Anda di halaman 1dari 38

REVIEW JURNAL

Tugas Mata Kuliah Praktikum Teknologi Farmasi Non Steril

Dosen Pengampu: Apt.Lisna Gianti, M.Farm

Disusun oleh kelompok 2 :


LISTIN SETIAWATI (21442381014)
NU’MASARY FATHINAH S (21442381017
JIHAD MALIK MUTAQIN (21442381018)
WINDA YULIA MURSIDA (21442381019)

AKADEMI FARMASI YPF


BANDUNG
2023
JURNAL 1
Judul
Formulasi Dan Uji Kestabilan Fisik Granul Effervescent Infusa Kulit
Putih Semangka (Citrullus Vulgaris S.) Dengan Kombinasi
Sumber Asam
Jurnal Praktikum Teknologi Farmasi Non Steril
Volume & Halaman Volume 11 tahun 2016 & Halaman 1-15
Tahun 2023
Penulis Ratnaningsih Dewi Astuti1, Wahyu Ardi Wijaya
Reviewer Listin Setiawati (21442381014)
Tanggal 08 Maret 2023
Abstrak Sediaan effervescent merupakan metode pengobatan yang nyaman
Abstrak Sediaan
dan effervescentKulit
menyenangkan. merupakan metode (Citrullus
Putih Semangka pengobatan yang nyaman
vulgaris S.)
dan menyenangkan. Kulit Putih Semangka (Citrullus vulgaris S.)
mengandung antioksidan dan asam amino sitrulin. Sitrulin terbukti
mampu menurunkan glukosa. Pemanfaatan kulit putih semangka
dianggap perlu guna menunjang pengobatan diabetes yang
membosankan di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan ekstrak kental putih semangka menjadi sediaan
granul effervescent dengan kombinasi sumber asam yang stabil
secara fisik. Kulit putih semangka diekstraksi dengan metode infusa
dan dilanjutkan pengentalan dengan destilasi vakum. Penyari yang
digunakan aquadest. Infusa kulit putih semangka dibuat dalam
sediaan granul effervescent dengan konsentrasi 10% tiap formula
dan diformulasikan dengan kombinasi sumber asam dari asam sitrat
dan asam tartrat dengan konsentrasi 30%, 31% dan 32%. Setelah
dilakukan pembuatan, dilanjutkan uji mutu fisik meliputi kecepatan
alir, sudut diam, waktu larut, pH, ketinggian buih, uji tanggapan rasa,
bau dan kejernihan. Dari hasil uji fisik didapat rata-rata ketiga
formula memiliki kecepatan alir kisaran 7,27-9,21 detik yang
memenuhi syarat, sudut diam 11,30°-15,94° menyatakan baik, waktu
larut yang memenuhi syarat yakni 2 menit 16 detik-2 menit 25 detik,
ketinggian buih yang meningkat kisaran 5-9,5 cm dan pH dari
formula I sampai III mengalami penurunan 6,17-5,41.
Dari segi tanggapan rasa, bau dan kejernihan formula yang disukai
oleh panelis adalah formula II. Maka dari hasil ini menunjukkan
Infusa kulit Putih Semangka (Citrullus vulgaris S.) dapat
diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent dengan kombinasi
sumber asam yang memenuhi syarat.
Pendahuluan Penulis menyebutkan bahwa Sediaan effervescent telah diketahui dan
digunakan sebagai obat sejak 100 tahun yang lalu. Sediaan
effervescent merupakan metode yang nyaman untuk pemberian
sejumlah zat aktif atau bahan kimia yang telah diukur sebelumnya
dengan disolusi. Effervescent dapat di definisikan sebagai bentuk
sediaan yang menghasilkan gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia
larutan. Gas yang dihasilkan saat pelarutan effervescent adalah
karbon dioksida sehingga dapat memberikan efek sparkling
(Lieberman, dkk., 1992).
Penulis telah memperkirakan bahwa di tahun 2030 jumlah penderita
diabetes akan meningkat sampai 366 juta jiwa. Peningkatan penyakit
tidak menular ini disebabkan ketidakpatuhan penatalaksanaan DM,
dari penelitian Purba, dkk (2008) yakni pemahaman partisipan yang
salah tentang manfaat obat. Partisipan mengatakan bosan
mengkonsumsi obat, tidak ada perubahan, lupa dan menghindar. Dari
pernyataan partisipan di atas menyatakan kebosanan minum obat dan
beralih mengonsumsi jamu, banyak di masyarakat memanfaatkan
sayur dan buah yang dipercaya dapat mengobati diabetes melitus.
Salah satunya buah semangka yang merupakan buah segar yang mana
sebenarnya dapat langsung dikonsumsi tanpa pengolahan.
Tujuan Umum Penulis menyebutkan bahwa tujuan dari jurnal ini yaitu untuk
memformulasikan ekstrak air kulit putih semangka (Citrullus vulgaris
S.) menjadi sediaan granul effervescent dengan kombinasi sumber
asam yang bermutu dan memiliki kestabilan fisik yang baik.

a. Mengukur sudut diam granul effervescent dari infusa kulit putih


semangka (Citrullus vulgaris S.) dengan kombinasi sumber asam.
b. Mengukur waktu larut granul effervescent dari infusa kulit putih
Tujuan Khusus
semangka (Citrullus vulgaris S.)
dengan kombinasi sumber asam.
d.Mengukur nilai pH granul effervescen dari infusakulit putih se
mangka ( Citrullus vulgaris S.) dengan kombinasi sumber asam.
e. Mengukur ketinggian buih granul effervescent dari infusa kulit
putih semangka (Citrullus vulgarisS.) dengan kombinasi sumber
asam.
f. Mengukur kualitas rasa larutan granul effervescent dari infusa kulit
putih semangka ( Citrullus vulgarisS.) dengan kombinasi sumber
asam.
g. Mengukur bau granul effervescent dari infusa kulit putih
Metode Penelitian Bahan Penulis menyebutkan
semangka bahwa S.)
(Citrullus vulgaris Bahan-bahan yang digunakan
dengan kombinasi yaitu kulit
sumber asam.
putih semangka, asam sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, manitol,
aspartam, perasa, PVP, etanol 96%.
Alat Alat yang di gunakan penulis pada jurnal tersebut adalah Alat yang
digunakan adalah stopwatch, oven, corong, mortir, stamper, sudip,
ayakan mesh 14, lemari pengering, analitik balance, timbangan gram
kasar, botol, pisau, batang pengaduk, cawan, gelas ukur, erlenmeyer,
pinset, pipet tetes, baker glass, kertas perkamen, kain flannel,
seperangkat alat destilasi vakum dan aluminium foil. Alat untuk
pengujian hasil granul ialah pH meter.
Pembuatan Serbuk Infusa Kulit Penulis menimbang total berat 21 kilogram didapatkan dari empat
Putih
buah semangka yang dicuci bersih dan dipotong tipis- tipis, kemudian
Semangka
di sari dengan cara infusa lalu hasil infusa di destilasi vakum sampai
diperoleh ekstrak kental kulit putih semangka.
Sebanyak 3 formula sediaan granul effervescent dibuat dari infusa
kulit putih semangka (Citrullus vulgaris S.)
Dan dicampur dengan zat-zat tambahan terdiri atas bagian asam ,
basa, pengikat dan pengisi ditambahkan. Dilakukan dengan metode
granulasi basah. Granulasi dilakukan terpisah antara asam dan basa.
Untuk ekstrak kental digabung dalam bagian basa dan ditambahkan
pengikat, pemanis dan pengisi pada masing-masing bagian. Lalu
dikeringkan 1 x 24 jam dan dilanjutkan pengayakan kembali
kemudian kedua bagian dicampur homogen, ditimbang masing-
masing sediaaan 7 gram.
Corong dipasang tegak, kemudian sebanyak 10 gram granul
dimasukkan ke dalam corong yang ditutup lubang bawahnya,
pentutp corong kemudian dilepas bersamaan dengan memulai
hitungan dengan stopwatch. Hitung waktu yang diperlukan granul
mengalir, lakukan sebanyak 3 kali.
Hasil dan Pembahasan Hasil yang didapat dari infusa dan dilanjutkan ke destilasi vakum
menghasil- kan ekstrak kental sebanyak 65 gram. Sehingga demikian
diperoleh rendemen sebesar 2,32% Ekstrak kental yang didapat
kemudian dibuat menjadi ekstrak kering dengan penambahan dekstrin
dengan perbandingan 2:3.
Pemeriksaan sifat fisik dilakukan untuk melihat dan mengetahui
granul yang telah dibuat memenuhi persyaratan suatu granul atau
tidak.
Dari hasil pengujian terhadap kecepatan alir granul effervescent.
diperoleh hasil kecepatan alir pada masing- masing formula secara
berurutan 7,36 detik, 7,63 detik dan 7,89 detik. Rentang waktu yang
diperoleh masuk dalam kategori kecepatan alir Aulton (2002). Ini
berarti kecepatan alir yang didapat granul dari ketiga formula
memenuhi syarat.Hasil
yang diperoleh ini dapat menentukan bahwa waktu yang dihasilkan
menunjukan seberapa baik granul mengalir. Hal ini disebabkan granul
effervescent yang dibuat dengan metode granulasi basah memiliki
kandungan lembab yang lebih besar dibanding granul yang dihasilkan
dengan metode granulasi kering gaya gesek antar partikel akan
meningkat seiring besarnya kandungan lembab. Gaya gesek antar
partikel yang lebih kuat yang menyebabkan turunnya mobilitas granul
untuk mengalir, dengan demikian kecepatan alir akan semakin rendah.
Selain itu pada proses pembuatan granul effervescent sangat sulit
sekali menjaga suhu dan kelembaban udara sehingga kualitas granul
yang dihasilkan menjadi lembab. Dikarenakan faktor inilah kecepatan
alir granul penelitian ini menjadi menurun.
Dari hasil formulasi terhadap nilai sudut diam granul formula I
(11,56o) dan formula II (13,13o) dan formula III (15,68°), hasil
pengukuran yang diperoleh pada ketiga formula, masuk dalam
Terjadinya waktu larut yang cepat disebabkan reaksi antara asidulan
dengan bikarbonat menghasilkan karbondioksida yang secara
langsung melarutkan zat-zat lain.
Reaksi ini di kehendaki terjadi secara spontan ketika effervescent
dilarutkan dalam air.
Perlunya dilakukan formulasi granul effervescent infusa kulit putih
semangka (Citrullus vulgaris S.) dengan Granul effervescent yang
telah larut membentuk larutan yang jernih dengan residu/endapan dari
bahan-bahan yang tidak terlarut seminimal mungkin (Lindberg, 1992).
Pada penelitian ini larutan effervescent menurut sebagian responden
menyatakan tidak jernih karena adanya residu/endapan yang tersisa
karena tidak ikut larut sempurna, selain itu dapat juga dipengaruhi
penggunaan dekstrin sebagai pengisi menyebabkan hal ini dapat
terjadi. Dekstrin merupakan bahan yang didapat dari hidrolisis pati,
didalam pati terdapat kandungan amilopektin yang tidak larut dalam
Kesimpulan Pada
air. bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan
bahwa Kulit putih semangka (Citrullus vulgaris S.) dengan kombinasi
sumber asam dapat dibuat menjadi sediaan granul effervescent dengan
metode granulasi basah.
Granul effervescent infusa kulit putih semangka formula satu
merupakan yang terbaik dan sudah memenuhi persyaratan sesuai
standar farmaseutik dan literature lainnya dalam hal uji fisik granul
meliputi waktu larut, pH, dan tinggi buih dan paling disukai oleh
responden.
Saran Diperlukan adanya variasi bahan-bahan lain untuk pembuatan granul
effervescent serta memperhatikan keadaan
sekitar seperti suhu dan kelembaban udara yang rendah sehingga
didapat hasil granul effervescent yang baik.
JURNAL 2
Judul Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Rimpang Jahe Emprit
(Zingiber Officinale Rosc.) Dengan Variasi Kadar Asam Sitrat
Dan Asam Tartrat

