Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS CAMPUR KODE PADA WEB SERIES KAGET NIKAH KARYA

VEMMI SAGITA

DISUSUN
OLEH:

ALICIA MARGARETA
203010202010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah komunikasi yang terorganisasi dalam bentuk satuan-

satuan seperti kata, kelompok kata, klausa, dan kalimat yang diungkapkan baik

secara lisan maupun tulis. Terdapat banyak sekali definisi bahasa dan definisi

tersebut hanya merupakan salah satu diantaranya. Dapat membandingkan

definisi tersebut dengan definisi sebagai berikut: bahasa adalah system

komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan acara atau ungkapan

tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih besar, seperti

morfem, kata dan kalimat, yang diterjemahkan dari bahasa Inggris: “the system

of human communication by means of structured arrangement of sounds (or

written representation) to from lager units, ege. Morphemes word,

sentences” (Richards, Platt & Weber, 1985:1953).

Menurut kaswanti Purwa, 1998:16 pragmatik ialah telaah mengenai

segala aspek makna yang tidak tercakup dalam teori semantik. Maksudnya,

makna setelah dikurangi semantik. Makna yang digeluti cabang ilmu bahasa

semantik ialah makna yang bebas konteks (context-independent), sedangkan

makna yang digeluti oleh cabang ilmu bahasa pragmatik yang terkait konteks

(context-dependent) (Kaswanti Purwa, 1990:16). Yang dimaksud konteks di


sini antara lain: Ikhwan siapa yang mengatakan kepada siapa, tempat dan waktu

diucapkannya suatu kalimat, anggapan anggapan mengenai yang terlibat di

dalam tindakan mengutarakan kalimat (Kaswanti Purwa, 1990:14).

Di dalam campur kode (code mixing) penutur menyelipkan unsur-unsur

bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu, contohnya ketika sedang

berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia terdapat unsur-unsur bahasa

lain seperti bahasa asing. Campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau

lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam

bahasa yang lain secara konsisten. Campur kode terjadi apabila di dalam

percakapan penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang

memakai bahasa tertentu, misalnya ketika sedang berbahasa Indonesia, seorang

penutur memasukkan unsur bahasa Inggris di dalamnya Kachru (dalam Suwito,

1983: 76).

Menurut Istiati (dalam Suandi, 2014: 140) mengatakan campur kode

dilakukan oleh penutur bukan semata-mata karena alasan situasi pada saat

terjadinya interaksi verbal, melainkan oleh sebab-sebab yang bersifat

kebahasaan. Campur kode digunakan bersama tanpa alasan dan biasanya terjadi

dalam situasi santai. Kalau dalam situasi formal juga dapat terjadi campur kode,

biasanya karena ketiadaan ungkapan yang harus digunakan dalam bahasa yang

sedang dipakai (Chaer, 2003: 74). Seseorang yang melakukan campur kode
mempunyai latar belakang tertentu, yaitu adanya kontak bahasa dan adanya

saling ketergantungan pada bahasa tertentu

Web series merupakan suatu program acara hiburan melalui tayangan

medium yang sedang berkembang di web TV. Salah satu contoh web TV yang

sedang populer di dunia nyata saat ini ialah Video dan YouTube. Setiap

episodenya memiliki durasi 8 hingga 20 menit. Web series memiliki perbedaan

jika dibandingkan dengan sinetron dan novel. Untuk sampai pada episode

ceritanya (Marseli, 1996). Sedangkan novel ialah cerita suatu yang dikemas

dalam bentuk prosa dengan ukuran yang luas dan memiliki alur cerita yang

kompleks (Husman, 1984).

Kaget Nikah adalah serial web Indonesia yang disutradarai oleh Vemmy

Sagita dan diproduksi oleh max picture. Serial ini dibintangi oleh Aurora

Ribero, Kevin Julio, Steffi Zamora, dan Fero Walandouw. Serial ini

ditayangkan perdana pada 23 Desember 2021 di WeTV dan iflix. Web series

ini termasuk ke dalam 10 kategori web series terbaik.

