KELAS
(DARI BUKU YANG BERJUDUL PENDKETAN GENRE-BASED
DALAM PENGAJARAN BAHASA INGGRIS: PETUNJUK UNTUK
GURU, Odeh Emi Emilia, diterbitkan oleh Pustaka Jaya, 2016)
BAB 3
3.1 PENDAHULUAN
Bab Dua telah membahas beberapa konsep terkait pendekatan genre-based. Bab ini
akan membahas topik inti dari buku ini, yakni pendekatan genre-based, khususnya
disingkat menjadi SFL GBA. Penjelasan akan dimulai dengan uraian singkat
dengan paparan singkat mengenai, genre yang sebaiknya diajarkan di sekolah, tujuan
dan prinsip-prinsip dasar dari GBA dan setiap tahapan dalam GBA serta apa yang
harus dilakukan dalam setiap tahap dari GBA untuk membantu mengembangkan
kendala yang mungkin dihadapi oleh guru dalam menerapkan pendekatan GBA juga
akan dibahas.
Berikut adalah penjelasan mengenai setiap aspek berkaitan dengan SFL GBA seperti
dalam Bab Dua dari buku ini, SFL GBA diilhami oleh linguistik sistemik fungsional
(SFL) dari Halliday (1976, 1985, 1994). SFL GBA disebut juga sebagai pedagogi
intervensionis (Rothery, 1996) atau Overt instruction (The New London Group, 2000),
karena SFL GBA menekankan pentingnya intervensi guru dalam proses belajar
dari pendidikan, dasar, menengah, perguruan tinggi dan konteks profesional dan
masyarakat dalam program pengajaran untuk penutur asli bahasa Inggris maupun
Para pengajar bahasa Inggris di berbagai belahan dunia, seperti Singapore, Afrika
Selatan, USA, Itali, Hongkong, Australia, UK, Cina, Kanada, Swedia dan Tailand
materi serta kurikulumnya (Derewianka, 2003). Kenyataan bahwa SFL GBA telah
diadopsi dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing
menunjukkan bhawa SFL GBA juga relevan dengan konteks pengajaran bahasa
SFL GBA muncul pada tahun 1980an dan salah satu penyebab kemunculannya atau
pengajaran literasi bahasa Inggris di Australia yang sedang marak dan populer pada
waktu itu (Deakin University, 2002). Pendekatan proses begitu cepat diterima oleh
sekolah di Australia, sehingga dari tahun 1981-1983 (Collerson, 1988: 4) semua sekolah
terfokus pada jenis teks Narrative dan Recount. Pendukung pendekatan proses pada
saat itu, seperti Emig (1976); Graves (1983); Walshe (1991, 1992); Calkins (1996), Britton
dkk (1975); Graves (1983; 1984; a,b,c; 1994); Murray (1982; 1985; 1989); Turbill (1982;
1983; 1991); Cambourne (1987), berpendapat bahwa siswa dapat belajar menulis tanpa
harus diberi pengajaran formal mengenai menulis, sama halnya ketika mereka belajar
berbicara (lihat pembahasan dalam Paltridge, 1997: 24; Connor, 1996, Johns, 1997;
Grabe & Kaplan, 1996; Christie, 1989; Cope & Kalantzis, 1993; Comber, 1994; Haneda
&Wells, 2002).
SFL GBA juga muncul karena pengajaran bahasa Inggris di Australia pada waktu itu
mengabaikan pengajaran tata bahasa (grammar) (Martin, 1985; Martin, Christie &
Rothery, 1994). Para teoris genre berpendapat bahwa pendidik atau pengajar
mempunyai tanggung jawab untuk melakukan intevensi dalam proses belajar
(Christie, 1991), siswa harus belajar tidak hanya jenis teks Recount atau Narative saja,
tetapi juga berbagai jenis teks lain yang sangat bermanfaat dalam proses pendidikan
selanjutnya, seperti untuk ujian akhir sekolah dan masuk perguruan tinggi (Martin,
1984, dikutip oleh Comber, 1994, lihat juga Martin, 1985).
Para teoris genre, seperti Martin dan Christie berargumentasi bahwa genres (jenis
teks) seperti Reports, Diuscussions, Explanations, Expositions, di antaranya harus
diajarkan secara eksplisit di sekolah dan guru harus memahami bagaimana semua
jenis teks ini dikonstruksi (Deakin University, 2002
http://www2.deakin.edu.au/faculty/education/models_of_literacy/pedagogy_top
ic .htm).
Walaupun teoris genre mengkritik pendenkatan proses, pendekatan SFL GBA, seperti
yang akan dijelaskan nanti, menganut beberapa prinsip dasar dari pendekatan proses
(lihat Reid, 1987; Collerson, 1988; Nicoll, 1988). Di antaranya adalah prinsip bahwa
menulis harus diajarkan sebagai proses, bukan sebagai kegiatan yang dilakukan
dalam satu waktu saja, tetapi sebagai proses ‘recursive’ (Gibbons, 2002, 2009), dan
guru harus memberikan contoh proses menulis atau model teks yang harus ditulkis
oleh siswa, pentingnya conference antara guru dengan murid, antara murid dengan
murid dan publikasi tulisan siswa (lihat penjelasan di Collerson, 1988 dan Nicoll,
1988).
Dengan didasari oleh linguistik sistemik fungsional, pendekatan SFL GBA menganut
prinsip bahwa ”literacy is a social practice, a form of social action where language and context
co participate in the meaning making enterprise”(Halliday, 1978, dikutip oleh Colombi &
Schleppegrel, 2002:2).
konteks pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing (lihat
Hyland, 2004) dan di kelas bilingualisme (lihat Gracia, 2009), yang relevan dengan
konteks di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa gagasan genre,
Hyland menulis
pendekatan komunikatif yang muncul pada tahun 70an (Hyland, 2004:8). Hymes,
yang terdiri dari dua jenis pengetahuan yang sangat penting bagi keberhasilan
kolektif disebut Communicative Language Teaching (lihat Richards & Rogers, 1986,
dikutip oleh Hyland, 2004:9) yang gagasan intinya adalah peran bahasa dalam
prinsip-prinsip contextual teaching and learning (CTL), di antaranya, seperti yang akan
topik yang akan mereka tulis. Hal ini bisa dilihat dengan kenyataan bahwa
✓ Prinsip constructivism bisa terlihat dari prinsip bahwa task atau tugas yang
dilakukan oleh siswa harus sesuai dengan pengetahuan siswa, dan dengan
demikian, preparation for the task sangat poenting dalam pendekatan genre-
based.
✓ Learning community sangat jelas dalam berbagai tahap dari pendekatan genre-
based.
✓ Modelling.
tentang topik yang ditulis dan semua itu terkait dengan konteks sosial,
ditulisnya dengan siswa lain, siswa melakukan refleksi tentang apa yang telah
dipelajarinmya.