Jurnal Praktikum Teknologi Farmasi Non Steril


Volume & Halaman Volume 20 tahun 2015 halaman 119-126
Tahun 2023
Penulis Sekararum Diah Kartikasari, Yosi Bayu Murti, Mufrod
Reviewer Listin Setiawati (21442381014)
Tanggal 08 Maret 2023
Abstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) memiliki khasiat sebagai anti
emetik. Rimpang jahe biasanya dikonsumsi sebagai minuman
penyegar instan seduhan sehingga perlu dibuat menjadi sediaan yang
lebih efektif, efisien dan menarik. Penelitian ini bertujuan untuk
memformulasikan rimpang jahe menjadi sediaan tablet effervescent
dengan menggunakan variasi kadar asam sitrat dan asam tartrat.
Ekstrak kering jahe dibuat dengan metode ekstraksi menggunakan
etanol 70% dan diuapkan dengan spray dryer. Ekstrak dibuat menjadi
5 formula dengan variasi jenis dan jumlah sumber asam menggunakan
metode peleburan. Granul yang diperoleh diuji sifat fisiknya meliputi
uji waktu alir, indeks tap, sudut diam, daya serap air, kompaktibilitas,
densitas massa, kadar air dan kadar fenolik total. Granul tersebut
ditablet dan diuji sifat fisik tablet meliputi keseragaman bobot,
kerapuhan, kekerasan, waktu larut, uji tanggap rasa, dan kadar fenolik
total. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova One Way
dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji sifat fisik granul dan tablet
effervescent ekstrak rimpang jahe menunjukkan bahwa formula III
(50% asam sitrat) merupakan formula terbaik karena memenuhi
persyaratan fisik granul dan tablet. Sedangkan formula V (100% asam
tartrat) merupakan formula yang memberikan kestabilan kadar fenolik
yang paling besar.
Pendahuluan Penulis menyebutkan bahwa Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
merupakan salah satu tanaman suku Zingiberaceae yang mempunyai
komponen volatil (minyak atsiri) dan nonvolatil (oleoresin) yang
paling tinggi dibandingkan jenis jahe yang lain (Panjaitan,
2012). Rimpang jahe mengandung flavonoid, polifenol, dan
minyak atsiri (Hutapea, 2001). Selain itu, rimpang jahe juga
mengandung beberapa unsur berasa tajam yaitu zingeron,
metilgingeron, keton sejenis, serta gula dan pati 50% (Stahl, 1985).
Selain sebagai bumbu dapur, rimpang jahe juga dapat digunakan
sebagai anti emetik atau pencegah mual pada kondisi mabuk
perjalanan (motion sickness) karena adanya kandungan gingerol dan
shogaol (Ebadi, 2002). Halim (2008).
Telah meneliti khasiat ekstrak etanolik rimpang jahe sebagai anti
motion sickeness dengan mekanisme pengosongan lambung.
Selama ini, jahe hanya dikonsumsi sebagai minuman penyegar
dengan cara menyeduh langsung rimpangnya, dalam bentuk sirup,
atau berupa minuman instan seduhan. Sehingga, perlu dilakukan
formulasi sediaan rimpang jahe. Salah satu sediaan yang cocok adalah
tablet effervescent karena praktis, memberikan rasa segar sehingga
lebih disukai. Tablet effervescent dibuat dengan mengempa sumber
asam dan basa untuk menghasilkan CO2 yang berfungsi
menghancurkan tablet saat tablet dilarutkan ke dalam air dan juga
menghasilkan rasa yang segar. Sumber asam yang sering digunakan
yaitu asam sitrat dan asam tartrat.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak rimpang
jahe menjadi 5 formula tablet effervescent dengan variasi jumlah
asam sitrat dan asam tartrat dan dilakukan uji sifat fisik granul
dan tablet serta uji tanggap rasa tablet untuk mengetahui pengaruh
variasi sumber asam. Selain itu juga dilakukan uji kadar fenolik total
dari ekstrak, granul dan tablet effervescent yang dihasilkan.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan : oven, mesin penggiling serbuk Cross Beater
Mill, perkolator, alat-alat gelas, spray dryer, alat uji sudut diam dan
waktu alir (Erweka GT), stopwatch digital, Stokes Monsanto
Hardness Testerr, seperangkat alat pengukur daya serap air,
abbrassive tester (Erweka TA-20), mesin penghisap debu, seperangkat
alat uji pengetapan (Erweka SVM 22), alat uji kadar air (Ohauss
moisture balance), neraca, spektrofotometer UV Vis, lemari
pengering, ayakan 12,16, dan 20 mesh, mesin cetak tablet single
punch, alat pengatur kelembaban ruang, mortir dan stamper.
Bahan yang digunakan : rimpang jahe
(Zingiber officinale Rosc.), etanol 70% (teknis), laktosa, PVP, asam
sitrat, asam tartrat, natrium bikarbonat, PEG 6000, akuades,
reagen Folin Ciocalteu (p.a).
Pembuatan serbuk Penulis menyebutkan bahwa Tanaman jahe emprit (Zingiber
rimpang jahe officinale Rosc.) diperoleh dari Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu,
Jawa Tengah. Rimpang jahe emprit segar dibersihkan dengan cara
dicuci dengan air mengalir hingga bersih dari kotoran dan tanah
yang melekat kemudian diiris dan dikeringkan dengan cara dioven
selama 3 hari pada suhu 40-50ºC. Simplisia kering diserbuk
menggunakan mesin penggiling serbuk lalu diayak dengan
menggunakan ayakan no. 20 sehingga diperoleh serbuk halus rimpang
jahe.
Pembuatan tablet Granul effervescent yang diperoleh dikempa
effervescent ekstrak dengan mesin tablet single punch . Proses penabletan dan semua uji
rimpang jahe terhadap tablet dilakukan dengan kelembaban relatif yang diatur yaitu
40-50%. Uji sifat fisik tablet yang dilakukan meliputi uji keseragaman
bobot menurut farmakope Indonesia III, uji kekerasan tablet, uji
kerapuhan tablet, dan uji waktu larut.
Uji tanggap rasa merupakan penilaian terhadap penampilan dan rasa
tablet effervescent.
ekstrak rimpang jahe yang dihasilkan. Sebanyak 20 responden
diberikan tablet effervescent dan diminta untuk mengisi angket
penilaian tablet yang telah disediakan.
Uji kadar fenolik tablet effervescent dilakukan dengan
menggerus tablet lalu dilarutkan dalam akuades kemudian kadar
fenolik total diuji menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan
asam galat sebagai standar. Konsentrasi fenolik total terhitung sebagai
mg ekuivalen asam galat tiap g tablet.
Hasil dan Pembahasan Hasil yang di dapat dari Penyarian serbuk simplisia rimpang jahe
menggunakan metode perkolasi dengan cairan penyari etanol 70%.
Digunakan metode penyarian dingin karena senyawa fenolik dalam
rimpang jahe dapat terekstraksi atau terlarut dalam etanol
70% dingin. Selain itu, pemanasan dapat merusak senyawa fenolik
dalam ekstrak. Metode erkolasi dapat mengekstraksi senyawa aktif
dari bahan dengan lebih efektif dibandingkan maserasi.
Proses perkolasi dilanjutkan dengan proses
spray drying sehingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak kering
rimpang jahe yang diperoleh berupa serbuk berwarna coklat, berbau
aromatik khas dengan rasa pedas dan getir. Ekstrak tersebut
digunakan untuk formulasi tablet effervescent.
Bobot tablet yang akan dibuat dalah 3 g/tablet sehingga jumlah
ekstrak kering yang harus digunakan terlalu besar. Oleh karena itu,
dosis tablet didasarkan pada rasa pedas dari gingerol. Pada penelitian
ini digunakan dosis 300 mg ekstrak kering rimpang jahe untuk tiap
tablet effervescent. Pada penelitian ini, dibuat 5 macam formula
dengan variasi jenis dan sumber asam. Variasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
perbandingan asam sitrat : asam tartrat dengan formula I (100% :
0%), II (75% : 25%), III (50% :
50%), IV (25% : 75%) dan V (0% : 100%)
Pembuatan granul effervescent ekstrak rimpang jahe menggunakan
metode peleburan. Dalam pembuatan tablet effervescent digunakan
komponen asam dan basa yang jika direaksikan dengan air akan
menghasilkan gas CO2 yang berfungsi menghancurkan tablet.
Namun, komponen asam sangat sensitif terhadap perubahan
kelembaban dan temperatur lingkungan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang jahe
dapat dibuat sediaan tablet effervescent dengan metode peleburan.
Variasi asam sitrat dan asam tartrat yang digunakan
mempengaruhi sifat fisik granul dan tablet serta rasa tablet
effervescent yang dihasilkan.
Sejumlah 20 sampel disebar kepada 20 responden untuk tiap-
tiap formula. Hasil uji tanggap rasa menunjukkan bahwa tablet
formula I adalah tablet yang paling disukai sedangkan tablet formula
V adalah yang paling tidak disukai karena rasanya asam. Tablet yang
dihasilkan tidak berasa manis karena tanpa penambahan pemanis
buatan, rasa manis hanya diperoleh dari laktosa sebagai bahan
pengisi. Tablet yang dihasilkan juga cenderung berasa pahit
atau getir yang merupakan rasa alami dari jahe.
Kesimpulan Variasi asam sitrat dan asam tartrat mempengaruhi sifat fisik granul
dan tablet, rasa tablet effervescent yang dihasilkan serta kadar
senyawa fenolik total dari ekstrak, granul dan tablet. Hasil uji
menunjukkan bahwa formula V merupakan formula terbaik secara
keseluruhan karena memenuhi syarat sifat fisik granul dan tablet serta
memilik kestabilan senyawa fenolik yang paling baik.
Saran Diperlukan adanya variasi bahan-bahan lain untuk pembuatan granul
effervescent serta memperhatikan keadaan sekitar seperti suhu dan
kelembaban udara yang rendah sehingga didapat hasil granul
effervescent yang baik.
JURNAL 3
Judul Optimasi Formula Tablet Effervescent Dispersi Padat Meloksikam
Menggunakan Desain Faktorial
Jurnal e-Jurnal Pustaka Kesehatan
Volume & Halaman Volume 6 No.2 & Halaman 225-229
Tahun Mei 2018
Penulis Lusia Oktora Ruma Kumala Sari,Tiara Berlianti, Eka Deddy Irawan
Reviewer Nu’masary fathinah Shalihah
Tanggal 9 Maret 2023
Abstrak Jurnal yang berjudul “Optimasi Formula Tablet Effervescent Dispersi Padat
Meloksikam Menggunakan Desain Faktorial” ini berisi tentang Tablet
effervescent dispersi padat meloksikam yang dikembangkan untuk menangani
permasalahan kesulitan menelan yang dialami pasien lansia.
Abstrak atau bagian Pendahuluan yang disajikan penulis menggunakan 2 bahasa
yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Secara keseluruhan isi dari abstrak
atau bagian pendahuluan ini langsung menuju ke topic bahasan yang dibahas
dalam jurnal ini, sehingga pembaca menjadi mudah memahami isi dan tujuan
dari jurnal ini.
Pengantar Dalam Paragraf pertama, penulis menjelaskan bahwa Meloksikam merupakan
salah satu obat AINS yang dapat digunakan dalam pengobatan arthritis,
rheumatic, osteoarthritis, dan penyakit sendi lainnya. Keuntungan utama dari
golongan oksikam adalah waktu paruhnya yang panjang sehingga
memungkinkan untuk pemberian dosis sekali dalam sehari. Studi kelarutan
meloksikam menyebutkan meloksikam praktis tidak larut air dengan kelarutan
dalam air hanya sebesar 12 µg/mL.
Paragraf selanjutnya, penulis menjelaskan bahwa Tablet effervescent merupakan
salah satu bentuk sediaan tablet yang sesuai digunakan untuk pasien lanjut usia.
Sehingga dilakukan penelitian untuk pembuatan tablet effervescent dispersi padat
meloksikam.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi asam sitrat
dan natrium bikarbonat yang merupakan bahan tambahan khas untuk tablet
effervescent. Optimasi dilakukan dengan metode desain faktorial 2 2 untuk
mendapatkan suatu formula optimum yang memenuhi persyaratan berdasarkan
kekerasan tablet, waktu larut, dan persen obat terlepas pada menit ke-30 (t30).
Cara yang digunakan untuk meningkatkan kelarutan meloksikam adalah dengan
membuat dispersi padat meloksikam menggunakan pembawa yang larut air, yaitu
PEG 6000.
Pargraf selanjutnya, penulis menyampaikan alat dan bahan yang digunakan yaitu
alat uji disolusi jenis dayung (Pharmeq), spektrofotometer (Genesys 10S UvVis),
FTIR (Bruker), timbangan analitik (Adventure Ohaus), alat penguji sifat alir
(Pharmeq), alat pencetak tablet single punch (rakitan lokal), alat uji kerapuhan
tablet (FTUSP), alat uji bobot jenis mampat (TAP-28, Logan instrumens), pH
meter (CP 502 Elmeiron), hot plate (Ika C Mag), ayakan mesh 80 (Pharmeq),
mortir dan stamper, cawan penguap, desikator, alat-alat gelas dan perangkat
lunak Design Expert Trial 10.0.5. Bahan yang digunakan yaitu meloksikam
(Zheijiang Excel, China), PEG 6000 (PT Brataco Chemica), avicel PH 102 (PT
Brataco Chemica), asam sitrat (PT Brataco Chemica), natrium bikarbonat (PT
Brataco Chemica), manitol (Asian Chemical), aspartam (PT Brataco Chemica),
Mg stearat (PT Brataco Chemica), talkum (PT Brataco Chemica), HCl 0,1 N,
natrium hidroksida (PT Brataco Chemica), kalium fosfat monobasa (PT Brataco
Chemica), metanol (UD Aneka Kimia), akuades
Paragraf selanjutnya, penulis menyatakan Prosedur Penelitian Pembuatan
Dispersi Padat meloksikam dilakukan sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh
Shenoy dan Pandey (2008) [4]. Dispersi padat dibuat dengan perbandingan
meloksikam:PEG 6000 (1:8). PEG 6000 dilebur di atas hotplate dengan suhu
70ºC±5ºC, kemudian dimasukkan meloksikam dan diaduk hingga diperoleh
campuran yang homogen. Campuran segera dimasukkan dalam ice bath sampai
mengeras dan disimpan dalam desikator selama minimal 24 jam. Hasil dispersi
padat dihaluskan menggunakan mortir dan stamper, selanjutnya diayak dan
diserbuk menggunakan mesh 80. Dispersi Padat yang dihasilkan ditetapkan
kadarnya dan diuji homogenitas, serta dikarakterisasi menggunakan FTIR.
Paragraf selanjutnya, penulis menyatakan tahapan evaluasi tablet yaitu
keseragaman ukuran, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu larut, pelepasan
obat secara in vitro. Kemudian dilakukan Analisis Desain Faktorial dan
Penentuan Daerah Optimum Harga yang didapatkan dari data hasil pengujian
untuk masing-masing respon. Analisis dilakukan untuk mengetahui daerah
komposisi optimum dari natrium bikarbonat dan asam sitrat yang digunakan
untuk pembuatan tablet effervescent meloksikam.
Pargraf selanjutnya, penulis menyatakan hasil penelitian yaitu pengujian sifat
alir campuran sebuk menunjukkan bahwa serbuk dari semua formula dapat
mengalir dengan baik. Urutan sifat alir campuran serbuk dari yang paling baik
adalah formula ab > formula b > formula a > formula (1). Sifat alir meningkat
seiring bertambahnya jumlah bahan effervescent. Asam sitrat dan natrium
bikarbonat yang digunakan sebagai bahan effervescent sendiri memiliki sifat alir
yang baik, penambahan kedua bahan ini dapat meningkatkan rata-rata ukuran
partikel dan mengurangi jumlah fines dalam serbuk sehingga dapat mengurangi
kohesifitas antar partikel serbuk.
Paragraf selanjutnya, penulis menyatakan Formula a menghasilkan pengujian
waktu larut paling lama dikarenakan jumlah asam yang digunakan dalam formula
a lebih banyak dibandingkan jumlah basa, oleh karena itu sumber asam tidak
dapat bereaksi secara optimal dengan sumber basa dan produksi gas CO2
menjadi sedikit sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk tablet dapat
hancur secara keseluruhan.
Paragraf selanjutnya, penulis menyatakan bahwa berdasarkan grafik
perbandingan pelepasan obat dari keempat formula di atas dapat diketahui bahwa
formula a menghasilkan nilai persen obat terlepas pada menit ke-30 paling
rendah. Hal ini dikarenakan penggunaan sumber asam yang berlebih, sehingga
asam yang tidak habis bereaksi akan menurunkan pH media disolusi, sedangkan
kelarutan meloksikam akan menurun dalam suasana asam.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis menyatakan bahwa Respon daerah optimum
merupakan daerah yang dapat memenuhi kriteria respon (kekerasan, waktu larut,
persen obat terlepas t30) dan rentang level faktor dari analisis dengan metode
desain faktorial. Kriteria respon yang diinginkan adalah kekerasan 2-4 kg/cm2
[7], waktu larut ≤300 detik, dan persen obat terlepas pada menit ke-30 ≥ 70 %.
Dalam subpokok bahasan diatas penulis menjelaskan hanya menggunakan grafik,
sehingga tidak mudah dipahami bagi pembaca yang tidak mengerti grafik.
Pembahasan yang dilakukan oleh penulis mudah dipahami namun kurang detail.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis menyampaikan bahwa penggunaan asam sitrat
dengan konsentrasi 6 mg dan natrium bikarbonat 105 menghasilkan formula
optimum dengan nilai desirability paling tinggi yaitu sebesar 0,917.
Kekuatan Penelitian 1. Analisis yang digunakan tepat
2. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud
dan tujuannya oleh pembaca.
Kelemahan Penelitian 1. Penulis kurang lengkap dalam memberikan pembahasan dan
meyimpulkan keseluruhan isi dari jurnal ini.
2. Penulis kurang detail dalam memberikan hasil yang didapat
dalam melakukan penelitian.
JURNAL 4
Judul Formulasi dan Evaluasi Fisik Tablet Effervescent Ekstrak Buah
Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)
Jurnal Farmaka
Volume & Halaman Volume 17 Nomor 1 & Halaman 1-14
Tahun 2018
Penulis Yenni Puspita Tanjung, Intan Puspitasari
Reviewer Nu’masary Fathinah Shalihah
Tanggal 9 Maret 2023
Abstrak Jurnal yang berjudul “Formulasi dan Evaluasi Fisik Tablet Effervescent Ekstrak
Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.)” ini berisi tentang meneliti pengaruh
variasi jumlah Natrium bikarbonat pada formulasi tablet effervescent ekstrak
buah mengkudu terhadap mutu fisik tablet yang dibuat menggunakan metode
granulasi basah.
Abstrak atau bagian Pendahuluan yang disajikan penulis menggunakan 2 bahasa
yaitu Bahasa Indonesia dan Bahsa Inggris (Bahasa Internasiona). Secara
keseluruhan isi dari abstrak atau bagian pendahuluan ini langsung menujuke
topic bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, yang menurut saya pembaca
menjadi mudah memahami jurnal ini.
Pengantar Dalam Paragraf pertama, penulis menegaskan bahwa Tanaman mengkudu
(Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman tropis yang digunakan sebagai
makanan dan pengobatan herbal. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) mulai dikenal
secara luas sejak bangsa Polynesia bermigrasi ke Asia Tenggara 2000 tahun yang
lalu (Wang et all, 2002). Mengkudu diketahui memiliki banyak manfaat untuk
kesehatan manusia. Efek buah mengkudu diantaranya sebagai antitrombolitik,
antioksidan, analgesik, anti inflamasi, dan aktivitas xantihine oxidase inhibitor.
Menkudu juga dapat menurunkan tekanan darah dan vasodilatasi pembulu darah
(Ayanblu et all, 2006).
Tablet effervescent adalah tablet yang menghasilkan gas (CO2) sebagai hasil
reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan cairan pelarutnya (air). Tablet
effervescent merupakan tablet yang digunakan untuk membuat minuman ringan
secara praktis. Tablet dapat melarut sendiri dengan adanya gas CO2 yang
membantu proses pelarutan. Bentuk sediaan seperti ini dapat meningkatkan
tingkat kesukaan produk dan mempengaruhi aspek psikologis konsumen.
Disamping itu, kesannya sebagai obat juga akan berkurang karena rasanya yang
dapat menutupi rasa pahit sehingga dapat menarik minat konsumen yang tidak
suka mengkonsumsi obatobatan (Hidayati, 2007).
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan Pembuatan tablet effervescent dari
ekstrak buah mengkudu ini dilakukan dengan menyusun formula yang
divariasikan dalam jumlah natrium bikarbonat sebagai fasa basa. Formula yang
dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai cara alternatif dalam
mengkonsumsi mengkudu.
Paragraf selanjutnta, penulis menyampaikan bahan dan metode yang digunakan
yaitu bahan baku ekstrak buah mengkudu (Morinda citrofolia L.) yang diperoleh
dari Lansida Herbal Tecnology, Yogyakarta, Jawa Tengah. Bahan kimia yang
digunakan diantaranya pereaksi benedict, laktosa (Quadrant), asam sitrat
(Quadrant), asam tartrat (Quadrant), natrium bikarbonat (Brataco Chemica),
magnesium stearate (Quadrant), aspartame (Quadrant), polivinil pirolidon
(BASF), dan alkohol 95% (Brataco Chemica).
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan Metode Uji Identifikasi Vitamin C
dalam Ekstrak, pengujian dilakukan dengan memasukkan 5 tetes larutan ekstrak
buah mengkudu kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 15 tetes pereaksi
benedict. Panaskan diatas api kecil hingga larutan mendidih selama 2 menit. Jika
terbentuk endapan warna hijau kekuning kuningan hingga merah bata
menandakan ekstrak positif mengandung vitamin C (Jalip, 2011).
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan Formulasi Tablet Effervescent yaitu
pembuatan tablet Effervescent dari ekstrak buah mengkudu dimulai dengan
pembuatan granul effervescent terlebih dahulu sebelum dikempa. Granul
effervescent dibuat secara terpisah antara granul asam dan granul basa untuk
menghindari reaksi effervescent dini. Ekstrak digranulasi terlebih dahulu dengan
laktosa. Granul yang dihasilkan disebut granul ekstrak. Granul asam dibuat
dengan mencampurkan granul ekstrak, asam sitrat, asam tartrat, dan sebagian
PVP. Sedangkan granul basa dibuat dengan mencampurkan natrium bikarbonat
dengan sisa PVP. lalu dibasahi dengan etanol 95% tetes demi tetes. Massa yang
akan digranulasi kemudian diayak dengan ayakan 14 mesh supaya mendapatkan
granul dengan ukuran yang homogen. Granul kemudian dikeringkan dengan oven
pada suhu 40- 60 oC. Setelah kering, granul kemudian ditambahkan magnesium
stearat selanjutnya diuji sifat fisiknya. Kemudian granul dikempa untuk
membentuk sediaan tablet effervescent. Ruangan pengempaan tablet
dikondisikan selama 30 menit dengan mengatur suhu ruangan dibawah suhu 25
oC dan kelembaban ruangan terjaga. Tablet dibuat dengan mengalirkan sejumlah
massa granul dari hopper ke lubang die dengan ukuran tertentu, kemudian massa
yang telah masuk dikempa dengan tekanan yang dihasilkan dari petemuan antara
punch atas dan punch bawah.
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan tahapan Evaluasi Massa Cetak
terdiri dari evaluasi kadar air, sudut diam, dan kompresibilitas granul.
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan tahapan Evaluasi Tablet
Effervescent yang meliputi tahapan Organoleptik, Keseragaman, Kekerasan
Tablet, Friabilitas Tablet, Nilai pH, Waktu Larut, dan Keseragaman Bobot.
Pembahasan Pada bagian pembahasan, penulis membagi sub pokok bahasan menjadi beberapa
bagian, yaitu:
Uji Identifikasi Vitamin C dalam Ekstrak; Tabel 2 menunjukkan adanya
kandungan vitamin C dalam ekstrak buah mengkudu. Hal ini diketahui dengan
adanya perubahan warna dari coklat kehitaman menjadi merah bata dan terdapat
endapan pada sampel setelah ditetesi benedict kemudian dipanaskan (Chaerani,
2011).
Evaluasi Massa Cetak;
Uji Kadar Air
Tabel 3 menunjukkan Kadar air pada granul formula I, II, dan III memenuhi
persyaratan yang ditetapkan yaitu ≤ 10% (BPOM RI, 2015).
Sudut Diam
Tabel 4 menunjukkan bahwa granul effervescent formula I, II, dan III memiliki
sudut diam yang tergolong sangat baik.
Kompresibilitas Granul
Tabel 5 menunjukkan bahwa granul effervescent formula I, II, dan III memiliki
kompresibilitas granul yang memenuhi syarat dan tergolong baik.
Kompresibilitas granul yang baik menunjukkan bahwa ukuran dan bentuk
partikel seragam sehingga akan memudahkan dalam pencetakkan dan
menghasilkan tablet effervescent buah mengkudu yang kompak pada saat tablet
dicetak.
Evaluasi Tablet Effervescent;
Organoleptik
Tabel 6 menyatakan bahwa secara keseluruhan tablet yang dihasilkan baik pada
formula I, II, maupun III memiliki penampakan yang hampir sama yaitu terdapat
bintik-bintik coklat dengan dominan warna putik kecoklatan pada pemukaan
tablet. Sementara untuk bau pada ketiga formula relatif sama, yaitu bau khas
mengkudu disertai bau manis seperti gula. Hal ini dapat dikarenakan terdapatnya
kandungan laktosa yang cukup banyak dan adanya aspartam pada tablet
effervescent baik pada formula I, II, maupun III.
Keseragaman Ukuran
Tabel 7 menunjukkan bahwa tablet effervescent formula I, II, dan III memiliki
keseragaman ukuran yang tidak memenuhi syarat, karena hasil rerataan diameter
tablet effervescent melebihi rentang maksimal persyaratan menurut Farmakope
Indonesia V yaitu sebesar tiga kali ukuran tebal tablet. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengingkatan kadar Natrium Bikarbonat tidak berpengaruh
terhadap keseragaman ukuran tablet.
Keseragaman Bobot
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran 4 dapat diketahui bahwa pada
formula I terdapat empat bobot yang berada dibawah batas minimum
penyimpangan bobot yaitu 424,67; 413; 402,33; dan 439,67 mg selain itu
terdapat pula empat bobot tablet yang melebihi batas maksimum penyimpangan
bobot yaitu 550; 572; 578; dan 598 mg. Sedangkan pada formula II dan III
seluruh bobot tablet masih berada dikisaran bobot yang diperbolehkan baik
kolom A maupun kolom B. Hal ini menunjukkan bahwa pada formula II dan III
bobot zat yang terkandung di dalam tablet seragam. Sedangkan pada formula I
terdapat ketidakseragaman bobot yang dapat dikarenakan pencampuran yang
dilakukan secara manual serta dalam proses pengaturan punch dan die yang juga
dilakukan secara manual. Selain itu dapat juga dikarenakan menempelnya
beberapa partikel bahan tablet pada punch dan die ketika tablet mulai menjadi
lunak dikarenakan sifatnya yang higroskopis.
Kekerasan Tablet
Tabel 9 menunjukkan bahwa range kekerasan tablet effervescent berkisar 3,70-
4,95 kg. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ketiga variasi formula tablet
effervescent masih memenuhi syarat minimum kekerasan tablet yaitu 4 kg
(Khoilidah, dkk, 2014).
Friabilitas Tablet
Tabel 10, dapat dilihat bahwa keregasan tablet formula I,II, dan III tidak
memenuhi syarat karena lebih dari 1% (Voight dalam Khalidah, dkk, 2014). Dari
hasil pengujian didapatkan bahwa nilai keregasan tablet tidak dipengaruhi oleh
peningkatan kadar Natrium Bikarbonat. Keregasan tablet dipengaruhi oleh kadar
zat pengikat (PVP) tablet. Semakin tinggi kadar PVP dalam tablet, maka semakin
keras tablet tersebut, tingkat kerapuhannya semakin kecil, dan nilai friabilitasnya
semakin kecil. Selain itu, ada faktor lain yang juga mempengaruhi nilai
keregasan tablet, yaitu suhu dan kelembaban ruangan, karena tablet effervescent
mudah terurai dalam suhu ruangan dan kelembaban yang tinggi.
Nilai Ph
Tabel 4.10 didapat nilai rata-rata pH pada variasi formula effervescent I, II, dan
III yaitu 5,00; 5,67; dan 6,00. Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa
peningkatan kadar Natrium Bikarbonat berpengaruh terhadap peningkatan nilai
Ph.
Waktu Larut
Tabel 4.11 menyatakan waktu larut tercepat terdapat pada formula tablet
effervescent I sebesar 4 menit 10 detik dan waktu larut paling lambat terdapat
pada formula tablet effervescent III sebesar 5 menit 33 detik. Maka dapat
diketahui waktu larut variasi formula effervescent I dan II tergolong baik
sementara waktu larut variasi formula effervescent III telah melebihi batas
maksimum waktu larut pada tablet effervescent yang ditetapkan yaitu ≤ 5 menit
(BPOM RI, 2014).
Analisis Statistik
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Kruskal-Wallis menunjukkan
bahwa kadar Natrium Bikarbonat yang berbeda berpengaruh secara signifikan (p
< 0,05) terhadap tebal tablet effervescent. Serta tidak berpengaruh signifikan (p >
0,05) terhadap kadar air, sudut diam, kompresibilitas granul, diameter tablet, pH,
waktu larut, dan kekerasan tablet. Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa formula I, II, dan III berbeda bermakna (p < 0,05).
Dalam sub pokok bahasan diatas penulis mejelaskan dengan sangat rinci
bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan. Pembahasan yang dilakukan oleh
penulis mudah dipahami maksud dan tujuannya oleh pembaca.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan bahwa Ekstrak
buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat diformulasikan dalam bentuk
sediaan tablet effervescent dengan variasi kadar Natrium Bikarbonat berdasarkan
hasil pengujian baik pada massa cetak maupun tablet effervescent. Dari ketiga
formula variasi jumlah Natrium Bikarbonat. Konsentrasi Natrium Bicarbonat
yang memenuhi mutu fisik tablet yang optimum yaitu formula II (konsentrasi
Natrium Bicarbonat sebanyak 25.6%), dengan hasil pengujian kadar air
3,41±0,03 %, sudut diam 26,55±1,14 o , kompresibilitas granul 13,58±1,09 %,
keseragaman ukuran tablet 1,21±0,03 cm, kekerasan tablet 4,95±0,89 kg,
keregasan tablet 1,57±0,26%, pH 5,67±0,58, waktu larut tablet 4 menit 32
detik±27 detik, dan keseragaman bobot 516,47±34,31.
Kekuatan Penelitian 1. Teori dan metode analisis yang digunakan tepat
2. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud
dan tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah
dipahami
Kelemahan Penelitian 1. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari
jurnal ini.

