Anda di halaman 1dari 24

CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM VIDEO YOUTUBE

“NIHONGO MANTAPPU” DAN IMPLIKASINYA DALAM


PEMBELAJARAN TEKS ANEKDOT KELAS X SMA

Disusun oleh :
Ibnu Adnan Cahya
1800003152

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMADD DAHLAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahasa merupakan sebuat alat komunikasi yang digunakan oleh manusia
untuk dapat menjalin hubungan satu dengan manusia lain. Bahasa memiliki peran
penting bagi manusia demi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Manusia
mengirim pesan atau informasi kepada manusia lain dengan menggunakan bahasa
agar dapat memahami makna dan maksud dari pembicara ke lawan bicara. Bahasa
dan manusia memang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketika manusia akan
berkomunikasi tentu menggunakan bahasa dan bahasa dapat diperoleh serta
mengalami perubahan dari manusia itu sendiri.
Terdapat banyak fenomena bahasa, salah satu fenomena itu bisa terjadi
ketika bahasa terdapat dalam lingkup masyarakat yang menggunakan bahasa.
Salah satu fenomena bahasa yang sering terjadi dalam lingkup masyarakat adalah
fenomena kedwibahasaan. Fenomena bahasa ini memiliki keterkaitan antara
bahasa dan manusia yang menggunakan bahasa itu sendiri untuk berkomunikasi.
Chaer dan Agustina (2004: 84) menyatakan bahwa bilingualisme berkenaan
dengan penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Selaras dengan pernyataan
Chaer dan Agustina, Nababan (1984: 27) menyatakan bahwa orang yang dapat
menggunakan dua bahasa disebut dwibahasawan atau orang yang bilingual
(berdwibahasa). Jadi, kedwibahasaan adalah fenomena bahasa yang setiap
individual atau manusia bahkan sejumlah kelompok yang mampu menggunakan
dua bahasa untuk berkomunikasi. Meneliti fenomena kedwibahasaan memberikan
keuntungan bagi peneliti dan subjek yang diteliti untuk dapat melihat kemampuan
dan kebiasaan manusia menggunakan dua bahasa. Seberapa jauh mana
kemampuan dan kebiasaan manusia menggunakan dua bahasa pada situasi
tertentu.
Fenomena kedwibahasaan tentu tidak terhindar dari fenomena bahasa yang
lain. Fenomena bahasa satu ini masih berkaitan dengan kedwibahasaan, yaitu
fenomena alih kode dan campur kode yang terdapat dalam masyarakat
dwibahasawan. Alih kode dan campur kode merupakan fenomena kedwibahasaan
yang penggunaanya berdasarkan konteks tertentu pada saat berkomunikasi.
Batasan campur kode menurut Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115)
yaitu jika seseorang menggunakan satu kata atau frasa dari satu bahasa dia telah
menggunakan campur kode. Jadi, untuk membedakan batasan dari alih kode dan
campur kode adalah perubahan penggunaan bahasa dari segi sintaksisnya. Pada
alih kode batasan perubahan bahasanya ialah pada tingkat perubahan klausa dari
satu bahasa, sedangkan untuk campur kode batasan perubahan bahasanya ialah
tingkat perubahan kata atau frase dari satu bahasa.
Fenomena campur kode dalam ragam bahasa lisan terdapat pada video
YouTube milik Jerome Polin. YouTube adalah sebuah situs web berbagi video
yang memungkinkan pengguna untuk mengunggah, menonton, dan berbagi video
(“YouTube”). Channel (kanal) YouTube adalah sebuah akun yang dimiliki
perorangan, organisasi, atau perusahaan-perusahaan yang memiliki program
kemitraan dengan YouTube. Jerome Polin memiliki channel YouTube yang
bernama “Nihongo Mantappu”. Jerome Polin lahir di Surabaya pada tanggal 2
Mei 1998 dan Jerome berkisah dia sudah sejak lama suka membuat video. Sudah
suka bikin video dari 2015, dari SMA sudah mulai bikin official account di Line
ngajarin matematika, Tapi masalahnya, video di Line hanya berdurasi 3 menit
sehingga akhirnya dia merasa butuh platform lain yaitu YouTube. Pertama kali ia
membuka chanel YouTube yaitu pada tahun 2017. Waktu itu, ia banyak
membahas soal pelajaran bahasa Jepang. Pasalnya saat ingin kuliah di Jepang dan
mencari video YouTube soal Bahasa Jepang, Jerome kesulitan menemukannya.
Maka saat itu, dia membuat YouTube dengan tema tersebut. Jadi sejak awal,
Jerome tidak asal membuat video melainkan sudah ada tema besarnya
Jerome Polin tidak hanya dapat berbahasa Indonesia dan Jepang, tetapi
juga dapat berbahasa Inggris. Ia sering menyisipkan Bahasa Indonesia dan Bahasa
Jepang ketika sedang berbicara dalam video di channel YouTube-nya dikarnakan
dia kuliah dan tinggal di Jepang untuk saat ini. Campur kode bahasa Jepang dan
bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia bisa dilihat dalam video-video di
channel YouTube-nya.
Terdapat tiga hal yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, penelitian ini
membahas bentuk campur kode dan alih kode berdasarkan satuan kebahasaan dan
bentuk campur kode berdasarkan bahasanya, yaitu Bahasa Jepang, dan Bahasa
Inggris dalam video YouTube “Nihongo Mantappu”. Kedua, penelitian ini
membahas faktor-faktor penyebab terjadinya campur kode dalam video YouTube
“Nihongo Mantappu” tahun. Dan ketiga adalah implikasi ke dalam teks anekdot
bagi siswa kelas X SMA
Topik “Campur Kode dan Alih Kode dalam Video YouTube “Nihongo
Mantappu” dan Implikasinya Dalam Teks Anekdot” dipilih dengan dua alasan.
Pertama, campur kode sering digunakan dalam video-video YouTube milik
Jerome Polin. Kedua, YouTube merupakan situs web berbagi video yang terkenal
di dunia dan sering dikunjungi oleh para warganet. Dan juga pentingnya implikasi
campur kode dan alih kode dalam materi teks anekdot.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian, yaitu sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana wujud alih kode yang terdapat dalam video


