Anda di halaman 1dari 16

DEIKSIS Vol. 08 No.

01, Januari 2016


p-ISSN: 2085-2274, e-ISSN 2502-227X hal. 86 - 101

TIPE KLAUSA PADA TAJUK RENCANA KOMPAS

Ifran Nurtriputra

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI
Jalan Nangka 58 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap tipe klausa pada tajuk rencana Kompas melalui pemahaman
ciri semantik verba sebagai pengendali konstruksi klausa. Adapun penelitian ini menggunakan metode
deskripsi kualitatif dengan teknik analisis isi. Sementara itu, penelitian ini menggunakan teori bersifat
eklektik. Berdasarkan data hasil penelitian, tipe klausa pada tajuk rencana Kompas ialah klausa (1)
transitif (43%) yang terbentuk atas (1a) verba transitif polimorfemis dan (1b) verba transitif opsional; (2)
dwi-intransitif (18%) yang terbentuk atas (2a) verba dwi-intransitif monomorfemis, (2b) verba dwi-
intransitif polimorfemis, dan (2c) verba dwi-intransitif opsional; (3) equatif (17%) yang terbentuk atas
yaitu (3a) verba equatif monomorfemis dan (3b) verba polimorfemis; (4) intransitif (16%) yang terbentuk
(4a) klausa monomorfemis dan (4b) klausa polimorfemis; dan (5) dwitransitif (6%) yang terbentuk atas
(5a) SPOK dan (5b) SPOPel. Hal itu mengindikasikan bahwa bahasa tajuk rencana Kompas dapat
dikatakan menggunakan konstruksi yang sederhana

Kata kunci: tipe klausa, ciri semantik verba, dan empat ciri tagmem serta satu sifat kehadiran

Abstract

This study aims to reveal the type of clause in the Kompas editorial through the understanding of
semantic features of verbs as the clause construction controler. This study used a qualitative description
method of content analysis techniques. Meanwhile, this study uses the eclectic theory. Based on the
research data, the types of clause on the Kompas editorial are clause (1) transitive (43%) were formed on
the (1a) transitive polymorphem verbs and (1b) optionally transitive verbs; (2) bi-intransitive (18%) were
formed on (2a) bi-intransitive verbs monomorphem, (2b) bi-intransitive verbs polymorphem, and (2c) bi-
intransitive verbs optional; (3) equative (17%) were formed on that (3a) equative verbs
monomorphem and (3b) polymorphem verbs; (4) intransitive (16%) were formed (4a) clause
monomorphem and (4b) polymorphem clause; and (5) bi-transitive (6%) were formed on (5a) SPOK and
(5b) SPOPel. It indicates that the language can be said Compass editorial uses simple construction.

Keywords: type of clause, the verb semantic features, and four traits as well as the nature of the presence
tagmemes

PENDAHULUAN klausa sangat ditentukan oleh jenis verba


Konstruksi klausa memiliki variasi predikatnya. Kehadiran objek, pe-
kelas kata dalam predikat, bisa berupa lengkap, dan keterangan ditentukan oleh
numeralia, adjektiva, nomina, ataupun verba predikat, yaitu apakah verba
verba. Namun, kebanyakan dalam dwitransitif, verba transitif, verba dwi-
konstruksi klausa tersebut meng- intransitif, verba intransitif, verba
gunakan verba sebagai predikat dan dwiequatif, atau verba equatif.
verba predikat itu memiliki keunikan ter- Selain itu, verba memiliki kekaya-
sendiri dibandingkan dengan predikat an bentuk dan memiliki produktivitas
kelas kata yang lain. Hal itu di-sebabkan yang tinggi serta memiliki perilaku

86
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

sintaktik dalam konstruksi klausa atau- klausa itu konstituen si Merah disebut S;
pun kalimat. Sebagai predikat (P), verba pada contoh (2) siapa yang
sangat menentukan kehadiran konsi- mendatangkan, jawabnya ialah panitia
tuen, baik sebagai subjek (S), objek (O), sebagai S dan siapa yang didatangkan,
pelengkap (Pel), maupun sebagai ke- jawabnya ialah si Merah sebagai O.
terangan (K). Namun, salah satu buku Pada contoh (3) siapa yang mem-
ajar sekolah menyatakan bahwa kalimat buat, jawabnya Pak Teguh dalam kons-
adalah sekelompok kata/ klausa yang truksi itu Pak Teguh sebagai S dan apa
sekurang-kurang terdiri atas subjek dan yang dibuat, jawabnya laporan per-
predikat (unsur wajib) dan unsur objek, tandingan sebagai O. Sementara itu,
pelengkap, dan keterangan (unsur pada contoh (4) siapa yang membuat-
manasuka). Definisi di atas kurang tepat kan, jawabnya Ayah, dalam konstruksi
karena seperti yang dipaparkan di atas itu Ayah disebut S; siapa yang dibuat-
bahwa kehadiran objek, pelengkap, dan kan, jawabnya adik sebagai O; apa yang
keterangan ditentukan oleh jenis verba dibuat, jawabnya minuman susu, dalam
predikat. konstruksi itu minuman susu disebut Pel.
Misalnya, secara semantik verba Pada contoh (5) Verba berasal
datang sebagai P dalam klausa me- sebagai predikat, verba itu, selain
nuntut kehadiran frasa nominal pelaku mewajibkan kehadiran S, mewajibkan
(‘yang datang’) sebagai S dalam kons- kehadiran K. Berbeda halnya dengan
truksi itu, sedangkan verba datangkan verba bermain pada konstruksi berikut.
(penambahan afiks –kan pada verba (6) Azkiya bermain di kamar.
intransitif itu), selain frasa nominal S, Verba bermain hanya mewajibkan
menuntut kehadiran frasa nominal kehadiran S. Adapun di kamar sebagai K
sebagai O. Sementara itu, verba buat tetapi K tersebut tidak diwajibkan oleh
sebagai P dalam klausa memerlukan tipe semantik verba bermain.
kehadiran frasa nominal pelaku (‘yang Dengan kata lain, konstruksi
membuat’) sebagai S dan frasa nominal klausa dengan predikat verba datang
sasaran-penderita istilah tata bahasa memerlukan S-pelaku (Pelk), sedangkan
tradisional-, (‘yang dibuat’) sebagai O. verba mendatangkan memerlukan S-Pelk
Adapun verba buatkan (penambahan dan O-sasaran (Sas). Demikian juga,
sufiks -kan pada verba transitif itu), predikat verba membuat memerlu-kan S-
selain frasa nominal pelaku sebagai S, Pelk dan O-Sas. Adapun verba
memerlukan frasa nominal benefaktif membuatkan mewajibkan kehadiran S–
(‘yang mendapatkan hasil buatan itu’) Pelk, O-benefaktif (Ben), dan Pel-
sebagai O dan frasa nominal sasaran Sas.sementara itu, verba berasal me-
(‘yang dibuat’) sebagai Pel. Untuk lebih wajibkan S-Pelk dan K-lok, sedangkan
jelasnya, perhatikan contoh di bawah ini. verba bermain hanya mewajibkan ke-
(1) si Merah datang hadiran S-Pelk.
(2) panitia mendatangkan si Merah Dari gambaran itu jelas tampak
(3) Pak Teguh membuat laporan bahwa verba sebagai predikat penentu
pertandingan dalam struktur ketransitifan pada
(4) Ayah membuatkan adik minuman kalimat. Di samping itu, di salah satu
susu buku Bahasa Indonesia ditemukan
(5) Sukma berasal dari Cirebon. kesalahan konsep, yaitu perbedaan
antara O dan Pel. Sebagaimana per-
Pada contoh (1) siapa yang datang, masalahan yang sudah dipaparkan di
jawabnya si Merah, dalam konstruksi