JURNAL 5
Judul Formulasi Granul Effervescent dari berbagai Tumbuhan
Jurnal Farmaka
Volume & Halaman Volume 16 Nomor 3 & Halaman 100-105
Tahun 2018
Penulis Irfan Hadi Setiana, Arif Satria Wira Kusuma
Reviewer Nu’masary Fathinah Shalihah
Tanggal 11 Maret 2023
Abstrak Jurnal yang berjudul “Formulasi Granul Effervescent dari berbagai Tumbuhan”
ini berisi tentang tanaman-tanaman sebagai zat aktif yang dapat diformulasikan
menjadi sediaan granul effervescent. Abstrak atau bagian pendahuluan yang
disajikan penulis menggunakan 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Secara keseluruhan isi dari abstrak atau bagian pendahuluan ini belum
mencakup topic bahasan yang dibahas dalam jurnal ini, sehingga pembaca tidak
langsung memahami tujuan dari jurnal ini.
Pengantar Dalam paragraf pertama, penulis menjelaskan bahwa dalam pengolahan bahan
alam, dibutuhkan formulasi yang tepat untuk menjadi suatu bentuk sediaan yang
dapat mudah diterima oleh masyarakat. Salah satu upaya untuk meningkatkan
minat masyarakat dan kepraktisan dalam mengkonsumsi obat herbal ialah dengan
cara memanfaatkan berbagai tumbuhan herbal tersebut yang selanjutnya
diformulasikan dalam bentuk sediaan granul effervescent (Ansel, 1989).
Sehingga dipilihlah tablet effervescent sebagai formulasi yang tepat dengan
keunggulannya yaitu tidak higroskopis, larut sempurna dalam air, tidak mahal,
banyak tersedia dipasaran dan dapat dimakan (Siregar, 2007).
Paragraf selanjutnya, penulis menyampaikan pokok bahasan yaitu berdasarkan
hasil penelusuran pustaka, berikut adalah beberapa tumbuhan yang sudah
dilakukan penelitiannya untuk diformulasikan menjadi sediaan granul
effervescent.
Umbi Bawang Tiwai
Tanaman yang dikembangkan adalah Bawang Tiwai (Eleuterine palmifolia (L)
Merr) yang secara tradisional digunakan untuk obat kanker payudara, pelancar
air susu ibu dan antioksidan yang dikembangkan dalam sediaan serbuk
Effervescent (Nawawi, 2007). Dalam formulasi ini ekstrak kering umbi bawang
tiwai berperan sebagai zat aktif. Penggunaan laktosa sebagai bahan pengisi
karena bersifat inert (tidak bereaksi) hampir pada semua bahan obat (Lachman,L,
et al., 1994). Aspartam merupakan bahan pemanis sintetik. Bahan pemanis
digunakan memperbaiki flavour (rasa dan bau) bahan makanan, rasa manis yang
timbul dapat meningkatkan kelezatan. Dalam pembuatan sediaan effervescent ini
digunakan kombinasi 2 macam asam, yaitu asam sitrat dan asam tartrat daripada
hanya satu jenis asam saja karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan
menimbulkan kesukaran dalam pembentukan buih (Syamsul & Supomo, 2014).
Asam sitrat digunakan sebagai bahan tunggal akan menghasilkan campuran yang
lekat dan sukar menjadi serbuk. Sedangkan penggunaan asam tartrat saja, serbuk
yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal.
natrium bikarbonat digunakan sebagai pembentuk reaksi basa dan bertindak
dalam menetralisir asam sitrat dan asam tartrat serta dapat menghasilkan buih
dan membebaskan karbon dioksida serta larut sempurna dalam air (Pulungan, M,
et al., 2004)
Buah Nanas
Tanaman nanas (Ananas comosus L. (Merr.)) adalah salah satu tanaman buah
berupa semak yang mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium,
besi, Natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa, dan gizi yang cukup tinggi (Dalimarta,
2000). Berdasarkan penelitian, formulasi yang digunakan adalah serbuk nanas
(zat aktif), asam sitrat & asam tartrat (sumber asam), natrium bikarbonat (sumber
basa), dekstrin & aspartame (pemanis), dan PVP (pengikat). Penelitian ini
bertujuan untuk membuat formulasi sediaan granul effervescent sari buah nanas
dan untuk mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi asam dan basa terhadap
sifat fisik granul effervescent (Egeten, et al., 2016).
Daun Gambir
Gambir merupakan tanaman yang mengandung zat antioksidan katekin dan
sudah sejak lama digunakan dalam pengobatan tradisional maupun modern,
contohnya seperti dalam pengobatan penyakit perut dan penyakit tenggorokan.
Formulasi yang digunakan adalah ekstrak kering daun gambir (zat aktif), PVP
(pengikat), asam sitrat & asam tartrat (sumber asam), natrium bikarbonat &
natrium benzoate (sumber basa), manitol & acesulfame (pemanis). Lidah Buaya
Lidah buaya (Aloe vera L.) memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, tetapi
rasanya pahit sehingga jarang dikonsumsi langsung. Rasa pahit ini diatasi dengan
cara dibuat sediaan salah satunya granul effervescent. Formulasi yang digunakan
pada penelitian ini adalah Sari kering lidah buaya (zat aktif), asam sitrat (sumber
asam), natrium bikarbonat (sumber basa), laktosa (pemanis), PVP (pengikat),
aerosol (pelincir), lemon (perasa). Granul effervescent diformulasikan dengan
konsentrasi sari kering 20% (F1), 25% (F2), dan 30% (F3). Kemudian dilakukan
evaluasi granul dan dilihat formula yang paling bagus formulasinya (Wijayati, et
al., 2014).
Cincau Hitam
Cincau hitam atau yang biasa dikenal dengan janggelan ini dipercaya dapat
menurunkan kadar gula darah. Cincau hitam dipercaya mampu dapat
menurunkan kadar gula darah, kolesterol tinggi, dan penyakit gangguan hati
(Hung & Yen, 2002). Formulasi yang digunakan diantaranya adalah serbuk
cincau hitam (zat aktif), asam sitrat & asam tartrat (sumber asam), natrium
bikarbonat (sumber basa), PVP (pengikat), Penelitian ini dibuat 3 formula
kemudian dilakukan beberapa analisis yaitu analisis kimia, analisis fisik dan
analisis uji organoleptic untuk menentukan formula yang terbaik (Prasetyo, et al.,
2015).
Buah Naga
Buah naga diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Pada penelitian ini buah
naga dibuat menjadi sediaan effervescent dengan formula serbuk kering sari buah
naga (zat aktif), asam sitrat (sumber asam), natrium bikarbonat (sumber basa),
PVP (pengikat), aspartame & laktosa (pemanis).
Kombinasi Kelopak Bunga Rosela dan Daun Jati Belanda
Kombinasi ekstrak etanol daun jati belanda dan ekstrak air kelopak bunga rosella
mampu menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan
meningkatkan kadar HDL pada tikus percobaan. Pada penelitian ini untuk
mendapatkan suatu sediaan granul effervescent yang dapat diterima, dibutuhkan
jumlah asam basa yang optimum. Formulasi dalam bentuk effervescent, dengan
asam sitrat dan natrium bikarbonat sebagai sumber asam dan basa, dapat
memperbaiki sifat yang kurang menyenangkan tersebut. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui formula optimum yang memiliki sifat fisik granul effervescent
yang baik. Formula yang digunakan adalah Ekstrak jati belanda & ekstrak rosela
(zat aktif), asam sitrat (sumber basa), natrium bikarbonat (sumber basa), dekstrin
& aspartam (pemanis), dan pewarna yellow (Nurahmanto, et al., 2017).
Teh Hijau
Salah satu tanaman yang mempunyai kandungan flavonoid dan berpotensi untuk
dikembangkan menjadi makanan fungsional. Formulasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah ekstrak teh hijau (zat aktif), asam tartrat (sumber asam),
natrium bikarbonat (sumber basa), PVP (pengikat), sukrosa & aspartame
(pemanis) (Lestari & Desihapsari, 2011).
Pembahasan Tidak ada pembahasan pada jurnal
Simpulan Berdasarkan hasil review ini, menunjukkan bahwa banyak penelitian - penelitian
yang sudah menggunakan tanaman-tanaman sebagai zat aktif dan dapat
diformulasikan menjadi sediaan granul effervescent. Sumber asam yang umum
digunakan adalah asam sitrat, sedangkan sumber basanya adalah natrium
bikarbonat. Dengan dijadikannya bahan alam menjadi suatu bentuk sediaan
granul effervescent, harapannya ini dapat menjadi sebuah pengembahan obat
herbal baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Kekuatan penelitian 1. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami
Kelemahan Penelitian 1. Penulis kurang lengkap menyampaikan tujuan penelitian pada
bagian abstrak
2. Penulis tidak menyampaikan pembahsannya pada jurnal ini