Faktor terjadinya fenomena campur kode pada dialog tokoh utama di web

series ini adalah dikarenakan adanya bahasa yang disajikan oleh tokoh utama

ialah berupa campur kode baik dari segi kata, frasa, maupun klausa, yang mula-

mula tokoh menggunakan bahasa Indonesia saat bertutur terhadap mitra

tuturnya lalu bercampur menggunakan bahasa Inggris, begitu juga dengan


tokoh lain atau mitra tutur tadi dalam web series tersebut. Hal ini

merepresentasikan keadaan masyarakat Indonesia yang multilingual.

Masyarakat Indonesia multi bilingual juga dengan bahasa-bahasa daerah. Akan

tetapi, bahasa daerah tidak disebut dalam tuturan dialog pada web series ini.

Alasan peneliti memilih campur kode dalam web series Kaget Nikah

sebagai objek penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa alasan, yakni web

series Kaget Nikah ini sangat menarik karena saat tokoh-tokoh bertutur dengan

mitra tuturnya terdapat banyak wujud campur kode dalam bentuk kata, frasa,

dan klausa.

Maka dari itu, peneliti berupaya untuk meneliti wujud campur kode dalam

bentuk kata, frasa, dan klausa dan faktor-faktor penyebab terjadinya campur

kode pada tokoh utama dalam web series Kaget Nikah, karena sepengetahuan

peneliti campur kode dalam web series Kaget Nikah belum pernah diteliti, maka

dari itu peneliti tertarik untuk menelitinya. Berdasarkan analisis maka akan

dilakukan penelitian dengan aspek sosiolinguistik agar kajian ini fokus pada

aspek campur kode saja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana wujud campur kode terdapat pada web series Kaget Nikah karya

Vemmi Sagita?

2. Apa saja faktor penyebab terjadinya campur kode dalam web series Kaget

Nikah karya Vemmi Sagita?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan wujud campur kode pada web series Kaget Nikah

karya Vemmi Sagita.

2. Untuk mendeskripsikan faktor penyebab terjadinya campur kode dalam web

series Kaget Nikah karya Vemmi Sagita.

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna secara teoristis dan praktis.

1. Kegunaan Teoretis

Secara teoretis penelitian ini menambah kajian teori campur kode yang

terjadi pada dialog lisan tokoh utama pada web series Kaget Nikah yang

dianalisis dari aspek campur kode.

2. Kegunaan Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian

sosiolinguistik lainnya, khususnya yang berkaitan langsung dengan

campur kode.

b. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat dan

peneliti mengenai campur kode yang terjadi pada tokoh utama pada web

series Kaget Nikah karya Vemmi Sagita.

c. Penelitian ini bisa diginakan sebagai alternatif model penelitian

sosiolinguistik selanjutnya.

E. Definisi Istilah

Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka uraian definisi istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sosiolinguistik adalah cabang linguistik yang bersifat interdisipliner

dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian objek antarbahasa.

2. Kode merupakan lambang atau sistem ungkapan yang dipakai dalam

menggambarkan makna tertentu.

3. Campur kode merupakan pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling

memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain

secara konsisten.

4. Web series merupakan suatu program acara hiburan melalui tayangan

medium yang sedang berkembang di web TV. Salah satu contoh web TV

yang sedang populer di dunia nyata saat ini ialah Video dan YouTube.

Setiap episodenya memiliki durasi 8 hingga 20 menit. Web series memiliki


perbedaan jika dibandingkan dengan sinetron dan novel. Untuk sampai

pada episode ceritanya (Marseli, 1996). Sedangkan novel ialah cerita suatu

yang dikemas dalam bentuk prosa dengan ukuran yang luas dan memiliki

alur cerita yang kompleks (Husman, 1984).


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sosiolinguistik

Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari aspek-aspek bahasa

kemasyarakatan, khususnya perbedaan atau variasi yang terdapat dalam bahasa yang

berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (Waridah, 2015). Halliday dalam

(Zulianti, 2015) membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan

pemakaian (register). Variasi-variasi bahasa dari segi penutur yaitu idiolek, dialek,

dialek, kronoleg, dan sosiolek. Variasi bahasa yang berkenaan dengan tingkat,

golongan, dan status lunturnya (Chaer dan Agustina dalam Setyanto, 2016) membagi

menjadi 8 bagian yaitu: 1) akrolek, 2) basilek, 3) vulgar, 4) slang, 5) kolokial, 6) jargon,

7) argot, 8) dan ken.

