Anda di halaman 1dari 10

BAB 4

TANGGA

4.1 Definisi Tangga


Tangga merupakan salah satu bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai penghubung
antara lantai pada bangunan bertingkat. Tangga merupakan jalur yang mempunyai undak -
undak (trap) yang menghubungakan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai
fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai tingkat.

Penempatan atau letak ruang tangga tersendiri mudah dilihat dan dicari orang, tidak
berdekatan dengan ruang lain agar tidak menggangu aktifitas penghuni lain. Tangga juga
mempunyai fungsi sebagai jalan darurat, direncanakan dekat dengan pintu keluar, sebagai
antisipasi terhadap bencana kebakaran, gempa keruntuhan dan lain - lain.

4.1.1 Macam - macam bentuk tangga


Bentuk tangga dapat disesuaikan dengan beda tinggi lantai dan ruangan yang tersedia. Untuk
menambah suasana yang harmonis dalam ruangan, bentuk tangga juga sebaiknya dibuat
indah dan serasi dengan interior ruangan.

Dengan makin majunya tingkat kebudayaan manusia, perkembangan teknologi yang


memproduksi bahan dan alat bangunan, ide para seniman, maka bentuk tangga makin lama
makin berkembang bervariasi, bahkan dewasa ini bentuk sudah merupakan seni tersendiri.
Bentuk tangga yang umum banyak dipakai, yaitu tangga lurus, tangga miring, tangga
lengkung, tangga siku, dan tangga lingkar

4.1.2 Perhitungan dan standarisasi bentuk tangga serta ukurannya


Membuat tangga disamping keindahan perlu diperhatikan segi - segi teknisnya, harus
diperhatikan juga kemudahan, rasa aman, bagi orang yang melaluinya.
Lebar anak tangga;
a. Untuk rumah tinggal, lebar anak tangga 80 cm.
b. Untuk bangunan umum, lebar anak tangga 120 cm s/d 200 cm.
c. Untuk tangga darurat, lebar anak tangga bisa 70 cm.

Tetapi dapat juga diperhatikan jika yang melewati berpapasan di satu anak tangga:
a. Untuk satu orang, lebarnya 60 - 80 cm
b. Untuk dua orang, lebarnya 120 cm
c. Untuk tiga orang, lebarnya 180 cm
Tangga yang ideal adalah 2s + a = 60 s/d 65 cm Jika 2s + a > 65 cm, maka tangga tersebut
akan sangat curam. Sementara itu, jika 2s + a < 60, maka tangga akan sangat landai.

4.2 Analisis Perhitungan


Spesifikasi
a. F’c beton = 30 MPa
b. Tinggi tangga (H) = 4 m
c. Fy baja = 240 MPa
d. Tulangan pokok = D10
e. Tulangan bagi = D10
f. Tebal pelat lantai = 120 mm
g. Tebal dak = 100 mm

Gambar 4.1 Denah tangga tampak atas


Gambar 4.2 Denah tangga tampak samping

Beban
Tabel 4.1 Beban Mati

JENIS BAHAN URAIAN BERAT ( KN/m2)

Pelat, tebal = 120 mm 0.12 m x 23,6 KN/m3 2,83

Spesi, tebal 20 mm 0,02 m x 20,4 KN/m2 0,41

Pasir (50 mm) 0,05 m x 9,4 KN/m2 0,47

Penutup Lantai (5 mm) 0,005 x 24 kN/m2 0,12

TOTAL ( DL ) 3,83

4.1.1 Menghitung jumlah anak tangga


Tinggi optrade (s) = 16 cm
Lebar antrade (a) = 30 cm
2s + a = (2 × 16) + 30
= 62 cm (sesuai standar kenyamanan 57 s/d 63)
H
Jumlah anak tangga =
s
4 00
= = 25 buah
16

Digunakan 25 anak tangga (13 buah di bawah dan 12 buah di atas)


Lebar tangga direncanakan untuk 2 orang, maka digunakan :
Lebar tangga = 2 m
Lebar bordes = 4 m

Panjang bordes = P – (a x jumlah anak tangga dibawah bordes)

= 500 – (30 x 13)

= 110 cm = 1,1 m

Panjang tangga = P – P bordes


= 5 – 1,1

= 3,9 m

Sudut kemiringan tangga < 45ᵒ

α = arc tan (sa )


= arc tan ( )
16
30
= 28,07ᵒ

4.1.2 Menghitung tebal pelat tangga

Tebal plat tangga t = 20 cm adalah tebal miring, untuk menghitung beban berat sendiri perlu
dicari tebal vertikalnya

Tebal pelat tangga


t = 20 cm
1
t1 = s.cos α
2
1
= × 16 cos 28,07ᵒ
2
= 7,06 cm
t2 = t + t1
= 20 + 7,06
= 27,06 cm
t2
t3 =
cos α
27,06
= cos 2 8 , 07

= 30,67 cm
Gambar 4.3 Perhitungan tebal pelat tangga

4.1.3 Menghitung pembebanan tangga


a. Berat sendiri bagian miring
qD1 = t3 × lebar tangga × berat beton
= 0,3067 × 2 × 24
= 14,72 kN/m
qD1u = 1,2 × qD1
= 1,2 × 14,72
= 17,66 kN/m

b. Berat sendiri bordes


qD2 = t × lebar tangga × berat beton
= 0,0706 x 2 x 24
= 3,39 kN/m
qD2u = 1,2 × qD2
= 1,2 × 3,39
= 4,07 kN/m

c. Beban hidup
qL = lebar tangga x beban hidup
= 2 × 2,5
= 5 kN/m
qLu = 1,6 × qL
= 1,6 × 5
= 8 kN/m