Sebelum lebih jauh menjelaskan tahap- tahap dan contoh aplikasi pendekatan SFL
GBA, maka akan lebih baik kalau konsep genre dibahas secara singkat terlebih dahulu
Seperti telah dipaparkan di Bab 2, konsep genre yang dipakai dalam pendekatan
dalam teori linguistik sistemik fungsional, dimana genre dianggap atau diartikan
sebagai sebagai jenis teks atau text types (Christie, 1990; Martin, 2000; Macken
Horarik, 1998 Cope & Kalantzis 1993a, Callaghan, Knapp & Noble, 1993) dan teks
sebagai konstruk, struktur dan fungsi sosialnya dapat didekonstruksi atau dipereteli”
Ketika kita melihat genre atau jenis teks, pada dasarnya kita melihat cara teks itu
mencapai tujuan sosialnya, yang biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, seperti
Berdasarkan fungsi dan tujuan sosial serta tahap-tahap obligatory atau yang wajib ada
dan tahap opsionalnya (tahap yang tidak selamanya ada), ada delapan prototipe genre
atau jenis teks yang perlu dipelajari oleh siswa, seperti yang disarankan oleh
(1985); Derwianka (1990), huruf pertama dari nama masing-masing genre ditulis
dengan huruf besar. Kedelapan jenis teks yang perlu diajarkan dalam kurikulum itu
adalah: Descriptive, Narrative, Recount, Procedure, Report (di SMP) dan Exposition,
Explanation dan News Item (di SMP RSBI) dan di SMA ditambah Discusion, Explanation
dan News Story (Macken-Horarik, 2002: 21-23). Jenis teks, perbedaan dalam hal
tahapan atau elemen-elemen dalam masing-masing teks serta konteks sosialnya dapat
(2002:21-23).
Tabel 3. 1: Jenis Teks, Elemen Struktur dan Konteks Sosialnya
(dikutip dari Macken-Horarik, 2002: 21-21)
Social Purpose Social Schematic Description of stages
Location Structure
Recount Retells events for Recounts are {Orientation ^Record Orientation:
the purpose of found in of Events Provides information about
informing or personal letters ^(Reorientation)} situation;
entertaining. or oral and Record of Events:
Events usually written histories, Presents events in temporal
arranged in a police records, sequence;
temporal insurance claims Re-orientation:
sequence. and excursion Optional stage bringing the
“write-ups”. events into present.
Information Describes “the Information {General Statements General Statement:
Report ways things are” reports package (or Classification) Provides information about
in our natural, information and Description of Aspects the subject matter;
built and social are found in ^Description of Description of Aspects:
environment by encyclopedias, Activities.} lists and elaborates the
first classifying brochures, and parts or qualities of the
things and then government subject matter;
describing their documents. Description of Activities:
special They are useful Could be behaviours,
characteristics. for locating functions, or uses.
information on a
topic.
Explanation Accounts for Explanations are {General General Statement:
how or why written by Statement^Implication Provides information about
things are as they experts for Sequence^(State)} phenomena to be
are. An textbooks, for explained;
explanation sets nature programs, Implication Sequence:
out the logical environmental Sets out steps in a process
steps in a leaflets, health- or the factors influencing a
process. care booklets, phenomenon in a logical
and so on. sequence.
kurikulum bahasa Inggris, ada 7 jenis teks yang diajarkan, yakni: Descriptive,
penulis tahun 2007 (lihat Emilia, 2010). Dengan mengikuti Derewianka (1990) dan
untuk menghindari kesalahfahaman, huruf awal dari jenis-jenis teks ini sebaiknya
Contoh serta ciri-ciri dari masing-masing jenis teks akan diuraikan dalam Bab 5.
adalah:
✓ Didasari ole SFL yang menekankan keterkaitan antara teks dan konteks, SFL GBA
unik dari seorang penulis yang unik juga dan bersifat relatif bagi sekelompok
orang dan konteks tertentu (Davies, 2001; Hyland 2002). Yang dimaksud relatif
bagi sekelompok orang adalah bahwa suatu teks mungkin dianggap relevan atau
mendapat respon positif dari sekelompok orang tetapi mungkin ditentang atau
mendapat respon negatif dari kelompok yang lain. Dengan kesadaran ini maka
siswa perlu dituntun untuk hati-hati dalam menulis dan menanggapi teks.
Konsep ini konsisten dengan teori berpikir kritis yang mengatakan bahwa “teks
hanyalah salah satu potret kenyataan, dan pendapat satu orang mengenai satu
✓ Sejalan dengan prinsip belajar yang dikemukakan oleh Vygotsky (1978) dan
Bakhtin (1986), SFL GBA menganggap belajar bahasa sebagai aktivitas sosial (Feez
& Joyce, 1998), yang meniscayakan ketergantungan antara siswa dan masyarakat,
dalam hal ini bisa teman, guru atau orang dewasa lain, yang bisa membantu siswa
mencapai hasil belajar yang lebih baik, termasuk orang tua. Prinsip ini didasari
menghasilkan tiga hal: siswa belajar bahasa, siswa belajar melalui bahasa dan
✓ Dengan mengikuti prinsip pembelajaran scaffolding dari Wood, Bruner & Ross,
(1976) dan the zone of proximal development dari Vygotsky (1962), SFL GBA
menegaskan bahwa siswa belajar di bawah bimbingan guru dalam kerangka
magang (apprenticeship). Siswa berperan sebagai orang yang dilatih dan guru
sebagai ahli mengenai sistem dan fungsi bahasa.
✓ Pengajaran tata bahasa merupakan bagian penting untuk menuntun siswa pada
pengetahuan tentang bagaimana bahasa berfungsi-pengetahuan yang dapat
melahirkan pemberdayaan lebih luas bagi siswa (Morgan, 997:19; Derewianka,
1998). Tetapi pengajaran tatabhasa dalam pendekatan gener-based bukan
pengajaran tata bahasa tradisional tetapi pengajaran tata bahasa pada tingkat teks
dimana maksud personal disaring melalui bentuk retorika yang umum tersedia
untuk memenuhi tujuan sosial dari penggun aan bahas tersebut (Hicks, 1997,
dikutip oleh Kim & Kim, 2005:5). Dengan kata lain, pendekatan genre-based
berkeyakinan bahwa ”We don’t just write, we write something to achieve some
purpose” (Hyland, 2003:18, lihat Juga Kim & Kim, 2005:5).
Selain dari prinsip dasar di atas, ada dua hal yang dianggap sangat penting
peranannya dalam membantu siswa berhasil dalam belajarnya.
Pertama adalah menekankan dua karakteristik dari guru yang berhasil, seperti
dilaporkan oleh Ladson-Billings (1994, dikutip oleh Allington & Johnston, 2002:22),
yakni guru harus “yakin bahwa semua anak bisa belajar, dan berusaha untuk
mencapai hasil belajar yang istimewa, tetapi memperhatikan perbedaan setiap
individu”. Kami yakin bahwa ”at-risk students can be taught to perform successfully at
demanding academic level” (Richardson, Morgan, & Fleener, 2006:34).
Selama ini ada keyakinan di kalangan guru bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
atau bahasa asing bahwa guru harus senantiasa menggunakan bahasa Inggris atau
harus memegang prinsip “English only” atau monolingual class (Auerbach, 1996).
Namun demikian, penelitian yang dilakukan penulis (Emilia, 2005, 2010)
menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam program pengajaran yang
diterapkan dalam penelitiannya memainkan peranan yang signifikan dalam
perkembangan bahasa dan kemampuan berpikir serta membaca dan menulis kritis.
Penggunaan bahasa Indonesia dalam tahap Building Knowledge of the Field dari GBA,
misalnya, membantu pembelajar memahami apa yang terjdi dalam proses belajar
berkaitan dengan topik yang sedang dibahas. Selain itu, dilaporkan juga oleh Emilia
(2005) bahwa penggunaan bahasa Indonesia dapat mendorong terciptanya kelas
dimana semua siswa menggunakan multi wacana untuk memaknai konteks sosial
mereka sehari-hari, memahami keterkaitan mereka dengan masyarakat yang lebih
luas, dan meyakinkan bahwa setiap siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses
belajar tanpa harus memendam bahasa mereka yang dibawa ke kelas dan rasa takut
salah (lihat jugapenjelasan Auerbach, 1996).
