Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

Stratégie de l’apprentissage du FLE


( Brown, h. Douglas.2001.TEACHING by PRINCIPLE An Interactive
Approach to Language Pedagogy Second Edition)

Konsep Dasar Pendekatan ,Metode, Dan Teknik Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr. Abdul Ghofur,M.Pd


Mata Kuliah : Stratégie de l’apprentissage du FLE

Disusun oleh
Romalum Purba 2211131013
Maria Norma Yunita Br. Sitanggang 2211131009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS


JURUSAN BAHASA ASING
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Pendekatan , Metode, Teknik Dan Model Pembelajaran” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Stratégie de


l’apprentissage du FLE. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan
tentang konsep dasar pendekatan metode, teknik dan model pembelajaran bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdul Ghofur,M.Pd


selaku Dosen Mata Kuliah Stratégie de l’apprentissage du FLE. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 14 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
Bab II Pembahasan
2.1 Hakikat pendekatan , metode dan teknik dan
model pembelajaran bahasa
2.2 Pendekatan , metode dan teknik pembelajaran
bahasa
2.3 Produk inovatif pembelajaran bahasa
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembelajaran bahasa setidaknya melibatkan tiga disiplin ilmu, yaitu: (a)
linguistik, (b) psikologi, dan (c) ilmu pendidikan. Linguistik memberi informasi kepada
kita mengenai bahasa secara umum dan mengenai bahasa-bahasa tertentu. Psikologi
menguraikan bagaimana orang belajar sesuatu, dan Ilmu Pendidikan atau Pedagogi
memungkinkan kita untuk meramu semua keterangan dari (a) dan (b) menjadi satu
pendekatan, metode, dan teknik yang sesuai dan dipakai dalam rangka memudahkan
proses belajar bahasa, khususnya dalam pembelajaran bahasa kedua dan bahasa asing.
Selain itu, dalam pembelajaran bahasa juga dikenal 4 aspek keterampilan, yaitu:
menyimak, membaca, berbicara, dan menulis. Teori pembelajaran (mengajar dan belajar)
bahasa pada umumnya didasarkan kepada empat konsep kunci: bahasa, belajar, mengajar
bahasa, dan konteks. 1) Pembelajaran bahasa membutuhkan suatu konsep tentang hakikat
bahasa. 2) Pembelajaran bahasa membutuhkan pandangan dan wawasan tentang pelajar
dan hakikat belajar bahasa. 3) Pembelajaran bahasa mengimplikasikan pandangan tentang
pengajar bahasa dan pengajaran bahasa. 4) Pembelajaran bahasa terjadi pada konteks
tertentu. Penafsiran konteks amat penting dalam teori ini. Bahasa, belajar, dan mengajar
pasti selalu dipandang dari satu konteks, latar, dan latar belakang. Pembelajaran bahasa
dapat dikaitkan istilah pendekatan, metode, dan teknik. Anthony (1963)1 yang melahirkan
istilah approach (pendekatan), method (metode) dan technique (teknik). Pendekatan,
Metode, dan Teknik Pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique)
merupakan tiga istilah yang sering digunakan dalam bidang pengajaran bahasa.
Mengingat kentalnya hubungan ketiga istilah tersebut karena Merupakan suatu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan maka semua istilah tersebut sering dianggap sama
sehingga sering dipakai secara bergantian. Padahal tiap istilah tersebut memiliki makna
tertentu yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Sejalan dengan
perkembangan ilmu linguistik dan ilmu psikologi ini, pendekatan-metode-teknik tersebut
juga turut berubah. Hal itu terangkat sampai sekarang bahwa metode pengajaran bahasa
kedua/asing tidak ada yang dianggap paling baik, apalagi sempurna. Terjadinya perubahan
dalam metode pengajaran bahasa dari masa ke masa ditandai dengan adanya perubahan
pandangan tentang hakikat bahasa dan hakikat pengajaran bahasa. Misalnya, metode
audiolingual melihat bahasa sebagai serangkai struktur bahasa dan belajar sebagai proses
pembiasaan (habitat formation). Sementara itu, metode Communicative Language teaching
melihat bahasa sebagai suatu sistem yang digunakan dalam mengekspresikan makna
tertentu, dan belajar bahasa melibatkan pembelajar dalam situasi di mana kita
menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. ada banyak metode-metode yang
berkembang dalam pengajaran bahasa, dimulai dari metode yang paling awal
dikembangkan, yaitu metode terjemahan sampai metode komunikatif sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulis merumuskan
masalah menjadi beberapa, diantara-Nya:
 Apa hakikat pendekatan, metode , teknik dan model pembelajaran bahasa?
 Bagaimana pendekatan, metode ,teknik dan model pembelajaran bahasa?
 Bagaimana Produk inovatif pembelajaran bahasa?

