A. Kecamatan Salapian
Terletak antara :
Lintang Utara : 03015’38” – 03036’48”
Bujur Timur : 98014’17” – 98022’24”
Berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kecamatan Serapit
Sebelah Selatan : Kecamatan Kutambaru
Sebelah Barat : Kecamatan Bahorok
Sebelah Timur : Kecamatan Kuala
Berikut ini adalah uraian mengenai gambaran umum responden penelitian berdasarkan
jenis kelamin, lama bekerja di perkebunan, usia, tingkat pendidikan, penghasilan
perbulan dan lama bekerja di kebun/hari responden.
Tabel 1
Gambaran Demografis Responden Penelitian
Salah satu tujuan pola perkebunan inti rakyat yaitu memobilisasi keunggulan atau
keahlian teknis dan manajerial yang dimiliki perkebunan besar untuk membantu
mengembangkan perkebunan plasma bagi pemukim yang tidak memiliki tanah dan
berada di lahan yang cocok untuk komoditas perkebunan.
Pihak perkebunan besar sebagai inti dengan perkebunan rakyat sebagai plasma
memiliki hak dan kewajiban masing-masing.membina petani agar mampu
mengusahakan kebunnya dengan baik dan membeli hasil kebun plasma.
Sekarang ini dilapangan sudah dilakukan tumbang ciping seluas 185 hektare dan
sudah juga dilakukan penanaman kembali seluas 85 hektar. Kesemuanya milik petani
yang sudah lulus administrasi, dimana dananya merupakan dana hibah dari Badan
Pengelola Dana Petani kelapa sawit (BPDPKS). Program peremajaan kelapa sawit ini
merupakan program pemerintah guna peningkatkan pertanaman dan produksi kepala
sawit sehingga diharapkan hasilnya nanti akan meningkat dan ini merupakan suatu
terobosan baru. Program hibah dari Kementerian Pertanian Republik Indonesia dimana
nantinya petani yang mengikuti program ini akan menerima bantuan hibah berupa
uang guna meremajakan perkebunan kepala sawitnya berupa uang sebesar Rp25 juta
per hektarenya untuk membeli bibit dan pupuk,
Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk
penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya
dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan hasil wawancara tentang motivasi petani dalam melakukan konversi lahan
karet menjadi lahan kelapa sawit di Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Potensi sawit inilah yang memotivasi masyarakat untuk beralih fungsi dari perkebunan
karet ke kelapa sawit. Aktifitas yang dilakukan petani Kecamatan Salapian
adalah petani yang mengolah hasil pertanian dengan bantuan tenaga keluarga atau
petani dengan bantuan buruh tani harian untuk menjalankan produksi guna mencari
keuntungan.
Belakangan ini menyikapi harga kelapa sawit yang mengalami fluktuatif harga namun
masih dalam status kewajaran disamping secara teknis pekerjaan kebun kelapa sawit
tidak setiap hari harus dikunjungi sebagaimana yang dilakukan pada kebun karet.
Pekerjaan kelapa sawit hanya dilakukan dua minggu sekali, sedangkan kebun karet
harus setiap hari “menderes” atau “nyadap”. Dengan demikian maka dari sisi pekerjaan
akan lebih mudah petani kebun sawit dibandingkan dengan kebun karet. Dimana
pengerjaan karet mengahabiskan waktu dan tenaga dikarenakan harus berangkat setiap
hari, jikalau tidak berangkat untuk dikerjakan maka mereka tidak akan mendapatkan
hasil. Karena teknis pengerjaan karet adalah dengan melakukan penyadapan.
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari usaha tani karet, tujuannya untuk
membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks tersebut mengalir. Kegiatan
tersebutlah yang petani karet lakukan setiap hari. Sedangkan dengan menjadi petani
kelapa sawit mereka hanya perlu waktu menunggu buah panen dengan sendirinya
sekitar dua minggu sekali, jadi sisa waktu yang dimiliki bisa untuk pekerjaan lain
ataupun santai dengan keluarga.
Sisi lain juga yang menyebabkan petani karet mengalihfungsikan kebun karetnya
menjadi kelapa sawit yaitu karena petani merasa lelah sebab teknis pekerjaan petani
karet yang harus dikerjakan setiap hari, berbeda dengan kelapa sawit yang hanya
menunggu waktu buah panen sekitar dua minggu sekali. Dengan menjadi petani kelapa
sawit pendapatan mereka menjadi lebih banyak dan lebih mempunyai banyak waktu
untuk keluarga ataupun untuk usaha lainya.