JURNAL 6
Judul FORMULASI DAN EVALUASI TABLET EFFERVESCENT
DARI EKSTRAK BUAH TAMPOI (Baccaurea Macrocarpa)
Jurnal Jurnal Surya Medika
Volume & Halaman Vol 7 No 2, Page 34 – 44
Tahun Februari 2022
Penulis Ika Avrilina
Reviewer Winda Yulia Mursida
Tanggal 10 Maret 2023
Abstrak Tampoi merupakan satu dari tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah
Kalimantan Timur, memiliki kandungan metabolik sekunder berupa saponin,
flavonoid dan alkaloid, serta memiliki aktifitas antioksidan. Antioksidan yang
dihasilkan tubuh manusia tidak mencukupi untuk melawan radikal bebas, oleh
karena itu tubuh memerlukan asupan antioksidan dari luar, sehingga untuk
membantu meningkatkan minat konsumsi masyarakat, peneliti tertarik untuk
membuat sediaan dalam bentuk ekstrak dan diformulasikan sebagai tablet
effervescent dari ekstrak buah tampoi yang bermanfaat sebagai antioksidan dan
peningkatan daya tahan tubuh. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
formula yang baik dalam pembuatan tablet effervescent dari ekstrak buah tampoi
dengan variasi PVP K30 sebagai bahan pengikat. Pembuatan tablet menggunakan
metode kempa langsung dengan evaluasi serbuk effervescent meliputi uji sudut
diam, kecepatan alir, pengetapan, kompresibilitas dan kelembaban serbuk.
Evaluasi tablet effervescent meliputi uji organoleptik, uji keseragaman bobot, uji
kerapuhan tablet, uji kekerasan tablet dan uji waktu larut tablet. Hasil penelitian
diperoleh pada evaluasi serbuk effervescent uji sudut diam sudah memenuhi
persyaratan, adapun pada uji kecepatan alir, pengetapan, kompresibilitas dan
kelembaban serbuk belum memenuhi persyaratan. Hasil evaluasi fisik uji
keseragaman bobot tablet pada F1 dan F2 sudah sesuai persyaratan, uji
kerapuhan tablet pada F3 dan F4 sudah memenuhi persyaratan, pada uji
kekerasan tablet F3 sudah memenuhi persyaratan dan pada uji waktu larut tablet
dihasilkan semua formula sudah memenuhi persyaratan dengan formula paling
baik yaitu F1 yang memiliki waktu larut tablet paling cepat. Kesimpulan
penelitian dari evaluasi waktu larut yang merupakan parameter utama sediaan
tablet effervescent ekstrak buah tampoi didapatkan formula yang paling baik
yaitu F1 dengan konsentrasi PVP K30 yaitu 0,5 mg dihasilkan waktu larut tablet
selama 01.99 menit.
Pengantar
Perkembangan teknologi menjadi salah satu faktor peneliti dalam meneliti untuk penemuan obat baru. Potensi obat
bahan alam di Indonesia sangat besar, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil terbesar tanaman dengan
bahan baku obat dan penggunaan bahan alam sebagai obat juga sudah cukup membudidaya dimasyarakat (Noval et
al., 2021).
Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan bahan baku obat adalah Baccaurea macrocarpa atau yang lebih dikenal
dengan nama daerah Tampoi, Kapul, atau Terai merupakan satu dari tumbuhan yang banyak ditemukan di daerah
Kalimantan (Heagens, 2000). Tanaman ini banyak ditemukan di hutan atau dipekarangan rumah dan buah ini
banyak sekali mengandung nutrisi yang bermanfaat untuk tubuh (Haryono et al., 2021).
Pada peneliti sebelumnya diperoleh informasi bahwa ekstrak methanol buah tampoi (Baccaurea macrocapa)
memiliki kandungan metabolic sekunder berupa saponin, flavonoid dan alkaloid. Ekstrak tersebut memiliki aktifitas
sebagai antioksidan sebesar IC50 33,11 µg/mL (Tirtana, 2013).
Selain sebagai antioksidan, kulit buah kapul juga mengandung golongan senyawa alkaloid, polifenol, dan flavonoid
yang berfungsi untuk menghambat antibakteri dan pertumbuhan E. coli dan S. aureus. Buah kapul juga memiliki
kandungan nutrisi yang baik, antara lain serat 2,2%, lemak 1,1%, abu 0,9%, karbohidrat 34,6%, protein 1,5%, kadar
air 61,9%, dan vitamin C 1,5% (Akhmadi, 2015).
Apalagi dimasa pandemi covid-19 saat ini, menjaga imunitas tubuh sangat diperlukan agar terhindar dari paparan
virus. Selain berperan melindungi organ tubuh dari radikal bebas juga membantu meningkatkan imunitas tubuh.
Antioksidan yang dihasilkan tubuh manusia tidak mencukupi untuk melawan radikal bebas, oleh karena itu tubuh
memerlukan asupan antioksidan dari luar. Mengingat pentingnya menjaga tubuh, kita juga dituntut untuk berinovasi
dan memberikan nilai manfaat kepada masyarakat, maka untuk membantu
meningkatkan minat konsumsi masyarakat, peneliti tertarik untuk membuat sediaan dalam bentuk ekstrak dan
diformulasikan sebagai tablet effervescent dari ekstrak buah tampoi yang bermanfaat sebagai antioksidan dan
peningkatan daya tahan tubuh (Nastiti, et al., 2021).
Tablet effervescent merupakan sediaan tablet yang dibuat dengan cara pengempaan bahan aktif dengan
campuran asam organik dan natrium bikarbonat (Noval, 2021). Tablet effervescent lebih disukai karena
praktis dan cepat larut dalam air tanpa harus mengaduk, memberikan efek menyegarkan serta dosis obat
dapat disesuaikan (Lestari dan Natalia, 2007) (Noval & Malahayati, 2021). Tablet effervescent juga dalam
pemilihan polimer yang tepat akan menghasilkan sediaan yang stabil dan memiliki mutu yang baik (Syahrina
& Noval, 2021). Polimer yang digunakan adalah PVP K30 karena memiliki kelebihan dalam menghasilkan
sediaan yang dapat cepat terlarut (Indartantri et al., 2021) (Novia & Noval, 2021).
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui formula yang baik dalam pembuatan tablet effervescent dari ekstrak
buah tampoi dengan variasi PVP K30 sebagai pengikat.
Pembahasan Tablet efferfescent merupakan sediaan yablet yang dibuat dengan cara mencetak
campuran dari zat aktif serta asam-asam organik dan natrium karbonat yang
membentuk suatu karbondioksida untuk proses pelarutan obat (Hermanto, 2019).
Evaluasi serbuk effervescent perlu dilakukan untuk memastikan tiap formula
memenuhi persyaratan preformulasi sediaan (Syahrina D & Noval, 2021).
Evaluasi serbuk effervescent meliputi uji kecepatan alir, uji sudut diam, uji
pengetapan, uji kompresibilitas dan uji kelembaban serbuk (Moisture Content).
Uji kecepatan alir serbuk bertujuan untuk mengetahui kualitas serbuk
effervescent karena kecepatan alir serbuk berpengaruh pada daya alir serbuk saat
proses pencetakan tablet (Putra et al, 2019). Kecepatan alir dikatakan baik jika
memiliki kecepatan alir tidak kurang dari 10 g/detik (Syahrina D & Noval, 2021).
Berdasarkan penelitian menunjukkan hasil kecepatan alir pada F1, F2 dan F3
memiliki kecepatan alir yang baik dan memenuhi persyaratan dimana untuk
serbuk
20 gram membentuk kecepatan alir selama 2 detik. Adapun pada F4 memiliki
kecapatan alir 3 detik untuk 20 gram serbuk, dimana hasil tersebut belum
memenuhi persyaratan kecepatan alir yang baik. Menurut persyaratan, kecepatan
alir yang baik yaitu tidak kurang dari 10 g/detik (Syahrina D & Noval, 2021).
Kecepatan alir dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran partikel, serbuk dengan
ukuran dan bentuk partikel yang tidak seragam akan menghasilkan kecetapan alir
yang kurang baik. Semakin seragam ukuran dan bentuk partikel dari serbuk,
kecepatan alir yang dihasilkan juga akan semakin baik (Hermanto, 2019).
Penambahan PVP K30 yang berperan sebagai pengikat juga bepengaruh pada
kecepatan alir serbuk. PVP K30 akan berperan dalam meningkatkan ukuran
partikel sehingga mampu menurunkan gaya kohesi yang akan menghasilkan
kecepatan alir yang baik (Syahrina D & Noval, 2021).
Uji sudut diam dilakukan dengan mengukur tinggi dan jari-jari kerucut serbuk
yang terbentuk pada uji kecepatan alir (Fatikha N, 2020). Sudut diam yang baik
berada pada rentang 25°-45° (Ramadhani R.F, 2018). Berdasarkan penelitian
hasil uji sudut diam menunjukkan pada F1 yaitu 26,91°, F2 yaitu 25°, F3 yaitu
25,47° dan F4 yaitu 24,30°. Semua formula memiliki sudut diam yang baik
karena berada pada rentang 25°-45° (Noval, 2021). Derajat sudut diam
dipengaruhi oleh kecepatan alir serbuk, kecepatan alir serbuk yang baik akan
menghasilkan derajat sudut diam yang baik pula (Syahrina D & Noval, 2021).
Uji pengetapan menggambarkan volume serbuk effervescent akibat hentakan
ataupun getaran. Indeks pengetapan yang baik yaitu kurang
dari 20% (Ramadhani R.F, 2018). Berdasarkan penelitian hasil uji pengetapan
menunjukkan pada F1 yaitu 8,44%, F2 yaitu 8,46%, F3 yaitu 14, 83% dan F4
yaitu 21,65%. Pada F1, F2 dan F3 memenuhi persyaratan karna indeks
pengetapan yang dihasilkan kurang dari 20%. Adapun pada F4 tidak memenuhi
persyaratan karena ketentuan indeks pengetapan yaitu 20%. Indeks pengetapan
dapat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pengikat, indeks pengetapan akan
berbeda karena adanya konsentrasi bahan pengikat yang berbeda pula, dimana
bahan pengikat berperan untuk mempertahankan kestabilan dan kekompakan
serbuk ataupun granul (Ramadhani R.F, 2018).
Simpulan Berdasarkan hasil evaluasi parameter utama yaitu evaluasi waktu larut sediaan
tablet Effervescent Ekstrak buah tampoi didapatkan formulasi yang paling ideal
yaitu F1 dengan konsentrasi PVP K30 yaitu 0,5 mg dihasilkan waktu larut selama
01.99 menit.
Kekuatan Penelitian Kekuatan dari Jurnal ini adalah berdasarkan ide dan gagasannya
penulismenggunakan dasar teori yang beragam dan relevan sesuai dengan
permasalahan yang ditelitidalam penelitian ini. Selain itu penulis
menggunakan sumber-sumber dan literatur yangbanyak sekali, tersusun
secara sistematis, dan bahasa yang digunakan mudah
dipahami.berdasarkan beberapa kelebihan ini dapat disimpulkan jurnal ini
layak dijadikan referensi dansambutan yang baik dari pembaca
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari Penelitian ini adalah bahwa penulis tidak menjelaskan
secara langsung apa tujuan dari penelitian ini. Dalam jurnal tersebut
penulis hanya memyampaikan materi. Selain itu tidak ada pemaparan
dalam grafik maupun gambar dokumentasi hanya sedikit pada jurnal ini.