1.3 Tujuan penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah:
a) Mendeskripsikan hakikat pendekatan, metode , teknik dan model pembelajaran
bahasa
b) Menjelaskan bagaimana pendekatan metode , teknik dan model pembelajaran bahasa
c) Menjabarkan produk inovatif pembelajaran bahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa
Pembahasan mengenai seluk-beluk pembelajaran bahasa dapat dikaitkan dengan istilah
pendekatan, metode, dan teknik. Anthony (1963) yang melahirkan istilah approach
(pendekatan), method (metode) dan technique (teknik) Approach adalah rupanya
perbedaan itu hanya terletak pada peristilahannya saja. Seperangkat asumsi yang
berhubungan dengan hakikat bahasa, belajar, dan mengajar. Method ialah suatu rencana
menyeluruh mengenai penyajian bahasa yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.
Technique ialah kegiatan-kegiatan khusus yang diwujudkan di dalam kelas yang konsisten
dengan metode, dan olehnya itu juga sejalan dengan pendekatan.
Selanjutnya, Anthony (1963) menyatakan bahwa bahwa pendekatan adalah asumsi-
asumsi yang berkaitan dengan sifat bahasa, belajar, dan mengajar. Metode digambarkan
sebagai rencana yang menyeluruh tentang pengajaran. Bahasa yang sistematis yang
berdasarkan pendekatan tertentu. Teknik adalah aktivitas tertentu yang diterapkan di dalam
kelas yang sesuai dengan metode dan oleh karenanya sesuai pula dengan pendekatan.
Istilah pendekatan, metode, dan teknik seperti dikemukakan Anthony di atas diganti
namanya (rename) oleh Richard dan Rodgers (1986) menjadi pendekatan, desain, dan
prosedur, yakni di bawah istilah metode. Jadi metode yang dikemukakan Richard dan
Rodgers meliputi pendekatan, desain, dan prosedur. Artinya, pendekatan yang
dikemukakan Richard dan Rodgers adalah sama dengan pendekatan yang dikemukakan
Anthony. Desain yang dikemukakan oleh Richard dan Rodgers sama dengan metode yang
dikemukakan oleh Anthony. Prosedur menurut Richard dan Rodgers adalah teknik yang
dikemukakan oleh Anthony.
Metode menurut Richards dan Rodgers adalah sebuah istilah besar yang mencakup
pembagian dan hubungan antara teori dan praktik. Selanjutnya, pendekatan adalah asumsi,
keyakinan, dan teori bahasa dan pembelajaran bahasa. Desain menunjukkan hubungan
antara teori-teori tersebut dengan materi dan aktivitas belajar. Prosedur merupakan teknik
dan. Praktik yang didasarkan Atas pendekatan dan desain tertentu, seperti halnya yang
dikemukakan Anthony di atas.
Berdasarkan formula baru mereka, Richards dan Rogers membuat dua prinsip yang
berkontribusi pada pengertian kita tentang konsep sebuah metode:
1. Konsep metode terspesifikasi untuk kepentingan desain pengajaran bahasa yang
sekarang dibiarkan bias atau kabur. Konsep metode mereka terskema dengan enam
faktor penting dari desain; tujuan, silabus, kegiatan, peran pembelajar, peran
pengajar, dan peran bahan ajar. Tiga faktor terakhir memiliki menempati proporsi
yang signifikan pada perhatian kita bersama secara profesi selama sepuluh tahun
terakhir atau lebih.