✓ Dengan mengikuti prinsip pembelajaran scaffolding dari Wood, Bruner & Ross,
(1976) dan the zone of proximal development dari Vygotsky (1962), SFL GBA
magang (apprenticeship). Siswa berperan sebagai orang yang dilatih dan guru
✓ Pengajaran tata bahasa merupakan bagian penting untuk menuntun siswa pada
1998).
memungkinkan siswa dan guru untuk menilai sebuah teks, atau tulisan yang
1978; Callaghan, Knapp & Noble (1993); Callaghan & Rothery (1988); Derewianka,
1990; New South wales Department of Education, Literacy and Education Network
and Directorate of Studies (1990a,b,c); Rothery (1996). Rothery, 1996; Feez & Joyce,
1998; Feez, 2002; GibbonS, 2002). Model yang paling awal muncul terdiri dari 3
construction. Tetapi dalam model yang lebih mutakhir ada beberapa tahap yang
Derewienka (1990) dan negotiating field dan Deconstruction (Rothery, 1996) atau building
knowledge of the field (BKOF) seperti yang disarankan oleh Feez (2002).
Model yang lebih dikenal oleh guru-guru di Indonesia, sesuai dengan yang
disarankan oleh kurikulum bahasa Inggris sebenarnya sesuai dengan model yang
dikembangkan oleh Rothery (1996) dan model itu bisa digambarkan di bawah ini.
Model pendekatan genre-based berdasarkan Rothery (1996:102)
Model di Indonesia terdiri dari 4 tahap, yakni building knowledge of the field, modelling,
joint construction dan independent construction. Dan model inilah yang akan dijelaskan
kemudian dalam bab ini.
Walaupun dari kedua gambar itu terlihat perbedaan, namun pada dasarnya
pendekatan kedua model itu menekankan hal yang sama, yakni:
✓ Pentingnya pemberian model yang bisa dijadikan acuan bagi siswa dalam
mencapai target yang diinginkan. Ketersediaan sebuah model “bisa
menggiring siswa untuk mempunyai konsep yang jelas mengenai tujuan yang
ingin dicapai dan siswa bisa membandingkan karya mereka dengan model
yang mereka punyai dan dengan demikian siswa diharapkan bisa
memutuskan bagaimana menghilangkan atau mengatasi perbedaan antara
karya mereka dengan teks model yang ada” (lihat Barnes, 1999: 263, lihat juga
Migdalek, 2002 berkenaan dengan peran meniru dalam bahasa lisan bahasa
3.6. KESIMPULAN
Bab ini telah memperlihatkan beberapa hal berkenaan dengan pendekatan genre-
based, di antaranya adalah sejarah munculnya pendekatan genre-based dan
kedudukan pendekatan genre-based dalam pengajaran bahasa Inggris dewasa ini,
terutama di Indonesia. Beberapa jenis teks yang harus diajarkan di sekolah juga telah
disajikan secara singkat dan terakhir model pendekatan genre-based yang telah
dikembangkan oleh para ahli dan peneliti genre-based selama ini. Telah dikemukakan
dalam baba ini abhwa pendekatan genre-based berkembangn dan pelaksanaannya
sangat kontekstual. Tahapan-tahapan dalam setiap model bukan merupakan lockstep
dan bukan resep yang kalau tidak dikerjakan proses pembelajaran akan gagal.
3.7 LATIHAN
Setelah anda membaca pembahasan dalam bab ini, jawablah pertanyaan berikut
dengan singkat tetapi jelas dan tepat.
1. Jelaskan apa yang menjadi dasar munculnya pendekatan genre-based?
2. Apa perbedaan antara pendekatan proses dan pendekatan genre-based?
3. Jelaskan keterkaitan antara pendekatan genre-based dengan pendekatan
komunikatif.
4. Jelaskan mengapa pendekatan genre-based juga relevan dengan pengajaran
bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa asing?
5. Ada berapa jenis teks yang sebaiknya diajarkan di sekolah menengah di
Indonesia?
6. Jelaskan fungsi sosial dan tahap-tahap dari setiap teks yang harus dipelajari
oleh siswa.
7. Sebutkan ciri-ciri linguistik dari setiap jenis teks yang disebutkan di nomor 6.
8. Sebutkan model-model pendekatan genre-based yang anda fahami dan apa
persamaan dari semua model itu.
9. Model yang mana yang dipakai di Indonesia dan sebutkan tahap-tahapnya.
10. Jelaskan dua karakteristik guru yang berhasil.
BAB 4. IMPLEMENTASI PENDEKATAN GENRE-BASED DI
KELAS
4.1 PENDAHULUAN
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para guru, yakni:
kalau salah satu tahap tidak dilakukan, maka resepnya gagal. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh para ahli pendekatan genre-based bahwa “the
teaching cycle does not work as a lockstep sequence for the whole class” (Callaghan &
Rothery, 1988: 48) and “there is no right way to sequence teaching learning
proses belajar mengajar bisa dimulai dari mana saja, tergantung kebutuhan
dan kondisi siswa. Selain itu, tidak ada resep jitu mengenai berapa lama
tergantung pada kondisi siswa. Ada kemungkinan guru bisa melakukan setiap
tahap dengan cepat karena siswanya cepat menangkap apa yang dijelaskan
berkali-kali. Dan hal ini bukan merupakan hal yang aneh, tetapi sangat biasa
✓ Pendekatan genre-based itu tidak bisa dilakukan dalam satu atau dua
pertemuan saja, tetapi bisa dalam sebulan atau mungkin lebih. Tetapi jangan
khawatir, karena sepanjang proses itu, kita bisa mengajar berbagai
keterampilan berbahasa, tata bahasa, sesuai dengan apa yang dikerjakan atau
dipelajari siswa.
bisa berada dalam payung tahapan-tahapan yang ada dalam pendekatan genre-
untuk menceritakan kelmbali teks yang sudah ditulis oleh siswa. Speaking juga
bisa dipakai ketika guru dan siswa membahas topik yang akan ditulis
the field. Hala ini akan dijelaskan lagi lebih rinci di bagian selanjutnya dalam
Bab ini.
membantu siswa dalam hal enquiries into particular disciplines dan menjadi
strategi belajar mengajar. Dengan menganalisis teks yang telah mereka tulis
didorong untuk belajar grammar dan fungsinya. Siswa juga diminta untuk
menulis apa teks berkenaan dengan topik yang telah mereka pelajari. Grammar
yang diajarkan terdiri dari banyak hal, sesuai dengan ciri-ciri linguistik
berbagai jenis teks yang diajarkan, termasuk jenis kata, tenses, conjunctions,
nominalisation.
✓ Dalam menjelaskan genre, guru juga perlu berhati-hati jangan sampai jenis teks
atau genre itu dianggap sebagai sesuatu yang sifatnya formulaic dan kaku.
