1
Banyak perubahan yang terjadi selama abad 20 ini, khususnya di Asia. Banyak
yang terkena dampak dari berbagai aspek kehidupan mulai dari sosial, lingkungan,
ekonomi, dll. Perubahan tersebut mengarah kepada kemajuan sekaligus
kemunduran manusia di abad 20 dewasa ini, khususnya di Indonesia, baik yang
disadari maupun yang tidak disadari, dan lama-kelamaan kita juga dituntut untuk
mengikuti zaman yang menurut sebagian kecil orang semakin mudah dan sebagian
besar orang semakin sulit. Kepemilikan materi juga menjadi ukuran kesuksesan
seseorang menurut manusia post-modern. Pemikiran ini bermula dan berkembang
dari seorang filsuf Karl Marx yang mencetuskan kapitalisasi pasar yang
dikembangkan dari ide bapak ekonomi Adam Smith akhirnya melahirkan ide
tersebut. Dari manusia yang dinilai dari pemikiran atau intelektualnya dan materi
merupakan bentuk paling rendah diantara semua yang ada di dunia, paradigma
hampir selurus umat manusia berubah menjadi materialistis, sehingga menyebabkan
keabsahan filosofi dari filsuf-filsuf yang sudah tidak menjadi relevan untuk masa
sekarang ini dan yang memiliki materi terbanyaklah yang berkuasa. Hal inilah yang
dianut oleh sebagian besar negara-negara agar berlomba-lomba untuk
mengkapitalisasi di bidang ekonomi dan penelitian.
2
Di bidang penelitian juga terjadi kapitalisasi secara masif di sebagian negara-
negara maju, khususnya antara Amerika dan Uni Soviet yang sekarang menjadi Rusia.
Perlombaan dimulai dari sputnik-1 Satellite yang merupakan satelit pertama yang
berhasil mengorbit di lapisan atmosfer bumi dan Luna-2 Spacecraft dari Uni Soviet
yang berhasil mendaratkan kapal tanpa awak di bulan yang mengakibatkan
persaingan yang dikenal sebagai Space Race. Hal tersebut membuat Amerika tidak
tinggal diam dan membuat dan membuat Explorer-1 Satellite yang berhasil
mengorbit di lapisan atmosfer bumi dan berbagai Apollo Spacecraft yang diluncurkan
dan mencoba mendarat di bulan, yang pada akhirnya berhasil dilakukan oleh
Apolllo-7 Spacecraft mendarat dengan awak. Perlombaan ini berlangsung sampai
sekarang dan membuat perubahan yang sangat cepat hampir di semua aspek
kehidupan manusia post-modern, khususnya yang kali ini kita akan bahas secara
mendalam adalah penelitian teknologi di bidang komunikasi.
Dari era dirgantara, sekarang kita menuju era mayantara yang terus
berkembang sampai hari ini yang diawali dari penemuan dan pengembangan dari
komputer dan internet. Yang sebelumnya komputer hanya dimiliki oleh segelintir
orang saja, sekarang teknologi tersebut dapat digunakan oleh semua orang. Hal ini
menjadi peluang bagi setiap orang untuk mendapatkan informasi yang sama
dikarenakan tidak ada jarak dan waktu yang membatasi informasi. Pada waktu di era
dirgantara, informasi hanya didapatkan dari teman atau saudara yang ada di bagian
negara lain dengan mengirimkan media cetak di negara tersebut. Sekarang,
informasi tersebut sudah berubah menjadi media digital yang dapat dikirim melalui
internet yang bisa didapatkan hanya dalam hitungan detik yang kita sebut dengan
digitalisasi. Dalam KBBI arti kata ‘digitalisasi’ adalah ‘kata kerja, proses pemberian
atau pemakaian sistem digital’. Bahkan, digitalisasi sudah terjadi di semua bidang
keilmuan dan seni, keadaan ini menjadikan manusia tidak dapat menghindar dan
mengharuskan untuk beradaptasi, baik untuk mengatasi maupun untuk bertahan.
3
Hal ini menjadi menarik, karena semua informasi bisa kita dapatkan tanpa
batas melalui alat komunikasi digital, seperti personal komputer, laptop, handphone,
tablet, dll. Artinya dimanapun dan kapanpun kita dapat memperoleh keterbukaan
ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk kita belajar. Tetapi di satu sisi selayaknya mata
koin, keterbukaan yang tanpa batas di era digitalisasi ini menjadi suatu distraksi yang
berdampak kebingungan dan misinformasi bagi manusia, selayaknya senjata efektif
yang telah digunakan oleh semua negara. Hal tersebut menimbulkan masalah yang
sangat banyak dari berbagai aspek kehidupan manusia.