2. Richard dan Rodger menyinggung kita yang pada akhirnya mengeluarkan gagasan
yang terpisah, terdefinisi, metode deskrit yang pada dasarnya merupakan unsur
penting dari metodologi. Dengan membantu kita untuk berpikir terstruktur dari
pendekatan yang menjadi dasar bagi desain pembelajaran bahasa kita, yang
direalisasikan pada berbagai prosedur, kita bisa melihat bahwa metode, karena kita
masih menggunakan dan memahami istilah dan terlalu membatasi, terlalu diprogram
dan terlalu dikemas.
Seluruh konsep metode yang terpisah tidak lebih lama menjadi isu sentral dalam
pembelajaran bahasa secara praktis. Sebagai gantinya kita saat ini membuat referensi yang
cukup mengenai metodologi sebagai payung pemahaman, pemesanan jangka panjang
sebuah metode untuk sesuatu yang lebih khusus, teridentifikasi secara berkelompok dari
teori yang cocok sebagai teknik dalam kelas.
Untuk memperjelas pengertian ketiga hal tersebut, Brown (2001) kemudian
menegaskan bahwa, yang. Maksud pendekatan adalah teori tentang hakikat bahasa, hakikat
pembelajaran bahasa, dan penerapannya dalam setinggi pendidikan. Metode adalah
serangkaian perangkat pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan metode
cenderung terkait dengan peran dan perilaku guru dan siswa dan terkait dengan aspek-
aspek linguistik, tujuan pengajaran, urutan, dan materi. Teknik adalah berbagai latihan
kegiatan atau tugas yang digunakan dalam kelas bahasa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Pandangan antara Anthony dengan Richards dan Rodgers tersebut, jika diperhatikan
sekilas tampak berbeda, namun setelah diperjelas Brown diatas dari kedua pandangan
tersebut rupanya perbedaan itu hanya terletak pada peristilahannya saja. Oleh karena, pada
prinsipnya sebuah kegiatan pembelajaran itu .selalu mengaitkan pendekatan, metode/
desain, dan teknik prosedur, sedangkan metode yang dikemukakan Richards dan Rodgers
merupakan payung yang membawahi pendekatan, desain, dan prosedur. Metode tersebut
seolah-olah tampak sebuah penguasaan/ kemampuan yang harus dimiliki guru dalam
kegiatan pembelajaran. Tiga istilah ini pun sering digunakan oleh Richards dan Rogers
(1986). Menurut kedua ahli ini, pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu kepada
teori-teori, asumsi, dan keyakinan tentang kealamiahan bahasa dan pembelajaran bahasa.
Metode adalah payung yang menghubungkan secara spesifik antara teori dan praktik.

Perhatikan diagram dan tabel berikut.


Metode

Pendekatan Desain Prosedur


Istilah-istilah di atas mengacu pada beberapa pengertian, metode merupakan payung
bagi praktik yang lain mengingat kemampuannya menghubungkan secara spesifik antara
teori dan praktik. Edward Anthony, seorang linguis terapan asal Amerika, menempatkan
istilah pendekatan (approach), metode (method) dan teknik (technique) secara berturut-
turut. Anthony menegaskan bahwa yang merupakan sumber praktik dan prinsip dalam
pengajaran bahasa adalah pendekatan.
Metode adalah seperangkat rencana dalam pengajaran materi bahasa berdasarkan
pendekatan yang dipilih. Sedangkan teknik adalah strategi atau prosedur tertentu yang
digunakan untuk mencapai tujuan, sifatnya konsisten dengan metode dan harmonis pula
dengan pendekatan yang dipilih. Dari sini kita bisa ambil kesimpulan bahwa pendekatan
merupakan payung dari metode dan teknik. Begitu pun Brown (2001) memperkenalkan
istilah metodologi sebagai hal yang berkaitan dengan “bagaimana cara mengajarkan”,
kurikulum atau silabus sebagai desain untuk menyelenggarakan program pengajaran
bahasa, dan teknik lebih dispesifikasikan sebagai sejumlah ragam aktivitas, latihan atau
tugas yang diterapkan di kelas pembelajaran bahasa untuk merealisasikan tujuan
pembelajaran.
Pendekatan merupakan aspek penting dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan adalah
salah satu aspek penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Pendekatan yang
dipilih untuk setinggi kelas tertentu menentukan corak detail aktivitas pembelajaran di
kelas tersebut. Jika pendekatan yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa, kegiatan
belajar mengajar akan berjalan dengan efektif, yang untuk efek lanjutannya, tujuan
pembelajaran akan dengan mudah dicapai. Sebagaimana dikemukakan Anthony tentang
metode dan oleh Richards dan Rodger dipaparkan sebagai suatu rencana yang menyeluruh,
sistematis, teratur; dan dilakukan secara terus-menerus selama pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan ltu pulalah yang seharusnya dilakukan guru, termasuk di dalamnya adalah
menguasai metode pembelajaran bahasa.