Selanjutnya faktor diatas, Kecamatan Salapian juga mengalami perubahan yang terjadi
karena adanya Program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) pada tahun 1985 perubahan
fungsi lahan karet menjadi kebun kelapa sawit, maka secara berangsur-angsur hingga
saat ini masyarakat Kecamatan Salapian mengalihfungsikan kebun karetnya
Kelapa sawit dalam proses menunggu panennya sekitar 3 tahun setengah baru bisa
panen, sudah barang tentu bagi mereka yang hanya mengandalkan kebun karet sebagai
mata pencaharian apabila lahan tersebut dialihkan fungsikan mereka tidak punya
pekerjaan selama 3 tahun tersebut. Jadi, cara mereka yaitu dengan cara menjadi buruh
harian lepas (buruh upah) untuk kebun lainnya yang membutuhkan tenaga, maka bisa
dikatanya selain menjadi pemilik kebun, mereka juga (suami-istri) menjadi buruh
kebun.
Puncak kasus tertinggi malaria terjadi pada tahun 2015, karena sebelumnya fokus
Pemerintah hanya pada daerah pantai. Salah satu penyebabnya adalah
perubahan/pengalihan fungsi hutan dari kebun karet ke kebun sawit (tahun 1990an),
berakibat nyamuk lebih cepat berkembang jika di kebun sawit. Karena suhu lebih panas,
sehingga jentik lebih cepat berkembang.
Penyakit malaria biasanya muncul pada musim penghujan, puncaknya pada bulan
september atau pada saat musim buah biasa juga angka malaria menjadi meningkat,
karena kebiasaan masyarakat bermalam di kebun.
Pada tahun 2016 - 2019 Pemerintah melalui Dinas Kesehatan melaksanakan program
membagi kelambu serta bibit bunga Lavender untuk ditanam masyarakat. Program
tersebut terbilang berhasil karena sejak tahun 2019 jumlah kunjungan pasien malaria
menjadi jauh berkurang, dan pada tahun 2020 sudah Jarang ditemukan pasien malaria.
Di Desa Ujung Bandar pasien malaria selama ini ditangani langsung oleh Puskesmas
Tanjung Langkat (Puskesmas Induk).
Dan sejak tahun 2020 tidak ada lagi program program maupun edukasi tentang penyakit
malaria, karena malaria dianggap sudah berlalu dan masyarakat sudah memahami
terkait malaria maupun pencegahannya.
Namun Pustu Ujung Bandar tetap rutin mengadakan pertemuan bulanan dengan
aparatur desa untuk tetap mengingatkan masyarakat agar menjaga perilaku hidup sehat,
dan sebagai antisipasi Pustu masih menyiapkan obat dan alat pemeriksaan malaria.
Hanya sebahagian kecil masyarakat yang menggunakan kelambu untuk tidur, bahkan
masih ditemukan di masyarakat kelambu yang dibagi Pemerintah pada tahun 2019
masih bagus dan bahkan ada yang belum terpakai. Sebahagian besar masyarakat merasa
tidak memerlukan anti nyamuk, karena tidak ada merasakan nyamuk ketika tidur,
pengalaman masyarakat nyamuk hanya ada saat magrib, selebihnya sudah tidak ada
lagi.
Setiap hari masyarakat Desa Ujung Bandar selalu bertemu monyet, bahkan rumah yang
di area kebun sering didatangi dan dimasuki monyet. Pada dasarnya setiap rumah yang
berada di Desa Ujung Bandar tidak memiliki jarak rumah dengan kebun, pintu belakang
rumah masyarakat akan langsung berada di area kebun.
Selain makan buah sawit dan masuk masuk ke rumah masyarakat, monyet juga menjadi
hama bagi masyarakat, karena merusak tanaman masyarakat seperti padi, jagung,
Kelapa dan durian. Sehingga saat musim buah muncul, masyarakat harus menjaga
kebun agar tidak di rusak monyet. Biasanya monyet diusir masyarakat dengan suara
senapan angin.
Untuk tanaman buah, durian merupakan tanaman yang paling banyak ditanam
masyarakat, pada saat musim buah durian (sekali dalam setahun jatuh), masyarakat
harus menjaga durian ke ladang sejak pohon berbunga, agar tidak di rusak monyet. Itu
berlangsung 4 – 5 bulan, namun menjaganya hanya pada siang hari, karena malam
monyet tidak muncul lagi (tidur).
Berbeda jika musim panen dan buah durian jatuh, biasa masyarakat menjaganya dan
bermalam di ladang. Musim buah berlangsung sekitar 5 - 6 minggu. Pada musim buah
bisanya berefek juga terhadap habitat kera yang turun ke kebun dengan jumlah yang
semakin meningkat, karena keinginan untuk memakan buah tersebut.