Sedangkan menurut P. W. J. Nababan (1984:2) mengatakan bahwa sosiolinguistik

terdiri dari dua unsur sosial dan linguistik. Unsur Sosio adalah sakar dengan sosial,

yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat dan fungsi-

fungsi kemasyarakatan. Sedangkan unsur linguistik yaitu ilmu yang mempelajari atau

membicarakan bahasa khususnya unsur-unsur bahasa dan hubungannya dengan unsur-

unsur itu titik oleh sebab itu, sosiolinguistik ialah studio atau pembahasan dari bahasa

yang berhubungan dengan orang terbatas sebagai anggota masyarakat.


Sedangkan menurut Suwito (1982:2) yang menyebabkan seseorang linguistik

sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat

dan kebudayaan tertentu titik dalam hubungan ini pernyataan hari Harimurti.

Kridalaksana (1984:181) dapat memperjelas uraian tersebut, yakni dikatakan bahwa

sosiologistik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan saling pengaruh

antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Perilaku bahasa dan perilaku sosial akan

tampak pada pemberian pola-pola pemakai bahasa dalam budaya tertentu, yang

menyangkut bentuk-bentuk peristiwa ajaran pilihan bahasa penurut, pokok

pembicaraan atau topik, tempat dan lain-lain.

Jadi kesimpulan dari pernyataan menurut para ahli diatas adalah sosiolinguistik

mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan penutur atau pemakai bahasa di dalam

masyarakat. Dari sinilah kita mengetahui perkembangan bahasa atau perubahan bahasa

sebagai akibat perkembangan masyarakat. Melalui bahasa dapat pula kita pergunakan

sebagai alat untuk mengetahui perkembangan masyarakat pemakainya, dan tingkat

sosial kemasyarakatannya.

B. Campur Kode

Menurut pendapat Nababan (Dewantara, 2015: 32) campur kode dapat terjadi

karena beberapa faktor penyebab, di antaranya yaitu sebagai berikut: (1) Penutur dan

mitra tutur sedang berkomunikasi dalam situasi informal (santai), (2) Pembicara atau

penutur ingin memperlihatkan keterpelajarannya atau pendidikannya. (3) Tidak


adanya bahasa yang tepat untuk bahasa yang sedang digunakan. (3) Untuk

menandakan suatu anggota atau suatu kelompok tertentu. (4) Ketidakmampuan

untuk mencari pananan kata atau ekspresi dalam suatu bahasa. (5) Hubungan suatu

bahasa dengan topik yang dibicarakan.

Kridalaksana (2008:40) menyatakan bahwa campur kode adalah

penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk memperluas

gaya bahasa atau ragam bahasa. Menurut Chaer (2010:114), campur kode adalah

sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi dan

otonomiannya. Kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah

berfungsi atau otonomian sebagai sebuah kode. Menurut Chaer (2010:115) mengutip

pendapat Thelander, campur kode adalah suatu peristiwa tutur klausa-klausa maupun

frasa-frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid clauses,

hybrid pharases), dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung

fungsi sendiri-sendiri. Adapun bentuk campur kode menurut Chaer (2010:116-117)

adalah berupa kata dasar, frase, serta klausa yang semuanya merupakan unsur yang

terdapat dalam analisis sintaksis, yaitu analisis tentang hubungan antara tanda-tanda

linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau analisis tentang makna atau arti

dalam bahasa. Kata dasar adalah kata yang belum mendapat tambahan yang berupa

imbuhan (afiks) yang termasuk jenis morfem bebas. Menurut Alwi, dkk (2003:36),

bahasa Indonesia memiliki empat kategori sintaksis utama; (1) verba atau kata kerja,
(2) nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbia atau kata

keterangan.

Jadi dapat disimpulkan dari pendapat para ahli diatas, bahwa campur kode

merupakan penggunaan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain atau pencampuran

bahasa tetapi tetap dalam konteksnya. Adapun penyebab terjadinya campur kode ini

salah satunya adalah karena berkomunikasi dalam keadaan informal. Adapun bentuk

dari campur kode ini terdiri dari kata, frasa dan klausa.