4.1.4 Menghitung analisis struktur


Karena beban ditinjau secara vertikal, maka momen dihitung pada panjang bentang proyeksi
500 cm.
Reaksi tumpuan :
Rki =

(12 )
× qD2u × P bordes2 + ( qD1u × P tangga × (P bordes + P tangga/2) ) + ( 12 × qLu × (P tangga + P

panjang tangga + panjang bordes

(
= 2
1
)
× 4,07 × 1,12 + ( 17,66 × 3,9 × (1,1 + 3,9/2) ) + (12 × 8 × (3,9 + 1,1 ) 2 )
3,9 + 1,1
= 54,93 kN
Rka

( qD2u × p bordes (p tangga+p bordes/2) ) + (12 x qD1u × P tangga ) + ( 12


2
× qLu × (P tangga + P borde

panjang tangga + panjang bordes

=
( 4,07 × 1,1 × (3,9 + 1,1/2 ) ) + (12 ) ( 12
× 17,66 × 3,9 2 + × 8 × (3,9 + 1,1) 2 )
3,9 + 1,1
= 49,10 kN

Mmax di titik x
Rki
Mmax =
( qD1u + qLu )
54,93
= (17,66 + 8)

= 2,14 m dari kiri

Mu max = ( Rki × Mmax )− (12 × (qD1u + qLu) × Mmax ) 2

= ( 54,93 × 2,14 )−( × ( 17,66 + 8 ) × 2,14 )


1 2
2
= 58,79 kNm

Kontrol kemampuan geser :


t 20
Vu ki = Rki = 54,93 kN → pada tebal pelat = = 22,67 cm
cosα cos 28,07
Vu ka = Rka = 49,10 kN → pada tebal pelat t = 20 cm

Kemampuan geser beton :


1
Vc ki = 0,75 x × √ fc' × lebar tangga × ( Vu ki−50 )
6
1
= 0,75 x × √ 30 × 2000 × ( 226,7−50 )
6
= 241956,44 N
= 241,956 kN
1
Vc ka = 0,75 x × √ fc' × lebar tangga × ( Vu ka−40 )
6
1
= 0,75 x × √ 30 × 2000 × ( 200−40 )
6
= 219089,023 N
= 219,089 kN
Vc > Vu → tebal pelat aman

4.1.5 Menghitung kebutuhan tulangan lentur


t = 20 cm
Mu max × cos α = 58,79 × cos (28,07ᵒ)
= 51,87 kNm
Digunakan lindungan beton 20 mm dan baja tulangan diameter 10 mm
d = t – lindung beton – (0,5 x tul baja)
= 200 – 20 – (0,5 × 10)
= 175 mm

Mu = Cc × (d – 0,5a)
= 0,85 × f’c × a × b × (d – 0,5a)
= 0,85 × 30 × a × 1000 × (173,5 – 0,5a)
= 25500 a × (173,5 – 0,5a)
51870000 = 4424250 a – 12750 a2
a = 334,85 mm

Ts = Cc
Ast × fy = 0,85 × f’c × a × b
0,85 × f’c × a × b
Ast =
fy
0,85 × 30 × 334,85 × 1000
=
240
= 35577,813 mm2

1,4
As min 1 = ×bxd
fy
1,4
= × 1000 x 175
240
= 1020,833 mm2

As min 2 =
√fc × b × d
4 x fy

=
√30 × 1000 × 175
4 x 240
= 998,453 mm2

Ast = 1020,833 (menentukan)

Hitungan kebutuhan tulangan lentur :


Digunakan tulangan pokok 10 mm, maka jarak antar tulangan
b (0,25 . π. diameter 2 )
S1 =
As
1000 (0,25 . 3,14. 10 2 )
=1020,833

= 76,898 mm
b (0,25 . π. diameter 2 )
S2 =
As
1000 (0,25 . 3,14. 10 2 )
=998,453

= 78,622 mm

Digunakan tulangan D10-100


b
Ast, tps = × (0,25 × π × d.tul)
1 00
1000
= × (0,25 × π × 102)
1 00
= 785 mm2 → OK
Tulangan pembagi :
1
20% tulangan pokok = × 785
5
= 157 mm2
Digunakan tulangan bagi 10 mm, maka jarak antar tulangan
b (0,25 . π. diameter 2 )
S1 =
As
1000 (0,25 . 3,14. 10 2 )
=1020,833

= 76,898 mm
b (0,25 . π. diameter 2 )
S2 =
As
1000 (0,25 . 3,14. 10 2 )
=998,453

= 78,622 mm

Digunakan tulangan D10-100


b
As tps = × (0,25 × π × 102)
200
1000
= × (0,25 × π × 102)
400
= 785 mm2 → OK

4.3 Kesimpulan
Tabel 4.2 Perhitungan Manual
Ket Manual

RAV 54,93 kN

RBV 49,10 kN

Mumax cos α 51,87 kNm

Tabel 4.3 Dimensi dan Jarak Tulangan


Ket Tulangan Pokok Tulangan Bagi

Pelat tangga Tumpuan D10 – 100 D10 – 100


Lapangan D10 – 100 D10 – 100

Tumpuan D10 – 100 D10 – 100


Pelat Bordes
Lapangan D10 – 100 D10 – 100

Gambar Detail

Gambar 4.4 Gambar detail tangga

Anda mungkin juga menyukai