Isu mengenai lingkungan saat ini bukan lagi isu yang baru di perbincangkan.
Beberapa negara telah menaruh perhatian yang cukup serius mengenai isu kerusakan
lingkungan, seperti halnya polusi udara, polusi tanah, polusi air dan terdapat
kesenjangan sosial pada lingkungan itu sendiri. Imansari et al (2019) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa seiring bertambahnya populasi manusia, sehingga
semakin bertambah pula setiap aktivitas yang dilakukan manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan dan kelangsungan hidupnya dan tentunya dari berbagai
aktivitas yang dilakukan akan memberi dampak yang cukup luas dari sisi lingkungan
disekitar, yaitu pencemaran lingkungan. Perusahaan punya tanggung jawab untuk
menjaga lingkungan alam sekitarnya dalam hal pengelolaan sumber daya alam (Lubis
dan Diani, 2018).
memenuhi kebutuhan manusia. Produk tersebut menghasilkan limbah di mana limbah tersebut dapat
menjadi salah satu permasalahan lingkungan ketika perusahaan mengabaikan pengelolaan limbah yang
dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan green accounting terhadap
kinerja keuangan. Green accounting berfokus pada aktivitas lingkungan, produk ramah lingkungan,
dan kinerja lingkungan menggunakan PROPER, sedangkan kinerja keuangan menggunakan net
profit margin. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang menggunakan
kriteria tertentu berjumlah 24 perusahaan dalam empat periode. Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa green accounting tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diukur menggunakan net profit margin.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan jumlah pengelolaan
limbah berbahaya dan beracun (B3) di Indonesia selama tahun 2015 hingga 2018 cenderung menurun.
Tahun 2015 hingga 2017 sektor pertambangan masih menduduki peringkat pertama dalam pengelolaan
limbah terbanyak. Peringkat kedua diduduki oleh sektor jasa yang mengelola limbah, dan sektor
manufaktur menduduki peringkat ketiga dalam pengelolaan limbah industri yaitu hanya sebesar 1,2%
pada tahun 2017. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor manufaktur mempunyai tingkat kesadaran
yang rendah dalam pengelolaan limbah yang berpengaruh terhadap lingkungan. Hal ini karena banyaknya
daerah yang sudah memulai memainkan peran dalam kegiatan ekonomi yang artinya daerah-daerah sudah
mulai menghasilkan barang dan menyediakan kebutuhan bagi masyarakatnya sendiri. Untuk menghadapi
tren peingkatan limbah industri, sudah seharusnya diperlukan strategi manajemen limbah yang
beberapa perusahaan atas keluhan masyarakat karena adanya limbah yang mencemari lingkungan.
Beberapa diantaranya yaitu kasus PT Toba Pulp Lestari Tbk, (PT Indorayon) tahun 2003 silam, dan kasus
PT SMART Tbk tahun 2010 yang akhirnya menarik PT Unilever Indonesia Tbk ke jalur hukum. Kasus-
kasus tersebut tidak sesuai dengan arah pergerakan perusahaan saat ini, yaitu menuju arah pergerakan
green company (Kusumaningtias, 2013). Adanya era green company dan penerapan green accounting
telah menjadi hal yang menarik bagi masyarakat. Green accounting merupakan penerapan akuntansi yang
memasukkan biaya untuk pelestarian lingkungan (Zulhaimi, 2015). Tujuan dari adanya green accounting
sebenarnya untuk mengurangi biaya dampak lingkungan atau sociental cost sehingga perusahaan tidak
perlu lagi mengeluarkan biaya tersebut jika telah diantisipasi di awal produksi (Magablih, 2017). Terdapat
beberapa macam bentuk aktivitas yang mencerminkan praktik green accounting dalam perusahaan, yaitu:
(1) Adanya penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, (2) Adanya manajemen limbah yang tidak
menimbulkan polusi ataupun kerusakan lingkungan sekitar, (3) Adanya Corporate Social Responsibility
Industri manufaktur berperan penting dalam upaya menggenjot nilai investasi dan ekspor
sehingga menjadi sektor andalan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional (Kemenperin,
2019). Namun Badan Pusat Statistika (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan kinerja produksi
industri manufaktur besar dan sedang (IBS) Indonesia terus melambat dalam tiga tahun terakhir ini (2017-
2019). Pada kuartal III/2019, pertumbuhan produksi IBS hanya 4,35 persen. Angka ini jauh lebih rendah
ketimbang produksi IBS pada kuartal III/2018 sebesar 5,04 persen maupun kuartal III/2017 sebesar 5,46
persen (Jannah, 2019). Hal ini dapat pula digambarkan oleh fenomena profitabilitas yang terjadi pada
Terdapat banyak faktor- faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan manufaktur antara
lain; market share, leverage, intensitas modal, pertumbuhan penjualan dan total aset. Selain faktor-faktor
yang disebutkan diatas, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi profitabilitas perusahaan dan
memiliki peranan penting bagi lingkungan, yaitu green accounting. Sebab tujuan dari green accounting itu
sendiri adalah berusaha untuk mengurangi efek negatif dari kegiatan ekonomi dan sistem pada lingkungan
hidup (Widyawati, 2018). Seperti yang kita tahu saat ini permasalahan lingkungan semakin menarik
perhatian yang serius, baik oleh konsumen, investor maupun pemerintah. Walaupun dalam pelaksanaan
kinerja lingkungan ini akan menambah beban bagi perusahaan sehingga mampu mengurangi profitabilitas
namun dalam waktu tertentu image yang baik dari kinerja lingkungan ini akan mampu meningkatkan
membentuk Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) sejak tahun 2002. Dalam www.proper.menlkh.go.id dijelaskan bahwa PROPER merupakan
salah satu bentuk kebijakan pemerintah, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungan sesuai
dengan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Selanjutnya PROPER juga
Penerapan instrument ini merupakan upaya Kementerian Negara Lingkungan Hidup untuk menerapkan
sebagian dari prinsip-prinsip Good Governance (transparasi, berkeadilan, akuntabel, dan perlibatan
masyarakat) dalam pengelolaan lingkungan. Gray (1993) dalam Lindrianasari (2007) menjelaskan bahwa
pengungkapan lingkungan merupakan bagian dari laporan keuangan. Penelitian tersebut juga menjelaskan
bahwa ada banyak studi yang menguji lebih lanjut mengenai informasi sosial yang dihasilkan oleh
perusahaan dan menemukan bahwa informasi lingkungan merupakan salah satu bagian dari informasi
tersebut. Lebih jauh lagi, Gray menyatakan pengungkapan lingkungan merupakan bagian penting dari
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada masalah yang
diamati, tempat dan waktu serta beberapa indikator sebagai penunjang terjadi masalah
tersebut, Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Penerapan Green Accounting Terhadap Profitabilitas Kinerja
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah penerapan green accounting berpengaruh terhadap profitabilitas kinerja perusahaan
manufaktur yang terdapat di bursa efek Indonesia ?
2. Apakah Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa efek
Indonesia ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan green accounting terhadap profitabilitas kinerja perusahaan
manufaktur yang terdapat di bursa efek Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) terhadap kinerja perusahaan manufaktur yang terdapat di bursa
efek Indonesia
Penelitian Terdahulu
Tabel Hasil Penelitian Terdahulu