C. Wujud Campur Kode

1. Campur kode berupa kata

Contoh pemakaian kalimat campur kode berupa kata sebagai berikut.

(1) Pada menit 3.20, bentuk kata.

"Serius kamu? Beneran bisa ninggalin semua, kita liburan?"


Kode Data: 01/ Wujud kata

Dalam percakapan ini terdapat pada menit ke 3.20

Percakapan:

Papah: Mulai besok

Mamah: Hmm, apa?

Papah : Aku akan atur lagi siar kita yang selalu tertunda itu.

Mamah: Serius kamu, beneran bisa ninggalin semua, kita liburan? Hah?

Papah: Serius dong...

Analisis:

Dalam percakapan tersebut menggunakan wujud data dalam tatanan kata. "Serius"
merupakan kata yang diambil dari bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia berarti "sungguh/beneran". Jenis campur kode yang ditemukan
dalam data ini adalah campur kode keluar (outer code mixing) merupakan campur
kode yang menyerap unsur dari bahasa asing. Penyebab terjadinya campur kode
tersebut adalah karena percakapan dalam situasi informal atau santai, serta kebiasaan
pengucapan kata sehari-hari.

Simpulan sementara:

Jadi simpulan sementara dari analisis di atas adalah bahwa percakapan yang
diucapkan merupakan bentuk dari campur kode dalam tataran kata. Dilihat dari
percakapan antara tokoh dan penyebab terjadinya campur kode tersebut adalah
karena situasi saat berkomunikasi yang informal serta kebiasaan dalam pengucapan
kata di kehidupan sehari-hari.
2. Campur kode berupa frasa

Contoh pemakaian kalimat berupa frasa sebagai berikut.

(1) Pada menit 2.38 bentuk frasa.

"Yes baby"

Kode Data: 02/Wujud frasa

Percakapan tersebut terdapat dalam menit ke 2.38

Percakapan:

Lalita: yang gue tahu adalah di usia itu, kita udah bisa ulang tahun tanpa orang tua
berempat di luar negeri

Kelli: jadi bokap nyokap lo ngizinin?

Lalita: Yes baby...

Analisis:

Dalam percakapan tersebut menggunakan wujud data dalam tataran frasa. "Yes
baby", atau "iya sayang". Hal tersebut menjelaskan bahwa penutur menjawab
pertanyaan dari lawan tuturnya dengan mengiyakan dan dengan menggunakan
bahasa yang santai, sehingga terjadilah campur kode. Jenis campur kode yang
ditemukan dalam data ini merupakan campur kode keluar (outer code mixing) yang
di mana campur kode ini menyerap unsur-unsur globalisasi. Dan penyebab
terjadinya campur kode ini dikarenakan penutur melakukan percakapan dalam
situasi informal.

Simpulan sementara:

Simple sementara dari data di atas adalah percakapan yang diucapkan merupakan
bentuk dari campur kode dalam tataran frasa. Dilihat dari percakapan yang dilakukan
antar tokoh. Penyebab dari terjadinya campur kode ini adalah karena dalam bertutur
penutur dan lawan tutur sedang dalam situasi informal.

3. Campur kode berupa klausa

Contoh pemakaian kalimat berupa frasa sebagai berikut.

(1) Pada menit 2.30 bentuk klausa.

"No, i'm sorry but no way"

Kode Data: 03/Wujud klausa


Percakapan tersebut terdapat pada menit ke 2.30

Percakapan:

Lalita: setelah wanita meninggalkan usia 18 tahun menuju 19 tahun.

Kenapa? Karena usia itu adalah usia di mana wanita sudah bisa menikah.

Ella: terus lo mau nikah muda gitu?

Lalita: No, i'm sorry but no way.

Yang gue tahu adalah di usia itu kita udah bisa ulang tahun tanpa orang tua.