Keterkaitan antara knowledge of the field, teks dan grammar sangat erat
sehingga teks yang dibuat oleh siswa akan tergantung pada pemahaman siswa
tentang ketiga aspek itu. Namun demikian, perlu diketahui bahwa semakin
semata, tetapi meriupakan bagian integral dari proses belajar dan mengajar.
siswa cara untuk membahas dan menggunakan bahasa sebagai objek yang bisa
Berikut adalah penjelasan mengenai kegiatan belajar yang bisa dilakukan dalam
Sesuai dengan namanya, tahap ini ditujukan untuk mebangun pengetahuan atau latar
belakang pengetahuan siswa mengenai topik yang akan ditulisnya (Feez, 2002;
Gibbons, 2002, 2009). Berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan dalam BKOF ini,
penelitian yang dilakukan penulis, yang salah faham, yakni bahwa mereka
menggunakan tahap dari pendekatan genre-based ini untuk membahas teks yang
akan ditulis. Jadi, yang dilakukan bukan building knowledge of the field tapi
building knowledge of the text. Perlu diperhatikan bahwa hal ini kurang tepat
mengenai topik yang akan mereka tulis. Siswa tidak akan bisa menulis kalau dia
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dalam tahap BKOF ini, di antaranya
adalah:
➢ Memberi siswa berbagai teks, berkenaan dengan topik yang akan
ditulisnya. Kegiatan ini bisa dijadikan ajang atau wadah bagi guru untuk
mereka baca. Misalnya, kalau siswa di kelas 7 akan menulis jenis teks
Decsriptive dan topiknya “My pet”, maka kita bisa memberi bahan bacaan,
atau bahan untuk listening atau bahan untuk berbicara berkenaan dengan pet.
Bahan bacaan mungkin bisa memakai bahan yang tersedia di buku-buku teks
atau di majalah atau di internet atau mungkin guru membuat sendiri. Mudah-
Teks yang diberikan sebaiknya otentik, dalam arti bahwa teks itu bukan untuk
pengajaran bahasa. Perlu diingat bahwa jenis teks yang dibahas tidak perlu
pertanyaan tentang teks itu. Dari kegiatan ini, guru sudah bisa memperoleh
seperti yang disarankan oleh Wallace (1992, 2001) yakni Pre-reading, Whilts-
yang dibahas dan meminta siswa untuk menerka arti dari kata atau
ungkapan yang ada dalam teks itu, kalau mereka tidak mengetahui artinya.
Kalau mereka tidak bisa menerka dari konteks, mereka bisa melihat kamus
mengenai arti dari kata yang sulit itu. Dalam tahap ini, siswa bisa diajari
atau dua kata yang tidak mereka tahu artinya secara persis. Mereka perlu
➢ Setelah teks pertama, siswa bisa diberi lagi teks kedua tentang topik yang
sama. Mereka juga sama, bisa diberi pertanyaan tentang teks yang mereka
baca, dan dengan demikian, guru pun sudah bisa mendapat nilai reading lagi.
Hal ini bisa diulang untuk teks ketiga bahkan tidak terbatas, tergantung
kebutuhan.
Siswa juga bisa ditanya tentang pemahaman mereka tentang apa yang telah
mereka simak. Dengan demikian, guru pun sudah bisa mendapat nilai
ketika guru dan siswa membahas secara lisan apa yang ada dalam teks.
Siswa, misalnya bisa diminta menceritakan kembali apa yang telah mereka
baca, menjawab pertanyaan berkenaan dengan teks secara lisan atau saling
bertanya dengan teman sekelasnya berkenaan dengan teks yang telah dibahas
di kelas.
➢ Ketika membaca atau menyimak atau membicarakan sebuah teks di kelas,
guru bisa membahas grammar yang ada dalam teks yang dibahas atau
ungkapan-ungkapan yang relevan dengan topik yang akan ditulis oleh siswa.
Misalnya, kalau siswa mau menulis Recount tentang vacation, mungkin teks-
sangat bermanfaat jika diberikan kepada siswa. Jadi dalam tahap ini juga guru
➢ Mendorong anak mencatat ekspresi yang relevan dengan teks yang akan
ditulis atau dibicarakannya yang ada dalam teks yang dibaca atau
berbunyi seperti ini: “Spot is a regular house animal. ... its fur is soft”. Maka
guru sebaiknya menuntun siswa untuk mencatat ekspresi ini, sebab ada
menceritakan binatang yang berbulu yang biasa dijadikan pet. Guru bisa
menegaskan bahwa ekspresi ini bisa dipakai dalam teks yang akan ditulis
oleh siswa.
Perlu diingat bahwa mungkin masih banyak siswa yang menulis seperti ini:
ketika mereka diminta menulis Descriptive tentang artis yang mereka suka.
Kalimat di atas merupakan terjemahan kata perkata, yang kurang tepat dari
mempersiapkan siswa untuk mampu menulis apa yang ingin mereka tulis
dan penguasaan grammar yang kuat, maka mereka akan menemukan menulis
kalimat atau ekspresi-ekspresi yang akan dipakai dalam teks yang akan
Mencatat informasi yang dibaca atau ekspresi-ekspresi dari teks yang dibaca
yang relevan dengan apa yang akan diyulis bisa menghemat waktu ketika
siswa menulis teks yang sebenarnya dalam independent construction.
Keterampilan mencatat (note taking) sangat membantu siswa dalam proses
menulis dan mereka yang melakukan pencatatan ketika membaca bisa
menulis teks lebih cepat ketimbang mereka yang tidak melakukan (Emilia,
2005).
diberikan dalam dua bahasa terbukti sangat membantu dan hal ini ternyata
tidak hanya dirasakan oleh siswa yang kurang tetapi juga siswa yang pandai.
ekspresi yang bisa diberikan kepada siswa, kalau teks yang dibahas tentang
➢ Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang
berpikir kritis dan membaca kritis siswa, guru bisa mengajukan beberapa
pertanyaan yang jawabannya tidak ada di teks, atau yang jawabannya tidak
faktual. Untuk itu, saran dari para ahli teori literasi kritis dalam membantu
• Apakah semua yang diungkapkan dalam teks itu relevan dengan topik
➢ Selain itu, siswa juga perlu diajari untuk membaca kritis, dan pertanyaan-
pertanyaan yang disarankan oleh para ahli literasi kritis bisa dipakai untuk
sama terhadap teks ini? (lihat Love, 1999, juga Emilia, 2005, 2010).
➢ Siswa diminta untuk membaca lagi teks tentang topik yang sama, langkah-
langkah yang dilakukan ketika membaca teks pertama bisa juga dilakukan
➢ Siswa diminta mencari sendiri teks otentik lain yang relevan dengan topik
yang dibicarakan dari berbagai sumber, seperti majalah, internet, buku dan
dibahas.
➢ Kalau siswa menulis jenis teks Discussion (seperti siswa di SMA), pada tahap
ini materi yang diberikan sebaiknya sudah pilih kepada materi yang kira-kira
minimal dua sisi, yakni sisi yang mendukung dan yang menentang, mengenai
topik itu.
➢ Siswa juga harus didorong untuk berusaha mencari bahan sendiri. Hal ini
merupakan bekal keterampilan yang sangat berarti bagi siswa di masa depan
pendidikannya, terutama bagi mereka yang akan melanjutkan studinya di
perguruan tinggi, di mana mereka akan dituntut untuk melakukan penelitian
dan melaporkannya.
Perlu diperhatikan bahwa tahap BKOF ini bisa dilakukan lebih dari satu kali bahkan
mungkin bisa sampai 3 atau 4 kali. Kalau tahap ini dilakukan lebih dari satu kali, kita
tidak perlu panik mengingat hal ini akan membuat siswa lebih mudah menulis teks
yang harus ditulisnya nanti. Jadi waktu yang lama dalam tahap ini bisa dikomepnsasi
Dalam kegiatan BKOF banyak guru yang meminta siswa untuk mencatat
dilakukan penulis (Emilia, dkk, 2008) tidak efektif karena siswa tidak tahu
ini adalah bahwa guru menjelaskan tentang generic structure dan linguistic
features dari teks yang akan ditulis. Perlu diingat bahwa hal ini kurang tepat.