YouTube Nihongo Mantappu ?

1.2.2 Apakah faktor-faktor penyebab alih kode yang terdapat


dalam video YouTube Nihongo Mantappu ?

1.2.3 Apakah faktor-faktor penyebab campur kode yang terdapat


dalam video YouTube Nihongo Mantappu ?

1.2.4 Bagaimana pengimplikasian materi campur kode dan alih


kode kedalam materi teks anekdot bagis siswa kelas X
SMA?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun beberapa tujuan penelitian
yang dipaparkan, yaitu sebagai berikut.
1.3.1 Untuk memaparkan wujud alih kode yang terdapat dalam dalam
video YouTube Nihongo Mantappu
1.3.2 Untuk memaparkan faktor- faktor penyebab alih kode yang
terdapat dalam video YouTube Nihongo Mantappu
1.3.3 Untuk memaparkan faktor- faktor penyebab campur kode yang
terdapat dalam video YouTube Nihongo Mantappu
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana pengimplikasian campur kode dan
alih kode kedalam materi teks anekdot bagi siswa kelas X SMA.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk ilmu bahasa
khususnya di bidang sosiolinguistik.

1.4.1 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dalam ilmu linguistik.
Manfaat dari penelitian dapat memberikan teori-teori atau sumbangsih penemuan
yang berkaitan dengan ilmu sosiolinguistik khususnya alih kode dan campur
kode. Manfaat penelitian ini juga memberikan bukti nyata antara teori dan praktik
dari deskripsi realita fenomena alih kode dan campur kode di dalam video
YouTube Nihongo Mantappu

1.4.2 Manfaat Praktis


1.4.2.1 Bagi Pembaca
Manfaat praktis pembaca sebagai berikut.
a. Membuktikan wawasan tentang latar belakang faktor
penggunaan alih kode dan campur kode
b. Dapat melihat perkembangan belajar pembelajaran dalam
menggunakan Bahasa Indonesia
c. Dapat menjadi evaluasi pembelajaran

1.4.2.2 Bagi Peniliti


a. Memberikan bukti nyata antara teori dan fakta tentang alih
kode dan campur kode
b. Menjadikan pijakan peneliti saat menggunakan bahasa yang
harus sesuai dengan konteks

1.5 Definisi Istilah


Penelitian ini memiliki definisi istilah agar terlihat jelas hal-hal apa saja
yang akan dibahas secara garis besar sehingga pembaca memahami betul hal yang
dibahas dalam penelitian ini. Berikut adalah definisi istilah yang akan dijelaskan.
1.5.1 Bahasa
Thomas dan Wareing (2007: 8) menyatakan bahasa adalah gabungan unit-
unit kecil (fonem) menjadi unit-unit yang lebih besar (kata, frasa, klausa, kalimat,
dan paragraf) dengan tujuan untuk komunikasi. Komunikasi yang mengandung
makna dan maksud untuk dipahami lawan bicara.

1.5.2 Kedwibahasaan
Weinrich (dalam Padmadewi, Merlyna, dan Saputra, 2014: 52)
mengatakan kedwibahasaan adalah fenomena bahasa di mana seseorang atau
sekelompok orang memiliki kemampuan untuk menggunakan dua bahasa dalam
berkomunikasi.

1.5.3 Alih Kode


Fasold pun (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) mengatakan alih kode
adalah perubahan penggunaan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain dengan
batasannya berupa perubahan klausa dan kalimat ke bahasa lain.

1.5.4 Campur Kode


Fasold (dalam Chaer dan Agustina, 2004: 115) mengatakan campur kode
adalah perubahan penggunaan bahasa dari bahasa satu ke bahasa lain dengan
batasanya berupa perubahan kata atau frasa ke bahasa lain.