Analisis:

Dalam percakapan tersebut menggunakan wujud data pada tataran klausa. " No, i'm
sorry but no way". Merupakan yang diambil dari bahasa Inggris jika diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia berarti "tidak, saya minta maaf tapi tidak mungkin". Jenis
campur kode yang ditemukan pada data ini adalah campur kode keluar (outer code
mixing) yang merupakan campur kode yang menyerap unsur-unsur bahasa asing.
Penyebab terjadinya campur Koda tersebut adalah penutur dan mitra tutur sedang
berkomunikasi dalam situasi informal (santai).

Simpulan sementara:

Jadi simpulan dari analisis di atas bahwa wujud data yang dituturkan pada tataran
klausa yang diambil dari bahasa asing. Dilihat dari dialog yang dituturkan oleh tokoh
ketika bertutur dengan mitra tuturnya sedangkan penyebab dari terjadinya campur
kode tersebut ialah karena dalam berkomunikasi sedang dalam situasi informal.

D. Jenis campur kode

Berdasarkan unsur serapan yang menimbulkan terjadinya campur kode, campur

kode dibagi menjadi tiga jenis. Bagian-bagian tersebut diuraikan oleh (Jendra, 2001)

sebagai berikut.
1) Campur Kode ke Luar (Outer Code Mixing)

Campur kode keluar (outer code mixing) merupakan campur kode yang menyerap

unsur-unsur bahasa Asing. Misalnya pemakaian bahasa Indonesia yang tercampur

dengan bahasa Inggris (Jendra, 2001: 132).

2) Campur Kode ke Dalam (Inner Code Mixing)

Campur kode ke dalam (inner code mixing) seorang penutur lebih banyak menyisipkan

unsur-unsur bahasa Daerah. Misalnya, dalam peristiwa campur kode tuturan bahasa

Indonesia terdapat unsur bahasa Bali di dalamnya (Jendra, 1991).

3) Campur Kode Campuran

Campur kode campuran merupakan campur kode yang di dalamnya (klausa atau

bahkan kalimat) telah menyerap unsur bahasa Daerah dan bahkanbahasa Asing.

E. Faktor penyebab campur kode

Campur kode adalah penyisipan suatu bahasa ke dalam bahasa lain yang lebih

dominan dalam suatu wacana. Ada berbagai faktor terjadinya campur kode. Kata-kata

dalam bahasa Indonesia terbatas sehingga penuturnya menggunakan sisipan bahasa

lain sebagai pengganti.


Suwito (1983: 77) memaparkan beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya

campur kode yaitu sebagai berikut.

1) Faktor Peranan

Peranan atau rangkaian perilaku maupun status sosial, pendidikan, serta golongan

dari peserta bicara atau penutur bahasa berpengaruh bagi penutur. Faktor ini menjadi

bagian penting terjadinya campur kode pada penutur karena adanya status sosial,

pendidikan serta golongan dari penutur benar-benar menjadi faktor yang

berpengaruh.

2) Faktor Ragam

Ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada waktu melakukan

campur kode, yang akan menempatkan pada hirarki status sosial.

3) Faktor Keinginan Menjelaskan dan Menafsirkan

Tampak pada peristiwa campur kode yang menandai sikap dan hubungan penutur

terhadap orang lain, dan hubungan orang lain terhadapnya termasuk faktor ini. Jendra

(1991: 134—135) mengatakan “setiap peristiwa wicara (speech event) yang mungkin

terja̶di atas beberapa tindak tutur (speech act) akan melibatkan unsur: pembicara dan

pembicara lainnya (penutur dan petutur), media bahasa yang digunakan, dan tujuan

pembicaraan”. Jendra (1991) ketiga faktor penyebab itu dapat dibagi lagi menjadi

dua bagian pokok, umpamanya peserta pembicaraan dapat disempitkan menjadi


penutur, sedangkan dua faktor yang lain (faktor media bahasa yang digunakan dan

faktor tujuan pembicaraan) dapat disempitkan lagi menjadi faktor kebahasaan.

4) Faktor Penutur

Seorang penutur terkadang sengaja menggunakan campur kode terhadap mitra

bahasa karena mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Seorang penutur juga

terkadang melakukan campur kode antara bahasa yang satu ke bahasa yang lain

akibat dari kebiasaan penutur, akibat kesengajaan atau ketidaksengajaan penutur

dalam berbahasa mentidakibatkan terjadinya campur kode dalam bahasa.

