Anda di halaman 1dari 18

TEORI KEPERAWATAN MENURUT BETTY NEWMAN

Betty Newman merupakan penteori yang lahir pada tahun 1924 di Ohio. Newman lahir dan
besar dalam keluarga petani yang hidup dengan sederhana. Latar belakang sederhana ini
membentuk karakteristik pribadi yang mudah berinteraksi dengan orang lain. Tahun 1957,
Neuman menyelesaikan pendidikannya di sekolah keperawatan. Setelah itu, Newman bekerja di
salah satu rumah sakit di California sebagai perawat dan membimbing praktik klinik di University
of Southern California (Alligood, 2010).
Betty Newman merupakan seorang perawat dengan latar belakang keperawatan jiwa, lulus
master keperawatan tahun 1966 dari UCLA (University of California, Los Angeles). Newman
memulai pekerjaannya mengajar pada tahun 1966 dan mengkoordinasikan program spesialis
konsultasi kesehatan jiwa masyarakat. Meskipun fakultas UCLA pada saat itu sangat sibuk
mengoperasikan dan mengimplementasikanteori Johnson, Newman tidak terlibat dalam proses ini.
Saat itu Newman berfokus pada pengembangan kerangka untuk mendeskripsikan peran perawat
sebagai konselor, salah satu yang dapat membantu siswa menggambarkan dan menjelaskan
tindakan mereka dan merasionalkan tindakannya.
Newman bekerja sebagai guru, konsultan, dan penulis serta melakukan praktek swasta kecil
seperti mengurusi pernikahan berlisensi dan konselor keluarga. Newman memikirkan program
pengurangan stress dan pertolongan untuk anak-anak retradasi mental. Newman menyelesaikan
pendidikan Doktoral dari Universitas Ohio tahun 1985. Saat ini Newman bekerja sebagai dosen,
penulis dan konsultan, dan ia merupakan konsultan dalam pengimplementasian Newman Systems
Model.
Teori Newman memiliki beberapa keaslian paradigma. Salah satunya dengan jelas
dipaparkan oleh Newman adalah teori sistem sebagai konseptual. Newman mengadaptasi teori
Caplan (1964) yang berfokus pada pencegahan sebagai intervensi, yang digunakannya dalam
mengajar program master di komunitas kesehatan jiwa untuk menjelaskan level tindakan
keperawatan. Sumber lainnya yang di identifikasi oleh Newman adalah Chardin teori (1955)
mengenai konseptual keutuhan : Putt teori (1972) aplikasi teori sistem dalam keperawatan : ide
mengenai adaptasi dan lingkungan. Newman mempercayai sumber-sumber ini sepenuhnya
berguna dan sesuai apabila aplikasikan oleh tenaga kesehatan terutama kesehatan jiwa. Oleh sebab
itu Newman mengadopsi teori-teori tersebut dalam teorinya sehingga dapat digunakan oleh
interdisipliner (disiplin ilmu yang berbeda) (Maleis, 2011).
Newman dalam teorinya meyakini bahwa perawat dan klien adalah dua individu yang dapat
mengantisipasi adanya stressor atau mungkin menjadi seseorang yang dapat larut dalam keadaan
stress. Model keperawatan Newman berfokus terhadap stress dan faktor pemulihan (adaptasi).
Newman menekankan pada aspek fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan perkembangan spiritual.
Secara keseluruhan model keperawatan Newman mengemukakan bahwa dalam pemberian asuhan
keperawatan kepada klien yang mengalami stress, perawat harus melakukan pendekatan
perorangan secara total dengan memperhatikan faktor-faktor mengenai klien, stress akibat
lingkungan, respon terhadap stress, garis resisten, pertahanan kesehatan, energi dan kesehatan
(Betty Newman, & Fawcett, 2011). Teori sistem sebagai konseptual. Newman mengadaptasi teori
Caplan (1964) yang berfokus pada pencegahan sebagai intervensi, yang digunakannya dalam
mengajar program master di komunitas kesehatan jiwa untuk menjelaskan level tindakan
keperawatan. Sumber lainnya yang di identifikasi oleh Newman adalah Chardin teori (1955)
mengenai konseptual keutuhan : Putt teori (1972) aplikasi teori sistem dalam keperawatan : ide
mengenai adaptasi dan lingkungan. Newman mempercayai sumber-sumber ini sepenuhnya
berguna dan sesuai apabila aplikasikan oleh tenaga kesehatan terutama kesehatan jiwa. Oleh sebab
itu Newman mengadopsi teori-teori tersebut dalam teorinya sehingga dapat digunakan oleh
interdisipliner (disiplin ilmu yang berbeda) (Maleis, 2011).