1.5.5 YouTube
YouTube adalah sebuah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga
mantan karyawan PayPal pada Februari 2005. Situs web ini memungkinkan
pengguna mengunggah, menonton, dan berbagi video. YouTube menampilkan
berbagai macam konten video buatan pengguna/kreator, termasuk klip film, klip
TV, dan video musik. Selain itu, konten amatir seperti blog video, video orisinal
pendek, dan video pendidikan juga ada dalam situs ini.

1.5.6 Nihongo Mantappu


Merupakan sebuah chanel YouTube yang dibuat oleh Jerome Polin, pelajar
Indonesia di Jepang. Sedang berkuliah di Waseda University Jurusan Matematika
Terapan. Di channel ini dia bakal buat video mengenai Belajar Matematika,
Bahasa Jepang, Kehidupan di Jepang, Kehidupan pribadi, dll.

1.5.7 Teks Anekdot


Teks anekdot adalah karangan cerita singkat yang menarik, lucu, dan
mengesankan karena isinya berupa kritik atau sindiran terhadap kebijakan,
layanan publik, perilaku penguasa, atau suatu fenomena. Cerita ini biasanya
mengenai orang penting atau terkenal, dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya.
Dalam teks anekdot, harus diketahui bahwa isinya tidak hanya kisah lucu semata,
melainkan ada amanat, pesan moral, atau suatu ungkapan kebenaran.
Makna di dalam teks anekdot bertujuan mengkritik atau menyindir
sesuatu, yang diperoleh dari realita sosial dari kehidupan sehari-hari. Hal ini
disampaikan melalui lelucon sehingga tidak terkesan menghakimi atau
menyudutkan pihak tertentu. Cerita yang dikemas dalam lelucon berisi kritikan
atau sindiran ini sering melibatkan tokoh-tokoh yang dikenal masyarakat.
Biasanya berbentuk narasi singkat yang mengandung tokoh, alur, dan latar.
Anekdot juga bisa berupa gambar atau ilustrasi. Bentuknya seperti komik di
media cetak, atau meme di media elektronik.