2.2 Pendekatan, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran


Bahasa
Perubahan paling menonjol dan yang paling berpengaruh pada pengajaran bahasa sejak
era 1970-an, yaitu Grammar Translation Method, Audiolingual Method, Community
Language Learning, Suggestopedia, Silent Way, Total Physical Respons (TPR), dan The
Natural Approach.
1. The Grammar Translation Method
Metode ini lahir dari dua metode, yaitu The Translation Methode dan The Grammar
Methode. Metode “Translation” sering juga disebut “metode tradisional”. Ini tidak berarti
bahwa metode ini yang paling tua. Istilah “tradisional” mungkin dipakai dalam arti bahwa
metode ini merupakan pencerminan yang paling tepat dari cara bahasa bahasa Yunani
kuno dan Latin diajarkan selama berabad-abad. Walaupun kedua bahasa ini tidak lagi
begitu banyak digunakan di antara para ilmuwan sebagai bahasa pengantar, tetapi masih
banyak sekolah/universitas yang mengharuskan pelajar/mahasiswanya belajar bahasa -
bahasa ini karena dianggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi” dalam membaca
buku-buku bahasa klasik, dan juga karena “disiplin ba-tin” yang dilatih melalui analisis-
logis bahasanya, peng-hafalan kaidah-kaidah bahasa dan pola-pola kalimat yang rumit
serta penerapan kaidah-kaidah dan pola-pola dalam latihan terjemahan.
Metode ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu “logika semesta” (universal logic) yang
merupakan dasar semua bahasa di dunia ini, dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari
logika. Kategori-kategori tata bahasa Indo-European (yang diwakili oleh bahasa Latin)
dianggap kategori-kategori yang ideal. Banyak ilmuwan pada abad ke-19 menganggap
bahwa bahasa-bahasa Eropa modern adalah pencampuran yang kurang baik dari tata
bahasa klasik (tradisional) yakni bahasa Latin, dan bahwa bahasa—bahasa lain di dunia ini
(bahasa-bahasa di luar Eropa) sebagai bahasa-bahasa yang masih “primitif dan belum ber-
kembang”.

2. The Direct Method


Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan sebagai reaksi terhadap pendekatan
“terjemahan tata bahasa” dalam upaya untuk lebih mengintegrasikan penggunaan bahasa
target dalam pengajaran dan komunikasi di dalam kelas, dengan dengan menghindari
teknik penerjemahan bahasa pertama. Pembelajaran dengan “Direct Method” atau metode
langsung dimulai dengan dialog lisan dan gambar, bahasa ibu tidak digunakan dan ada
terjemahan. Pilihan jenis latihan adalah rangkaian pertanyaan dalam bahasa target
berdasarkan dialog yang lucu atau “anecdotal naratif.” Pertanyaan akan dijawab dalam
bahasa target. Tata bahasa yang diajarkan biasanya secara induktif, yaitu dari praktik dan
pengalaman dengan bahasa target. Kegiatan belajar dilanjutkan dengan membaca karya
sastra yang disenangi. Teks tidak dianalisis secara gramatikal. Budaya yang terkait dengan
bahasa target diajarkan secara induktif. Unsur budaya dianggap aspek penting dalam
pembelajaran bahasa. Pengajaran langsung merupakan revisi dari “Grammar Translation
Method” karena metode ini dianggap tidak dapat membuat siswa dapat berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa asing yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran,
penerjemahan dilarang digunakan. Proses pembelajaran dengan “Direct Method”, guru
menyuruh siswa untuk membaca nyaring, lalu guru memberi pertanyaan dalam bahasa
yang sedang dipelajari. Selama proses pembelajaran berlangsung, realita seperti peta atau
benda yang sesungguhnya bisa dipergunakan. Guru bisa menggambar atau
mendemonstrasikan. Prinsip-prinsip ini memberikan dasar teoretis untuk pengajaran
bahasa yang didasarkan pada pendekatan ilmiah untuk mempelajari bahasa sebagai
cerminan awal dari disiplin linguistik terapan. Cabang studi bahasa berkaitan dengan studi
ilmiah bahasa kedua dan asing dalam pengajaran bahasa dan pembelajaran.