1. Uraian Konsep Model Keperawatan Betty Newman
a) Model Keperawatan Newman
Dasar filosofis dari model keperawatan Newman meliputi keutuhan, berorientasi
pada kesehatan, persepsi klien dan motivasi, dan sistem perspektif energi dinamis serta
interaksi variabel dengan lingkungan untuk mengurangi stresor internal dan eksternal,
saat perawat dan klien membentuk hubungan kemitraan untuk bernegosiasi mencapai
tujuan yaitu meningkatkan kesehatan secara optimal, restorasi dan pertahanan. Model
keperawatan Newman mengutamakan kesehatan yang berorientasi dan holistik. Isi model
ini mengacu pada teori Gestalt, teori stress yang terorganisir secara dinamis. Hal ini
berdasarkan stress dan reaksi atau kemungkinan bereaksi terhadap stress dalam
lingkungan klien sebagai suatu sistem (Newman, and Fawcett, 2011)
Model keperawatan Newman digambarkan sebagai sistem keperawatan terbuka
yang berbasis konseptual, dan merupakan kerangka kerja bagi keperawatan dan disiplin
kesehatan lain. Fokus dari model keperawatan Newman adalah terkait dengan stress, reaksi
terhadap stressor, dan intervensi pencegahan pada reaksi potensial dan aktual reaksi
terhadap stressor (intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal). Bagan tersebut juga
menggambarkan klien sebagai suatu sistem perspektif yang terbuka secara menyeluruh dan
multidimensional. Bagan tersebut juga menggambarkan lima interaksi variabel yaitu
fisiologis, psikologis, sosiokultural, pengembangan dan spiritual yang berfungsi secara
harmonis atau stabil yang dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal
klien(Newman, and Fawcett, 2011).
b) Perspektif Model Keperawatan Newman
Berikut merupakan ringkasan perspektif model keperawatan Newman :

 Newman memandang setiap klien baik individual maupun kelompok sebagai suatu
sistem yang unik; dimana setiap sistem memiliki karakteristik tertentu yang berasal
dari dalam diri maupun dari lingkungan luar klien.
 Klien merupakan sebuah sistem yang dinamis, seperti energi yang terus menerus
mengalami perubahan terhadap lingkungan.
 Stressor yang berasal dari lingkungan klien baik yang diketahui maupun yang tidak
diketahui oleh klien berpotensi mengganggu kestabilan kondisi kesehatan klien baik
secara fisiologis, psikologis, sosial budaya, perkembangan, maupun spiritual klien.
 Setiap klien memiliki rentang respon normal terhadap lingkungan yang disebut dengan
garis pertahanan normal atau keadaan stabil. Ini menunjukan bahwa perubahan
tingkat stress dipengaruhi pola koping dari waktu ke waktu. Garis pertahanan normal
dapat digunakan sebagai standar pengukuran penyimpangan dari kondisi sehat.
 Ketika pertahanan normal tidak lagi mampu melindungi klien dari stressor yang
berasal dari lingkungan maka hubungan timbal balik antara variabel (fisiologis,
psikologis, sosial budaya, perkembangan dan spiritual) menentukan sifat dan tingkat
reaksi atau reaksi terhadap stressor.
 Klien yang sehat atau sakit merupakan suatu sistem yang dinamis yang berhubungan
dengan variabel fisiologis, psikologis, sosial budaya, pengembangan dan spiritual.
Kesehatan merupakan rangkaian sistem yang mendukung tercapainya sistem stabilitas
yang optimal.
 Pertahanan dalam diri setiap klien merupakan pertahanan internal, yang dikenal
sebagai garis pertahanan, yang berfungsi untuk menstabilkan dan mengembalikan
klien ke keadaan kesehatan yang biasa (garis pertahanan normal) atau mungkin ke
keadaan sehat yang optimal.
 Promosi kesehatan merupakan salah satu intervensi pencegahan primer dalam model
keperawatan Newman yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor resiko terjadinya
stress pada klien.
 Pencegahan sekunder dapat dilakukan berhubungan dengan reaksi terhadap stress,
intervensi sesuai prioritas, dan pengobatan untuk mengurangi efek stress.
 Pencegahan tersier dimulai setelah terjadinya tahap pemulihan sehingga klien kembali
pada kondisi seperti pada tahap pencehagan primer (Newman and Fawcett, 2011)
2. Paradigma Model Keperawatan Newman
1. Manusia sebagai klien/system
Manusia dipandang sebagai klien atau sistem. Model keperawatan Newman
menganggap klien, apakah satu atau banyak, proksimal atau distal, sebagai suatu sistem.
Setiap sistem harus diidentifikasi atau ditentukan, bersama dengan bagian-bagian yang ada
didalamnya. Apa yang pasti atau termasuk dalam batas sistem harus memiliki relevansi
dengan disiplin kesehatan tertentu dan mewakili fokus terhadap realitas ruang lingkupnya.
Model keperawatan Newman menggambarkan klien sebagai suatu sistem yang dapat
berupa individu, keluarga, kelompok, komunitas, atau permasalahan sosial. Sistem
merupakan gabungan lima macam bentuk interaksi, yang memiliki berbagai tingkat
pengembangan dan memiliki rentang interaksi dan potensial. Lima macam bentuk interaksi
dalam sistem :
 Fisiologis (struktur tubuh, dan fungsi internal)
 Psikologis (proses kejiwaan dan interaksi terhadap lingkungan baik internal maupun
eksternal)
 Sosial budaya (gabungan antara kondisi sosial budaya, dan pengaruhnya)
 Pengembangan (terkait lamanya proses pengembangan dan aktivitas)
 Spiritual (Kepercayaan spiritual dan pengaruhnya)
Klien atau sistem dipengaruhi oleh cincin konsentris atau lingkaran yang mengeliling
struktur dasar. Struktur dasar atau pusat inti adalah sumber dari lima variabel yang ada
pada klien atau sistem dan merupakan gambaran dari kehidupan dan kematian manusia
didalam konteks persimpangan yang saling berkaitan dan berinteraksi. Faktor
kelangsungan hidup dasar pada manusia berada di pusat inti, hal ini termasuk didalamnya
bawaan atau genetik dan kekuatan serta kelemahan yang ada pada klien (Newman dan
Fawcett, 2011).