5) Faktor Bahasa

Proses belajar mengajar media yang digunakan dalam berkomunikasi adalah bahasa

lisan. Seorang penutur dalam bahasanya sering mencampurkan bahasanya dengan

bahasa lain sehingga terjadi campur kode. Misalnya, dalam memberi penjelasan

dalam berkomunikasi menggunakan istilah atau kata-kata yang sulit dipahami

dengan istilah-istilah atau kata dari bahasa daerah maupun bahasa asing yang

digunakan sehingga dapat lebih mudah dipahami.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kridalaksana (2008:40) menyatakan bahwa campur kode adalah penggunaan satuan

bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam

bahasa. Wujud campur kode yang terdapat dalam analisis campur kode pada web series

Kaget Nikah karya Vemmi Sagita adalah terdapat tiga wujud yaitu wujud campur kode

dalam tataran kata, wujud campur kode dalam tataran frasa, dan wujud campur kode

dalam tataran klausa. Sedangkan jenis campur kode yang terjadi dalam penelitian ini

adalah outer code mixing atau campur kode keluar, yaitu menyerap unsur-unsur bahasa

asing.

2. Penyebab terjadinya campur kode dalam penelitian ini salah satunya adalah karena

pada saat bertutur sedang dalam situasi informal. Dan juga terdapat beberapa faktor

sebagai penyebab terjadinya campur kode yaitu, 1) Faktor peranan, 2) Faktor ragam,

3) Keinginan menjelaskan dan menafsirkan, 4) Faktor penutur, dan 5) Faktor bahasa.


B. Saran

Adapun untuk saran dari penelitian ini adalah diharapkan kepada peneliti selanjutnya

agar bisa melanjutkan penelitian dengan mencari objek penelitian yang lain dan bisa

lebih baik dan berbeda dari penelitian sebelumnya. Sebaiknya mencari objek ataupun

subjek yang sedang hangat dibicarakan.


DAFTAR PUSTAKA

Yanti, Beni. 2019. A. Pengertian Pragmatik. Studi Naskah Bahasa Arab, 35.

Alawiyah, A. 2016. Alih Kode dan Campur Kode dalam Acara Talk Show Just Alvin
di Metro TV dan Implikasinya pada pembelajaran bahasa Indonesia di SMA,
17.

Bogdan, Robert C, dan Biklen Kopp Sari. 1982. Qualitative Reserch for Education: An
introduction to Theory and Methods, Allyn and Bacon, Inc: Boston London.

Susmita, N. 2015. Alih kode dan campur kode dalam pembelajaran bahasa Indonesia
di SMP Negeri 12 Kerinci. Jurnal Penelitian Universitas Jambi: Seri
Humaniora, 17(2), 43500.

Sriwahyuni, Niluh Putu. 2023. Analisis campur kode pewara podcast pada kanal
YouTube makna talks. Skripsi.

Mustikawati, D. A. (2016). Alih kode dan campur kode antara penjual dan pembeli
(Analisis pembelajaran berbahasa melalui studi sosiolinguistik). Jurnal
Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 2(2), 23-32.

Usop, L. S., Perdana, I., Poerwadi, P., Diman, P., & Linarto, L. (2021). Campur Kode
Dalam Iklan Penawaran Barang di Forum Jual Beli Online Facebook Kota
Palangka Raya (Kajian Sosiolinguistik). ENGGANG: Jurnal Pendidikan,
Bahasa, Sastra, Seni, dan Budaya, 2(1), 18-31.

Aviah, N., Kuswardono, S., & Qutni, D. (2019). Alih kode, campur kode dan
perubahan makna pada integrasi bahasa Arab dalam bahasa Indonesia di film
†œSang Kiaiâ€(analisis sosiolinguistik). Lisanul Arab: Journal of Arabic
Learning and Teaching, 8(2), 135-139.

Siwi, G. W., & Rosalina, S. (2022). Alih Kode dan Campur Kode pada Peristiwa Tutur
di Masyarakat Desa Cibuaya, Kabupaten Karawang: Kajian
Sosiolinguistik. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(1), 1417-1425.

Anda mungkin juga menyukai