Ririen Ekoyanantiasih
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta
Pos-el: ririen_suladi@yahoo.co.id
Telepon 081385081280
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ketidakparalelan bentuk di dalam kalimat
perincian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan memaparkan strategi
pemaralelan kalimat-kalimat perincian di dalam ragam bahasa tulis, seperti Kompas (
Februari—Maret 2010), Media Indonesia (Februari—Maret 2010), Majalah BPPT (No LVIII
2000), dan LAN (2000) sebagai sumber datanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
ketidakparalelan bentuk di dalam kalimat perincian. Ketidakparalelan tersebut ditemukan dalam
bentuk kata, frasa, dan klausa. Ketidakparalelan tersebut dapat membuat kalimat tidak efektif
dan tidak gramatikal. Dalam penelitian ini kalimat perincian yang tidak paralelan tersebut diubah
menjadi bentuk yang paralel. Untuk mencapai keparalelan dalam kalimat perincian, baik pada
tataran kata, frasa, maupun klausa, strategi yang dapat dilakukan dengan pengimbuhan,
pengaktifan, atau pemasifan. Dengan demikian, teknis analisis data menggunakan kaidah
morfologi dan sintaksis.
Abstract
This research’s purpose to describe type of unparallelism in detail sentence. This research use
descriptive method that explain parallelism strategy in details sentence in register written
language, like Kompas (February-March 2010), Media Indonesia (February-Maret 2010),
magazine BPPT (No. LVIII 2000), and LAN (2000). This research showed that be found
unparallelisms in detail sentence. Those unparallelisms can be found in word, phare, and clause.
Unparallelisms can make sentence uneffective and ungrammatical. In this research,
unparallelisms in detail sentence be changed to parallelisms. For arrive parallelism in details
sentence, strategy was done with affixation, activation, or passivity in sentence of detail. Thus,
analysis teknical use proces morphology and syntax .
177
3. Merumuskan saran-saran keuangan). Dari struktur kalimatnya, satuan
perbaikan yang bersifat perincian nomor 3 itu tidak mempunyai
aplikatif terhadap administrasi fungsional kalimat sehingga perincian itu
perencanaan dan tidak mempunyai pola kalimat, tetapi sebagai
penganggaran tahunan. frasa nominal.
(Laporan LAN, 2000) Satuan perincian 4 berupa AK yang
ditunjukkan oleh kelompok kata (lemahnya
Jika dianalisis dari segi strukturnya, penjadwalan dan 'cross checking' antara satu
kalimat perincian (10a) berpola [IK]: (Subjek kegiatan dan kegiatan lainnya). AK itu
+ Predikat + Keterangan) + [AK]: (konjungsi) berpola predikat + subjek. Perincian 5 berupa
+ Predikat + Subjek. Kalimat tersebut AK yang ditunjukkan oleh kelompok kata
tergolong sebagai kalimat majemuk bertingkat (proses revisi terlalu panjang). AK itu
dengan konjungi karena. Dalam kalimat 10a berpola subjek + predikat. Perincian 6 berupa
tersebut rangkaian pengisi fungsi subjek AK yang ditunjukkan oleh kelompok kata
kalimat ditunjukkan oleh kelompok kata (Lemahnya daya dukung khususnya sumber
(tingkat efisiensi dan efektivitas sistem daya manusia). AK tersebut berpola predikat
penganggaran tersebut). Pengisi fungsi + subjek. Perincian nomor 7 berupa kalimat
predikat kalimat ditunjukkan oleh kata dengan pola subjek + predikat. Secara
kurang. Rangkaian pengisi fungsi keterangan struktural, frasa nominal (Dominasi
kalimat ditunjukkan oleh kelompok kata pemegang keputusan untuk persetujuan
(karena masih adanya masalah-masalah). kegiatan oleh Bappenas) merupakan subjek
Sebagai struktur kalimat majemuk kalimat. Sementara itu, frasa adjektival
bertingkat, satuan pengisi unsur subjek dan (masih sangat terasa) merupakan predikat.
predikat kalimat berfungsi sebagai induk Paparan tersebut di atas
kalimat (IK). Sementara itu, satuan pengisi memperlihatkan bahwa kalimat majemuk
unsur keterangan berfungsi sebagai anak (kalimat 10a) tersebut mengandung perincian
kalimat (AK). Dengan demikian, anak kalimat yang tidak paralel. Agar kecermatan
tersebut mengandung kalimat rincian yang pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis itu
jika diamati memperlihatkan ketidakparalelan terjaga, bentuk satuan-satuan perincian
di antara satuan-satuan rinciannya. tersebut harus diparalelkan, sehingga akan
Satuan perincian nomor 1 berupa AK dihasilkan ubahan kalimat perincian (10b)
(Tumpang tindih antara DIK dan DIP ) Dari yang paralel.
sudut struktur kalimat, frasa verbal tumpang Selanjutnya, kalimat (11a) juga
tindih berfungsi sebagai predikat yang mengandung satuan-satuan perincian kalimat
berdampingan dengan frasa nominal (antara yang tidak paralel. Kalimat tersebut berpola:
DIK dan DIP) yang berfungsi sebagai objek. keterangan + subjek + predikat + pelengkap.