Karena tujuan dari building knowledge of the field itu untuk membangun latar belakang
pengetahuan yang kuat tentang suatu topik, maka teks yang diberikan sebenarnya
tidak usah dalam bahasa Inggris (Gibbons, 2002), walaupun teks bahasa Inggris pasti
lebih baik untuk memperkaya kosa kata serta memberikan gambaran bagaimana
bahasa Inggris itu beroperasi membentuk makna. Teks yang diberikan sebaiknya
otentik (Nunan, 1997) dan beragam, dalam arti bahwa teks yang diberikan berasal
dari berbagai sumber dan bukan ditujukan untuk pengajaran (Nunan, 1997; Wallace,
1992).
Tahap building knowledge of the field biasanya mengambil waktu yang cukup lama, tapi
ini bisa dipahami karena dalam tahap ini banyak yang harus dilakukan untuk
memberi bekal kepada siswa baik dari segi isi mauun bahasa sebagai bekal untuk
mereka menulis nanti. Selain itu, tahap ini juga, apalagi kalau tahap ini merupakan
siklus pertama pendekatan genre-based, bisa digunakan sebagai tahap di mana tata
bahasa diajarkan, sehingga ketika modelling di tahap selanjutnya, anak-anak tidak
asing lagi dengan istilah yang dipakai dalam tahap itu (Emilia, 2005). Dalam tahap ini
anak-anak bisa diajarkan tentang tata bahasa, ekspresi-ekspresi yang biasa dipakai
dalam jenis teks yang ditulisnya.
Dalam tahap ini guru bisa memainkan berbagai peranan. Guru bisa berperan sebagai
fasilitator ketika anak-anak membaca teks yang diberikan atau sebagai ahli ketika
menerangkan ekspresi-ekspresi yang dipakai dalam jenis teks tertentu atau sebagai
pemandu arah (director) dalam diskusi yang bisa mendorong anak untuk bisa
berpikir lebih kritis dan membaca teks secara kritis dalam kondisi di mana mereka
yakin bahwa setiap gagasan mereka dihargai dan kesalahan yang mereka buat tidak
akan dinilai salah.
Jadi dalam tahap ini, direct telling (Callaghan & Rothery, 1989; Hammond, 1990) sangat
jelas, dan nanti dalam tahap joint construction serta independent construction peran guru
bisa beralih sebagai fasilitator dan memberikan bantuan kepada siswa kalau mereka
membutuhkan bantuan.
Kalau guru sudah merasa yakin siswa sudah mempunyai bekal pengetahuan
mengenai kontent topik yang akan ditulis serta un sur bahasa yang akan dipakai
dalam menulis satu jenis teks yang menjadi fokus dalam siklus pengajaran ini, dan
siswa juga siap untuk melakukannya, maka bisa beralih ke tahap berikutnya dari
siklus pengajaran pendekatan genre-based, yakni ”Modelling” yang akan
diterangkan di bawah ini.
4.3 MODELLING
Guru bisa mencari model teks yang sudah ada untuk diterangkan kepada siswa,
mulai dari struktur skema dan ciri-ciri linguistiknya dari teks itu, atau
mendemoisntrasikan kepada siswa menulis jenis teks itu di depan kelas, seperti yang
dilakukan oleh para guru di Australia, yang dilaporkan oleh Emilia (2010). Dengan
cara ini, siswa juga akan mengetahui bagaimana guru menulis, bagaimana guru
merevisi, mengedit tulisannya, sehingga siswa sadar bahwa menulis bukan
merupakan “kegiatan yang selesai dalam satu waktu, tetapi merupkana proses yang
panjang dan recursive” (Gibbons, 2002).
Dalam tahap ini peran guru sebagai ahli yang melakukan explicit teaching sangat jelas
(Hammond, 1990). Beberapa hal dapat dilakukan dalam tahap ini, adalah:
✓ Menerangkan apa yang dimaksid dengan jenis teks (Genre), khususnya jenis
teks yang akan dibahas. Mungkin dalam hal ini guru sebaiknya menerangkan
mengapa ada berbagai jenis teks, yang dihubungkan dengan maksud orang
menggunakan bahasa. Penjelasan mengenai kriteria atau karakteristik teks
mungkin bisa singkat. Contoh yang diberikan oleh Eggins (1994) yang dibahas
di atas dapat digunakan di kelas untuk memberi kesadaran kepada siswa
tentang beda antara teks dan bukan teks.
✓ Memaparkan dan menerangkan secara eksplisit apa yang dimaksud dengan
jenis teks yang menjadi fokus dalam siklus pengajaran itu, termasuk tujuan
serta konteks sosialnya, di mana kita bisa menemukan jenis teks itu dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam hal akademik di sekolah maupun di luar
sekolah. Misalnya ketika membahas Report, di sekolah mereka bisa
menggunakan keterampilan menulis Report untuk memenuhi tugas dalam
mata pelajaran lain, seperti science atau pelajaran ilmu pengetahuan sosial
atau bahasa Indonesia yang mungkin mengharuskan mereka menulis report.
Demikian juga hal yang sama dapat dilakukan berkaitan dengan jenis teks
lain, seperti Narrative, Recount, Argumentative atau Exposition dan Discussion.
Jenis teks Recount misalnya, bisa dipakai untuk menulis factual Recount.
Siswa, misalnya bisa diminta menulis Narrative dengan imaginasi
menggunakan rumus atau perhitungan matematik, seperti: Once upon a time
there was a girl having a lot of money... .
Contoh schematic structure untuk Recount yang bisa dijelaskan kepaad siswa
bisa dilihat di bawah ini.
Pemahaman struktur organisasi sebuah teks sangat penting bagi siswa karena
pemahaman ini akan bisa membimbing mereka ketika menulis dan demikian
pula ketika mereka membaca. Kalau siswa sudah faham bahwa jenis teks
Recount itu terdiri dari tiga elemen utama, yakni Orientation, Sequence of Events
dan Reorientation, maka ketika mereka menulis sebuah teks Recount, mereka
akan sadar bahwa teks yang mereka tulis sebaiknya mempunyai elemen-
elemen itu dan ketika mereka membaca sebuah teks Recount mereka pun akan
mempunyai ekspektasi bahwa teks itu terdiri dari ketiga elemen itu. Hal ini
tentu bisa membantu mereka untuk menjadi proficinet reader karena mereka
sudah bisa memprediksi apa yang akan mereka baca.
✓ Memperlihatkan satu teks secara utuh dalam jenis teks yang menjadi fokus
dalam siklus pengajaran itu. Teks itu sebaiknya disuguhkan dalam sebuah
bagan yang terdiri dari tiga kolom, yang masing-masing berisi tentang
struktur skema dari jenis teks yang ditulis, model teks dan kolom terakhir
menerangkan ciri-ciri linguistik dari jenis teks yang dibahas. Contoh
pemaparan model teks dapat dilihat di bawah ini:
✓ Siswa diminta untuk membaca teks ini dan menjawab pertanyaan berkaitan
dengan teks di atas untuk mengecek reading comprehension mereka. Latihan
ini bisa dikerjakan secara individu dan siswa bisa mendapat nilai kemampuan
reading mereka. Untuk mengembangkan pendidikan berkarakter, siswa juga
bisa ditanya value atau nilai apa yang bisa mereka peroleh dari teks yang
mereka baca. Pertanyaan seperti ini bisa ditanya setiap kali mereka
membaca teks atau membahas sesuatu berkenaan dengan materi yang
dipelajarinya.