87
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

atas, peneliti tertarik pada tipe klausa nurut Elson dan Pickett dalam Sugono
pada Tajuk Rencana Kompas. (1985:15) konstruksi klausa adalah satu
untaian tagmem yang terdiri atas (atau
PEMBAHASAN mengandung) satu predikat. Adapun
KAJIAN PUSTAKA menurut Cook (1979:67-73) “An
Tagmem independent clause is a clause that can
Dalam analisis tagmemik dikenal stand alone as a major sentence in the
istilah tagmem yang menganalisis satu- language. Dependent clauses are clauses
an linguistik berdasarkan empat di- that may not stand alone as major
mensi, yaitu slot, peran, kelas, dan sentences, though they occur, with final
kohesi serta sifat kehadiran setiap intonation, as minor sentences.”
konstituen. Menurut Pike dan Pike Klausa yang terdiri atas
(1982:74) jika suatu tagmem selalu hadir konstituen-konstituen wajib disebut
dalam realisasi konstruksinya, tagmen sebagai akar klausa (clause root). Akar
itu dikategorikan sebagai wajib (+). klausa merupakan pengisi slot inti suatu
Sebaliknya, jika suatu tagmem tidak klausa dengan peran statemen, introgatif,
selalu hadir dalam realisasi imperaktif, dan pengharapan. Sementra
konstruksinya, tagmem itu dikatakan itu, menurut Pike dan Pike (1977:39-47)
opsional (±). Satu konstituen sebuah akar klausa memiliki enam macam
konstruksi diperikan ke dalam empat ciri ketransitifan, yaitu (i) akar klausa
tersebut beserta sifat kehadirannya dwitransitif, (ii) akar klausa transitif, (iii)
dengan teknik sebagai berikut. akar klausa dwi-intransitif, (iv) akar
Slot Kelas klausa intransitif, (v) akar klausa dwi-
Peran Kohesi equatif, dan (vi) akar klausa equatif.
Untuk lebih jelas tentang keenam
Pertama, analisis slot (fungsi akar klausa tersebut, perhatikan contoh
sintaktik) yang berada pada tataran kalimat di bawah ini.
klausa meliputi subjek (S), predikat (P), (7) si Merah mengirimkan buku
objek (O), pelengkap (Pel), dan kepada guru
keterangan (K). Kedua, analisis kelas Kalimat (7) terdiri atas akar klausa
pengisi (kategori) menyangkut kelas dwitransitif. Si Merah merupa-kan
kata, misalnya nomina (N), verba (V), subjek sebagai pelaku, buku itu me-
adjektiva (A), numeralia (Num), rupakan adjung (objek) sebagai sasaran,
preposisi (Prep), dan adverbia (Adv). dan kepada guru merupakan adjung
Ketiga, analisis peran menyangkut (keterangan) sebagai benefaktif.
fungsi semantik, seperti pelaku, sasaran, Adapun contoh akar klausa
benefaktif, pemanfaat, processed, force, transitif sebagai berikut.
alat, item, tempuhan, tempat, statement, (8) perusahaanku mengalami
keterangan (sebab, syarat, akibat, lokatif, penurunan produktivitas
waktu, asal/tempat, dan tujuan). Perusahaanku merupakan subjek
sebagai processed dan penurunan
Akar Klausa produktivitas merupakan adjung (objek)
Klausa merupakan satuan bahasa sebagai sasaran.
pada tataran tata bahasa di bawah Contoh akar klausa dwi-intransitif
kalimat dan di atas frasa. Klausa terdiri antara lain sebagai berikut:
atas satuan gramatikal yang berupa (9a) pakar itu berbicara tentang
gabungan frasa yang bersifat predikatif ekonomi kreatif
dan berpotensi menjadi kalimat. Me- (9b) mereka berlari ke orang tuanya