Oleh karena itu, satuan perincian 1 tersebut Dalam kalimat perincian (11a) itu, satuan
berpola Predikat + Objek. keterangan ditunjukkan oleh (berdasarkan
Satuan perincian nomor 2 berupa AK identifikasi masalah di atas). Satuan subjek
yang ditunjukkan oleh kelompok kata ditunjukkan (tujuan pengkajian ini), satuan
(Masalah-masalah perkiraan dana predikat ditunjukkan oleh verba kopula
pembangunan belum dihitung secara (adalah), dan satuan pelengkap ditunjukkan
seksama). Secara struktural, AK tersebut oleh rangkaian satuan perincian yang berupa
berpola subjek + predikat + keterangan. tiga klausa, yaitu:
Satuan perincian nomor 3 berupa AK
dengan kelompok kata (masalah-masalah 1. mengevaluasi sejauh mana efisiensi
prosedur keuangan yang terlalu kompleks) dan efektivitas administrasi
yang merupakan frasa nominal. Kelompok perencanaan dan penganggaran
kata (yang terlalu kompleks) merupakan tahunan yang berlaku;
pewatas dari frasa nominal (prosedur
178
2. masalah yang menyebabkan satuan diidentifikasi. Satuan perincian nomor
rendahnya tingkat efisiensi dan tiga diawali oleh verba berprefiks me-, dalam
efektivitas sistem yang ada hal ini satuan merumuskan. Jadi, ada dua
diidentifikasikan; versi bentuk satuan perincian kalimat, yaitu
3. merumuskan saran-saran perbaikan (a) satuan perincian yang diawali dengan
yang bersifat aplikatif terhadap prefiks me-, (b) satuan perincian yang diawali
administrasi perencanaan dan dengan prefiks di-. Oleh karena itu, kedua
penganggaran tahunan. versi bentuk satuan perincian pada kalimat
Secara struktural, ketiga perincian tersebut di majemuk (11a) tersebut harus diparalelkan.
atas masing-masing berpola: (1) Predikat Strategi yang ditempuh untuk
(verba aktif)–Subjek; (2) Subjek-Predikat memaralelkan satuan-satuan perincian kalimat
(verba pasif); (3) Predikat (verba aktif)- (11a) ialah dengan cara pemerian prefiks me-
Subjek. Satuan pengisi fungsi sintaksis pada setiap awal satuan perincian nomor satu,
predikat (adalah) dalam kalimat tersebut dua, dan tiga. Atau dengan kata lain, verba di
dapat diopsionalkan atau ditiadakan sehingga dalam perincian tersebut diubah menjadi
ketiga satuan perincian tersebut berubah bentuk aktif, seperti pada kalimat ubahan
menjadi pengisi fungsi sintaksis predikat, (11b). Kemudian, strategi pemaralelan kedua
seperti yang dapat dilihat pada uraian berikut. dapat diaplikasikan, yaitu dengan pemerian
prefiks di- pada setiap awal satuan perincian
(1a) Berdasarkan identifikasi kalimat. Dengan kata lain, bentuk satuan
masalah di atas, tujuan perincian tersebut dipasifkan, seperti pada
pengkajian ini [mengevaluasi kalimat ubahan (11c) .
sejauh mana efisiensi dan Berikut di bawah ini adalah tiga
efektivitas administrasi kalimat yang telah mengalami perubahan
perencanaan dan penganggaran sehingga mengandung perincian yang paralel.
tahunan yang berlaku].
(2a) Berdasarkan identifikasi masalah (10b) Tingkat efisiensi dan efektivitas
di atas, tujuan pengkajian ini sistem penganggaran tersebut
[diidentifikasi penyebab kurang karena masih ada
rendahnya tingkat efisiensi dan 1. masalah antara DIK dan DIP
efektivitas sistem yang ada] yang tunpang tindih
(3a) Berdasarkan identifikasi 2. prakiraan dana pembangunan
masalah di atas, tujuan yang belum dihitung secara
pengkajian ini [merumuskan seksama,
saran-saran perbaikan yang 3. prosedur keuangan yang terlalu
bersifat aplikatif terhadap kompleks,
administrasi perencanaan dan 4. penjadwalan dan pencocokan
penganggaran tahunan]. antara satu kegiatan dan
kegiatan lainnya yang lemah,
Jika diamati kembali, kalimat rincian (1a--3a) 5. proses revisi yang terlalu
di atas (setelah predikat adalah panjang,
diopsionalkan) dapat dinyatakan bahwa 6. daya dukung khususnya sumber
satuan-satuan perinciannya tidak daya manusia yang lemah, dan
memperlihatkan keparalelan bentuk. 7. dominasi pemegang keputusan
Satuan perincian nomor satu diawali untuk persetujuan kegiatan oleh
oleh verba berprefiks me-, dalam hal ini Bappenas yang masih sangat
satuan mengevaluasi. Satuan perincian nomor terasa.
dua diawali oleh nomina yang berfungsi
sebagai pengisi fungsi sintaksis subjek dan
diikuti oleh verba berprefiks di-, dalam hal ini
179
(11b) Berdasarkan identifikasi masalah norma kebahasaan yang berkaitan dengan
di atas, tujuan pengkajian ini kejelasan gagasan dalam kalimat ialah
adalah: paralelisme bentuk.
