struktur geologi sebagai informasi permeabilitas tidak banyak
dijelaskan
- Jenis sumber panas bumi tidak disebutkan secara utuh mengenai
sumbernya apakah magma (gunung api), intrusi, atau batuan
metamorf (sumber panas dalam).
- Perlu ditambahkan usia dari sistem panas bumi
Diskusi Reinjeksi dianggap sebagai hal yang sangat umum dilakukan dalam
pengembangan panas bumi, berbagai penelitian terus dikembangkan dalam
mengembangkan injeksi panas bumi. Reinjeksi di berbagai lapangan dapat
menyebabkan terbentuknya kerak silika yang dapat menyumbat saluran
pipa, tetapi dapat ditangani dengan pendinginan fluida, penambahan ph
fluida. Penentuan kedalaman injeksi tergantung kondisi geologi, semakin
dalam maka semakin baik. Deformasi permukaan baik penurunan atau
pengangkatan disebabkan terjadinya kehilangan fluida pada pori batuan
atau penambahan volume pori akibat penambahan fluida. Dengan
demikian, reinjeksi diperkirakan dapat memperpanjang sebuah usia dari
panas bumi untuk terus dieksploitasi.
Pustaka Kamila, Z., Kaya, E., & Zarrouk, S. J. (2021). Reinjection in geothermal

13
fields: An updated worldwide review 2020. Geothermics, 89, 101970.

14

Anda mungkin juga menyukai