Mekanisme pelindung pada struktur dasar pada model keperawatan Newman :
 Garis Pertahanan Fleksibel (The flexible line of defense)
Garis pertahanan fleksibel membentuk batas luar sistem klien yang
ditetapkan, apakah klien tunggal, kelompok atau masalah sosial. Setiap baris dari
pertahanan dan perlawanan mengandung unsur pelindung yang terkait dengan lima
variabel (fisiologis, psikologis, perkembangan, sosiokultural, dan spiritual).
Mencegah invasi stressor pada klien dan sistem, menjaga agar sistem terbebas dari
reaksi yang ditimbulkan oleh stressor, atau gejalanya (Newman dan Fawcett, 2011).
 Garis Pertahanan Normal (The normal line defense)
Garis pertahanan fleksibel melindungi garis pertahanan normal. Garis
pertahanan normal digambarkan sebagai garis batas padat yang mengelilingi garis
pertahanan resisten yang terputus. Garis ini mewakili klien, perkembangan klien
dari waktu ke waktu atau tingkat kesehatan klien. Penyesuaian dari lima variabel
sistem klien terhadap stresor lingkungan menentukan tingkat kestabilan dan
tingkat kesehatan biasa klien. Garis pertahanan normal adalah standar terhadap
penyimpangan dari keadaan kesehatan yang dapat ditentukan. Garis pertahanan
normal menggambarkan stabilitas dan integritas tubuh dalam mempertahankan
kesehatan optimal. Faktor yang kesehatan yang adap pada garis pertahanan normal
adalah variabel sistem, pola koping, faktor gaya hidup, pengaruh perkembangan dan
spiritual, dan pertimbangan budaya. Setiap stressor dapat menginvasi garis
pertahanan normal bila tidak dilindungi oleh garis pertahanan fleksibel. Reaksi
klien dapat mengurangi kemampuan sistem untuk menahan dampak stressor
tambahan, terutama jika efektivitas garis perlawanan berkurang. Garis pertahanan
normal dianggap dinamis yang dapat melebar dan mengecil dari waktu ke waktu.
Contohnya, kestabilan atau kesehatan mungkin mengalami reaksi stresor yang
sama, berkurang atau meluas (Newman dan Fawcett, 2011).
 Garis Resisten (Resistance line)
Rangkaian garis resisten disekitar struktur dasar diidentifikasikan sebagai
garis perlawanan klien. Garis-garis ini diaktifkan setelah invasi dari garis
pertahanan normal oleh tekanan lingkungan. Garis resisten melindungi struktur
dasar. Garis resisten ini mengandung faktor tertentu baik yang diketahui maupun
tidak diketahui dan faktor eksternal yang mendukung struktur dasar klien dan
pertahanan normal sehingga melindungi integritas sistem. Contohnya sel darah
putih atau aktivasi mekanisme sistem kekebalan tubuh. Efektivitas garis
perlawanan memungkinkan sistem dalam membalikan reaksi terhadap stresor,
ketidakefektifan mengakibatkan hilangnya energi dan kematian (Newman dan
Fawcett, 2011).
2. Lingkungan
Lingkungan secara luas didefinisikan sebagai semua faktor internal dan eksternal
atau pengaruh disekitar klien atau sistem. Model Newman mengidentifikasi tiga lingkungan
yang relevan :
 Lingkungan Internal (Internal Enviroment)
Lingkungan internal dipengaruhi oleh semua kekuatan atau pengaruh
internal atau batas-batas yang ditetapkan klien/ sistem. Ini berhubungan dengan
faktor intrapersonal atau stressor dalam model Newman (Newman dan Fawcett,
2011).
 Lingkungan Eksternal (Eksternal Enviroment)
Lingkungan eksternal didefinisikan terdiri dari semua kekuatan atau
pengaruh diluar klien/sistem. Hal ini berkorelasi dengan baik antar faktor intra dan
ekstra personal atau stressor (Newman dan Fawcett, 2011).