3. The Audiolingual Method


Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip perilaku psikologi. Metode ini banyak
diadaptasi dari prosedur “Direct Method” sebagai reaksi terhadap kurangnya keterampilan
berbahasa. Materi baru disajikan dalam bentuk dialog. Berdasarkan prinsip bahwa
pembelajaran bahasa adalah suatu bentuk kebiasaan dan peniruan. Metode Audiolingual
berkembang di Amerika pada masa perang dunia II. Terjadinya revolusi pengajaran
Amerika dari metode terjemahan (Grammar Translation method) ke Audiolingual
didorong oleh adanya kebutuhan tentara Amerika untuk ahli berkomunikasi dalam bahasa
Inggris dengan para sekutu maupun lawannya. Militer Amerika menyelenggarakan kursus
bahasa yang berfokus pada keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi yang
menitik beratkan pada pengajaran bahasa secara lisan meliputi pengucapan kata maupun
kalimat dan percakapan, kursus ini disebut “Army method” (The Army Specialized
Training Program) . Metode ini dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip teori
behavioristik yang memandang pembelajaran bahasa sebagai proses pembiasaan walaupun
tidak seutunya karena kesalahan dalam berbahasa tetap diterima sebagai suatu proses.
Pengembangan teori ini banyak mengadaptasi metode langsung (Direct Method) yang
berkembang di Eropa. Metode ini mulai dikenal sebagai metode Audiolingual sekitar
tahun 1950. Alur pembelajaran dengan “Metode Audiolingual,” secara bertahap
menggunakan pola latihan berulang atau “repetitif drills,” sedikit penjelasan tentang tata
bahasa (tata bahasa diajarkan secara induktif).
Urutan keterampilan berbahasa yang diajarkan adalah mendengar, berbicara, membaca
dan menulis. Kosakata sederhana dipelajari dalam suatu konteks. Poin pengajaran
ditentukan oleh adanya analisis antara B1 dan B2. Terdapat banyak penggunaan
laboratorium bahasa, kaset dan alat. Ada perpanjangan periode pra-membaca di awal
pelatihan. Sangat mementingkan pronounsiasi. Penggunaan bahasa ibu oleh pengajar
diperbolehkan agar memudahkan pembelajar. Ketepatan tanggapan pembelajar sangat
diperhatikan untuk menghindari kesalahan. Ada kecenderungan untuk terlalu berfokus
pada bahasa target dengan mengabaikan isi dan makna kebahasaan.
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada
tahun 1964. Metode ini mengklaim sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam
pembelajaran bahasa asing dan menyatakan sebagai metode yang telah mengubah
pengajaran bahasa dari hanya sebuah metode keilmuan bahasa. Audio-Lingual Method
(ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural,
Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral, dan psikologi Behavioristik. Dasar pemikiran
ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai berikut.
1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli 5. Bahasa satu dengan yang
lainnya itu berbeda
Richards & Rogers (dalam Brown, 2001) juga mengatakan bahwa keterampilan bahasa
diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan
pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapan dan latihan-latihan
(drills) dan latihan pola (pattern practice), (Prator & Celce-Murcia, 1979). Percakapan
berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan
sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh
penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa target. Pengulangan dan
penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu
pada percakapan dipilih untuk dijadikan pola kegiatan latihan. Kegiatan-kegiatan
pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, relplacement, restatement,
completion, transposition, expansion, contraction, transformasian, integration, rejoinders,
dan restoration. Metode pengajaran bahasa yang berbeda seperti Direct method, audio-
lingual method, Grammar Translation method, The Silent way dan communicative
approach merupakan hasil dari pandangan yang berbeda tentang; (a) hakikat bahasa; (b)
hakikat belajar bahasa; (c) tujuan pengajaran; (d) jenis silabus yang digunakan; (e) peran
guru, pelajar, dan materi pembelajaran; dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan.
2.3 Inovatif Pembelajaran Bahasa
Selain beberapa teori atau pendekatan pembelajaran bahasa seperti telah disinggung di
atas, berikut adalah novasi yang menjadi dasar pembaharuan pendekatan, metode dan
teknik pengajaran bahasa di kemudian hari. Para peneliti dan pemerhati bahasa telah
mempermudah dalam mengintegrasikan pendekatan-pendekatan komunikatif dalam
pengajaran bahasa.
Mari kita cermati lima produk inovatif yang lahir di era 1970-an.
1. Community Language Learning
Metode ini diperkenalkan oleh Charles A. Curran dan rekan-rekannya. Curran sendiri
bukan seorang guru bahasa, melainkan seorang ahli psikologi yang mengambil spesialisasi
dalam penyuluhan (counseling). Penerapan teknik - teknik penyuluhan pada pelajaran
pada. Umumnya dikenal dengan nama pelajaran penyuluhan (counseling Learning).
Curran mengarang suatu metode khusus untuk mengajar bahasa yang diberi nama “belajar
bahasa secara berkelompok” atau BBSB untuk singkatnya (community Language
Learning). Metode ini sering disebut orang sebagai contoh dari pendekatan humanistis
pada pengajaran bahasa (humanistis Approach to Language teaching). Menurut
Moskowitz, yang di-kutip Richards dan Rodgers, istilah “humanistis” di sini berarti
“percampuran dari semua emosi dan perasaan—perasaan lain dari pelajar dalam proses
belajar-mengajar BT, yang meliputi, antara lain, harga diri dan perasaan bangga akan
pencapaian cita -cita dengan usaha sendiri (kemandirian).
Teori yang mendasari BBSB ini ialah Pemikiran bahwa apa yang sebenarnya dipelajari
oleh manusia pada umumnya itu bersifat kognitif dan afektif. Pelajaran disajikan
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu suasana yang memungkinkan pelajar (bahasa)
berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama pelajar secara bebas. Dengan demikian,
pelajar (bahasa) mengalami semua masukan dari luar secara menyeluruh, yakni melalui
pikiran (kemampuan kognitif) dan perasaannya (kemampuan afektif).