88
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

Pakar itu (9a) dan mereka (9b) Bagan 1. Akar Klausa


merupakan subjek sebagai pelaku dan Clause Root
tentang ekonomi kreatif merupakan
adjung (keterangan) sebagai skup- Actor no Actor (item)
lokatif, sedangkan ke orang tuanya
merupakan adjung (keterangan) sebagai U no U
skup-tujuan. Sementara itu, pada contoh
akar klausa intransitif di bawah ini, Sc no Sc Sc no Sc Sc noSc
konstituen panita merupakan subjek
sebagai pelaku. DT T DI I DE E
(10) panita datang
Adapun konstituen makanan itu METODE PENELITIAN
pada akar klausa dwi-ekuatif contoh Penelitian ini menggunakan
berikut merupakan subjek sebagai item metode deskriptif-analisisi isi. Data
dan buat saya merupakan adjung sebagai basis analisis penelitian ini di-
(keterangan) sebagai skup-benefaktif. ambil dari penggunaan bahasa pada tajuk
(11) makanan itu rasanya enak buat rencana Kompas edisi 18-23 Februari
saya 2015. Adapun analisis didasar-kan atas
Adapun pada contoh akar klausa equatif teori-teori sintaksis dalam teori linguistik
di bawah ini saya dan Pak Teguh me- mutakhir, sebagaimana di-kemukakan
rupakan subjek sebagai item, sedangkan pada bagian Kajian Pustaka di atas. Data
arsitek dan pintar komplemen sebagai diklasifikasi dari data ter-banyak yang
identifikasi dan kualifikasi. berdasarkan perilaku sintaktik verba
(13a) saya ingin menjadi arsitek dalam klausa tajuk rencana Kompas.
(13b) Pak Teguh (adalah) pintar Kemudian, masing-masing diklasifikasi
Pada contoh-contoh di atas ter- tipe klausa: (1) transitif, (2) dwi-
lihat bahwa dalam analisis tagmemik intransitif, (3) equatif (4) intransitif, dan
akar klausa dwitransitif mempunyai (5) dwitransitif. Masing-masing klausa
konstituen peran pelaku, konstituen diklasifikasi lagi ke dalam subtipe sesuai
sasaran, dan konstituen skup; akar klausa dengan perilaku sintaktik, jumlah
transitif mempunyai konstituen pelaku konstituen, fungsi sintaktik, peran
dan konstituen sasaran; akar klausa dwi- semantik, kelas kata, ketransitifan, dan
intransitif mempunyai konstituen pelaku sifat kehadiran (Pike dan Pike,
dan konstituen skup; akar klausa 1982:21—51).
intransitif mempunyai konstituen pelaku
saja; akar klausa dwi-equatif tidak ANALISIS
mempunyai konstituen sebagai pelaku Tipe Klausa pada Tajuk Rencana
(subjek item), tetapi mempunyai Kompas
konstituen skup; akar klausa equatif Berdasarkan 70 klausa pada tajuk
tidak mempunyai konstituen pelaku rencana Kompas terdapat lima tipe
(subjek item) dan tidak mempunyai klausa. Berikut ini diagram tipe klausa
skup. Dalam hubungannya dengan akar pada tajuk rencana Kompas.
klausa dwi-equatif dan equatif terdapat
slot komplemen sebagai sifat subjek.
Untuk lebih jelas enam jenis akar
klausa di atas berikut dimuat pada bagan
yang dikemukakan oleh Pike dan Pike
(1977:44)

89
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

jadi dua subtipe, yaitu (a) verba transitif


polimorfemis dan (b) verba transitif
morfem zero. Klausa subtipe A dan B ini
dikenal sebagai klausa transitif aktif dan
satu dari ciri transitif ialah memiliki
oposisi pasif dengan mengubah verba
aktif itu menjadi verba pasif dan peran
sasaran menempati fungsi subjek dan
pelaku menempati fungsi keterangan.
Adapun dua subtipe klasua transitif
sebagaimana dikemukakan di bagian
berikut.
a. Tipe Klausa Transitif Subtipe A
(Polimorfemis)
Berdasarkan data di atas, tipe- Tipe klausa transitif ini
tipe klausa tersebut predikat sangat me- berjumlah 29 konstruksi. Klausa
ngendalikan konstituen pada klausa atau transitif polimor-femis terbentuk dari
kalimat. Hal tersebut sesuai dengan yang beberapa morfem, verba meng-
dikatakan Chafe (1970:96) bahwa gempur terdiri atas 1 morfem bebas
struktur semantik terdiri atas dua unit {gempur} dan 1 morfem terikat
semantik pokok, yaitu kata kerja dan {meN-}, atau beberapa morfem
kata benda. Dalam struktur semantik, terikat mengumumkan terdiri atas
kata kerja merupakan pusat. Dengan morfem bebas {umum} dan morfem
demikian, tipe klausa sangat menentu- terikat {meN-} serta {-kan}. Selain
kan apakah tipe klausa tersebut me- itu, terdapat verba reduplikasi
merlukan kehadiran 1 frasa nominal {mengungkit-ungkit}.
pengisi fungsi sebagai objek ataupun Verba (16) mementingkan
pelengkap, memerlukan kehadiran 2 secara semantis membutuhkan
frasa nominal pengisi fungsi objek dan (frasa) nomina pengisi fungsi objek
pelengkap, memerlukan kehadiran 1 sebagai sasaran. Objek pada
frasa pengisi fungsi objek dan 1 frasa konstruksi ini sebagai pe-laku juga
berpreposisi pengisi fungsi keterangan, pada pengisi fungsi subjek. Subjek
ataupun tidak membutuhkan konstituen saya memerlukan objek yang
lagi. sebenarnya eksistensi subjek pelaku.
Atas dasar temuan tersebut di atas, Oleh karena itu, memiliki peran
hanya terdapat lima ketransitifan (dari bene-faktif. Perhatikan contoh
enam) tipe klausa, yaitu (1) klausa berikut.
transitif, (2) klausa dwi-intransitif, (3) (14) pesawat-pesaawat tempur
klausa equatif, (4) klausa intransitif, dan Mesir menggempur kamp
(5) klausa dwitransitif. Dengan demiki- pelatihan NIIS cabang Libya
an yang tidak terdapat pada tajuk (15) Polda Sulawesi Selatan dan
rencana Kompas ialah klausa dwiequaif. Barat mengumumkan status
Adapaun kelima ketransitifan tersebut tersangka Ketua KPK Abraham
sebagaimana dikemukakan di bawah ini. Samad
(16) dia hanya mementingkan diri
1. Klausa Transitif sendiri
Dalam penelitian ini data (17) pada saat bersamaan, Presiden
konstruksi kalimat transitif terbagi men- Jokowi harus mengakhiri

90
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

ketidakpastian soal nasib Budi kehadiran frasa nominal pengisi O


Gunawan dengan peran benefaktif. Namun,
(18) Australia mengungkit-ungkit karena O sudah mahfum, O tersebut
sumbangan mereka kepada bersifat opsional. Dalam hal ini
masyarakat Aceh disebut morfem zero,seperti terlihat
Berdasarkan analisis data pe- pada contoh berikut.
nelitian ini, konstruksi klausa (19) hal itu sangat mengherankan
transitif subtipe A yang dibangun (saya)
dari verba transitif polimorfemis Berdasarkan analisis data
dirumuskan sebagai berikut. peneliti-an ini, konstruksi klausa
transitif subtipe B yang dibangun
dari verba transitif polimorfemis
dirumuskan sebagai berikut.