✓ Guru dan siswa mengidentifikasi struktur organisasi dan ciri-ciri linguistik
dari teks di atas, seperti past tense, kata sambung, kata kerja action, partisipan
spesifik, komentar pribadi yang menjadi ciri dari teks Recount.
✓ Seperti dalam tahap BKOF, dalam tahap ini siswa juga didorong siswa
didorong untuk mengidentifikasi atau menghighlight dan mencatat kalimat-
kalimat yang mungkin bisa dipakai dalam teks yang akan mereka tulis,
seperti: A couple weeks ago, I ... atau komentar pribadi seperti : I really liked .... .
✓ Siswa diberi lagi teks Recount yang lain, seperti di bawah ini. Kalau
memungkinkan, nilai atau karakter yang bisa dipelajari dari teks yang dibahas
juga dimasukkan dalam tabel, dalam kolom terakhir, seperti dalam Tabel 3.4
di bawah ini.
Tabel 3.4 Contoh teks lain yang bisa dibahas dalam tahap modelling
Structure Teks Ciri Nilai atau
linguistik hikmah atau
Judul: Why Me? karakter yang
bisa dipelajari
Why me? Every night at 6.45, I, me, myself
have to do the dishes. What a job.
✓ Mengingat teks dalam Tabel 3.3 dan 3.4 di atas ditulis oleh anak di Australia,
siswa mungkin bisa ditanya pernyataan atau kalimat mana yang kurang
relevan atau jarang ditemukan di Indonesia, khususnya di kota-kota kecil.
Misalnya di Indonesia jarang sekali orang yang mempunyai dishwasher (mesin
cuci piring). Selain itu, tentang pergi ke cafe, siapa biasanya yang pergi ke cafe,
di mana di Indonesia ada cafe. Kemudian tentang jenis makanan seperti salad,
apakah salad makanan yang biasa mereka temukan, di mana di Indonesia.
Dengan pertanyaan seperti di atas, maka kemampuan berpikir serta membaca
kritis siswa secara perlahan bisa dikembangkan.
Dengan cara ini, maka siswa akan belajar bahwa teks itu ada banyak, dan
mengandung isi atu isu yang dibahas, siapa penulis/pembicara dan kepada
siapa (Kress, 2003: 84). Hal ini merupakan salah satu cara untuk
✓ Kalau memungkinkan, siswa diberi lagi teks Recount yang lain, tanpa dilabeli
struktur organisasi serta ciri-ciri linguistiknya. Teks yang diberikan bisa teks
yang telah ditulis oleh temannya atau mungkin siswa di kelas lain. Contoh teks
yang ditulis oleh anak di Indonesia, bisa dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.5 Contoh teks Recount yang bisa dipelajari oleh siswa dalam tahap Modelling
Dear Kiki,
How are you? I hope you are always healthy and have a good holiday in Papua. I
don’t want you to be sick and feel bored in there, because I really miss and worry
you.
I want to tell you about my holiday in France last week. I visited many places in
France. First I visited Eiffel Tower. I was speechless when I saw that tower.
Because the twower is very big and beautiful... . But I envied when I saw many
couples date and take many photoes around the Eiffel tower. I really wanted you
to be with me in Eiffel tower, because that place is so romantic. Perhaps you can
give me a pick of a red rose or another flower. When you do that, of course I will
be very happy and can lovie you more.
I stayed in a big hotel with Tukul Arwana. I know that you will be jealous, but
don’t worry, I don’t like Tukul, I just love and always love you.
After I visited Eiffel tower, I visited many restaurants in Paris. I ate fish and
chips, omelete lasagna, brown potato, chicken maryland and a lot of food that I
never ate in Bandung.
Huah, I didn’t want to leave this romantic place. I wanted to stay in France more
than 4 days. But my parents must work in their office in Bandung. So, on the 5th
day I came back to Bandung.
Can you tell me about your holiday in Papua? Hopefully you can come back to
Bandung with a good feeling and have no trouble in your trip.
Teks di atas ditulis oleh seorang siswa kelas IX di Bandung. Ekspresi yan g
dicetak miring merupakan ekspresi yang telah diperbaiki, yang asalnya kurang
tepat. Dengan memperlihatkan teks Recount dalam Tabel 3.5, siswa bisa
melihat bahwa teks Recount bisa juga ditulis dalam bentuk surat atau bisa juga
dalam bentuk diary atau postcard.
Dalam bentuk diary dan postcard, misalnya, siswa bisa diberi contoh teks
sebagai berikut.
Yesterday my mum, my dad, my sister and I went to the city. We were going to go to IMAX
theatre but we didn’t have time because my mum’s friend invited us to eat lunch at her house. I
was disappointed. My mum said that I can go there later in the holidays.
Before we went to my mum’s friend’s house we went to Victoria Market. We bought oysters and
fruits. Then we went to my mum’s friend’s house. The foods were delicious.
This morning I went to the airport with my mum, my sister and my dad. My dad had to go back
to Indonesia because he has to go back to work in Indonesia. He stayed here for two weeks. I
was really sad that my dad had to go back. I want to go to Indonesia too.
In the afternoon I went shopping with my mum and my sister. We bought lots of food. It was a
really hot day. I watched TV. I was really tired. I would be really happy if I can go to Indonesia.
(ditulis oleh Mizan)
Untuk siswa di kelas yang lebih tinggi, yang kemampuan bahasa Inggrisnya juga
sudah bagus, mungkin contoh teks yang diberikan bisa lebih panjang dengan ciri-
ciri linguistik yang lebih beragam, seperti adanya dialog dalam setiap kejadian
yang diceritakan, seperti terlihat dalam contoh teks berikut.
Tabel 3.8 Contoh teks Recount dengan ciri linguistik yang lebih beragam
Struktur Teks Ciri
Organisasi Linguistik
✓ Teks dalam Tabel 3.8 di atas mempunyai ciri linguistik yang tidak terdapat
dalam teks-teks yang dipaparkan sebelumnya, yakni teks itu mempunyai
dialog, dimana penulis menulis direct speeh. Kehadiran sebuah dialog dalam
sebuah teks mengindikasikan perkembangan kemampuan menulis yang
paling signifikan mengingat hal ini mengindikasikan adanya upaya penulis
untuk memasukkan unsur “otherness” (Kress, 1982: 117)
✓ Dalam menjelaskan berbagai jenis teks, sesuai dengan nama tahap ini, yang
juga disebut sebagai tahap “Deconstruction” (Rothery, 1996), maka teks
kemudian dibahas, dilihat masing-masing kalimatnya. Siswa diajak berdikusi
tentang penggunaan grammar, untuk membimbing siswa belajar grammar
dalam konteks, mengapa penulis telah memilih ekspresi tertentu, seperti
“really liked” (teks dalam Tabel 3.3), kalimat tanya Why me? (seperti dalam teks
di Tabel 3.4), really happy (Teks dalam Tabel 3.7). Guru juga bisa menjelaskan
kepada siswa tentang signifikansi dari keberadaan ciri linguistik tertentu
dalam teks itu, seperti penggunaan past tense, partisipan spesifik seperti I, my
dad, my mum, my sister, my friend, sesuai dengan fungsi teks yang diajarkan.