1.6 Sistematika Penyajian


Sistem penyajian penelitian adalah hal-hal garis besar yang disajikan pada
setiap bab. Berikut adalah sistematika penyajian penelitian yang disajikan setiap
bab. Pada bab satu, peneliti menyajikan latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian. Lalu di bab dua, peneliti menyajikan kajian teori-teori terdahulu yang
relevan, hipotesis, kajian teori yang menguraikan pengertian kedwibahasaan, alih
kode dan campur kode. Faktor, wujud dari alih kode dan campur kode.
Pada bab tiga, peneliti menyajikan jenis penelitian, lokasi penelitian,
subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, sumber data, data, metode pengumpulan
data, teknik pengambilan data, metode analisis data, teknik analisis data, dan
teknik penyajian hasil analisis data. Di bab empat, peneliti menyajikan hasil
penelitian dan pembahasan hasil analisis data terkait faktordan wujud alih kode
serta campur kode dan di bab lima, peneliti menyajikan simpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian linguistik ini tentu sudah melihat penelitian sebelumnya yang
relevan tentang alih kode dan campur kode dalam lingkup yang berbeda-beda.
Namun, penelitian ini berbeda lingkupnya dengan penelitian yang lain. Di bawah ini
peneliti akan menyajikan garis besar penelitian-penelitian yang relevan dengan
penelitian ini sendiri.
Penelitian relevan yang pertama adalah penelitian milik Sutrisini (2005) dari
Universitas Negeri Semarang dengan judul penelitiannya “Alih Kode dan Campur
Kode Dalam Wacana Interaksi Jual Beli Di Pasar Johar Semarang”. Garis besar dari
penelitian ini adalah peneliti memiliki ketertarikan untuk meneliti alih kode dan
campur kode di Pasar Johar Semarang karena pembeli dan penjual dari berbagai
kalangan serta latar belakang bahasa yang berbeda-beda. Hal-hal telah dianalisis
dalam penelitiannya berupa bentuk alih kode, campur kode, faktor terjadinya alih
kode dan campur kode serta fungsi dari alih kode dan campur kode yang terjadi di
Pasar Johar Semarang. Hasil analisis penelitian ini peneliti menemukan bentuk alih
kode dan campur kode. Bentuk tersebut berupa macam bahasa, perubahan alih kode
internal yaitu dari bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia serta tingkat tutur, dari
tingkat tutur kromo ke tingkat ngukur ngoko begitu pun sebaliknya. Adapun faktor-
faktor terjadinya alih kode tersebut yaitu (1)penjual merasa kesal terhadap pembeli,
(2) pembeli merasa kesal kepada penjual, dan (3) penjual menyesuaikan bahasa yang
digunakan pembeli. Selanjutnya, bentuk campur kode berupa macam bahasa campur
kode ekstern dari bahasa Indonesia disisipkan serpihan leksikal berupa bahasa Arab
dan Cina. Wujud campur kode dalam penelitianya berupa kata, frasa, dan perulangan
kata serta faktor-faktor dari campur kodenya adalah identifikasi peranan dan
identifikasi ragam.
Adapun penelitian relevan yang kedua adalah milik Nugroho (2011) dari
Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul skripsi “Alih Kode dan Campur Kode
Pada Komunikasi Antara Guru-Siswa Di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten”. Nugroho
dalam skripsinya memberikan garis besar hal-hal apa saja yang disajikan. Melihat
judul milik Nugroho penelitian yang dilakukan adalah penelitian tentang fenomena
bahasa khususnya alih kode dan campur kode dalam lingkungan sekolah. Peneliti
menggunakan teknik rekam, catat, dan simak untuk mengambil data alih kode dan
campur kode serta menggunakan teknik analisis deskritif kualitatif sebagai teknik
analisis data. Penelitian yang dilakukan Nugroho telah menganalisis data-data yang
diperoleh yaitu untuk Alih kode telah ditemukan bahwa terdapat dua bentuk alih kode
yang pertama dari bahasa yaitu terdapat bahasa formal dan informal dalam
percakapan guru-siswa. Bentuk alih kode kedua adalah hubungan antar bahasa.
Terdapat hubungan antar bahasa yaitu bahasa Perancis-bahasa Indonesia, bahasa
Indonesia-bahasa Perancis. Selanjutnya, data campur kode yang telah dianalisis
terdapat dua bentuk. Bentuk pertama adalah unsur sintaksisnya, terdapat campur kode
dengan wujud kata dan frasa. Bentuk kedua adalah kategorisasi kata, meliputi:
nomina, adverbia, adjektiva, numeralia, pronominal, dan preposisi. Tidak hanya itu,
terdapat analisis data tentang faktor-faktor terjadinya alih kode pada komunikasi
guru- siswa. faktor-faktor tersebut meliputi: 1) hubungan penutur dengan mitra tutur,
2) hadirnya pihak ketiga, 3) perubahan situasi dari informal ke formal begitupun
sebaliknya, dan 4) topik pembicaraan.
Dari penelitian relevan di atas, ditemukan persamaan dan perbedaan antar-
penelitian. Penelitian di atas memiliki persamaan pada fenomena bahasa yang diteliti
yaitu alih kode dan campur kode, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data,
hasil analisis data ada beberapa yang sama. Adapun perbedaanya pula antar penelitian
di atas, perbedaan tersebut terdapat pada lokasi penelitian, hasil analisis data ada yang
tidak sama, bahasa yang diperoleh dalam penelitianya pun berbeda.
Melihat penelitian relevan di atas, peneliti mencoba melakukan penelitian
yang berbeda lokasi. Namun, tetap masih dalam penelitian fenomena bahasa yang
sama yaitu alih kode dan campur kode. Pemilihan lokasi yang berbeda pada video
YouTube “Nihogo Mantappu” video ini menarik dikarnakan Jerome Polin
mengajarkan orang asing belajar Bahasa Indonesia dan juga dalam video dia
menggunakan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Jepang. Itulah kenapa,
peniliti memilih meneliti video tersebut karena memiliki potensi akan adanya
fenomena bahasa alih kode dan campur kode yang berbeda dari lokasi lainnya.

2.2 Landasan Teori


Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk
mendukung peneliti dalam menganalisis data. Teori yang digunakan meliputi (1)
pengertian bilingualisme dan multilingualisme, (2) kontak bahasa, (3) pengertian
kode (4) pengertian alih kode, campur kode, interferensi, dan integrasi, (5) bentuk
campur kode, dan (6) faktor penyebab terjadinya campur kode.

2.2.1 Pengertian Bilingualisme dan Multilingualisme


Istilah bilingualism (Inggris: bilingualism) dalam bahasa Indonesia disebut
juga kedwibahasaan. Secara umum, bilingualisme dapat diartikan sebagai
penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain
secara bergantian. Orang yang dapat menggunakan dua bahasa disebut orang yang
bilingual (dwibahasawan). Sedangkan kemampuan untuk menggunakan dua bahasa
disebut bilingualitas (kedwibahasawanan). Selain istilah bilingualisme, ada juga
istilah multilingualisme. Multilingualisme (keanekabahasaan) adalah keadaan
digunakannya lebih dari dua bahasa oleh seseorang dalam pergaulannya dengan
orang lain secara bergantian (Chaer, 2014: 84-85)

2.2.2 Kontak Bahasa


Mackey (dalam Suwito, 1983: 39) mengatakan bahwa kontak bahasa adalah
pengaruh bahasa yang satu kepada bahasa yang lain, baik langsung maupun tidak
langsung, sehingga menimbulkan perubahan bahasa yang dimiliki oleh ekabahasawan
(orang yang hanya mampu menggunakan satu bahasa). Penutur yang ekabahasawan
bisa menjadi dwibahasawan. Adanya kontak bahasa mengakibatkan terjadinya
peristiwa-peristiwa kebahasaan. Peristiwa-peristiwa kebahasaan yang mungkin terjadi
sebagai akibat adanya kontak bahasa itu di antaranya adalah alih kode, campur kode,
interferensi, integrasi (Chaer, 2014: 84).