 Lingkungan yang diciptakan (Created Enviroment)
Lingkungan yang tidak kalah penting adalah lingkungan yang diciptakan,
yang merupakan sistem terbuka tempat bertukarnya energi lingkungan baik
internal maupun eksternal. Lingkungan ini dikembangkan secara tidak sadar oleh
klien, yang juga berperan mempengaruhi sistem kesehatan klien.lingkungan yang
diciptakan dapat mempberikan pengaruh secara langsung maupun secara tidak
langsung, dalam keadaan sadar maupun tidak sadar atas pemeliharaan kesehatan
klien.Faktor kesehatan dan kesakitan merupakan faktor penyebab yang harus
dievaluasi baik internal, bawaan, dan eksternal (variabel dan stressor) yang
mempengaruhi klien; diketahui atau bersifat potensial, interaksi dan saling
ketergantungan yang harus di identifikasi dan dihubungkan. Kesehatan klien secara
optimal bergantung pada pengkajian faktor secara menyeluruh, melalui tindakan
keperawatan dan intervensi keperawatan. Kesadaran klien untuk memciptakan
lingkungan dan hubungan dengan kesehatannya merupakan fokus utama yang
diharapkan keperawatan untuk dapat mempengaruhi dan lebih lanjut
mengembangkan praktik dasar berdasarkan hasil penelitian. Sebagai pemberi
pelayanan harus mengenali lingkungan yang diciptakan oleh klien, mampu
memberikan intervensi, mengedepankan kepentingan hubungan interpersonal
(Newman dan Fawcett, 2011).
Model keperawatan Newman membagi stressor menjadi tiga yang terdapat
didalam maupun diluar sistem klien yaitu :
 Intrapersonal stressor : lingkungan dalam yang menyerang sistem pertahanan klien
(contohnya respon autoimun).
 Interpersonal stressor : interaksi lingkungan eksternal yang menyerang diluar
pertahanan terdekat klien (contohnya antara satu atau lebih pemikiran atau ragam
komunikasi).
 Ekstrapersonal stressors : interaksi lingkungan eksternal yang menyerang diluar
pertahanan terjauh klien (contohnya antara satu atau lebih masalah kebijakan sosial
atau masalah finansial) (Newman dan Fawcett, 2011).

3. Kesehatan
Kondisi sehat sakit menurut konsep Neuman merupakan suatu keadaan sehat atau
suatu keadaan sakit yang tidak dapat dipisahkan. Kondisi sehat atau kondisi sakit
dipandang sebagai hasil akhir dari sistem pertahanan yang ada pada klien. Kondisi sehat
digambarkan sebagai suatu keadaan optimal atau kondisi terbaik dari klien yang dapat
dipertahankan. Namun kondisi sehat ini dapat berubah yang diakibatkan perubahan
lingkungan atau adanya stressor yang berasal dari lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan klien. Kesehatan dimanifestasikan sebagai energi yang ada untuk
mempertahankan dan meningkatkan sistem integritas yang ada (Newman, dan Fawcett,
2011).
Kesatuan antara kondisi sehat-sakit mengarahkan pada adanya aliran energi antara
klien dan lingkungan. Klien akan mencapai kondisi sehat ketika energi yang miliki lebih
besar dibanding energi yang digunakan, ketika kondisi klien lebih banyak mengeluarkan
energi daripada yang dimiliki maka klien berpindah dari kondisi sehat menjadi sakit
bahkan dapat menuju kematian (Newman, dan Fawcett, 2011)
4. Keperawatan
Fokus keperawatan menurut Neuman berfokus pada pertahanan stabilitas kondisi
klien melalui kemampuan untuk menilai dampak atau kemungkinan yang akan terjadi jika
klien mendapatkan stressor dari lingkungan yang dilakukan perawat secara akurat untuk
mencapai kondisi kesehatan yang optimal. klien, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan
untuk mempertahankan kestabilan kondisi sehat klien (Newman, dan Fawcett, 2011).
Fokus utama dari pelayanan kesehatan yang berikan perawat berada pada tingkat
pencegahan primer yaitu sebelum reaksi terhadap stress terjadi. Adapun tingkat
pencegahan sekunder merupakan tindakan yang dilakukan setelah reaksi stressor terjadi,
sedangkan pencegahan tersier dilakukan setelah perawatan terhadap stressor dilakukan.
Pencegahan yang dilakukan perawat terhadap stressor menurut Newman :
 Pencegahan primer (Primary prevention)
Pencegahan primer sebagai pertahanan kesehatan dilakukan untuk
melindungi sistem garis pertahanan normal klien atau melindungi garis pertahanan
fleksibel. Tujuan dari pencegahan ini adalah untuk mempromosikan kesehatan pada
klien melalui pencegahan terhadap stres dan mengurangi faktor resiko dimana
promosi kesehatan termasuk didalamnya (Newman, dan Fawcett, 2011)
 Pencegahan sekunder (Secondary prevention)
Pencegahan sekunder digunakan sebagai indikator pencapaian kesehatan
yaitu untuk melindungi struktur dasar. Pencegahan sekunder dilakukan dengan
memperkuat garis perlawanan. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah
memberikan perawatan yang tepat terhadap gejala yang ditimbulkan agar tercapai
sistem kesehatan klien yang optimal, atau stabil. Kematian dapat terjadi sebagai
akibat dari kegagalan struktur dasar untuk mendukung intervensi (Newman, dan
Fawcett, 2011)
 Pencegahan tersier (Tertiary prevention)
Pencegahan tersier yang merupakan intervensi yang ditunjukkan oleh
gambar 10 diatas digunakan untuk mempertahankan kesehatan, melindungi sistem
pertahanan klien atau memulihkan kembali kesehatan klien setelah dilakukan
perawatan. Tujuan pencegahan tersier adalah untuk menjaga kesehatan optimal
melalui sistem pendukung yang ada dan penghematan energi. Pencegahan tersier
sebagai suatu intervensi dapat dimulai pada beberapa waktu tertentu dalam tahap
pemulihan klien. Pertama, pencegahan tersier dapat dilakukan ditahap pemulihan
klien setelah tindakan perawatan. Pencegahan tersier dapat juga dilakukan ketika
kondisi klien sudah menunjukan stabilitas. Keberhasilan pemulihan dalam tahap ini
tergantung pada usaha klien untuk melakukan pencegahan lebih lanjut (Newman,
dan Fawcett, 2011)
TEORI KEPERAWATAN MENURUT KING

King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku
terapan, diskusi dengan beberapa teman sejawat dan menghadiri beberapa konferensi serta alasan-
alasan induktif dan deduktif dari beberapa pemikiran-pemikiran kritis. Dari informasi yang
terkumpul tersebut, kemudian King memformulasikan kedalam suatu kerangka kerja konseptual
(Conceptual Framework) pada tahun 1971.