Masalah sosial juga disebabkan oleh era digitalisasi ini dan sudah dirasakan
oleh sebagian besar orang, seperti ‘fatherless generation’ dimana generasi X atau
generasi milenial hidup tanpa figur seorang ayah atau ‘broken home’ yang
menyebabkan anak mencari informasi di dunia maya, akibat yang ditimbulkan antara
lain, penyimpangan-penyimpangan baik dalam hal orientasi seksual yang kita kenal
sebagai LGBTQIA+. Selain itu keadaan tersebut juga membuat hati yang keras karena
keadaan yang memaksanya untuk dapat bertahan, sehingga secara perlahan hati
nuraninya mati dan tidak mendengar suara Roh yang ada di dalam dirinya.
Masalah lingkungan juga sudah mulai dirasakan belakangan ini dimana akibat
dari pengeksploitasian yang secara besar-besaran dari hasil bumi dan industrialisasi
yang dilakukan semua negara menyebabkan pemanasan global yang sekarang
berdampak pada cuaca yang tidak dapat diprediksi dan cuaca ekstrem berkelanjutan.
Masalah ini ditambah dengan kejadian alami yang harus dilalui bumi seperti
bergesernya lempeng bumi yang menyebabkan gempa bumi, tsunami dan erupsi
gunung berapi.
Masalah ekonomi juga menjadi masalah utama yang menarik yang harus
disoroti di era digitalisasi ini. Karena manusia dinilai dari materi yang melekat
kepadanya, maka timbullah pepatah yang mengatakan ‘besar keinginan daripada
4
pemasukan’, hal ini juga menyebabkan budaya ‘flexing’ yang semakin berkembang
dan didukung oleh media sosial yang sekarang menjamur. Kedewasaan dalam
bermedia sosial menjadi tuntutan dalam menggunakannya, baik dalam waktu
penggunaan dan kepantasan dalam membalas komentar yang berujung perkelahian
di dunia maya. Selain masalah tersebut yang menjadi masalah utama sekarang ini
adalah ‘Sandwich Generation’ yang umum dialami oleh generasi X atau generasi
milenial, dimana suatu keadaan yang disebabkan oleh generasi tersebut harus
menanggung ekonomi generasi Y atau generasi ‘baby boomer’ yang merupakan
orang tua dan generasi Z yang merupakan anak, jadi kesulitan ini menjadikan
keadaan yang paling sulit untuk diatasi.
5
injil yang hanya dilihat hanya beberapa kali dan ditanggapi oleh beberapa orang.
Sedangkan konten yang bermuatan negatif dan pengajaran-pengajaran yang
tercampur oleh filosofi dunia hingga menjadi rupa-rupa pengajaran, itulah yang
ramai dilihat dan ditanggapi oleh banyak orang, karena manusia sekarang cenderung
suka dengan ajaran-ajaran yang mereka mau dengar tetapi bukan kebenaran.
Dengan hancur hati saya harus mengatakan, kita sebagai gereja harus
mempengaruhi dan berdampak, gereja juga harus menjadi pelita di tengah-tengah
dunia yang menerangi kegelapan, jadi bukan lagi gereja yang mementingkan
gedungnya, musiknya dan terpecah-pecah karena doktrin. Gereja harus jujur dan
tulus memberitakan kabar baik bagi orang miskin, karena orang miskin selalu ada
pada kita. Gereja juga harus bahu membahu memperbaiki generasi yang akan
datang dengan cara organik dan juga lewat ‘youtube’ memperlengkapi mereka untuk
terus bertambah dalam kualitas karakternya melalui PAUD (Pendidikan Anak Usia
Dini), karena dengan sedini mungkin kita menanamkan karakter Yesus pada dalam
diri mereka, agar pada saat mereka beranjak dewasa ada Firman Tuhan yang
menjaganya. Secara kuantitatif seharusnya tidak masalah di zaman digitalisasi ini,
karena keterbukaan informasi ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dengan mudah
melalui karya-karya tulisan yang diubah menjadi ‘digital printing’. Mengapa saya
menganggap penting pendidikan sejak dini? Karena menurut ilmu psikologi,
khususnya di dalam ‘Watson’s Theory of Behaviorism’ pengembangan karakter
paling bagus antara usia 1-7 tahun, karena secara psikologi kita menanamkan
pikiran alam bawah sadar yang sangat kuat yang menentukan akan jadi apa anak itu
kelak di generasi yang akan datang dapat terus bertahan di era yang akan datang,
setidaknya itu yang bisa lakukan sebagai orang percaya melalui tindakan dan
perkataan anak terang di dunia yang sedang menuju kesudahannya. Karena yang
akan menentukan tetap Allah yang berdaulat atas kehidupan di bumi ini.