2.2.3 Pengertian Kode


Kode memiliki arti sebagai alat komunikasi yang merupakan variasi dari
bahasa (Suwito, 1983: 67). Variasi bahasa adalah sejenis ragam bahasa yang
pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasinya, tanpa mengabaikan kaidah-
kaidah pokok yang berlaku dalam bahasa yang bersangkutan (Padmadewi, 2004: 8).

2.2.4 Pengertian Alih Kode, Campur Kode, Interferensi, dan Integrasi


Hymes (dalam Suwito 1983: 69) mengatakan bahwa alih kode adalah istilah
umum untuk menyebut pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih,
beberapa variasi dari satu bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari satu ragam. Chaer
(2014: 114) mengatakan bahwa alih kode dalam setiap bahasa atau ragam bahasa
memiliki fungsi otonom masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan sengaja dengan
sebab-sebab tertentu.
Nababan (1991: 32) menjelaskan bahwa campur kode adalah suatu keadaan
ketika orang mencampurkan dua bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindakan
berbahasa. Di Indonesia, campur kode ini sering sekali terdapat dalam keadaan orang
berbincang-bincang; yang dicampur ialah bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Jika
yang berbincang-bincang itu orang yang “terpelajar”, kita dapat juga melihat campur
kode antara bahasa Indonesia (atau bahasa daerah) dengan bahasa asing.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa yang formal, jarang terdapat campur kode
(Nababan 1991: 32). Suwito (1983: 76) membedakan campur kode menjadi dua
golongan, yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasi-
variasinya atau campur kode ke dalam (inner code mixing) dan campur kode yang
bersumber dari bahasa asing atau campur kode ke luar (outer code mixing).
Secara garis besar, persamaan antara alih kode dan campur kode adalah
fenomena yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Yang membedakannya adalah
alih kode diartikan sebagai peristiwa peralihan penggunaan bahasa atau ragam bahasa
yang disebabkan karena kehadiran orang ketiga, sedangkan campur kode adalah
peristiwa percampuran dua kode bahasa atau ragam bahasa yang berbeda.
Interferensi dan Integrasi juga terjadi sebagai akibat adanya penggunaan dua
bahasa atau lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Dalam peristiwa
interferensi digunakan unsur-unsur bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa,
yang dianggap sebagai suatu kesalahan karena menyimpang dari kaidah atau aturan
bahasa yang digunakan. Kalau dilacak dari penyebab terjadinya interferensi ini adalah
terpulang pada kemampuan si penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga
dia dipengaruhi oleh bahasa lain. Biasanya interferensi ini terjadi dalam
menggunakan bahasa kedua, dan yang berinterferensi ke dalam bahasa kedua itu
adalah bahasa pertama atau bahasa ibu (Chaer, 2014: 120).
Interferensi dipandang sebagai “pengacauan” karena “merusak” sistem suatu
bahasa; tetapi pada sisi lain interferensi dipandang sebagai suatu mekanisme yang
paling penting dan dominan untuk mengembangkan suatu bahasa yang masih perlu
pengembangan. Dengan interfensi kosakata bahasa resepien menjadi diperkaya oleh
kosakata bahasa donor, yang pada mulanya dianggap sebagai unsur pinjaman, tetapi
kemudian tidak lagi karena kosakata itu telah berintergrasi menjadi bagian dari
bahasa resepien (Chaer, 2014: 128). Dari keempat peristiwa yang disebabkan oleh
kontak bahasa tersebut, teori campur kode akan digunakan sebagai landasan
penelitian ini. Teori campur kode yang digunakan adalah campur kode yang mengacu
pada keadaan ketika orang mencampurkan dua atau lebih bahasa saja.
2.2.5 Bentuk Campur Code
Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito
(1983: 78) membedakan campur kode menjadi enam macam, antara lain:

a. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata


Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri, terbentuk dari morfem
tunggal (seperti; saya, hijau, pohon) atau gabungan morfem (seperti; terjebak,
rerumputan, mahakuasa)

b. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa


Frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih. Contohnya adalah nasi goreng, rumah
makan, kamar mandi.

c. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster


Baster adalah hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda membentuk satu
makna. Contohnya adalah pola bentuk dasar (bahasa Inggris) + akhiran (bahasa
Indonesia) yang terdapat dalam kata handpone-nya

d. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata


Perulangan kata dapat terjadi karena proses pengulangan kata atau unsur kata.
Contohnya adalah terburu-buru¸ daun-daun, bolak-balik.

e. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud ungkapan atau idiom


Idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsur-
unsurnya, contohnya kambing hitam yang memiliki makna orang yang dalam suatu
peristiwa sebenarnya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan.

f. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa


Klausa merupakan satuan gramatikal yang mengandung predikat dan berpotensi
menjadi kalimat. Klausa dapat dibedakan menjadi klausa bebas dan klausa terikat.
Klausa bebas bisa disebut klausa utama atau induk kalimat yang mempunyai unsur
lengkap pembangun kalimat, sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan predikat.
Klausa terikat adalah klausa yang tidak memiliki unsur lengkap.