King mengidentifikasi kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) sebagai sebuah
kerangka kerja sistem terbuka, dan teori ini sebagai suatu pencapaian tujuan. King mempunyai
asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia seutuhnya (Human Being)
sebagai sistem terbuka yang secara konsisten berinteraksi dengan lingkungannya. Asumsi yang lain
bahwa keperawatan berfokus pada interaksi manusia dengan lingkungannya dan tujuan
keperawatan adalah untuk membantu individu dan kelompok dalam memelihara kesehatannya.
Kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) terdiri dari tiga sistem interaksi yang dikenal
dengan Dynamic Interacting Systems, meliputi: Personal systems (individuals), interpersonal
systems (groups) dan social systems (keluarga, sekolah, industri, organisasi sosial, sistem
pelayanan kesehatan, dll).
Asumsi dasar King tentang manusia seutuhnya (Human Being) meliputi sosial, perasaan,
rasional, reaksi, kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu. Dari keyakinannya
tentang human being ini, King telah menderivat asumsi tersebut lebih spesifik terhadap interaksi
perawat dengan klien.
1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.
2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klien mempengaruhi proses
interaksi.
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan hal tersebut
mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka serta pelayanan masyarakat
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi sehingga
membantu individu dalam membuat keputusan tentang pelayanan kesehatannya.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat
berbeda.
Human being mempunyai tiga dasar kebutuhan kesehatan yang fundamental :
1. Kebutuhan terhadap informasi kesehatan dan dapat dipergunakan pada saat dibutuhkan.
2. Kebutuhan terhadap palayanan kesehatan bertujuan untuk pencegahan penyakit.
3. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan ketika individu tidak mampu
untuk membantu dirinya sendiri.
Perawat dalam posisinya, membantu: apa yang mereka ketahui, apa yang mereka pikirkan,
bagaimana mereka merasakan dan bagaimana mereka melakukan kegiatan untuk memelihara
kesehatannya.
Berdasarkan kerangka kerja konseptual (Conceptual Framework) dan asumsi dasar tentang
human being, King menderivatnya menjadi teori Pencapaian Tujuan (Theory of Goal Attainment).
Elemen utama dari teori pencapaian tujuan adalah interpersonal systems, dimana dua orang
(perawat-klien) yang tidak saling mengenal berada bersama-sama di organisasi pelayanan
kesehatan untuk membantu dan dibantu dalam mempertahankan status kesehatan sesuai dengan
fungsi dan perannya.Dalam interpersonal systems perawat-klien berinteraksi dalam suatu area
(space).
Menurut King intensitas dari interpersonal system sangat menentukan dalam menetapkan dan
pencapaian tujuan keperawatan. Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan
sebagai sembilan konsep utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap
situasi praktek keperawatan, meliputi:
1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsi dan komunikasi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan lingkungan yang
dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan dengan
pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi, genetika dan latarbelakang pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentu dalam pencapaian
tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari interaksi manusia
dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam
sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan posisinya. Jika terjadi
konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi efektifitas pelayanan keperawatan.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia dengan
lingkungannya. Stress melibatkan pertukaran energi dan informasi antara manusia dengan
lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu. Tumbuh kembang
mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk membantu individu
mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akan datang. Waktu
adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain sebagai pengalaman yang
unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. Ruang adalah area dimana terjadi
interaksi antara perawat dengan klien.
A. Kerangka Konsep Imogene M. King
King mengemukakan dalam. kerangka konsepnya, hampir setiap konsep yang dimiliki oleh perawat
dapat digunakan dalam asuhan keperawatan.