Kaidah itu dibaca sebagai Kaidah itu dibaca sebagai


verba polimorfemis berafiks meN–, verba polimorfemis meN– dan –kan
meN- dan –kan atau meN- dan -i mem-bangun konstruksi klausa
membangun konstruksi klausa transitif Subtipe B yang terdiri atas
transitif Subtipe A yang terdiri atas (a) tagmem subjek, kelas pengisi
(1) (a) tagmem subjek, kelas pengisi frasa nominal, peran item, kohesi
frasa nominal, peran pelaku, alat, kosong, kehadiran wajib; (b) tagmem
item, item, atau pemanfaat, kohesi predikat, kelas pengisi frasa verbal
kosong, kehadiran wajib; (b) tagmem berafiks meN-, peran statemen,
predikat, kelas pengisi frasa verbal kohesi transitif, kehadiran wajib; dan
berafiks meN-/meN- dan –kan/-i, (c) tagmem objek, kelas pengisi frasa
peran statemen, kohesi transitif, nominal, peran sasaran, kohesi
kehadiran wajib; dan (c) tagmem kosong, dan kehadiran opsional.
objek, kelas pengisi frasa nominal,
peran sasaran, hasil, atau benefaktif, 2. Klausa Dwi-intransitif
kohesi kosong, kehadiran wajib. Konstruksi klausa dwi-intransitif
Konstruksi itu memiliki variasi terbagi menjadi tiga subtipe, yaitu (a)
dengan konstruksi (2) (a) tagmem verba dwi-intransitif monomorfemis (b)
keterangan opsional (b) tagmem verba dwi-intransitif polimorfemis yang
subjek wajib, (c) tagmem predikat terbagi atas (b1) verba berafiks ber-/ter-
wajib, dan (c) tagmem objek wajib; ini yang mewajibkan kehadiran K; (b2)
dan (3) (a) tagmem subjek wajib, (b) verba berafiks ber- yang mewajibkan
tagmem predikat wajib, (c) tagmem kehadiran Pel; dan (c) verba dwi-
objek wajib, dan tagmem keterangan intransitif morfem zero berafiks ter-kan.
opsional. Pembedaan keduanya semata-mata atas
tuntutan ciri semantik verba.
b. Klausa Transitif Subtipe B a. Klausa Dwi-intransitif Subtipe A
(Morfem Zero) (Monomorfemis)
Klausa subtipe B ini hanya satu Penggunaan konstruksi ini
konstruksi. Verba ini mewajibkan pada tajuk rencana Kompas hanya
kehadiran frasa nomina pengisi sejumlah satu konstruksi. Klausa
fungsi S dengan peran item dan dwi-intransitif subtipe A ini ter-

91
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

bentuk karena verba monomorfemis. nominal atau numeral pengisi


Verba ini mewajibkan kehadiran fungsi S wajib dan frasa ber-
frasa nomina pengisi S dengan peran preposisi pengisi K wajib. Kalau
pelaku dan kehadiran frasa ber- ada frasa nominal pengisi fungsi
reposisi pengisi fungsi K dengan K peran waktu di depan S, K
peran lokatif, seperti terlihat pada tersebut bersifat opsional, lihat
contoh berikut. contoh (24).
(20) Thaksin tinggal di Pengasingan Klausa dwi-intransitif
Berdasarkan contoh tersebut di subtipe B berafiks ber- atau ber-
atas, klausa dwi-intransitif subtipe A dan –kan dikenal sebagai klausa
yang dibangun dari verba dwi- aktif tetapi tidak memiliki oposisi
intransitif monomorfemis memiliki pasif. Sementara itu, Klausa dwi-
konstruksi sebagai berikut. intransitif subtipe B berafiks ter-
dikenal sebagai klausa pasif
tetapi tidak memiliki oposisi
aktif. Adapun contoh klausa ini
Kaidah itu dibaca sebagai di antaranya sebagai berikut.
verba dwi-intransitif monomorfemis (21) mereka berasal dari
mem-bangun konstruksi klausa dwi- sejumlah negara di dunia
intransitif Subtipe A yang terdiri atas ini
yang terdiri atas (a) tagmem subjek, (22) penegakan hukum harus
kelas pengisi frasa nominal, peran benar-benar berdasarkan
pelaku, kohesi kosong, kehadiran atas hukum itu sendiri
wajib; (b) tagmem predikat, kelas (23) Komitmen itu tertuang
pengisi frasa verbal monomorfemis, dalam dokumen Nawa Cita
peran statemen, kohesi dwi- (24) Pada pemilu 2005, Thaksin
intransitif, kehadiran wajib; dan (c) kembali terpilih sebagai PM
tagmem keterangan, kelas pengisi Berdasarkan hasil analisis
frasa berpreposisi, peran lokatif, data, konstruksi klausa dwi-
kohesi kosong, dan kehadiran wajib. intransitif subtipe B1 yang di-
bangun dari verba dwi-intransitif
b. Klausa Dwi-intransitif Subtipe B ber-/ber-kan/ter- dirumuskan
(Polimorfemis) sebagai berikut.
Data penelitian klausa dwi-
intransitif polimormefis ini
terbentuk atas verba berafiks ber-
ataupun ter-. Klausa dwi-intransitif
subtipe B ini terbagi atas (b1) SPK
dan (2) SPPel.
1) Klausa Dwi-intransitif Kaidah itu dibaca sebagai
Subtipe B1 (SPK) verba polimorfemis ber-, ber-
Penggunaan konstruksi ini dan -kan, atau ter- membangun
pada tajuk rencana Kompas konstruksi klausa dwi-intransitif
sejumlah sebelas konstruksi. Dari Subtipe B1 yang terdiri atas (1)
data hasil penelitian ini terlihat (a) tagmem subjek, kelas pengisi
bahwa verba polimorfemis ini frasa nominal atau frasa numeral,
berafiks ber-, ber-kan, atau ter- peran pelaku, positioner, atau
memerlukan kehadiran frasa item, kohesi kosong, kehadiran