JURNAL 7
Judul Formulasi dan Karakteristik Tablet Effervescent Jeruk Baby Java
(Cytrus sinensis L. Osbeck) Kajian Proporsi Asam Sitrat
Jurnal Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri
Volume & Halaman Volume 6 Nomor 1: 15-21
Tahun 2017
Penulis Rina Catur Romantika, Susinggih Wijana, Claudia Gadizza Perdani
Reviewer Winda Yulia Mursida
Tanggal 9 Maret 2023
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi asam sitrat dan bubuk jeruk
baby java yang tepat untuk menghasilkan tablet effervescent dengan karakteristik
fisik, kimia organoleptik terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan berupa
Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari proporsi asam sitrat (5%, 10%,
15%, 20%, 25%) dengan bubuk jeruk baby java (40%, 35%, 30%, 25%, 20%).
Hasil penelitian diperoleh perlakuan terbaik dari analisa fisik, kimia dan
organoleptik yakni proporsi asam sitrat 5% dengan bubuk jeruk baby java 40%.
Hasil analisis fisik perlakuan terbaik meliputi kekerasan 5,4 N; dan kecepatan
larut 1,30 menit. Karakteristik kimia kadar air 0,4719%; pH 8,23; vitamin C
266,46 mg/100g. Karakteristik organoleptik terbaik yakni kenampakan 4,76; rasa
3,35; aroma 3,7.
Pengantar Jumlah produksi komoditas hortikultura terutama jeruk pada tahun 2014
mencapai 2.243.837 ton dengan luas panen 43.170 ha. Produktivitas
tersebut telah mengalami pertum- buhan angka panen yakni 4,13%
pertahun (Kementrian Pertanian, 2012). Jeruk baby java juga
dikembangkan desa Selorejo, Batu. Selaku petani di daerah tersebut
Sulaiman menyatakan bahwa luas lahan jeruk baby java di daerah
tersebut mencapai 400 ha. Produktivitas panen pertahunnya mencapai
17,500 ton dan 25% dalam klasifikasi rendah. Jeruk klasifikasi rendah
memiliki tingkat harga 75% lebih murah dari kualitas pertama. Selain
produktivitas yang tinggi, jeruk ini juga mempunyai kandungan vitamin
yang tinggi diantaranya vitamin C yakni (53,2 mg), vitamin A (11µg),
potassium (181 mg), dan kalsium (40mg) (Etebu and Nwauzoma., 2014).
Kandungan vitamin jeruk baby java yang paling dominan adalah
vitamin C yakni 53,2 mg (Etebu et al., 2014). Jeruk baby java
umumnya dimanfaatkan sebagai menuman sederhana. Tingginya
vitamin dan ketersediaan bahan berkualitas rendah cukup melimpah,
untuk meningkatkan nilai jual jeruk tersebut dapat dibuat produk
dalam bentuk effervescent.
Effervescent merupakan serbuk jika dilarutkan dalam air mempunyai
reaksi asam dan basa. Dasar dari formulasi minuman effervescent ialah
terjadinya reaksi senyawa asam dan senyawa basa (Rakte and
Nanjwade, 2014). Kandungan asam yang tidak seimbang pada produk
dapat menyebabkan berkurangnya efek menyegarkan (Sandrasari dan
Zaenal, 2006) sehingga dalam hal ini dapat mempengaruhi cita rasa
pada effervescent.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penam- bahan asam sitrat pada
setiap bahan pembuatan effervescent berbeda-beda. Tujuan penelitian
ini mengetahui kadar asam sitrat yang optimal pada pembuatan
effervescent berbahan baku jeruk baby java (Cytrus sinensis L.Osbeck)
kualitas terendah agar didapat effervescent berkarakteristik fisik, kimia
dan organoleptik terbaik.
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji kecepatan larut bahwa kelarutan tablet effervescent komersil lebih lama dibanding tablet
effervescent jeruk baby java. Perbedaan tersebut diduga karena kekerasan tablet effervescent komersil dengan
diameter dan berat lebih besar dari pada tablet effervescent jeruk baby java. Pencetakan tablet effervescent komersil
diduga dengan alat pencetak otomatis sehingga tekanan yang digunakan sudah seragam, sedangkan effervescent
jeruk baby java dicetak dengan cara manual. Formula tablet effervescent diperlukan kadar bahan penghancur yang
tepat. Kelarutan juga dipengaruhi oleh porositas tablet. Porositas tablet dipengaruhi distribusi ukuran diameter dan
gaya tekan saat pengepresan (Ansar, 2010).
Berdasarkan hasil uji kadar air bahwa kandungan kadar air tablet effervescent komersil lebih rendah dari pada tablet
effervescent jeruk baby java. Tingginya kadar air tablet effervescent jeruk baby java dikarenakan adanya tambahan
asam sitrat dan tambahan bubuk jeruk baby java yang bersifat higroskopis. Sesuai pada penelitian (Faradiba et al.,
2013) bahwa konsentrasi asam sitrat memiliki sifat higros- kopis sehingga granul yang dihasilkan memiliki kadar air
besar.
Hasil uji pH yang dilakukan bahwa kandungan pH tablet effervescent komersil lebih kecil dibanding tablet
effervescent jeruk baby java. Perbedaan tersebut diduga karena tablet effervescent komersil terdapat tambahan
vitamin C tinggi. Kandungan vitamin C tablet agar tidak rusak, maka harus dijaga dengan mengkon- disikan pH
asam agar stabil (Utomo, 2013).
Hasil uji vitamin C bahwa tablet effervescent komersil lebih tinggi dibanding tablet effervescent jeruk baby java.
Kandungan tablet effervescent komersil yakni 13060,99 mg/100gr sedangkan tablet effervescent jeruk baby java
yakni 266,46mg/100gr. Perbedaan tersebut juga disebabkan penggunaan bubuk jeruk baby java bubuk sebagai
sumber vitamin C. Bubuk buah jeruk ini kemungkinan kandungan vitamin C nya sudah mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan kandungan vitamin C pada buah jeruk segar. Proses pengeringan sari jeruk menjadi bubuk
jeruk membutuhkan waktu yang lama dan suhu yang tinggi sehingga sangat memungkinkan untuk terjadinya
kerusakan vitamin C. Selain itu sifat dari tablet effervescent yang higroskopis sehingga mempercepat terjadinya
proses oksidasi. Vitamin C sangat mudah teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat yang cenderung mengalami
perubahan lebih lanjut menjadi L-dikotigulonat (Nasution et al., 2012). Vitamin C alami lebih mudah mengalami
kerusakan dibandingkan dengan vitamin C sintetik. Selain itu metode pengemasan dan penyimpanan sangat
menentukan kandungan vitamin C pada suatu produk. Mengingat kandungan vitamin C yang mudah rusak, sehingga
dibutuhkan metode pengeringan yang minim pemanasan dalam waktu yang relatif singkat seperti freeze drying,
serta harus didukung dengan teknologi pengemasan dan penyimpanannya yang harus kedap udara, kedap cahaya dan
tidak terekspos suhu tinggi.
Berdasarkan uji kesukaan panelis, kenam- pakan tablet effervescent komersil lebih cerah dari pada tablet
effervescent jeruk baby java. Kecerahan warna tablet effervescent jeruk baby java hanya mengandalkan pewarna
alami yakni bubuk jeruk baby java dan tidak terdapat pewarna sintetis. Warna yang dihasilkan kurang maksimal
karena bubuk jeruk baby java tidak
berwarna cerah. Menurut Putra et al., (2014), penggunaan pewarna sintetis memiliki stabilitas yang lebih baik dan
warna tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan.
Kesukaan panelis tentang rasa tablet effervescent komersil dan tablet effervescent jeruk baby java,
menghasilkan data tingkat kesukaan lebih tinggi pada effervescent komersil, dibanding tablet effervescent
jeruk baby java. Tablet effervescent komersil diduga memiliki rasa lebih segar dari pada tablet effervescent
jeruk baby java. Formula effervescent komersial memiliki rasa segar ditimbulkan karena adanya pelepasan
senyawa asam dan basa dalam jumlah yang berimbang (Kailaku et al., 2012).
Tingkat kesukaan panelis pada aroma effervescent komersil lebih tinggi dibanding tablet effervescent jeruk
baby java. Hal tersebut diduga bahwa aroma dari tablet effervescent komersil lebih segar dari pada tablet
effervescent jeruk baby java. Aroma jeruk pada effervescent komersil lebih tampak dari pada jeruk baby
java. Aroma pada minuman dapat mempengaruhi kesegaran dari minuman. Hal ini disebabkan aroma jeruk
banyak berkurang setelah proses pembuatan bubuk jeruk, sehingga membutuhkan suatu teknologi untuk
mencegah hilangnya aroma alami dari jeruk. Flavor alami tingkat kestabilannya lebih rendah jika
dibandingkan dengan flavor sintetik, sedangkan effervescent komersial umumnya menggunakan flavor yang
sintetik sehingga relatif lebih stabil pada kondisi penyimpanan.
Simpulan Pada bagian kesimpulan, penulis membuktikan dan menjelaskan bahwa proporsi
asam sitrat dengan bubuk jeruk baby java sangat menentukan karakteristrik baik
fisik, kimia maupun organoleptik dari tablet effervescent yang dihasilkan.
Formulasi perla- kuan yang berbeda berpengaruh nyata pada kekerasan,
kecepatan larut, kadar air, pH, vitamin C, kenampakan dan rasa. Perbedaan
perlakuan tidak berpengaruh nyata pada aroma tablet effervesecent jeruk baby
java. Tablet effervescent jeruk baby java didapatkan perla- kukan terbaik dengan
formulasi proporsi asam sitrat 5% dengan bubuk jeruk baby java 40%.
Penambahan asam sitrat dalam jumlah yang lebih dari 5% menghasilkan tablet
effervescent yang kurang baik jika dibandingkan dengan tablet yang dibuat
dengan penambahan asam sitrat sebesar 5%.
Karakteristik fisik perlakuan terbaik meliputi kekerasan 5,4 N; kecepatan larut
1,30 menit. Karakteristik kimia kadar air 0,4719%; pH 8,23; vitamin C 266,46
mg/100g. Karak- teristik organoleptik terbaik dipilih dengan rerata tertinggi yang
telah diberikan penilaian oleh panelis yakni kenampakan 4,76; rasa 3,35; aroma
3,7.
Kandungan vitamin C dan flavor pada effervescent buah jeruk baby java ini
masih jauh dibandingkan dengan effervescent komersial. Sehingga dibutuhkan
penelitian lebih lanjut bagaimana agar kandungan vitamin C dan flavor pada
buah jeruk baby java segar dapat diperta- hakan pada produk effervescent
olahannya, sehingga konsumen dapat menikmati kesegaran buah jeruk baby java
dengan cara mengkon- sumsi tablet effervescentnya.
Kekuatan Penelitian 3. Teori dan metode analisis yang digunakan tepat
4. Bahasa yang digunakan oleh penulis mudah dipahami maksud
dan tujuannya oleh pembaca. Analisisnya sangat rinci dan mudah
dipahami
Kelemahan Penelitian 2. Penulis kurang lengkap dalam menyimpulkan keseluruhan isi dari
jurnal ini.