2. Suggestopedia
Metode ini agak sukar untuk diterjemahkan dengan hanya menggunakan satu atau dua
kata, tetapi harus diuraikan dengan menggunakan beberapa paragraf. Suggestopedia adalah
suatu metode yang dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan pendidikan dari Bulgaria
bernama Georgi Lozanov (1979). Seperti diuraikan oleh Lozanov sendiri, dalam artikelnya
yang berjudul Suggestology and Suggestopedy yang dimuat (Blair,1982), dan yang
diambil intinya dalam buku Innovative Approaches to Language Teaching, Suggestopedia
berdasarkan tiga asumsi, yakni bahwa:
a. Belajar itu melibatkan fungsi-fungsi sadar dan di bawah sadar manusia,
b. Pelajar mampu belajar lebih cepat daripada dengan metode-metode lainnya,
c. Proses belajar-mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor, yakni;
1) norma-norma umum dan kendala-kendala yang lazim berlaku dalam
masyarakat,
2) suasana yang kurang serasi dan santai tidak ada atau kurang dalam
pengajaran bahasa, dan
3) kekuatan-kekuatan atau potensi-potensi dalam diri pelajar yang tidak/kurang
dimanfaatkan guru.
Georgi Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada kendala psikologi.
Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi dimana perasaan pembelajar
mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Dalam model pembelajaran Suggestopedia,
kendala psikologi pembelajar dapat diatasi.