92
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

wajib; (b) tagmem predikat, kelas (b) tagmem predikat, kelas


pengisi frasa verbal berafiks ber-, pengisi frasa verbal berafisk ter-,
ber- dan –kan, atau ter-, peran peran statemen, kohesi dwi-
statemen, kohesi dwi-itransitif, intransitif, kehadiran wajib; dan
kehadiran wajib; dan (c) tagmem (c) tagmem pelengkap, kelas
ke-terangan, kelas pengisi frasa pengisi frasa nominal, peran cara,
preposisi, peran lokatif, asal, kohesi kosong, dan kehadiran
tempat, cara, identifikasi, atau wajib.
sebab, kohesi kosong, kehadiran
wajib. Konstruksi ini me-miliki 3) Klausa Dwi-intransitif
variasi dengan konstruksi (2) (a) Subtipe C (Morfem Zero)
tagmem keterangan opsional, (b) Konstruksi ini hanya
tagmem subjek wajib, (c) ditemukan satu. Tipe klausa ini
tagmem predikat wajib, dan (d) termasuk klausa pasif tetapi tidak
tagmem keterangan wajib. memiliki oposisi aktif. Verba
berafiks ter-kan pada konstruksi
2) Predikat Verba Dwi- ini mewajibkan kehadiran frasa
intransitif Subtipe B2 (SPPel) nomina pengisi fungsi S dan
Konstruksi ini hanya di- kehadiran frasa berpreposisi
temukan satu pada tajuk rencana pengisi fungsi K tetapi
Kompas. Tipe klausa ini ter- hehadirannya opsional yang
masuk klausa pasif dan memiliki diebut juga morfem zero, seperti
oposisi aktif. Klausa dwi- terlihat pada contoh berikut.
intransitif berpredikat verba ter- (31) lembaga KPK terselamatkan
ini selain menuntut adanya frasa (dari kriminalisasi Polri)
nominal pengisi fungsi S, kons- Berdasarkan analisis data
truksi klausa tipe ini memerlukan pe-nelitian ini, konstruksi klausa
kehadiran Pel, seperti terlihat dwi-intransitif subtipe C yang
pada contoh berikut. dibangun dari verba transitif
(30) ia terancam hukuman mati polimorfemis berafiks ter-kan
Berdasarkan contoh ter- dirumuskan sebagai berikut.
sebut di atas, klausa dwi-
intransitif subtipe B2 yang
dibangun dari verba dwi-
intransitif polimorfemis berafiks Kaidah itu dibaca sebagai
ter- memiliki konstruksi sebagai verba polimorfemis ter–kan
berikut. membangun konstruksi klausa
dwi-intransitif subtipe C yang
terdiri atas (a) tagmem subjek,
kelas pengisi frasa nominal,
Kaidah itu dibaca sebagai peran positioner, kohesi kosong,
verba dwi-intransitif polimor- kehadiran wajib; (b) tagmem
femis ter- membangun konstruksi predikat, kelas pengisi frasa
klausa dwi-intransitif Subtipe B1 verbal berafiks ter-kan-, peran
yang terdiri atas yang terdiri atas statemen, kohesi dwi-intransitif,
(a) tagmem subjek, kelas pengisi kehadiran wajib; dan (c) tagmem
frasa nominal, peran sasaran, ke-terangan, kelas pengisi frasa
kohesi kosong, kehadiran wajib; ber-preposisi, peran pelaku,

93
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

kohesi kosong, dan kehadiran


opsional.

c. Equatif Kaidah itu dibaca sebagai


Dari data penelitian ini di- verba equatif monomorfemis
temukan verba equatif pada membangun konstruksi klausa
konstruksi klausa equatif, yaitu equatif subtipe A yang terdiri
sejumlah dua belas. Secara semantik atas yang terdiri atas (a) tagmem
verba tipe ini memerlukan dua subjek, kelas pengisi frasa
konstituen wajib berupa frasa nominal, peran item, kohesi
nominal pengisi fungsi S dan frasa kosong, kehadiran wajib; (b)
nominal pengisi fungsi Pel. Jika ada tagmem predikat, kelas pengisi
frasa berpreposisi pengisi fungsi Ket, frasa verbal mono-morfemis,
Ket tersebut opsional. Ada dua peran statemen, kohesi equatif,
subtipe verba equatif ini, yaitu (1) kehadiran wajib; dan (c) tagmem
verba equatif monomorfemis pelengkap, kelas pengisi frasa
{adalah} dan (2) verba polimorfemis nominal, peran identifikasi,
meN-/menN-kan {menjadi dan kohesi kosong, dan kehadiran
merupakan}. Kedua subtipe ter-sebut wajib.
dikemukakan dalam bagian berikut.
1) Klausa Equatif Subtipe A 2) Klausa Equatif Subtipe B
(Monomorfemis) (Monomorfemis)
Penggunaan klausa equatif Penggunaan klausa equatif
subtipe A pada tajuk rencana subtipe B pada tajuk rencana
Kompas berjumlah tujuh Kompas berjumlah lima kons-
konstruksi. Klausa dwi-intransitif truksi. Klausa dwi-intransitif
subtipe A ini terbentuk karena subtipe A ini terbentuk karena
verba monomorfemis. Verba verba monomorfemis berafiks
pada konstruksi ini {adalah} meN- atau meN-kan. Verba pada
memerlu-kan kehadiran frasa konstruksi ini memerlukan ke-
nominal pengisi fungsi S wajib hadiran frasa nominal pengisi
dan frasa nominal kelas pengisi fungsi S wajib dan frasa nominal
Pel wajib. S dan Pel pada tipe kelas pengisi Pel wajib. Kalau
klausa ini bisa saling ada frasa berpreposisi pengisi
dipertukarkan. Adapun fungsi K hanya bersifat opsional,
contohnya seperti tampak pada baik terletak di depan S maupun
data di bawah ini. di belakang Pel. Verba polimor-
(32) Dokumen Nawa Cita femis berafiks meN- {menjadi}
adalah program kerja yang termasuk klausa aktif tetapi tidak
akan dijalankan memiliki oposisi pasif. Adapun
Berdasarkan contoh contoh tipe klausa ini seperti
tersebut di atas, klausa equatif tampak pada data di bawah ini.
subtipe A yang dibangun dari (33) penundaan pemilu itu
verba equatif mono-morfemis merupakan cerminan
memiliki konstruksi sebagai ketidaksiapan Presiden
berikut. Goodluck Jonathan
(34) pekan lalu, seorang
perempuan pekerja sosial