2.2.7 Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode


Suandi (2014: 143-146) membagi faktor penyebab campur kode menjadi tiga
belas macam, di antaranya adalah:

a. Keterbatas Penggunaan Kode.


Faktor keterbatasan kode terjadi apabila penutur melakukan campur kode karena
tidak mengerti padanan kata, frase, atau klausa dalam bahasa dasar digunakannya.
Keterbatasan ini menyebabkan penutur menggunakan kode yang lain dengan kode
dasar pemakaian kode sehari-hari.

b. Penggunaan Istilah yang Lebih Populer


Dalam kehidupan sosial, terdapat kosakata tertentu yang dinilai mempunyai padanan
yang lebih populer.

c. Pembicara dan Pribadi Pembicara


Pembicara terkadang sengaja melakukan campur kode terhadap mitra bahasa karena
dia memiliki maksud dan tujuan tertentu, yaitu pembicara ingin mengubah situasi
pembicaraan. Pembicara juga terkadang melakukan campur kode dari suatu bahasa ke
bahasa lain karena faktor kebiasaan.

d. Mitra Bicara
Mitra bicara dapat berupa individu atau kelompok. Dalam masyarakat bilingual,
seorang pembicara yang mula-mula menggunakan satu bahasa dapat melakukan
campur kode menggunakan bahasa lain dengan mitra bicaranya yang memiliki latar
belakang daerah yang sama.

e. Tempat Tinggal dan Waktu Pembicaraan Berlangsung


Hal ini berkaitan dengan tempat pembicaraan itu terjadi, misalnya di pasar, tempat
orang-orang dari berbagai etnis bertemu. Seorang penjual mula-mula berbicara
dengan menggunakan bahasa A untuk memudahkan transaksi dengan pembeli
pertama. Ketika pembeli kedua datang dan menggunakan bahasa B, penjual akan
melakukan campur kode agar bisa bertransaksi dengan pembeli kedua.

f. Modus Pembicaraan
Modus pembicaraan merupakan sarana yang digunakan untuk berbicara. Modus
pembicaraan dibagi menjadi dua golongan, yaitu modus lisan dan modus tulis. Modus
lisan lebih banyak menggunakan ragam nonformal (tatap muka langsung, melalui
telepon, audio visual) dibandingkan dengan modus tulis yang biasanya menggunakan
ragam formal (surat dinas, surat kabar, buku ilmiah).

g. Topik
Topik digolongkan menjadi dua macam, yaitu topik ilmiah dan topik nonilmiah.
Topik ilmiah disampaikan dengan menggunakan ragam formal. Topik nonilmiah
disampaikan dengan “bebas” dan “santai” dengan menggunakan ragam nonformal.

h. Fungsi dan Tujuan


Fungsi bahasa didasarkan pada tujuan berkomunikasi, seperti memerintah,
menawarkan, mengumumkan, memarahi, dan lain sebagainya.

i. Ragam dan Tingkat Tutur Bahasa


Pemilihan ragam dan tingkat tutur bahasa banyak didasarkan pada pertimbangan pada
mitra bicara. Pertimbangan ini menunjukkan suatu pendirian terhadap topik tertentu
atau relevansi dengan situasi tertentu. Pemilihan tingkat tutur yang digunakan
berfungsi untuk memperhalus tuturan, menunjukkan rasa hormat pada orang lain, dan
menunjukkan rasa hormat pada orang yang lebih tua.

j. Hadirnya Penutur Ketiga


Dua orang yang berasal dari etnis yang sama umumnya akan berinteraksi dengan
bahasa kelompok etnisnya. Tetapi apabila hadir orang ketiga pada percakapan
tersebut, dan orang tersebut memiliki latar belakang yang berbeda maka biasanya dua
orang yang pertama beralih kode ke bahasa yang dikuasai oleh orang tersebut.

k. Pokok Pembicaraan
Pokok pembicaraan dibagi menjadi dua golongan, yaitu pokok pembicaraan yang
bersifat formal biasanya diungkapkan dengan bahasa baku dan pokok pembicaraan
yang bersifat informal biasanya disampaikan dengan bahasa tak baku.

l. Untuk Membangkitkan Rasa Humor


Campur kode bisa digunakan dalam situasi formal seperti rapat. Pemimpin rapat
memanfaatkan campur kode untuk menghadapi ketegangan, sehingga diperlukan rasa
humor.

m. Untuk Sekadar Bergengsi


Sebagai penutur ada yang melakukan campur kode hanya untuk sekadar bergengsi.
Hal ini terjadi apabila faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor-faktor
situasionalnya yang lain tidak mengharuskan unsur bercampur kode, fungsi
konstekstualnya maupun relevansinya.