✓ Keteranmpilan note taking sangat membantu siswa dalam proses menulis dan
mereka yang melakukan note-taking ketika membaca bisa menulis teks lebih
cepat ketimbang mereka yang tidak melklakukan note taking (Emilia, 2005).
✓ Tahap building knowledge of the field biasanya mengambil waktu yang cukup
lama, tapi sebenaranya hal ini bisa masuk akal karena dalam tahap ini banyak
yang harus dilakukan untuk memberi bekal kepada siswa baik dari segi isi
mauun bahasa sebagai bekal untuk mereka menulis nanti. Selain itu, tahap ini
juga, apalagi kalau tahap ini merupakan siklus pertama oendekatan
genrebased, bisa digunakan sebagai tahap dimana tata bahasa diajarkan,
sehingga ketika Modelling di tahap senjutnya dari pendekatan GBA, anak-anak
tidak asing lagi dengan istilah yang dipakai dalam tahap itu (Emilia, 2005)
karena dalam tahap ini anak-anak bisa diajarkan tentang tata bahasa, ekpsresi-
ekspresi yang biasa dipakai dala jenis teks yang di tulisnya.
Dari penjelasan di atas, bisa dilihat bahwa modelling juga mungkin dilakukan dalam
lebih dari satu pertemuan. Kalau siswa sudah memahami struktur organisasi serta
ciri-ciri linguistik teks yang diajarkan, siswa juga bisa diberi teks model dengan
menyimak teks yang dibacakan oleh seorang guru. Dengan demikian, dalam tahap
ini, kemampuan menyimak siswa pun bisa dikembangkan.
Selain itu, ketika membahas setiap teks model yang diberikan di atas, kemampuan
speaking siswa pun bisa dikembangkan, melalui diskusi mengenai teks yang dibahas,
menceritakan kembali apa yang dibaca secara lisan, mengungkapkan kegiatan
mereka yang dilakukan di waktu lampau dalam ungkapan singkat dan sederhana,
ungkapan pengandaian kalau mereka melakukan kegiatan seperti yang diceritakan
dalam teks.
Dalam tahap modelling, kemampuan berpikir kritis siswa bisa ditumbuhjan. Siswa
bisa ditanya apakah tulisan itu jelas, adakah pernyataan yang membingungkan dan
samar, dan apakah setiap pernyataan itu relevan dengan topik yang dibicarakan.
Selain itu, untuk menumbuhkan kemampuan literasi kritis, siswa dapat diberi
pertanyaan mengenai siapa penulis teks ini, untuk siapa teks itu ditulis, apakah setiap
pembaca akan merespon teks itu dengan cara yang sama, untuk memperlihatkan
bahasa teks itu bersifat relatif (Hyland, 2000) dan bahwa setiap kelompok audiens
akan menanggapinya dengan cara yang berlainan.
Hal ini bisa menumbuhkan kemampuan membaca kritis siswa sehingga di masa yang
akan datang mereka akan menjadi orang yang hati-hati ketika mereka menerima
informasi. Mereka bisa memilih informasi mana yang relevan dan perlu bagi mereka
serta harus diikuti oleh mereka. Dengan membahas teks seperti itu, siswa bisa
menghubungkan teks dengan kenyataan yang mereka hadapi sehari-hari atau “to
make sense of the world around me” (Kress, 2003: 140).
Kemampuan berpikir kritis, seperti diungkapkan oleh Alwasilah (2001) dan juga
dikatakan dalam Dokumen Pengembangan Pendidikan Depdiknas (2001) harus
disosialisaikan. Alwasilah secara eksplisit mengatakan bahwa pengajaran bahasa
Inggris khususnya harus mampu menuntun siswanya untuk berpkir kritis.
Terakhir, berkenaan dengan karakter, dari setiap teks yang dibaca, siswa bisa ditanya
atau disadarkan tentang valuof life atau karakter yang bisa dijadikan contoh, kalau
karakter itu baik atau yang harus dihindari kalau karakter itu kurang bagus.
Setelah siswa mempunyai pemahaman yang kuat mengenai struktur organisasi serta
ciri linguistik dari jenis teks yang akan mere tulis, maka proses belajar mengajar bisa
bergerak ke tahap selanjutnya yakni Joint Construction, yanga kan dibahas di bawah
ini.
Dalam melakukan joint construction, kegiatan yang dilakukan bisa dua macam,
seperti disarankan oleh Derewianka (1990), yakni:
Cara pertama:
Guru bersama-sama dengan siswa menulis sebuah teks. Guru bisa berperan sebagai
scribe, atau penulis di papan tulis atau di karton atau di komputer yang ditayangkan
melalui LCD projektor. Siswa berkontribusi terhadap penulisan teks itu dengan
menmberi saran atau mengungkapkan kalimat-kalimat yang mungkin bisa ditulis
dalam teks itu. Guru menuliskan setiap kalimat yang ditulis oleh siswa.
Cara kedua
Cara kedua bisa dilakukan dengan meminta anak-anak menulis dalam kelompok.
Kalau cara ini yang dilakukan, maka ada beberapa langkah yang perlu ditempuh,
yakni:
✓ Anak-anak dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang.
Anggota dari tiap-tiap kelompok bisa ditentukan oleh guru, bisa juga oleh
murid.
✓ Berkenaan dengan kerja kelompok ini, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama adalah bahwa kalau anak-anak dikelompokkan
berdasarkan pilihan mereka, maka mereka akan cenderung bekerja dengan
anak itu-itu juga. Selain itu, pengelompokkan berdasarkan pilihan siswa akan
berpotensi terbentuknya kelompok yang hanya terdiri dari kelopmpok high
achiever saja atau sebaliknya, low achiever saja. Hal ini kurang membantu
mereka yang termasuk low achiever untuk terdorong melakukan hal yang
lebih baik daripada yang bisa dilakukannya kalau di amelakukannya sendiri.
Di sini lah fungsinya scaffolding dan the zone of proximal development
melalui conference atau kerja kelmpok yang dilakukan.
✓ Setelah itu anak-anak diminta menulis teks yang sudah dijelaskan. Mengingat
masing-masing sudah melakukan research senbelum tahap ini dimulai, maka
mereka tinggal membaca cacatatannya untuk ditulis dalam draf pertmaa teks
yang dibuatnya.
✓ Dalam tahap ini, peran guru masih sebagai pembimbing, tetapi siswa sudah
mulai berpartisipasi lebih aktif dalam proses belajar menulis. Scaffolding
yang kuat dalam tahap BKOF dan Modelling secara perlahan mulai
dihilangkan dalam tahap ini (lihat saran Gibbons, 2002, Feez, 2002 dan
penelitian yang dilakukan penulis, Emilia, 2005).
✓ Memberikan plan dari jenis teks yang akan mereka tulis. Kalau teks yang akan
ditulis siswa itu Recount, maka siswa bisa diberi plan sebagai berikut.
Event 2
Event 3
Event 4
Event 5
Paragraf yang pendek membuat komunikasi dengan pembaca juga lebih efektif
kesatuan gagasan, bisa hanya satu gagasan atau beberapa gagasaan yang sangat
dalam satu paragraf hanya ada satu gagasan, dengan demikian, dalam teks Recount
seperti dalam plan di atas, kalau siswa mau memaparkan bebarapa kejadian atau
kegiatan, maka setiap kegiatan itu ditulis dalam satu paragraf. Begitu pula dalam
✓ Konsultasi antara guru dengan tiap kelompok mengenai draf teks yang
ditulisnya, atau siswa saling bertukar tulisan untuk saling mendapat feedback
mengenai tulisannya. Konsultasi ini bisa dilakukan beberapa kali, tergantung
berapa kali draf yang ditulis oleh siswa.