94
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

asal AS, Mayla Mueller, monomorfemis {datang, pergi,


menjadi korban berikutnya duduk, timbul, bangun, naik, dan
(35) Thaksin menjadi sangat terbang}; serta (2) verba
populer lewat berbagai polimorfemis berafiks ber-
programnya {berjalan, bersepeda, bermain,
Berdasarkan hasil analisis bertani, berkebun, dan bekerja} dan
data, konstruksi klausa equatif polimorfemis berafisk ter- {terjebak,
subtipe B yang dibangun dari terbaca, tersandung, terjepit, dan
verba equatif meN-/meN- dan - tertanam}. Kedua subtipe tersebut
kan dirumuskan sebagai berikut. dikemukakan dalam bagian berikut.
1) Klausa Intransitif Subtipe A
(Monomorfemis)
Data klausa intransitif ini
berjumlah delapan konstruksi.
Kaidah itu dibaca sebagai Berdasarkan hasil penelitian ini,
verba equatif polimorfemis meN- klausa verba intransitif mono-
atau meN-kan membangun morfemis memiliki ciri semantik
konstruksi klausa equatif subtipe menuntut satu konstituen wajib,
B yang terdiri atas yang terdiri yaitu frasa nominal dengan peran
atas (1) (a) tagmem subjek, kelas sebagai pelaku dalam pernyataan
pengisi frasa nominal, peran verba predikat, seperti pada
item, kohesi kosong, kehadiran contoh berikut.
wajib; (b) tagmem predikat, kelas (36) Nigeria akan semakin
pengisi frasa verbal polimorfemis hancur
berafiks meN- atau meN- dan - (37) Ratusan orang tewas di
kan, peran statemen, kohesi tengah kelompok yang
equatif, kehadiran wajib; dan (c) memiliki hubungan dengan
tagmem pelengkap, kelas pengisi Al-Qaeda ini.
frasa nominal, peran identifikasi, Kedua konstruksdi klausa
kohesi kosong, dan kehadiran intransitif tersebut di atas mem-
wajib. Konstruksi ini memiliki berikan indikasi bahwa verba
variasi dengan konstruksi (2) (a) subtipe ini memiliki ciri semantik
tagmem keterangan opsional, (b) konstruksi klausa intransitif
tagmem subjek wajib, (c) dengan susunan unsur wajib SP
tagmem predikat wajib, dan (d) dan unsur opsional K, dengan
tagmem pelengkap wajib; dan (3) kaidah sebagai berikut.
(a) tagmem subjek wajib, (b)
tagmem predikat wajib, (c)
tagmem pelengkap wajib, dan (d)
tagmem keterangan opsional.

d. Klausa Intransitif
Secara semantik tipe klausa ini
hanya memerlukan satu konstituen Kaidah itu dibaca sebagai
wajib berupa frasa nominal pengisi verba intransitif (monomorfemis)
fungsi S. Berdasarkan data peneliti- membangun konstruksi klausa
an, terdapat dua subtipe verba intransitif subtipe A yang terdiri
intransitif ini, yaitu (1) verba atas (1) (a) tagmem subjek, kelas

95
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

pengisi frasa nominal, peran Kaidah itu dibaca sebagai


pelaku, positioner, atau proces, verba polimorfemis meN-, ber-,
kohesi kosong, kehadiran wajib; atau ter- membangun konstruksi
dan (b) tagmem predikat, kelas klausa intransitif subtipe B yang
pengisi frasa verbal, peran state- terdiri atas (1) (a) tagmem
men, kohesi intransitif, kehadiran subjek, kelas pengisi frasa
wajib. Konstruksi ini memiliki nominal, peran positioner, proses,
variasi dengan konstruksi (2) (a) arau item, kohesi kosong,
tagmem keterangan opsional, (b) kehadiran wajib; dan (b) tagmem
tagmem subjek wajib, (c) predikat, kelas pengisi frasa
tagmem predikat, dan (d) verbal berafiks meN-, ber-, atau
tagmem keterangan. ter-, peran statemen, kohesi
intransitif, kehadiran wajib.
2) Klausa Intransitif Subtipe B Konstruksi ini me-miliki variasi
(Polimorfemis) dengan konstruksi (2) (a) tagmem
Penggunaan klausa intran- keterangan opsional, (b) tagmem
sitif subtipe B ini berjumlah tiga. subjek wajib, dan (c) tagmem
Dari data hasil penelitian ini predikat wajib.
terlihat bahwa verba predikat
polimorfemis berprefiks meN- e. Klausa Dwitransitif
(klausa aktif tetapi memiliki Klausa dwitransitif ditemukan
oposisi pasif), ber- (klausa aktif sejumlah empat konstruksi. Selain
tetapi tidak memiliki oposisi itu, klausa dwitransitf ini termasuk
pasif) atau ter- (klausa pasif klausa aktif dan memiliki oposisi
tetapi tidak memiliki oposisi pasif. Kalau verba transitif dapat
aktif) memiliki ciri semantik terbentuk dari morfem bebas verba
memerlukan kehadiran frasa intransitif, sedangkan verba dwitran-
nominal pengisi fungsi S sebagai sitif terbentuk dari verba intransitif
pelaku atau sasaran, seperti ataupun transitif. Dari verba
tampak pada data di bawah ini. intransitif ataupun transitif melalui
(38) ketegangan politik mereda proses morfologis akan terbentuk
(39) unjuk rasa itu tidak pernah verba dwitransitif, yaitu verba yang
berhenti mewajibkan kehadiran satu kons-
(40) sejak Rabu (18/2) jadwal tituen O dan Pel atau O dan Ket,
penerbangan mereka kecuali verba memberi.
tertunda Verba memberi yang terbentuk
Atas dasar analisis data, dari afiks meN- + beri langsung
kons-truksi intransitif subtipe B membentuk klausa/ verba dwitran-
ini, yang dibangun dari verba sitif (tidak memiliki klausa/ verba
intransitif meN-, ber-, atau ter- transitif). Lalu apa perbedaan antara
dirumuskan sebagai berikut. verba memberi dan memberikan?
Verba memberi secara semantik
memerlukan kehadiran frasa nominal
pengisi fungsi S wajib sebagai pe-
laku, frasa nomina (insan) pengisi
fungsi O sebagai benefaktif, dan
frasa nominal kelas pengisi Pel
sebgai sasaran. Verba memberikan