3. Metode “Silent Way”


Metode ini dikembangkan oleh Caleb Gattegno yang menganut pendekatan humanistik.
Prinsip metode ini menolak adanya kesamaan antara proses belajar bahasa pertama (bahasa
ibu) dengan bahasa kedua. Menurutnya, belajar bahasa kedua merupakan sebuah proses
kognitif dan intelektual dan lebih condong pada pendekatan pemecahan masalah (Problem
solving). Pembelajar bahasa atau siswa lebih diarahkan untuk menemukan atau
menciptakan sendiri apa yang dipelajari daripada mengulang dan mengingat apa yang
sudah dipelajari. Metode diam (teh Silent way) dicetuskan oleh Calch Gattegno (1972),
seorang ahli pengajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu
filsafat dalam pengajarannya. Perlu ditekankan di sini bahwa Gattegno mengembangkan
teori dan metode pelajarannya ter-pisah dari teori Chomsky, meskipun ada banyak
persamaan dalam teorinya.
Prinsip-prinsip filsafat yang merupakan ide-ide dasar metode ini, adalah antara lain ;
Diri seseorang (the self) sama dengan tenaga yang be-kerja dalam tubuhnya melalui
pancaindera, dan bertujuan untuk mengatur masukan dari luar itu dan membuang yang
dianggap tidak berguna serta menyimpan yang dianggap menjadi bagian dari diri itu.
Sebagai suatu pemahaman, bukanlah sama dengan “kerja”, melainkan sama dengan
“kemampuan untuk bekerja”. Ahli-ahli psikologi kognitif dan bahasa transformasi
generatif beranggapan bahwa belajar bahasa tidak perlu melalui pengulangan. Mereka
percaya bahwa pembelajar dapat menciptakan ungkapan-ungkapan yang belum pernah
didengar. Selanjutnya, mereka berpendapat bahwa pembelajaran bahasa tidak hanya
menirukan tapi aturan-aturan berbahasa dapat membantu mereka menggunakan bahasa
yang dipelajari.
Dalam proses pembelajarannya, guru hanya menunjuk ke suatu chart yang berisi
dengan vocal konsonan. Guru menunjuk beberapa kali dengan diam. Setelah beberapa saat
guru hanya memberi contoh cara pengucapannya. Kemudian menunjuk siswa untuk
melafalkan sampai benar. Dalam proses pembelajaran guru banyak berdiam diri, dia hanya
mengarahkan/menunjuk pada materi pembelajaran. Proses belajar bukan dengan “diajar”
akan tetapi menemukan sendiri fakta dan prinsip yang ada. Guru berperan sebagai
stimulator. Guru hanya berbicara sedikit, hanya memberikan sedikit informasi sebagai
stimulus, memberikan satu contoh kata atau kalimat dan kemudian siswa diharapkan untuk
menganalisasi serta melafalkannya bersama temannya. Guru tidak berperan penting dalam
memberikan umpan balik maupun koreksi akan tetapi mengarahkan siswa saling
memberikan koreksi maupun tanggapan.