Ketika siswa merevisi teks yang mereka tulis, maka siswa bisa mengeveluasi teks
yang mereka tulis dengan memperhatikan Revision Sheet berikut ini.
Tabel 3.10. Rubrik Revisi
(Dikutip dari Education Department of Australia, 1997)
Apakah saya terus menulis tentang topik Sudahkan saya menulis kalimat topik?
yang sama?
Apakah informasi rinci sudah dimasukkan? Sudahkan saya menggunakan pilihan kata
Sudahkan saya menggunakan bahasa yang tepat? (bahasa teknis yang kuat,
deskripstif yang memadai? deskriptif, persis, hidup, menarik,
persuasif)
Apakah kalimat-kalimat yang saya tulis Sudahkan saya menggunakan bahasa yang
terlalu panjang? tepat untuk jenis tekd (genre) ini?
Kalau semua pertanyaan di Revising Sheet sudah terjawab dengan baik, maka siswa
bisa langsung mengedit tulisannya dan ketika mengedit, mereka bisa menilai
Apakah saya menggunakan judul dan Sudahkan saya menggunakan tanda seru
subjudul yang tepat? untuk ekspresi-ekspresi yang
memerlukannya?
Sudahkah saya mengecek ejaan dengan Sudahkan saya menggunakan tanda tanya
melihat setiap kata di kamus? di akhir setiap pertanyaan?
Sudahkah saya menggunakan huruf kapital Sudahkan saya menggunakan koma setiap
kalau diperlukan? ( di awal kalimta, nama kali saya menarik nafas ketika membaca
orang, dsb)
teks saya (misalnya antara kata sifat,
membuat daftar dsb)?
Mungkin penjelasan yang ada dalam Tabel 3.10 dan 3.11 ini perlu dijelaskan
maksudnya oleh guru terutama untuk siswa pemula, kalau-kalau mereka belum
memahami bahasa Inggris yang ada dalam penjelasan itu atau belum memahami
konsep yang ada dalam table Revisi atau editing di atas, seperti istilah-istilah kalimat
topik, pendahuluan atau urutan logis dan sebagainya yang mungkin merupakan
Selain itu, keika siswa mengedit, siswa bisa diajari keterampilan mengedit melalaui
pengetahuan mengenai grammar dasar dari bahasa tulis. Dengan demikian, editing
✓ Publishing teks, dengan cara memajang teks yang ditulis oleh siswa di kelas atau
siswa secara bergiliran menceritakan apa ayng telah ditulisnya dan kelompok
lain memberi komentar tentag apa yang telah ditulisnya. Dengan cara ini, siswa
bisa didorong untuk melatih atau mengembangkan kemampuan berbicara dan
menyimak juga.
Setelah siswa melalui tahap Joint Construction, maka tahap selanjutnya dari proses
belajar mengajar yang perlu ditempuh adalah Independent Construction, yang akan
dipaparkan di bawah ini.
Kegiatan belajar yang terjadi dalam tahap ini sama dengan apa yang terjadi dalam
Joint Construction. Hanya, siswa menulis secara individu. Topik dari teks yang ditulis
bisa sama dengan joint construction, bisa juga berbeda. Untuk menghindari siswa
mencontok teks yang telah mereka tulis secara berkelompok, maka siswa bisa menulis
teks dengan topik yang berbeda, dan dengan demikian, mereka juga harus melakukan
building knowledge lagi. Mangingat mereka dan guru juga sudah pernah melakukan
BKOF sebelumnya, biasanya tahap BKOF yang kedua akan lebh cepat.
Untuk menghemat waktu, terutama di sekolah RSBI, guru bisa meminta siswa untuk
menulis teks dengan topik yang relevan dengan topik yang diajarkan dalam mata
pelajaran lain, seperti IPA, sejarah atau mata pelajaran lain. Hal ini bisa menghemat
waktu dan mengembangkan kerjasama antara guru bahasa Inggris dengan guru
mata pelajaran lain. Guru bahasa Inggris bisa bertanya dan bekerja saam dengan
guru lain untuk membantu siswa belajar bahasa Inggris dan juga pelajaran lain.
Tahap ndependent construction bisa juga dilakukan dalam siklus lisan, dimana siswa
diwawancara dan diminta menjawab pertanyaan mengenai topik yang telah dibahas
dan telah ditulis atau diminta menvceritakan kembali apa yang telah mereka pelajari
mengenai topik yang telah dibahas selaman ini.
4.6 KESIMPULAN
Bab ini telah memaparkan implementasi pendekatan genre-based di kelas. Dari
penjelasan yang telah diberikan, bisa dilihat bahwa dari semua tahapan yang ada
dalam pendekatan genre-based ini, ada sesuatu yang perlu diperhatikan, yakni
bahwa semua tahapan dalam pendekatan genre-based tidak berjalan secara linear,
untuk memenuhi kebutuhan siswa dan kondisi kontekstualnya. Misalnya dalam
penelitian yang dilakukan oleh Emilia (2005), dan Emilia dkk (2008) diperlihatkan
bahwa building knowledge of the field dalam satu siklus pengajaran bisa dua kali,
karena anak-anak menulis topik yang berbeda masing-masing untuk joint
construction dan independent construction. Hal ini ditujukan untuk membuat
mahasiswa tidak hanya memahami isi dari apa yang mereka baca tetapi juga
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan literasi kritis.
Selain itu, dari tahapan GBA yang ada, mungkin juga ada yang dilewat atau tidak
dilakukan. Misalnya, kalau siswa sudah mengetahui topik yang akan ditulis,
mungkin building knowlegde of the field tidak usah dilakukan dalam waktu yang lama,
tetapi hanya sekilas saja untuk mengecek samapi dimana pengetahuan siswa tentang
topik yang ditulisnya.
Selain itu, mengingat jenis teks yang harus diajarkan hanya sedikit, maka ada
kemungkinan bahwa beberapa topik ditulis dengan dalam jenis teks yang sama.
Kalau hal ini memang demikian, maka modelling dan joint construction bisa dilewat
(lihat Feez, 2002:67 sevagai contoh). Setelah building knoiwledge of the field, yang
memungkinkan anak-anak mengetahui dan memahami topik yang akan ditulis, maka
siswa bisa langsung saja disuruh menulis secara independent dalam tahap yang
dinamakan independent construction.
Keterampialn berbahasa, seperti terlihat dalam uarian dari setiap tahap dalam
pendekatan genre-based bisa dikembangkan dalam berbagai kegiatan dalam setiap
tahap dari pendekatan genre-based. Selain itu, building knowledge juga bisa
berlangsung kapan saja ketika diperlukan.
Untuk sekolah-sekolah RSBI dimana sisswa belajar mata pelajaran lain, seperti
matematika dan IPA dalam abhasa Inggris, integrated learning bisa dilakukan,
dimana siswa belajar bahasa Inggris dalam content area. Hal ini membantu siswa
untuk bisa berhasil belajar IPA dan matematika dalam bahasa Inggris dan bahasa
Inggris itu sendiri. Dengan demikian, melalui implementasi integrated learning, guru
dan siswa bisa menghemat waktu.
4.7 LATIHAN
Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat.
pendekatan genre-based?
based.
membaca kritis?
yang bisa membantu siswa belajar bahasa Inggris dan mata pelajaran lain