96
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

secara semantik memerlu-kan A ini, seperti tampak pada data di


kehadiran frasa nominal pengisi bawah ini.
fungsi S wajib sebagai pelaku, frasa (41) Duta Besar RI untuk Brasil
nomina pengisi fungsi O sebagai Toto Riyanto akan me-
sasaran, dan frasa berpreposisi kelas nyerahkan surat kepercaya-
pengisi K sebgai lokatif (tujuan). an Pemerintah Indonesia
Dari paparan di atas, klausa kepada Presiden Brasil
dwitransitif terkelompokkan ke Dilma Rousseff
dalam dua subtipe, yaitu (1) klausa (42) Pemerintah Brasil, dalam
dwitransitif subtipe B mewajibkan hal ini Rousseff, tidak mem-
kehadiran K selain S dan O dan (2) perlakukan Dubes Toto
klausa dwitransitif subtipe A dengan hormat
mewajibkan kehadiran Pel di (43) keputusan itu bisa mem-
samping S dan O. Sebagaimana berikan solusi untuk
dikemukakaan di bawah ini. bangsa ini
1) Klausa Dwitrasitif Subtipe A Berdasarakan hasil analisis,
(SPOK) konstruksi klausa dwitransitif
Konstruksi ini berjumlah subtipe A dibangun dari verba
tiga. Data verba dwitransitif sub- dwitransitif polimorfemis dengan
tipe A merupakan verba poli- rumus sebagai berikut.
morfemis. Verba dwitransitif
sub-tipe A ada yang terbentuk
dari verba intransitif dan verba
transitif. Verba dwitransitif sub- Kaidah itu dibaca sebagai
tipe A mewajibkan kehadiran K. verba dwitransitif polimorfemis
Verba menyerahkan, memper- berafiks meN-kan dan MeN-per-
lakukan, dan memberikan me- kan membangun konstruksi
wajibkan frasa berpreposisi peng- klausa dwitransitif subtipe A
isi fungsi K sebagai lokatif/ yang terdiri atas (1) (a) tagmem
tujuan (selain membutuhkan subjek, kelas pengisi frasa nomi-
frasa nominal pengisi fungsi S nal, peran alat atau, kohesi
wajib sebagai pelaku dan frasa kosong, kehadiran wajib; (b)
nominal pengisi fungsi O sebagai tagmem predikat, kelas pengisi
sasaran). frasa verbal berafiks meN-kan
Perbedaan verba (42), dan MeN-per-kan, peran state-
verba (43), dan verba (44) ialah men, kohesi dwitransitif, kehadir-
verba dwitransitif menyerahkan an wajib; (c) tagmem objek, kelas
terbentuk dari verba intransitif pengisi frasa nominal, peran
menyerah, sedangkan verba dwi- sasaran, kohesi kosong, kehadir-
transitif memperlakukan berasal an wajib; dan (d) tagmem ke-
dari verba transitif memberlaku- terangan, kelas pengisi frasa ber-
kan. Sementara itu, verba mem- preposisi, peran lokatif (tujuan
berikan tidak memiliki bentuk dan cara cara), kohesi kosong,
intransitif ataupun transitif. kehadiran wajib.
Dengan demikian, morfem {-
kan} satu-satunya morfem pem-
bentuk verba dwitransitif subtipe

97
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

2) Konstruksi Verba Dwitrasitif bangun konstruksi klausa dwi-


Subtipe B transitif subtipe B yang terdiri
Konstruksi ini hanya ber- atas (a) tagmem subjek, kelas pe-
jumlah satu. Klausa dwitransitif ngisi frasa nominal, peran pelaku,
subtipe B terbentuk dari verba kehadiran wajib; (b) tagmem pre-
transitif. Verba dwitransitif sub- dikat, kelas pengisi frasa verbal
tipe B mewajibkan kehadiran Pel. berafiks meN- dan -i, peran state-
Misalnya, verba mengirimi me- men, kohesi dwitransitif, kehadir-
wajibkan kehadiran pelengkap an wajib; (c) tagmem objek, kelas
instruksi (selain objek para pengisi frasa nominal, peran
menteri), sedangkan verba me- benefaktif, kohesi kosong,
ngirimkan mewajibkan kehadiran kehadiran wajib; dan (d) tagmem
keterangan kepada para menteri pelengkap, kelas pengisi frasa
(selain objek instruksi). Banding- nominal, peran sasaran, kohesi
kan kedua contoh di bawah ini. kosong, kehadiran wajib.
(44) Presiden Jokowi selalu
mengirimi para menteri PENUTUP
instruksi Pada banyak kesempatan peneliti
(45) Presiden Jokowi selalu bidang linguistik masih menemukan ke-
mengirimkan instruksi lemahan penggunaan bahasa Indonesia
kepada para menteri dalam berbagai ranah kehidupan, ter-
Frasa nominal {instruksi} utama di bidang sintaksis, apalagi di
O pada konstruksi dwitransitif kalangan remaja, termasuk pelajar. Mata
subtipe A men-jadi pengisi kelas pelajaran bahasa Indonesia gene-rasi
Pel pada konstruksi dwitransitif lama mengutamakan pengajaran (bukan
subtipe B ini. Sementara itu, pembelajaran) teori linguistik sampai ke
frasa berpreposisi {kepada para lapis terkecil unsur linguistik (bidang
menteri} K pada dwitransitif fonologi: fonem, bidang mor-fologi:
subtipe A berubah menjadi frasa morfem, sintaksis: kalimat dasar), tetapi
nominal pengisi fungsi O pada hakikat ketatabahasaan belum ditekuni
dwitransitif subtipe B. Seperti (Kurikulum 1975). Aspek sintaksis
tampak pada contoh di atas, belum terjamah, muncul teori pragmatik
verba dwitransitif subtipe B yang mengutamakan fungsi kepraktisan
terdiri atas morfem bebas verba berbahasa maka tata bahasa makin
transitif {kirim} dan morfem terabaikan. Teori itupun masuk dalam
terikat {-i} serta morfem terikat Kurikulum 1984. Pemahaman paripurna
{meN-} menjadi mengirimi. tentang ketatabahasaan belum tuntas
Berdasarakan hasil analisis muncul teori komunikasi bersamaan
konstruksi klausa dwitransitif dengan teori holistik. Maka, bahasa
dibangun dari verba dwitransitif dipandang sebagai suatu keutuhan
polimorfemis subtipe B dengan (bukan potongan-potongan bahasa)
rumus sebagai berikut. dalam konteks pemakaian dalam ber-
bagai ranah penggunaannya. Bersamaan
dengan itu, muncul pandangan baru
tentang proses belajar maka orientasi
Kaidah itu dibaca sebagai pengajaran bahasa berubah. Kegiatan
verba dwitransitif polimorfemis bukan bagaimana mengajar melainkan
berafiks meN- dan –i mem- bagaimana belajar, orientasi bukan pada