JURNAL 8
Judul Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Daun Katuk (Sauropus
androgynous L. Merr.) dengan Variasi Konsentrasi Asam dan Basa
Jurnal JOURNAL OF PHARMACY SCIENCE AND PRACTICE
Volume & Halaman VOLUME 8 NUMBER 1
Tahun Februari 2021
Penulis Dimas Ayu Yulianti, Suyatno Sutoyo
Reviewer Winda Yulia Mursida
Tanggal 10 Maret 2023
Abstrak Katuk merupakan salah satu jenis tanaman obat tradisional yang bagian daunya
dipercaya oleh masyarakat Indonesia dapat memperlancar air susu ibu (ASI).
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula terbaik tablet effervescent
dari ekstrak daun katuk dengan variasi konsentrasi kombinasi sumber asam dan
basa. Sumber asam yang digunakan terdiri dari asam sitrat dan asam tartrat,
sedangkan natrium bikarbonat digunakan sebagai sumber basa. Variasi yang
dilakukan yaitu membuat empat formula dengan konsentrasi asam basa sebesar
45%, 50%, 55%, dan 60%. Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet
adalah granulasi basah. Tablet yang dihasilkan dievaluasi mutu fisiknya meliputi
uji keseragaman bobot, kadar air, kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu larut,
derajat keasaman (pH), serta uji organoleptik terhadap 20 responden. Uji
organoleptik meliputi rasa, aroma, bentuk dan warna tablet. Hasil penelitian
menunjukkan tablet effervescent ekstrak daun katuk dengan formulasi asam basa
sebesar 60% (F-4) merupakan formula terbaik karena memenuhi semua
persyaratan mutu fisik tablet effervescent serta menunjukkan tingkat kesukaan
yang tertinggi pada uji organoleptik.
Pengantar
Tumbuhan katuk (Sauropus androgynous
L. Merr.) merupakan salah satu tumbuhan obat tradisional yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia.
Tumbuhan katuk memiliki daun dengan warna hijau gelap pada permukaan atasnya dan warna hijau muda di bagian
bawahnya. Daun katuk berbentuk bulat memanjang dengan bagian ujung daun meruncing serta memiliki ukuran
berkisar 2-7 cm (Santoso, 2014).
Khasiat yang sangat terkenal dari daun katuk adalah dapat melancarkan air susu ibu (ASI). Selain dapat
memperlancar ASI, daun katuk juga memiliki khasiat sebagai antioksidan (Arista, 2013). Uji fitokimia pada ekstrak
metanol daun katuk membuktikan adanya senyawa saponin, flavonoid, tanin, triterpenoid (Djamil & Zaidan, 2016),
serta senyawa steroid (Androstan- 17-on, 3-etil-3-hidroksi-5-alfa), alkaloid, polifenol, dan terpenoid (Kurniawan, et
al., 2020).
Pemberian ASI kepada bayi disarankan eksklusif sampai bayi berusia enam bulan (Kemenkes, 2011). Namun, tidak
selamanya aktivitas menyusui pada ibu menyusui berjalan dengan lancar. Berbagai masalah dirasakan oleh ibu
menyusui, salah satunya adalah masalah pada produksi ASI. Sebagai upaya untuk memperlancar produksi ASI, ibu
menyusui disarankan banyak mengkonsumsi pelancar ASI atau yang biasa disebut dengan laktogogum seperti
vitamin maupun obat herbal seperti daun katuk (Juliastuti, 2019).
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sa’roni, et al. (2004) didapatkan hasil bahwa kelompok ibu menyusui
yang diberi ekstrak daun katuk selama 15 hari berturut-turut dengan dosis 3 x 300mg/hari mampu meningkatkan
produksi ASI sebesar 50,7% lebih banyak daripada kelompok ibu menyusui yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun
katuk. Hal ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi daun katuk mampu meningkatkan dan memperlancar produksi
air susu ibu. Daun katuk mengandung senyawa sterol dan alkaloid yang dapat meningkatkan produksi ASI
(Nindiyaningrum, et al., 2014). Kandungan alkaloid dan sterol pada daun katuk mampu meningkatkan metabolisme
glukosa yang digunakan untuk proses sintesis laktosa sehingga ASI yang dihasilkan akan semakin meningkat
(Ganie, 2003).
Masyarakat Indonesia mengkonsumsi daun katuk dengan cara sederhana yaitu dimasak sebagai sayur untuk lauk
dalam makanan sehari- hari. Hal ini akan sulit dilakukan oleh masyarakat perkotaan karena terkendala dalam
mendapatkan daun katuk yang segar setiap waktu, sehingga diperlukan sediaan dalam bentuk yang lebih praktis
penggunaannya seperti bentuk tablet, ekstrak, pil, dan tablet effervescent. Sediaan dalam bentuk tablet effervescent
merupakan salah satu jenis sediaan farmasi yang mudah untuk dikonsumsi. Tablet effervescent mudah
larut dalam air dan dapat memberikan sensasi rasa yang segar seperti minuman bersoda sehingga memudahkan bagi
konsumen yang tidak dapat mengkonsumsi obat dengan cara menelan kapsul atau pil secara langsung. Sediaan
effervescent dapat meningkatkan kesukaan terhadap produk karena kesan sebagai obat akan berkurang yang
disebabkan oleh munculnya rasa segar dari gas CO2 yang dihasilkan sehingga dapat menutupi rasa pahit. Tablet
effervescent mengandung campuran asam dan basa. Sumber asam yang biasa digunakan yaitu asam sitrat, asam
tartrat, dan asam malat. Sementara itu sumber basa yang dapat digunakan adalah natrium bikarbonat, kalium
bikarbonat, natrium karbonat, kalium karbonat, dan lain-lain (Dewi, et al., 2014).
Berdasarkan hasil penelusuran literatur, belum pernah dilaporkan mengenai penelitian pembuatan tablet
effervescent menggunakan ekstrak daun katuk. Oleh karena itu kami tertarik untuk melakukan penelitian
tentang formulasi tablet effervescent menggunakan ekstrak daun katuk dengan variasi konsentrasi asam dan
basa..
Pembahasan Pembuatan ekstrak daun katuk dilakukan dengan metode maserasi menggunakan
pelarut etanol 96%. Dari 2000 g serbuk daun katuk kering setelah dimaserasi,
diuapkan dengan menggunakan rotavapor, dan dikeringkan menggunakan frezee
dryer didapatkan ekstrak kering daun katuk berwarna hijau gelap sebanyak
50,306 g. Selanjutnya ekstrak daun katuk tersebut siap digunakan untuk membuat
granul ekstrak daun katuk..
Granul ekstrak daun katuk dibuat dengan cara mencampurkan ekstrak kering
daun katuk yang berwarna hijau gelap dengan laktosa dengan perbandingan
massa 1:3. Setelah melalui proses pengadukan, pengayakan dan pengeringan
dalam oven, diperoleh granul ekstrak daun katuk yang berwarna hijau.
Granul ekstrak daun katuk merupakan bagian dari bahan-2 setelah dicampur
dengan bahan pemanis aspartam serta sumber asam berupa asam tartrat, dan
asam sitrat. Setelah dilakukan pencampuran bahan-2 dengan bahan-1 yang terdiri
dari natrium bikarbonat, laktosa, polivinil pirolidon, perisa lemon, PEG 6000,
serta natrium benzoat maka dihasilkan campuran yang siap untuk dicetak dalam
bentuk tablet bikarbonat dengan konsentrasi masing-masing 45%, 50%, 55%, dan
60% dari bobot tablet (2 gram) seperti disajikan pada Tabel 1. Tablet
effervescent ekstrak daun katuk yang dihasilkan berwarna hijau, baik formula F-
1, F-2, F-3, maupun F-4.

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent ekstrak
daun katuk dengan formula F-4 memenuhi semua persyaratan mutu fisik tablet
effervescent, baik keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu larut, kadar
air, dan derajat keasaman (pH) serta memperoleh tingkat kesukaan yang paling
tinggi pada uji organoleptik.
Kekuatan Penelitian Kekuatan dari Jurnal ini adalah berdasarkan ide dan gagasannya
penulismenggunakan dasar teori yang beragam dan relevan sesuai dengan
permasalahan yang ditelitidalam penelitian ini. Selain itu penulis
menggunakan sumber-sumber dan literatur yangbanyak sekali, tersusun
secara sistematis, dan bahasa yang digunakan mudah
dipahami.berdasarkan beberapa kelebihan ini dapat disimpulkan jurnal ini
layak dijadikan referensi dansambutan yang baik dari pembaca
Kelemahan Penelitian Kelemahan dari Penelitian ini adalah bahwa penulis tidak menjelaskan
secara langsung apa tujuan dari penelitian ini. Dalam jurnal tersebut
penulis hanya memyampaikan materi. Selain itu tidak ada pemaparan
dalam grafik maupun gambar dokumentasi hanya sedikit pada jurnal ini.