1. Sistem Personal
Menurut king setiap individu adalh sistem personal (sistem terbuka). Untuk sistem personal
konsep yang relevan adalah sebagai berikut :
1. Persepsi
Persepsi adalah gambaran seseorang tentang objek, orang dan kejadian-kejadian. Persepsi berbeda
dari satu orang dan orang lain dan hal ini tergantung dengan pengalaman masa lalu, latar belakang,
pengetauhan dan status emosi. Karakteristik persepsi adalah universal atau dialami oleh semua,
selekltif untuk semua orang, subjektif atau personal
2. Diri
Diri adalah bagian dalam diri seseorang yang berisi benda-benda dan orang lain. Diri adalah
individu atau bila seseorang berkata “AKU”. Karakteristik diri adalah individu yang dinamis, sistem
terbuka dan orientasi pada tujuan. Perturnbuhan dan perkembangan
Tumbuh kembang meliputi perubahan sel, molekul dan perilaku manusia. Perubah ini biasnya
terjadi dengan cara yang tertib, dan dapat diprediksikan walaupun individii itu berfariasi, dan
sumbangan fungsi genetic, pengalam yang berarti clan memuaskan. Tumbuh kembang dapat
didefinisikan sebagai proses diseluruh kehidupan seseorang dimana dia bergerak dari potensial
untuk mencapai aktualisasi diri.
3. Citra Tubuh
King mendefinisikan citra diri yaitu bagaimana orang merasakan tubuhnya dan reaksi-reaksi lain
untuk penampilanya.
Ruang
Ruang adalah universal sebab semua orang punya konsep ruang, personal atau subjektif, individual,
situasional, dan tergantung dengan hubunganya dengan situasi, jarak dan waktu, transaksional,
atau berdasarkan pada persepsi individu terhadap situasi. Defmisi secara operasioanal, ruang
meliputi ruang yang ada untuk semua arah, didefinisikan sebagai area fisik yang disebut territory
dan pcrilaku orang yang menempatinya.
4. Waktu
King mendefisikan waktu sebagai lama antra satu kejadian dengan kejadian yang lain merupakan
pengalaman unik setiap orang dan hubungan antara satu kejadian dengan kejadian yang lain.
Sistem Interpersonal
King mengemukakan sistem interpersonal terbentuk oleh interkasi antraa manusia. Interaksi antar
dua orang disebut DYAD, tiga orang disebut TRIAD, dan empat orang disebut GROUP. Konsep
yang relefan dengan sistem interpersonal adalah interkasi, komunikasi, transaksi, peran dan
stress.
5. Interaksi
Interaksi didefinisikan sebagai tingkah laku yang dapat diobserfasi oleh dua orang atau lebih
didalam hubungan timbal balik.
6. Komunikasi
King mendefmisikan komunikasi sebagai proses dimana informasi yang diberikan dari satu
orang keorang lain baik langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui telpon, televisi atau
tulisan kata. ciri-ciri komunikasi adalah verbal, non verbal, situasional, perceptual, transaksional,
tidak dapat diubah, bergerak maju dalam waktu, personal, dan dinamis. Komunikasi dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis dalam menyampaikan ide-ide satu orang keorang lain.
Aspek perilaku nonverbal yang sangat penting adalah sentuhan. Aspek lain dari perilaku adalah
jarak, postur, ekspresi wajah, penampilan fisik dan gerakan tubuh.
7. Transaksi
Ciri-ciri transaksi adalah unik, karena setiap individu mempunyai realitas personal berdasarkan
persepsi mereka. Dirnensi temporal-spatial, mereka mempunyai pengalaman atau rangkaian-
rangkaian kejadian dalam waktu
8. Peran
Peran melibatkan sesuatu yang timbal balik dimana seseorang pada suatu saat sebagai pemberi dan
disat yang lain sebagai penerima ada 3 elemen utama peran yaitu, peran berisi set perilaku yang di
harapkan pada orang yang meriducuki posisi di social sistem, set prosedur atau aturan yang
ditentukan oleh hak dan kewajiban yang berhubungan dengan prosedur atau organisasi, dan
hubungan antara 2 orang atau lebih berinteraksi untuk tujuan pada situasi khusus.
9. Stress
Definisi stress menurut king adalah suatu keadaan yang dinamis dimanapun manusia berinteraksi
dengan lingkungannya untuk memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan dan
perbuatan yang melibatkan pertukaran energi dan informasi antara seseorang dengan
lingkungannya untuk mengatur stressor.
Stress adalah suatu yang dinamis sehubungan dengan sistem terbuka yang terus-menerus terjadi
pertukaran dengan lingkunagn, intensitasnya bervariasi, ada dimensi yang temporal-spatial yang
dipengaruhi oleh pengalaman lain, individual, personal, dan subyektif.
10. Sistem Sosial
King mendefinisikan sistem sosial sebagai sistem pembatas peran organisasi sosisal, perilaku, dan
praktik yang dikembangkan untuk memelihara nilai-nilai dan mekanisme pengaturan antara
praktek-praktek dan aturan (George, 1995). Konsep yang relevan dengan sistem sosial adalah
organisasi, otoritas, kekuasaan, status dan pengambilan keputusan.
11. Organisasi
Organisasi bercirikan struktur posisi yang berurutan dan aktifitas yang berhubungan dengan
pengaturan formal dan infonnal seseorang dan kelompok untuk mencapai tujuan personal atau
organisasi.
12. Otoritas
King mendefinisikan otoritas atau wewenang, bahwa wewenang itu aktif, proses transaksi yang
timbal balik dimana latar belakang, persepsi, nilai-nilai dari pemegang mempengaruhi definisi,
validasi dan penerimaan posisi di dalam organisasi berhubungan dengan wewenang.