98
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

guru melainkan pada siswa. Pandangan- DAFTAR PUSTAKA


pandangan itupun masuk dalam pem- Alek, “Verba Transitif Bahasa Bima:
baharuan kurikulum sehingga lahir Kajian Morfosintaksis”. Tesis,
Kurikulum 1994. Kurikulum baru itu Universitas Negeri Jakarta, 2005
menggunakan pendekatan komunikatif.
Beberapa tahun kemudian, dunia pen- Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku
didikan bahasa Indonesia belum men- Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
cerna dengan baik pembaharuan ter- Pustaka, 2008
sebut, timbul kebijakan penyusunan
kurikulum berbasis kompetensi dan Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan
akhirnya lahir Kurikulum Tingkat Komposisi. Jakarta: Pradnya
Satuan Pendidikan. Paramita, 1984
Kondisi itu tampaknya turut andil
dalam persoalan kemampuan berbahasa Ba’dulu, Abdul Muis dan Herman.
generasi muda, termasuk remaja pelajar. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka
Untuk itu, artikel ini mengemukakan Cipta, 2005.
hasil penelitian linguistik sintaktis
bahasa Indonesia. Konstruksi kalaimat, Barus, Sedia Willing. Jurnalistik:
secara semantik, dikendalikan oleh verba Petunjuk Teknis Menulis Berita.
predikat maka peneltian ini mengungkap Jakarta: Erlangga, 2010
tipe verba bahasa Indonesia sebagai
Chafe, Wallace L. Meaning and the
pengendali konstruksi kalimat. Predikat
Structure of Language. Chicago:
dalam bahasa Indonesia dikategorikan ke
The University of Chicago Press,
dalam dua golongan, yaitu (1) predikat
1970
verbal dan (2) predikat nominal. Predikat
verbal terbagi ke dalam empat kategori, Chrystal, David. A Firts Dictionary of
yaitu (a) verba intransitif dan (b) verba Linguistics and Phonetics.
dwi-intransitif, (c) verba transitif, dan Cambridge: Cambridge
verba dwitransitif. Verba predikat University Press, 1980
intransitif terbagi ke dalam dua subtipe,
yaitu (i) verba intransitif monomorfemis Comrie, Bernard. Aspect. An
dan (ii) verba intransitif polimorfemis. Introduction to the Study of
Demikian juga verba transitif terbagi ke Verbal Aspect and Related
dalam dua subtipe, yaitu (i) verba Problems. Camridge: Cambridge
transitif monomorfemis dan (ii) verba University Press, 1976
transitif polimorfemis. Tite-tipe verba
tersebut telah dipaparkan pada bagian 3. Cook, Walter A. Introduction to
Hasil Penelitian dan Pembahasan. Hasil Tagmemic Analysis. New York:
penelitian ini tentu amat bermanfaaat Holt, Rinehart and Winston, Inc,
bagi upaya perbaikan sistem pendidikan 1979.
bahasa Indonesia agar peserta didik
memiliki wawasan kebahsaan dan Dardjowidjojo, Soenjono (ed).
mampu mengungkapkan hasil pemikiran Linguistik: Teori dan Terapan.
lisan ataupun tulis dengan cerdas dan Jakarta: Lembaga Bahasa,
cendekia. Universitas Katolik Atma Jaya,
1987.

99
DEIKSIS | Vol. 08 No.01 | Januari 2016 | 86 - 101

Djajasudarma, T. Fatimah. “Aspek, Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik


Kala/Adverbia Temporal, dan Jurnalistik. Bogor: Ghalia
Modus” dalam Untaian Teori Indonesia, 2008
Sintaksis 1970-1980-an. Jakarta:
Arcan, 1985. Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Rosdakarya,
_____________. Metode Linguistik: 2002.
Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: Eresco, 1993. Parera, Jos Daniel. Sintaksis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 1991.
Effendy, Onong Uchjana. Spektrum
Komunikasi. Jakarta: Pradya ____________. Dasar-Dasar Analisis
Sintaksis. Jakarta: Erlangga,
Pramita, 1984 2009.

____________. Dinamika Komunikasi. Pike, Kenneth L. dan Evelyn G. Pike.


Bandung: PT Remaja Grammatical Analysis. Dallas:
Rosdakarya, 2008 Summer Institue of Linguistics
dan University of Texas at
Elson, Benyamin dan Velma Pickett. An Arlington, 1982.
Introduction to Morphology and
Syntax. Santa Anna, California: Pike, Kenneth L, Konsep Linguistik:
Summer Institute of Linguistis, Pengantar Teori Tagmemik
1967. terjemahan Gunawan
Kentjanawati. London: Summer
Hebert, Yvonne M. Aspect and Institute of Linguistics, 1992.
Transitivity in (Nicola Lake)
Okanagen”, di dalam Syntax and Purwo, Bambang Kastawi, dkk. Untaian
Semantics. Vol. 15, Studies in Teori Sintaksis 1970-1980an. Ed.
Transitivity. New York: Bambang Kastawi Purwo.
Academic Press, 1982 Jakarta: Arcan, 1985.

Kentjono, Djoko, dkk. Dasar-Dasar Putrayasa, Ida Bagus. Kajian Morfologi:


Linguistik Umum. Ed. Djoko Bentuk Derivasional dan
Kentjono. Depok: Universitas Infleksional. Bandung: PT Refika
Indonesia, 1990. Aditama, 2008.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Quirk, Randolph et al. A Grammar of


Kata dalam Bahasa Indonesia. Contempory English. London:
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Longman Group Ltd, 1984
Utama, 2009.
Samsuri. Analisis Bahasa: Memahami
Krippendorff, Klaus. Content Analysis, Bahasa Secara Ilmiah. Jakarta:
An Introduction to its Erlangga, 1981.
Methodology. London: Sage
Publication, 2004. ____________. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia. Jakarta: Sastra
Hudaya, 1989.

100
Tipe Klausa pada Tajuk Rencana Kompas
(Ifran Nurtiputra)

Soeparno. Aliran Tagmemik: Teori, Tampubolon, D.P., Abubakar, dan M.


Analisis, dan Penerapan dalam Sitorus. Tipe-Tipe Kata Kerja
Bahasa Indonesia Kontemporer.
Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Tiara Wacana, 2008. Pengembangan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan
Sudaryanto. Metode Linguistik: Metode Kebudayaan, 1978.
dan Aneka Teknik Pengumpulan
Data. Yogyakarta: Gajah Mada Verhaar, J.W.M. Asas-Asas Linguistik
University Press, 1988. Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2010.
Sugono, Dendy dan Titik Indiyastini.
Verba dan Komplementasinya. Yohanes. Kalimat dalam Penulisan
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Karangan. Bandung: Remaja
Pengembangan Bahasa; Rosdakarya, 1991
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

Sugono, Dendy. Verba Transitif Dialek


Osing Analisis Tagmemik.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa;
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1994

____________. Pelesapan Subjek dalam


Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1995

____________. Mahir Berbahasa


Indonesia dengan Benar. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
2009

____________.“Dikotomi Aktif dan


Pasif dalam Bahasa Jawa
Malang” dalam

Sawerigading No.
337/AU1/P2MBI/0420011

Suhandang, Kustadi. Pengantar


Jurnalistik: Seputar Organisasi,
Produk, dan Kode Etik.
Bandung: Nuansa, 2010

101

Anda mungkin juga menyukai