JURNAL 9
Judul Formulasi Tablet Effervescent Ekstrak Biji Melinjo (Gnetum gnemon
L.) Menggunakan PEG 6000 Sebagai Lubrikan dan Asam Sitrat Asam
Tartrat Sebagai Sumber Asam
Volume & Halaman Eksakta.vol18.iss1.art4
Tahun 2020
Penulis Puput Andi Apsari, Dewi Nur Eka Sari, Aris Perdana Kusuma, Oktavia
Indrati
Reviewer Jihad Malik Mutaqin (21442381018)
Tanggal 12 Maret 2023
Abstrak Biji melinjo (Gnetum gnemon L.) memiliki khasiat sebagai antioksidan
karena mengandung golongan senyawa fenol. Namun demikian,
sampai saat ini belum pernah dibuat menjadi sediaan farmasi
khususnya tablet effervescent. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan formula terbaik dari variasi asam sitrat-tartrat dan PEG
6000 pada tablet effervescent ekstrak biji melinjo. Tablet effervescent
ekstrak biji melinjo dibuat dengan memvariasikan asam sitrat-tartrat
25%:75%, 65%:35%, 50%:50%, 20%:80% dan variasi PEG 6000 0%,
2%, 3%, 5%. Tablet dibuat dengan teknik peleburan asam dan basa
kemudian ditambahkan ekstrak dan bahan lainnya. Evaluasi yang
dilakukan meliputi uji sifat alir dan pengetapan serbuk, uji kekerasan
tablet, uji bobot, uji kerapuhan, serta uji waktu larut tablet. Data
dianalisis dengan membandingkan persyaratannya pada Farmakope
Indonesia V dan United States of Pharmacopeia 36. Variasi asam
sitrattartrat dengan jumlah sama menghasilkan tablet effervescent yang
memiliki nilai kekerasan yang tinggi namun masih dalam nilai yang
dipersyaratkan dengan nilai kerapuhan yang kecil. Konsentrasi asam
sitrat- tartrat yang tidak seimbang menghasilkan nilai kerapuhan yang
lebih tinggi. Semakin besar konsentrasi asam sitrat menghasilkan
waktu larut tablet yang semakin lama. Penambahan PEG 6000
membuat waktu alir granul menjadi semakin cepat. Pada konsentrasi
yang tinggi dapat meningkatkan kekerasan tablet dan dapat
mempercepat waktu larut. Konsentrasi yang terlalu tinggi
menghasilkan nilai kerapuhan yang cukup tinggi pula. Variasi asam
sitrat: asam tartrat dan variasi
PEG 6000 berpengaruh terhadap sifat fisik granul dan sifat fisik tablet
effervescent ekstrak biji melinjo yaitu pada waktu alir granul,
kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan uji waktu larut tablet.
Pendahuluan Melinjo (Gnetum gnemon L.) adalah tanaman dari keluarga Gnetaceae
yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Ekstrak biji melinjo memiliki
efek farmakologis bagi tubuh. Salah satunya, sebagai antioksidan dan
penangkap radikal bebas dengan potensi asam askorbat 14,1 µM dan
DL-alpha-tocopherol 17,1 µM (Kato dkk., 2009). Biji melinjo memiliki
2 fraksi protein yang memiliki aktivitas antioksidan yang efektif
menangkal radikal bebas (Siswoyo dkk., 2011). Kandungan senyawa
polifenol (fenol sederhana, flavonoid, dan tanin), senyawa
gnemonoside yang merupakan salah satu golongan stilbenoid juga
berperan sebagai senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal
bebas (Wazir dkk., 2011). Selain itu terkandung pula vitamin C dan
tokoferol (Santoso dkk., 2010). Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
ekstrak biji melinjo memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam
bentuk sediaan farmasi. Tablet effervescent menjadi pilihan untuk
pengembangan sediaan farmasi dari ekstrak biji melinjo. Tablet jenis
ini akan terlarut di air dan diminum secara per oral dalam bentuk
larutan (Greene dkk., 2016). Sediaan ini diharapkan dapat
mempercepat inisiasi kerja obat karena tidak perlu menunggu waktu
terdisintegrasi (Saifullah dkk., 2016). Penelitian sebelumnya telah
dibuat sediaan effervescent dari bahan alam yang bukan biji melinjo
seperti coklat bubuk, ekstrak kunyit, dan serbuk buah dengan variasi
asam, basa, dan disintegran (Anova dkk., 2016; Anwar, 2016; Miswari
Saifullah dkk., 2016). Penelitian lain menggunakan ekstrak biji melinjo
tetapi belum dibuat dalam bentuk tablet effervescent (Bhat dan Binti
Yahya, 2014). Komponen yang berperan dalam keberhasilan suatu
tablet effervescent yaitu penggunaan variasi asam sitrat dan asam
tartrat (Anova dkk., 2016). Variasi jumlah antara asam sitrat dan asam
tartat berpengaruh signifikan terhadap sifat fisik tablet effervescent
(Anwar, 2016). Selain komponen asam, diperlukan bahan tambahan
berupa pelicin atau lubrikan untuk memperbaiki sifat fisik dari granul
dan tablet effervescent yang dihasilkan (Mehta dkk., 2005). Penelitian
ini menggunakan bahan pelicin PEG 6000, karena sifatnya yang larut
air (Deshmukh dan Kapadia, 2017).
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi terbaik variasi
konsentrasi asam (asam sitrat: asam tartrat) dan bahan pelicin PEG
6000 pada tablet effervescent ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon
L.).
Metode Penelitian
Alat Corong alir (Copley Scientific), alat uji pengetapan (Erweka), alat uji
kerapuhan (Erweka TA 200), alat uji kekerasan tablet (Erweka TBH
125), KLT Densitometer, mesin kempa tablet single punch (Korsch),
moisture balance (Mettler HB 43), pH meter (Inolab WTW Series),
serta oven (Memmert).
Bahan Penelitian ini menggunakan biji melinjo yang diperoleh dari
Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, etil asetat p.a, FeCl3, asam
format p.a, asam gallat, asam sitrat (kualitas farmasetis), asam tartrat
(kualitas farmasetis), aspartam (kualitas farmasetis), etanol 70%
(kualitas farmasetis), etanol 95%, laktosa (PT Brataco), maltodekstrin,
natrium bikarbonat (kualitas farmasetis), PEG (Polyethylen glikol)
6000 (PT Brataco), PVP, silika gel F254, toluen p.a.
Cara Penelitian
Ekstraksi Biji melinjo dikupas hingga diperoleh isi bijinya, kemudian dilakukan
pengeringan menggunakan oven pada suhu 70˚C selama ±24jam.
Setelah didapatkan simplisia biji melinjo kemudian dilakukan ekstraksi
dengan metode maserasi. Sebelum dilakukan maserasi, simplisia biji
melinjo dihaluskan terlebih dahulu. Maserasi dilakukan selama 3x24
jam dengan menggunakan pelarut etanol 70%. Hasil maserasi
kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator untuk
mendapatkan ekstrak kental (Septiani dkk., 2011). Ekstrak biji melinjo
dikeringkan secara manual dengan cara digerus dan ditambahkan bahan
pengering yaitu maltodekstrin dengan perbandingan ekstrak :
Analisis Kualitatif maltodekstrin (1:3).
dan Kuantitatif Analisis senyawa dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa
Ekstrak yang terdapat dalam ekstrak kental sebelum dikeringkan. Analisis
kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode KLT. Fase gerak
yang digunakan adalah toluena : etil asetat : asam format (5:4:1).
Ekstrak kental sebagai sampel ditotolkan pada plat silica gel F254
kemudian plat dielusi setelah fase gerak jenuh. Hasil elusi, dianalisis
menggunakan KLT Densitometer (Pillai dan Pandita, 2016). Analisis
kuantitatif dilakukan dengan mengujikan sampel di Laboratorium
Penelitian dan Pengujian Terpadu Universitas Gadjah Mada (LPPT
UGM) menggunakan metode spektrofotometri.
Pembuatan Tablet Formulasi tablet effervescent dibuat dari ekstrak biji melinjo dengan
Effervescent variasi asam sitrat- asam tartrat dan variasi bahan pelicin PEG 6000
dengan bobot total tablet 2 gram, sebagaimana tercantum pada Tabel I.
Tablet effervescent dibuat dengan cara peleburan. Langkah pertama
ekstrak kering biji melinjo disemprot dengan larutan PVP 0,5% hingga
berbentuk menyerupai granul. Kemudian di oven selama ±24jam pada
suhu 60˚C. Bahan asam yang terdiri dari asam sitrat dan asam tartrat
diayak dengan ayakan nomor 40, kemudian ditambah dengan natrium
bikarbonat dan laktosa. Campuran dikeringkan dengan oven pada suhu
60°C selama 24 jam. Pada formulasi tablet effervescent ini, variasi
asam sitrat : asam tartrat yang digunakan sebesar 25%:75%, 65%:35%,
50%:50%, 20%:80%. Setelah dikeringkan bahanbahan yang sudah
dioven akan berbentuk padatan. Padatan tersebut kemudian digerus dan
diayak dengan ayakan nomor 20, lalu ditambah dengan aspartam dan
PEG 6000 hingga homogen. Formulasi dengan variasi PEG 6000,
digunakan konsentrasi 0%, 2%, 3%, hingga 5%. Tahap berikutnya
adalah pengempaan dengan mesin kempa tablet (Anwar, 2016).
Pembahasan Hasil pengujian KLT-Densitometri diperoleh nilai Rf yaitu sampel
ekstrak biji melinjo yang identik dengan standar sehingga dapat
disimpulkan bahwa ekstrak biji melinjo memiliki kandungan senyawa
yang sama dengan standar. Sementara itu, nilai Rf pada tablet
effervescent setelah pengempaan diperoleh hasil yang identik pula
dengan standar (Tabel 2). Namun demikian, nilai tersebut ada sedikit
perbedaan dengan hasil KLT ekstrak, yang kemungkinan disebabkan
perbedaan allignment atau kesejajaran plat saat dimasukkan dalam alat
densitometer. Tahap berikutnya, pereaksi FeCl3 digunakan untuk
mengidentifikasi senyawa tanin yang ditandai dengan adanya
perubahan warna hitam kehijauan. Perubahan warna terjadi
dikarenakan FeCl3 bereaksi dengan salah satu gugus hidroksi yang ada
pada senyawa tanin
(Pillai dan Pandita, 2016). Berdasarkan hasil pengujian sampel analisis
kuantitatif tablet effervescent ekstrak biji melinjo didapatkan hasil
berupa kadar total fenol ekuivalen asam gallat dari ekstrak biji melinjo
sebesar 6,83 % b/b dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Nilai
kuantitatif ini digunakan untuk menentukan dosis ekstrak pada tablet
untuk menghasilkan efek antioksidan. Sementara itu, pada tablet
effervescent, kandungan total fenol ekuivalen asam gallat adalah 1,9 %
b/b. Nilai ini lebih rendah daripada saat dalam bentuk ekstrak karena
pada bentuk tablet, sudah ditambahkan dengan eksipien lainnya.
Kesimpulan Perbedaan variasi asam sitrat-tartrat dan PEG 6000 berpengaruh
terhadap sifat fisik tablet effervescent ekstrak biji melinjo. Semakin
besar konsentrasi asam sitrat menghasilkan waktu larut tablet
effervescent ekstrak biji melinjo yang semakin lama. Penambahan PEG
6000 sebagai lubrikan pada konsentrasi yang besar dapat menghasilkan
nilai kerapuhan yang cukup tinggi. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa formula IV yang mengandung asam tartrat terbanyak
menghasilkan sifat
fisik granul maupun tablet yang paling dapat diterima dari keseluruhan
formulasi.