13. Kekuasaan
Kekuasaan adalah universal, situasional, atau bukan sumbangan personal, esensial dalam
organisasi, dibatasi oleh sumber-sumber dalam suatu situasi, dinamis dan orientasi pada tujuan.
Pembuatan keputusan
Pembuatan atau pengambilan keputusan bercirikan untuk mengatur setiap kehidupan dan
pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses yang terns menerus,
dan berorientasi pada tujuan.
14. Status
Status bercirikan situasional, posisi ketergartungan dapat diubah.
King mendefinisikan status sebagai posisi seseorang didalam kelompok atau kelompok dalam
hubungannya dengan kelompok lain di dalam organisasi dan mengenai bahwa status berhubungan
dengan hak-hak istimewa, tugas-tugas, dan kewajiban.

B. Asumsi King
King rnengangsumsikan model konsep dan teori keperawatan secara eksplisit maupun irnlisit.
Asumsi eksplisit meliputi:
1. Fokus sentral dari keperawatan adalah interaksi dari manusia dan lingkunganya, dengan
tujuan untuk kesehatan manusia
2. Individu adalah sosial, mengirim. rasional, reaksi, penerimaan, kontrol, berorientasi pada
kegiatan waktu.
3. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kebutuhan, dan nilai klien serta perawat.
4. Manusia sebagai pasien mempunyai hak untuk mendapatkan informasi, berpartisipasi
dalam membuat keputusan mempengaruhi kehidupannya, kesehatan, dan pelayanan
komunitas dan menerima atau menolak keperawatan,
5. Tanggung jawab dari anggota tim kesehatan adalah memberikan informasi kepada individu
tentang semua aspek ki sehatan untuk membantu mereka membuat atau mengambil
keputusan.
6. Tujuan dari memberi pelayanan kesehatan dan menerima pelayanan mungkin tidak sama.
Sedangkan asumsi implisit meliputi :
a) Pasien ingin berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
b) Pasien sadar, aktif, dan secara kognitif mampu berpartisipasi dalam pembuatan atau
pengambilan keputusan.
c) Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
d) Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak kesehatan.
e) Pandangan King Terhadap Keperawatan
Konsep Manusia
King memandang manusia sebagai suatu sistem terbuka yang berinteraksi dengan
lingkungan yang memungkinkan benda, energi, dan informasi dengan leluasa
mempengaruhinya. Dalam kerangka konsepnya meliputi tiga sistem interaksi yang dinamis
sebagai individu disebut sebagai sistem personal, ketika individu ini bersatu dalam kelompok
disebut sistem interpersonal. Sistem social tercipta ketika kelompok mempunyai ketertarikan
dan tujuan yang sama dalam satu komunitas atau masyarakat

Konsep Lingkungan
Menurut King lingkungan adalah sistem sosial yang ada dalam masyarakat yang
saling berinteraksi dengan sistem lainya secara terbuka/ Lingkungan merupakan suatu
sistem terbuka yang menunjukkan penukaran masalah, energi, informasi dengan
keberadaan manusia. Manusia tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan internal dengan
penukaran energi yang diatur secara terus menerus terhadap perubahan lingkungan
eksternal.

Konsep Sehat
King mendefinisikan sehat sebagai pengalaman hidup manusia yang dinamis, yang
secara berkelanjutan melakukan penyesuaian terhadap stressor internal dan ekstemal
melewati rentang sehat sakit, dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki oleh
rsseorang atau individu untuk mencapai kehidupan sehari-sehari yang maksimal.

Konsep Keperawatan
King menyampaikan pola intervensi keperawatanya adalah proses interaksi klien
dan perawat meliputi komunikasi dan persepsi yang menimbulkan aksi, reaksi, dan jika ada
gangguan, menetapkan tujuan dengan maksud tercapainya suatu persetujuan dan membuat
transaksi.
C. Analisa Teori
Berdasarkan model konsep dan teori keperawatan king dapat disimpulkan bahwa konsep
keperawatan menurut King adalah sebagai proses aksi, reaksi, dan interaksi perawat dan klien yang
secara bersama-sama memberikan informasi tentang persepsi mereka dalam suatu situasi
keperawatan dan sebagai proses interaksi humanis antara perawat dan klien yang masing- masing
merasakan situasi dan kondisi yang berlainan, dan melalui komunikasi mereka menentukan tujuan,
mengeksplorasi maksud, dan menyetujui maksud untuk mencapai tujuan.

Tahapan prosedur analisa teori :


1. Sumber Teori (Origins)
Dalam menemukan teori, King secara bertahap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang dimulai
pada periode 1961-1966, yaitu tentang “Konsep Umum dari Perilaku Manusia” (General Concepts
of Human Behavior). Ini merupakan konseptual yang dihasilkan melalui penelaahan literatur. Pada
tahun 1966- 1968, ia mengeluarkan artikel yang berjudul “Kerangka Kerja Konseptual
Keperawatan” (A Conceptual Framework for Nursing). Selanjutnya pada tahun 1968-1972. King
menyimpulkan teori keperawatan sebagai berikut:
a) Gambaran yang sistematis dari keperawatan adalah syarat mutlak untuk
mengembangkan keperawatan.
b) Pada periode ini pula (1971) ia mengatakan, perawat adalah individual dan
professional tetapi keperawatan belum sebagai ilmu. Pada tahun 1980-1981
mempublikasikan teori keperawatannya “sebagai suatu sistem, konsep dan proses”.