1. Mengevaluasi sejauh mana Paparan sebelas kalimat di atas
efisiensi dan efektivitas mengandung satuan rincian yang tidak paralel,
administrasi perencanaan dan yaitu ketidakparalelan dalam bentuk.
penganggaran tahunan yang Ketidakparalelan yang ditemukan tersebut
berlaku. dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (1)
2. Mengidektifikasi masalah yang ketidakparalelan bentuk dalam kata, (2)
menyebabkan rendahnya ketidakparalelan bentuk dalam frasa, dan (3)
tingkat efisiensi dan efektivitas ketidakparalelan bentuk dalam klausa.
sistem yang ada. Untuk satuan-satuan pengisi fungsi
3. Merumuskan saran-saran sintaksis kalimat, satuan fungsional kalimat,
perbaikan yang bersifat dan satuan-satuan rincian kalimat yang
aplikatif terhadap administrasi memperlihatkan ketidakparalelan bentuk,
perencanaan dan strategi pemaralelan bentuk dapat
penganggaran tahunan. diaplikasikan dengan pengimbuhan,
pengaktifan, atau pemasifan.
(11c) Berdasarkan identifikasi masalah
di atas, tujuan pengkajian ini Daftar Pustaka
adalah Alwi, Hasan et al. 2008. Tata Bahasa Baku
1. sejauh mana efisiensi dan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
efektivitas perencanaan dan Pustaka.
penganggaran tahunan yang Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2009.
berlaku dievaluasi, Cermat Berbahasa Indonesia untuk
2. sejauh mana masalah-masalah Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit
yang menyebabkan rendahnya Akademika Pressindo.
tingkat efisiensi dan efektivitas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
sistem yang ada diidentifikasi, 2008. Kamus Besar Bahasa
dan Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
3. sejauh mana saran-saran KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa
perbaikan yang bersifat aplikatif Indonesia. Pusat Bahasa. Edisi
terhadap administrasi Keempat. Jakarta: Gramedia.
perencanaan dan penganggaran Kentjono, Djoko. 2005. "Morfologi". Dalam
tahunan dirumuskan. Pesona Bahasa. Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta:
PENUTUP Gramedia.
Suatu kalimat yang baik harus Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Indonesia
mengandung unsur-unsur yang lengkap. untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-
Kelengkapan unsur kalimat sekurang- Flores: Penerbit Nusa Indah.
kurangnya harus memenuhi dua hal, yaitu Kridalaksana, Harimurti et al. 1985. Tata
unsur subjek dan unsur predikat. Sementara Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia:
itu, sebagai bagian ragam bahasa tulis, kalimat Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan
bahasa tulis harus mempunyai satuan-satuan dan Pengembangan Bahasa,
sintaksis yang jelas dan sejajaran atau parelel. Depertemen Pendidikan dan
Satuan-satuan pengisi fungsi sintaksis atau Kebudayaan.
satuan fungsional kalimat harus mengandung Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus
gagasan yang jelas agar pembaca lebih mudah Linguistik. Jakarta: Gramedia.
untuk memahami gagasan yang terkandung
dalam kalimat. Oleh karena itu, salah satu
180
Parera, Daniel Jos. 1980. "Kalimat Efektif" Bahasa, Departemen Pendidikan dan
dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Kebudayaan.
Tahun VI No. 1. Jakarta: Pusat Yunus, M. et al. 2013. Keterampilan
Pembinaan dan Pengembangan Menulis. Jakarta: Penerbit Universitas
Bahasa, Depertemen Pendidikan dan Terbuka.
Kebudayaan.
Sudaryanto. 1986. Metode Linguistik: Ke Sumber Data
Arah Memahami Metode Linguistik. 1. Surat kabar Kompas ( Februari—Maret,
Yogyakarta: Gajah Mada University 2010),
Press. 2. Surat kabar Media Indonesia (Februari—
Sugono, Dendy. 1991. Berbahasa Indonesia Maret, 2010),
dengan Benar. Jakarta: Priastu. 3. Laporan teknis, seperti laporan Lembaga
Zulkarnain dan Budiono Isas. 2000. Petunjuk Administrasi Negara (2000), dan
Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: 4. Majalah Badan Pengkajian dan
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Penerangan Teknologi (BPPT) ( No. LVIII,
2000).
181