JURNAL 10
Judul FORMULASI TABLET EFFERVESCENT BERBAHAN DASAR
ALAMI
Volume & Halaman Agrointek Volume 15 No 4 Desember 2021: 992-1000
Tahun 2020
Penulis Ayu Aprilia, Nur Imam Satria, Ade Dwi Septyarini, Maherawati
Maherawati
Reviewer Jihad Malik Mutaqin (21442381018)
Tanggal 12 Maret 2023
Abstrak Bahan alami menjadi pilihan masyarakat dan menjadi gaya hidup sehat
dalam mengkonsumsi makanan. Salah satu sajian minuman fungsional
dari bahan alam adalah tablet effervescent. Bahan alami yang paling
banyak digunakan sebagai bahan utama pembuatan tablet effervescent
adalah buah-buahan, rimpang, kulit buah, daun, dan biji-bijian.
Senyawa paling aktif yang terdapat pada tablet effervescent dari bahan
alam adalah senyawa antioksidan (fenolik, flavonoid, tanin, saponin,
dan antosianin), vitamin (A, B1, B2, C, dan D), dan mineral (kalium,
natrium, besi, dan magnesium). Metode yang paling banyak digunakan
untuk memproduksi tablet effervescent adalah metode granulasi basah.
Metode lain yang digunakan adalah metode granulasi kering dan
kempa langsung. Formulasi tablet effervescent terdiri dari komponen
asam, basa, pengikat, pelumas, pengisi, dan pemanis. Formulasi tablet
effervescent alami yang paling banyak digunakan adalah asam sitrat,
natrium bikarbonat sebagai basa, Polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai
pengikat, PEG 6000 sebagai pelumas, laktosa sebagai pengisi, dan
asam aspartat sebagai pemanis. Itu pembuatan tablet effervescent dari
bahan alam sedang mengembangkan cara mengkonsumsi minuman
fungsional yang lebih praktis dan bermanfaat bagi kesehatan.
Pendahuluan Tablet effervescent merupakan suatu bentuk sediaan yang
menghasilkan gelembung gas yang merupakan hasil reaksi kimia
dalam larutan (Nariswara et al., 2013). Tablet effervescent merupakan
tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul (campuran
serbuk) yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain
yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. Tablet
effervescent dibuat berbuih untuk mendorong lebih cepat hancur dan
melarutnya tablet ketika ditambahkan ke dalam air atau minuman yang
berair (Lynatra et al., 2018). Tablet effervescent menghasilkan gas
CO2 sebagai hasil reaksi kimia bahan-bahan penyusun tablet dengan
cairan pelarutnya (air). Tablet dapat melarut sendiri dengan adanya gas
CO2 yang membantu proses pelarutan (Tanjung dan Puspitasari, 2019).
Tablet effervescent merupakan produk yang praktis karena mudah
dikonsumsi,
cepat larut dalam air tanpa harus mengaduk, memberikan efek sparkle
seperti pada minuman soda dan memiliki umur simpan yang lebih lama
(Pribadi et al., 2014). Tablet dibuat dengan cara pengempaan bahan
utama dengan campuran asam-asam organik dan basa. Selain itu
dibutuhkan juga bahan pengisi (fillers), bahan perekat (binders), dan
bahan pelicin (lubricants). Tablet effervescent sudah cukup lama
dikembangkan untuk produkproduk farmasi, biasanya sebagai
suplemen
kalsium dan vitamin C (Rosida et al., 2017). Dalam bidang pangan,
tablet effervescent dapat dikembangkan sebagai salah satu inovasi
bentuk minuman fungsional yang lebih praktis. Tablet effervescent ini
bisa menjadi alternatif yang bagus bagi mereka yang mungkin
mengalami kesulitan menelan karena penyakit atau usia (Patel dan
Siddaiah, 2018). Berdasarkan gaya hidup sehat saat ini, penggunaan
bahan-bahan alami mengalami peningkatan karena masyarakat sudah
semakin sadar dengan pentingnya mengurangi bahan sintetik dalam
konsumsi sehari-hari. Penggunaan bahan alami sebagai salah satu
upaya pengobatan di masyarakat telah lama dilakukan. Bahan alami
yang biasa digunakan dapat berasal dari rempahrempah tradisional
Indonesia yang telah dipercaya secara turun temurun berguna bagi
kesehatan tubuh seperti kayu secang, asam jawa, jahe, temulawak,
kunyit putih, daun sirih kencur, dan rimpang lainnya. Adapun yang
berasal dari buahbuahan seperti mengkudu, belimbing wuluh, labu
siam, jeruk, nangka, jambu biji dan lainnya. Secara biologis, konsumsi
dari produk herbal dan buah memang berkaitan dengan proteksi tubuh
terhadap beberapa penyakit. Hal ini sangat dimungkinkan karena pada
produk–produk herbal ini banyak mengandung senyawa–senyawa
antioksidan (Chabib et al., 2015). Tablet effervescent yang dibuat dari
bahan alami akan meningkatkan variasi cara konsumsi bahan alami
yang bermanfaat bagi tubuh. Pembuatan Tablet effervescent dari bahan
alami membutuhkan formulasi yang tepat untuk menjadi suatu bentuk
sediaan yang mudah dikonsumsi masyarakat. Review ini bertujuan
untuk mengetahui berbagai bahan alami yang dapat diolah menjadi
sediaan tablet effervescent dan mengetahui formulasi masing-masing
bahan dalam pembuatan tablet effervescent berbahan dasar alami.
Hasil Bahan alami didefinisikan sebagai material organik yang dihasilkan
danPembahasan oleh alam dan memiliki khasiat tertentu untuk kesehatan baik dalam
bentuk segar, sediaan kering, ekstrak, maupun senyawa tunggal hasil
pemurnian (Agung, 2017). Beragam bahan alami yang tersedia di alam
menunjukkan bahwa terdapat beragam jenis bahan-bahan yang dapat
digunakan sebagai bahan utama pembuatan tablet effervescent. Bahan
alami ini mempunyai kandungan senyawa fungsional yang sangat
beragam (Tabel 1). Bahan alami yang digunakan dalam tablet
effervescent dapat berupa buah, rimpang, kulit buah, daun, biji dan
bahan alami lainnya. Bahan alami yang paling banyak digunakan
dalam
pembuatan tablet effervescent yaitu dari kelompok buah-buahan, hal
ini karena masyarakat Indonesia senang mengonsumsi buah, umumnya
buah dikonsumsi dalam bentuk segar (buah potong) atau dikonsumsi
dalam bentuk jus (Cempaka et al., 2015). Buah yang digunakan
diantaranya buah belimbing wuluh, mengkudu, kasturi, nangka dan
delima. Kelompok rimpang termasuk dalam bahan alami yang juga
banyak digunakan setelah buahbuahan, tablet effervescent dapat dibuat
dengan jahe merah, jahe emprit, dan temulawak. Selain itu tablet juga
dapat dibuat dari kulit buah, daun, biji, dan kombinasi seperti kulit
buah naga merah dengan buah salam. Bahan alami yang digunakan
pada pembuatan tablet effervescent mengandung berbagai macam
senyawa aktif. Antioksidan merupakan zat aktif yang paling banyak
ditemukan terdapat formulasi tablet effervescent dari bahan alami
karena antioksidan banyak terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran,
dan biji-bijian (Silvia et al., 2016). Kelompok senyawa antioksidan
yang banyak terdapat dalam buah-buahan adalah fenolik, flavonoid,
tanin, saponin dan antosianin (Khumaida et al., 2017). Antioksidan
yang terkandung dalam bahan alami memiliki berbagai manfaat seperti
menjaga kesehatan sel, dan memperbaiki kekebalan tubuh (Sari, 2019).
Selain antioksidan, zat aktif yang banyak terkandung dalam bahan
alami yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah
vitamin dan mineral. Jenis vitamin yang terkandung dalam bahan alami
yaitu vitamin A, B1, B2, C, dan D. Sedangkan mineral yang
terkandung dalam bahan alami adalah kalium, natrium, besi, dan
magnesium. Tablet effervescent berbahan alami dibuat dengan
beberapa metode yaitu dengan cara granulasi basah, granulasi kering
dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan tablet sangat
tergantung pada sifat fisik dan kimia dari zat aktif di dalam bahan
(Priyanto, 2011). Metode granulasi basah digunakan apabila zat aktif
tahan terhadap lembap dan panas. Umumnya digunakan pada zat aktif
yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitas yang
buruk (Syofyan et al., 2015). Tujuan dari pembuatan tablet
menggunakan metode granulasi basah yaitu agar dapat memperbaiki
sifat alir masa cetak dengan cara memproses campuran partikel zat
aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga
terjadi massa lembap dan dapat menghasilkan tablet yang tidak rapuh
(Suhery et al., 2016). Keuntungan dari metode granulasi basah antara
lain menaikkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk, distribusi yang
baik dan keseragaman kandungan bagi zat aktif dosis kecil dan
mencegah pemisahan komponen campuran selama proses produksi
berlangsung. Metode granulasi basah merupakan metode yang paling
sering digunakan pada pembuatan tablet effervescent karena
merupakan metode paling tua dan paling konvensional dalam
pembuatan tablet (Pratiwi et al., 2017). Metode granulasi kering
digunakan untuk bahan aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu
tinggi untuk dikempa langsung atau bahan aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembapan serta sifat alir dan kompresibilitas yang
relatif buruk. Tujuan penggunaan metode granulasi kering yaitu untuk
dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak
tablet. Metode kering dilakukan dengan memproses partikel bahan
aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi
massa padat dengan tekanan tinggi menggunakan slugging machine.
Setelah menjadi massa padat, bongkahan dihancurkan dengan mesin
granulator agar memperoleh karakteristik granul yang dikehendaki.
Keuntungan metode granulasi kering adalah tidak perlu panas dan
kelembapan dalam proses granulasi sehingga cocok untuk zat aktif dan
eksipien yang sensitive terhadap panas dan lembap (Murtini dan Elisa,
2018). Metode kempa langsung yaitu pembuatan tablet dengan cara
langsung mengempa campuran serbuk (zat aktif dan eksipien), dan
tidak ada proses sebelumnya kecuali penimbangan dan pencampuran
(Oksprastowo et al., 2011). Keunggulan metode ini yaitu mudah dan
murah, karena menggunakan peralatan cetak tablet konvensional,
bahan tambahan mudah didapat, dan prosedur yang singkat.
Kelemahan metode ini terbatas pada zat aktif dengan dosis kecil dan
mempunyai sifat alir baik (Suhery et al., 2016) Formulasi Tablet
Effervescent Berbahan Alami Dalam pembuatan tablet effervescent,
salah satu tahapan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas,
karakteristik sensoris, kimia dan fisik dari tablet effervescent yang
dihasilkan adalah
formula yang digunakan. Salah satunya pengaruh formulasi terhadap
tablet effervescent yaitu penggunaan komponen asam dan basa.
Semakin
banyak penambahan sumber asam dan basa, maka semakin cepat waktu
larutnya. Hal ini disebabkan karena semakin banyak sumber asam dan
basa yang digunakan semakin banyak karbondioksida yang dihasilkan
(Yulianti et al., 2021). Perlakuan komponen asam yang digunakan juga
akan berpengaruh terhadap kekerasan, kecepatan larut, kadar air, pH,
vitamin C, kenampakan dan rasa tablet effervescent yang dihasilkan
(Romantika et al., 2017). Pada umumnya dalam pembuatan tablet
effervescent, komponen yang digunakan adalah komponen asam, basa,
pengikat, pelicin, pengisi dan pemanis (Tabel 2). Komponen asam
digunakan dalam pembuatan tablet effervescent, untuk memudahkan
kelarutan dan menurunkan pH. Komponen asam yang biasa digunakan
adalah asam tartrat dan asam sitrat. Asam tartrat pada konsentrasi
tertentu mempunyai daya larut yang lebih baik dibanding asam sitrat.
Sedangkan asam sitrat mempunyai kelarutan yang tinggi dalam air dan
mudah diperoleh dalam bentuk granul (Dewangga et al., 2017). Asam
sitrat merupakan asam yang paling umum digunakan dalam sediaan
effervescent karena mudah didapat, melimpah, relatif tidak mahal,
sangat mudah larut, memiliki kekuatan asam yang tinggi (Gusmayadi
et al., 2016). Selain itu, asam sitrat juga mempengaruhi kadar air tablet
dengan mengikat kelembapan udara pada tablet. Hal ini dikarenakan
asam sitrat yang bersifat higroskopis sehingga memiliki kemampuan
untuk menyerap udara (Mutiarahma et al., 2019). Formulasi tablet
effervescent, biasanya menggunakan kombinasi asam sitrat dan asam
tartrat. Kombinasi asam sitrat dan asam tartrat adalah kombinasi yang
umum digunakan karena nilai lebih ekonomis dan mudah didapat
dibandingkan dengan sumber asam dan senyawa karbonat lainnya. Hal
ini dikarenakan pemakaian bahan asam tunggal saja dapat
menimbulkan
kesukaran. Asam tartrat jika digunakan sebagai asam tunggal, serbuk
yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan
menggumpal. Sedangkan asam sitrat saja akan menghasilkan campuran
lekat dan sukar menjadi serbuk (Sholikhah et al., 2018). Komponen
basa dalam pembuatan tablet effervescent memiliki fungsi yang sama
seperti
pada komponen asam yaitu memudahkan kelarutan. Selain itu,
komponen basa juga berfungsi untuk meningkatkan kadar kebasaan
dalam tablet. Sumber basa yang paling banyak digunakan adalah
natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat bereaksi dengan melepaskan
ion Na+ yang kemudian akan bereaksi dengan air dan sumber asam
sehingga membentuk garam natrium bikarbonat sehingga mengurangi
aktivitas H+ yang menyebabkan larutan akan semakin basa
(Mutiarahma et al., 2019). Natrium bikarbonat merupakan bagian
terbesar sumber karbonat dengan kelarutan yang sangat besar dalam
air, free flowing, dan non higroskopis. Natrium bikarbonat akan
menimbulkan gas CO2 bila direaksikan dengan asam. Untuk
menghasilkan reaksi effervescent tersebut dibutuhkan tiga molekul
natrium bikarbonat untuk menetralisir satu molekul asam sitrat dan dua
molekul natrium bikarbonat untuk menetralisir satu molekul asam
tartrat. Sumber asam dan karbonat dapat
menghasilkan reaksi effervescent yang baik apabila masing masing
digunakan pada range konsentrasi 25-40 % dari bobot tablet (Kholidah
et al., 2014). Bahan tambahan yang terpenting dalam pembuatan tablet
effervescent adalah bahan pengikat (binder). Bahan pengikat berfungsi
untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, sehingga
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir
granul. Beberapa contoh bahan pengikat adalah gelatin, PGA, CMC,
dan PVP. Polivinil pirolidon (PVP) adalah salah satu bahan pengikat
yang sering digunakan dalam pembuatan tablet effervescent. Granul
dengan bahan pengikat PVP memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
yang minimum, menghasilkan fines (materi halus atau serbuk) lebih
sedikit dan daya kompaktibilitasnya lebih baik. PVP sebagai bahan
pengikat dapat digunakan dalam bentuk larutan berair maupun alkohol.
PVP juga berkemampuan sebagai pengikat kering. Penggunaan PVP
sebagai bahan pengikat menghasilkan tablet yang tidak keras, waktu
disintegrasinya cepat sehingga cepat terdisolusi dalam cairan tubuh,
terabsorpsi, setelah itu terdistribusi ke seluruh tubuh serta sirkulasi
sistemik dan memberikan efek terapi (Putra et al., 2019). Bahan pelicin
(lubricant) juga merupakan bahan tambahan yang penting dalam
pembuatan tablet effervescent. Hal ini dimaksudkan agar tablet tidak
lekat pada cetakan (matris). Contoh bahan pelicin adalah PEG 6000,
Talk dan Mg Stearat. Zat pelicin yang paling ideal untuk sediaan tablet
effervescent adalah PEG 6000. PEG 6000 digunakan karena sifatnya
yang larut air (Apsari et al., 2018). Bahan tambahan lain yang
digunakan dalam pembuatan tablet effervescent adalah bahan pengisi
(fillers), dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet, memperbaiki
kompresibilitas, memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa
langsung dan meningkatkan sifat alir. Biasanya digunakan manitol,
Starch 1500, maltodekstrin dan laktosa. Penggunaan laktosa sebagai
bahan pengisi yang paling banyak digunakan karena bersifat inert
(tidak bereaksi) hampir pada semua bahan obat. Laktosa stabil secara
kimia, fisika, dan mikrobiologis. Umumnya formula dengan laktosa
sebagai bahan pengisi menunjukkan laju pelepasan obat yang baik.
Selain itu, harga laktosa lebih murah daripada banyak bahan pengisi
lainnya (Syamsul dan Supomo, 2014). Bahan pemanis yang biasa
ditambahkan dalam pembuatan tablet effervescent adalah manitol,
sukrosa, laktosa, sakarin, aspartam dan pemanis alami yaitu daun
stevia. Sedangkan yang paling sering digunakan adalah aspartam.
Aspartam digunakan karena tidak bersifat higroskopis, tingkat
kemanisannya 160-200 kali sukrosa sehingga dengan jumlah yang
sedikit saja sudah menghasilkan rasa manis yang cukup. Kelebihan
aspartam yang lain adalah tidak ada rasa pahit (after taste) yang sering
terdapat pada pemanis lainnya. Penggunaan maksimal aspartame dalam
ADI yaitu 40 mg/kg berat badan. Namun, aspartam tidak stabil pada
suhu tinggi, sehingga cocok untuk digunakan pada effervescent yang
tidak mengalami proses pemanasan pada saat formulasi dan
pentabletan (Mutiarahma et al., 2019). Pemanis lain yang biasa
digunakan dari bahan alami adalah daun stevia. Stevia merupakan
pemanis alami yang berasal dari tanaman Stevia (Stevia rebaudiana)
dan telah digunakan oleh beberapa Negara sebagai pemanis alami
pengganti gula. Stevia mengandung stevioside yang merupakan bahan
pemanis non tebu dengan kelebihan tingkat kemanisan 200-300 kali
dari gula tebu dan diperoleh dengan mengekstrak daun stevia (Lynatra
et al., 2018).
Kesimpulan Tablet effervescent merupakan salah satu alternatif penyajian minuman
fungsional dari bahan alami yang dapat dikonsumsi dengan mudah.
Bahan alami paling banyak yang digunakan sebagai bahan utama
pembuatan tablet effervescent adalah kelompok buah-buahan karena
mempunyai rasa yang segar. Metode granulasi basah menjadi pilihan
terbanyak yang digunakan dalam pembuatan tablet effervescent dari
bahan alami karena dapat memperbaiki sifat alir masa cetak sehingga
dapat menghasilkan tablet yang tidak rapuh. Perpaduan asam sitrat dan
asam tartrat serta natrium bikarbonat sebagai komponen asam dan basa
merupakan formulasi yang paling sering digunakan. Selain itu,
komponen pemanis yang banyak digunakan dalam formulasi sediaan
effervescent adalah aspartam, karena tidak ada rasa pahit atau after
taste yang sering terdapat pada pemanis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1 2
Jurnal Ratnaningsih Dewi Astuti , Wahyu Ardi Wijaya , Jurnal Sekararum Diah
Kartikasari, Yosi Bayu Murti, Mufrod Kompresi Direk, Medika, no.7, 586-
593, tahun ke-9 cit Santoso, I.B., 2006, Pembuatan Tablet
Effervescent Fraksi Kurkuminoid Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.),

Anda mungkin juga menyukai