Pada suatu pertemuan King mengatakan “teori sistem dari ilmu perilaku
mendukung pengembangan interaksi yang dinamis”. King mengidentifikasi sistem
yang dinamis dalam tiga sistem interaksi: personal sistem (individuals),
interpersonal sistem (groups) dan sosial sistem (keluarga, sekolah, industri,
organisasi sosial, sistem elayanan kesehatan, dll) yang disebut dengan Dynamic
Interacting Systems. Hal ini timbul dari asumsi dasar King bahwa jika tujuan
keperawatan concern terhadap pencapaian tujuan dari setiap individu dan
kelompok serta suatu alasan yang dapat diterima, berarti hal ini merupakan suatu
sistem yang terbuka dan pada akhirnya kerangka kerja konseptual hams diorganisir
untuk menggabungkan ide-ide.
Menurut King sistem interaksi yang dinamis digambarkan sebagai proses
interaksi manusia sebagai individu, kelompok dan masyarakat dengan
lingkungannya sebagai sistem yang terbuka dan berorientasi pada pencapaian
tujuan (Goal Attainment). Konsep utama dari teori Goal Attainment meliputi:
interaksi, persepsi, komunikasi, transaksi, peran, stress, tumbuh kembang, waktu
dan uang (Marriner,A. 1986). Teori King merupakan model leori induktif yang
memformulasikan teorinya melalui studi leteratur, discusi, penelitian dan lain-lain.
2. Makna (Meaning)
King mendefenisikan teorinya sebagai serangkaian konsep yang saling berhubungan
dengan jelas dan dapat diamati dalam praktek keperawatan. Teori ini membangun tubuh ilmu
pengetahuan keperawatan (Body of Knowledge), yang diperkuat oleh dua metode:
a) Teori keperawatan King dapat dikembangkan dan diuji melalui riset
b) Prosedur lain dapat juga dengan menelusuri ulang dan dapat diteliti dengan pengembangan
sembilan konsep utama teori Goal Attainment
Manfaat dari teori ini adalah:
a) Mengkontribusi pada pengembangan tubuh ilmu pengetahuan.
b) Dapat dijadikan sebagai rujukan dalam memperbaiki praktek keperawatan.
c) Konsep teori ini dapat dimanfaatkan oleh pelajar, guru dan juga peneliti dan praktisi
untuk menganalisa dan mengidentifikasi kejadian dalam situasi keperawatan yang
spesifik.
d) Sebagai pendekatan untuk menyeleksi dan memilih konsep yang dijadikan dasar
praktek keperawatan profesional.
Keterkaitan dari beberapa pernyataan King dan konsepnya :
a) Beberapa penjelasan konsep cukup konsisten.
b) Konsep yang satu dengan konsep yang lainnya cukup jelas dalam membentuk suatu
teori.
c) Kecukupan Logis (Logical Adeguacy)
Konsep teori ini diprediksi dapat menyesuaikan pada setiap perubahan,
perkembangan iptek, sosial, ekonomi dan politik, karena sistem ini terbuka dan dinamis.
Teori ini cukup adekuat dan logis karena beberapa konsep yang ada didukung oleh
beberapa riset.
d) Manfaat (Usefulness)
Banyak riset dan studi yang mendukung teori ini berpusat pada aspek teknis
perawatan klien dan sistem pelayanan keperawatan. Walaupun teorinya bersifat
abstrak dan tidak dapat segera diaplikasikan secara konkrit pada praktek keperawatan
dan program pendidikan keperawatan, namun bila berkenaan dengan situasi nyata maka
teori ini harus terlebih dahulu didefenisikan, diidentifikasi dan diuraikan baru dapat
diaplikasikan. Perawat-perawat yang in gin mengaplikasikan teori ini pada praktek
keperawatan, harus mempunyai pengetahuan dari konsep-konsep yang ada dalam teori
pencapaian tujuan (Goal Attainment) dan memiliki kemampuan untuk membuat
perencanaan keperawatan individu sambil mendorong partisipasi aktif pasien dalam
fase pengambilan keputusan. Teori ini merupakan hasil riset dan dapat dikembangkan
kembali melalui riset, sehingga teori ini masuk dalam desain kurikulum pendidikan
keperawatan.
e) Generalisasi (Generalizability)
Teori pencapaian tujuan dapat dipergunakan dan menjelaskan atau
memprediksi sebagian besar phenomena dalam keperawatan, tetapi teori ini juga
mernpunyai keterbatasan khususnya penerapan pada keperawatan klien yang tidak
mampu berinteraksi dengan perawat, contohnya : Klien koma, bayi baru lahir dan pada
kasus-kasus psikiatri.
f) Parsimony
Konsep-konsep dari teori pencapaian tujuan dapat dijelaskan secara mudah
dan dapat dipahami meskipun cukup komplek dan defenisi yang dikemukakan cukup
jelas.

Anda mungkin juga menyukai