Suwito (1983: 77) membagi penyebab campur kode menjadi tiga faktor, di antaranya
adalah:
a.Identifikasi Peranan
Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan edukasional.
b.Identifikasi Ragam
Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur melakukan
campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya.
c.Keinginan untuk Menjelaskan dan Menafsirkan
Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, nampak karena campur kode
juga menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain dan sikap dan
hubungan orang lain terhadapnya.
Ketiganya penyebab campur kode tersebut saling bergantung dan tidak jarang
bertumpang tindih.

2.2.8 Kerangka Pikir


Jalan penelitian ini secara garis besar terdapat dalam kerangka berpikir yang
menjelaskan kondisi lingkungan penelitian, dan data-data apa saja yang dianalisis
pada video YouTube Nihongo Mantappu yang dibuat oleh Jerome Polin. Kondisi awal
adalah dimana dalam video YouTube Nihongo Mantappu terdapat penggunaan
Bahasa Jepang, Bahasa Inggris, dan juga Bahasa Indonesia. Di dalam video
percakapan tersebut, terdapat fenomena alih kode dan campur kode yang
dilatarbelakangi oleh beberapa faktor serta beberapa wujud yang akan dianalisis oleh
peneliti. Yang kemudian akan di implikasinya dalam teks berita di siswa SMP.
Adapun wujud dari alih kode itu sendiri yaitu wujud klausa dan kalimat. Lalu, wujud
dari campur kode yaitu terdiri dari wujud kata dan frasa,. Jika dalam satu percakapan
terdapat fenomena alih kode dan campur kode, peneliti hanya akan menganalisis
fenomena alih kode dengan batasan gramatika klausa dan kalimat. Berikut adalah
kerangka berpikir dalam bentuk penjelasan gambar tentang kondisi lingkungan
penelitian dan data yang perlu dianalisis:
Video YouTube pada chanel Nihongo
Mantappu milik Jerome Polin

Percakapan yang ada didalam video YouTube


tersebut menggunakan Bahasa Jepang, Bahasa
Inggris dan Bahasa Indonesia

Terjadi alih kode dan campur kode

Faktor terjadinya alih kode dan campur kode

Wujud Alih Kode : Ragam Bahasa : Wujud Campur Kode :

- Klausa - Ragam baku - Kata


- Kalimat - Ragam tidak baku - Frasa

Implikasinya kedalam materi BAB III


teks anekdot bagi siswa kelas X
SMA
METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini, peneliti menyajikan tentang metode penelitian ini. Metode
penelitian merupakan satu kesatuan penyajian dengan bab lain dalam penelitian untuk
mengetahui jalan penelitian yang akan berlangsung pada penelitian alih kode dan
campur kode pada video YouTube “Nihongo Mantappu”. Penyajian pada metode
penelitian ini memberikan penjelasan tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,
subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik
pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta teknik penyajian data.
Berikut adalah penyajian dari bagian metode penelitian ini:

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Bog dan Taylor
(dalam Muhammad 2011:30) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menyajikan data deskriptif dalam bentuk kata-kata tertulis dari
kegiatan orang-orang yang dapat diamati. Melihat pengertian itu, pada penelitian ini
peneliti mengamati percakapan dalam video YouTube Nihongo Mantappu
menyajikan data dari analisis percakapan yang mengandung fenomena bahasa alih
kode dan campur kode

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi pada penelitian ini adalah pada rumah karena hanya melalui chanel
YouTube Nihongo Mantappu. Namun, penelitian ini lebih dispesifikasikan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia bidang campur kode dan alih kode pada video
YouTube Nihongo Mantappu. Alasan memilih lokasi ini karena lokasi ini memiliki
potensi adanya fenomena kedwibahasaan yang terdapat pula fenomena bahasa alih
kode dan campur kode. Potensi tersebut terlihat dari video yang berada pada chanel
YouTube Nihongo Mantappu milik Jerome Polin.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah video yang berada pada chanel YouTube
Nihongo Mantappu milik Jerome Polin. Video pada YouTube Jerome Polin ini
menghasilkan tuturan yang mengandung fenomena alih kode dan campur kode di
dalamnya. Tuturan kata campur kode dan alih kode dalam video Jerome Polin akan
dianalisis sesuai dengan kebutuhan penelitian ini. Subjek penelitian ini yaitu Jerome
Polin yang ada dalam video chenel YouTube Nihongo Mantappu.

3.4 Pelaksanaan Penelitian


Mahsun dalam bukunya mengatakan (2005:32) tahapan pelaksanaan
penelitian terdiri dari tiga pokok tahapan yaitu penyediaan data, analisis data, dan
membuat rumusan hasil analisis.

3.5 Data dan Sumber Data


Dalam sebuah penelitian, data adalah hal yang sangat diperlukan sebagai
suatu hal yang harus diteliti. Data juga merupakan suatu objek yang harus dianalisis
di dalam sebuah penelitian. Data merupakan satu kesatuan dalam penelitian yang
diperoleh dari sumber data. Berikut adalah penyajian tentang data dan dari mana data
itu diperoleh pada penelitian ini.