4. Total Respon Fisik


Metode ini dikembangkan oleh James Asher (1977) yang menyatakan bahwa untuk
meningkatkan daya ingat seseorang maka diperlukan rangsangan yang berupa aktivas
gerakan. TPR dikembangkan dengan mengintegrasikan antara bahasa dan gerakan fisik
pembelajar bahasa. Prinsip ini juga di pengaruhi oleh teori penerimaan bahasa ibu pada
anak-anak. Pengembang teori ini, Asher mengemukakan bahwa anak-anak dalam belajar
bahasa pertamanya, lebih banyak mendengar bahasa yang diucapkan orang di
sekelilingnya sambil menggerakkan sebelum mampu berbicara. Metode ini juga disebut
‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening
comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman
mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar
bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara di sekelilingnya selama berbulan-bulan
sebelum ia dapat menyebut satu kata.
Tidak ada seorang pun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara
ketika ia sudah siap melakukannya. Pada Natural Approach (dikembangkan oleh Krashen
& Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa
asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami
materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural
Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Respons (TPR), siswa
mendengarkan dan merespons instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti
‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, dan ‘Jump’.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Respons Method yaitu:
1) Using Commands to Direct Method
2) Roel Reversal
3) Action sequence
Pengajaran dengan menggunakan prinsip metode ini menempatkan seorang guru
layaknya sebagai seorang sutradara dalam sebuah pertunjukan cerita dan siswa sebagai
pemerannya. Aktivitas yang sering digunakan dengan metode ini yaitu latihan dengan
menggunakan perintah dan bermain peran (role play) misalnya Guru memberi perintah
atau ucapan dan siswa meresponsnya dengan gerakan fisik.

5. Pendekatan Alamiah (The Natural Approach)


Pendekatan alamiah yang disebut oleh Krashen (1981), dan Krashen dan Terrel (1983),
mengingatkan kita pada pemi-kiran-pemikiran yang mendasari metode langsung pada ta-
hun 1960-an. Tetapi, Krashen dan Terrel memberikan teori atau hipotesis yang lain dalam
hal “pemerolehan bahasa”. Berbeda dengan pandangan audiolingualisme, yang
menganggap bahasa pertama sebagai “penghambat proses belajar -mengajar BT” yang,
disebut interferensi (interference), dalam teori monitor diambil sikap yang lebih positif
terhadap pengaruh BS pada BT. Dalam teori monitor,,BS tidak dianggap sebagai
penghambat atau interferensi BT. Penggunaan unsur-unsur atau dari-dari dari BS dalam
BT dianggap justru sebagai “pengisian lubang-lubang atau kekurangan - kekurangan”
dalam kemampuan-dalam BT. Jadi, pembicara (pelajar BT) itu menggunakan unsur/ciri
bahasa yang sudah dimilikinya (BS) bila dia belum memperoleh kemampuan itu dalam
BT. Dengan demikian, pengaruh BS dapat dianggap sebagai indikator tingkat
pemerolehan, dan makin banyak pengaruh BS, makin rendah tingkat pemerolehan BT.
Pemikiran ini mendo-rong beberapa ahli pengajaran bahasa untuk menyarankan
suatu “kurun waktu sunyi” (Silent periode), baik bagi pelajar muda maupun pelajar yang
sudah dewasa, walaupun “sunyi” ini berarti waktu mendengarkan saja. Dalam pendekatan
alamiah yang dibicarakan ini termasuk lagi satu hipotesis yang penting diketahui, yakni
hipo-tesis masukan (input hypothesis). Yang dimaksud dengan ini ialah bahwa sumber dari
masukan untuk pelajar BT adalah ruang kelas di mana mereka memperoleh masukan yang
dapat dipahami dan yang diperlukan untuk mencapai kemampuan dalam BT. Masukan
merupakan suatu unsur yang terpenting dalam pendekatan alamiah ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengajaran bahasa berdasarkan metode, pendekatan, desain, dan prosedur. Sebuah
metode adalah ibarat sebuah payung interelasi yang spesifik dari sebuah teori dan praktik.
Sebuah pendekatan memberi batasan pada asumsi-asumsi, kepercayaan-kepercayaan, dan
teori-teori mengenai Hakekat bahasa dan pengajaran bahasa. Dan desain bertugas
menciptakan hubungan yang khusus antara teori-teori tersebut dengan materi ajar dan
kegiatan-kegiatan pembelajaran. Adapun prosedur adalah teknik-teknik dan praktik-
praktik yang berasal dari satu pendekatan dan desain pembelajaran bahasa.

3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan
sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian
dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 2001. Teaching by Principle an Interactive Approach to Language


Pedagogy (Second Edition). San Fransisco: A Person Education Company.

Richards, Jack C. and Rodgers, Theodora S. 1986. Approaches and


Methode in Language Teaching. Cambridge: Cambridge
Language Teaching Library

Anda mungkin juga menyukai