3.5.1 Data
Data adalah hal penting dalam penelitian karena data merupakan objek
penelitian yang akan dianalisis lalu disajikan menjadi laporan penelitian itu
sendiri. Dalam penelitian bahasa, Sudaryanto (dalam Mahsun 2014:18)
memberikan batasan bahwa data merupakan bahan jadi untuk dianalisis,
bahan jadi tersebut diperoleh dari pemilihan macam tuturan yang kiranya
benar-benar dibutuhkan. Data penelitian tidak hanya berupa objek penelitian
saja melainkan konteks pula yang mendukung atau yang terdapat dalam objek
penelitian tersebut karena objek penelitian dan konteks memiliki hubungan
yang saling berkaitan.
Pada penelitian ini, data yang diperoleh adalah berupa tuturan yang
mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur kode serta konteks yang
mengiringinya pada video YouTube Nihongo Mantappu. Tuturan lisan yang
dipilih sesuai dengan kebutuhan nantinya akan ditranskripsikan untuk
dianalisis data. Adapun batasan data-data yang akan dianalisis. Batasan data-
data yang akan dianalisis pada fenomena alih kode adalah ranah sintaksis
klausa dan kalimat sedangkan batasan data-data campur kode adalah ranah
sintaksis kata dan frasa.

3.5.2 Sumber Data


Sumber data adalah asal data itu diperoleh. Data pada penelitian ini
berupa tuturan yang mengandung fenomena bahasa alih kode dan campur
kode serta konteks yang mengiringinya. Jadi, jika data tersebut berupa tuturan
maka sumber data itu bisa dikatakan adalah penutur yang menghasilkan
tuturan tersebut. Penutur yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
adalah video pada chenel YouTube Nihongo Mantappu milik Jerome Polin.

3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Objek penelitian ini adalah campur kode bahasa jepang ke dalam bahasa
Indonesia dan campur kode bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang meliputi
satuan kebahasaannya serta faktor-faktor penyebabnya. Data yang dikumpulkan
diperoleh dari video YouTube “Nihongo Mantappu” milik Jerome Polin.
Metode penyediaan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak.
Sudaryanto (2015: 203) mengatakan, disebut “metode simak” atau “penyimakan”
karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak
penggunaan bahasa. Dalam penelitian ini, penyimakan dilakukan pada tuturan dalam
video YouTube “Nihongo Mantappu”.

Berdasarkan tahap pemakaiannya, Sudaryanto (2015: 202-204) membedakan


metode simak menjadi dua hal, yaitu “teknik dasar” dan “teknik lanjutan”. Disebut
teknik dasar karena teknik ini dilakukan di awal penelitian. Teknik dasar pada
praktiknya diwujudkan dengan penyadapan atau dapat disebut “teknik sadap”. Data
penelitian didapatkan dengan menyadap penggunaan bahasa dalam pembicaraan
seseorang atau beberapa orang. Teknik sadap untuk melakukan penyimakan
digunakan untuk mengetahui campur kode yang ada dalam video YouTube “Nihongo
Mantappu”.

3.7 Metode dan Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap analisis data. Metode
yang digunakan dalam analisis ini adalah metode padan. Metode padan, alat
penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan.
Metode padan dapat dibedakan menjadi lima sub-jenis berdasarkan macam alat
penentu yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 15). Kelima sub-jenis itu adalah, metode
padan referensial, fonetis artikulatoris, translasional, ortografis, dan pragmatis
(Sudaryanto, 2015: 18). Dalam penelitian ini, metode padan yang digunakan adalah
metode padan translasional dan metode padan pragmatis.
Metode padan translasional, alat penentunya adalah bahasa lain (Sudaryanto,
2015: 18). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan, definisi
dalam bahasa Indonesia, bahasa Jepang, dan bahasa Inggris dalam video YouTube
“Nihongo Mantappu” Metode padan pragmatis, alat penentunya adalah mitra wicara
(Sudaryanto, 2015: 18). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi factor
penyebab terjadinya campur kode dalam video-video YouTube “Nihongo Mantappu”.

3.8 Teknik Penyajian Analisis Data


Metode penyajian hasil analisis data atau metode penyajian kaidah hanya
memiliki dua jenis, yaitu metode formal dan metode informal. Metode formal adalah
metode analisis data yang perumusannya menggunakan tanda, lambang- lambang dan
berbagai diagram, sedangkan metode informal adalah metode analisis data yang
perumusannya dilakukan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat (Sudaryanto 2015:
240-241)
Pada penelitian ini hasil analisis data disajikan dengan metode formal dan metode
informal. Metode formal dalam penelitian ini berupa tabel yang digunakan untuk
mengetahui jumlah campur kode yang terjadi serta bagan yang digunakan untuk
menunjukkan klasifikasi bentuk campur kode. Metode informal digunakan untuk
menjelaskan bentuk dan faktor campur kode yang ada dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai