Anda di halaman 1dari 3

Naskah untuk tugas kelompok

Tema Konten : Konten Negatif di Media Digital


Topik Konten : Dampak Konten Negatif
Judul Konten : (mohon bantuannya gaes)
Pesan Konten : Sebagai pembuat konten pemula, tidak segala trend layak untuk diikuti. Segala
konten yang dibagikan pada publik pasti akan berdampak untuk diri kita, audiens, bahkan
negara, baik itu jangka panjang maupun jangka pendek.

Scriptwriter: Farah Sarayusa, (insert your name here)


Proofreader: Farah Sarayusa (insert your name here)

Opening, closing, CTA-nya masih belum nemu ide, mohon bantuannya :’)

Intro:
Banyak trend yang berkembang pesat di dunia content creator. Misalnya trend menebak suatu
brand minuman atau makanan tanpa melihat bendanya dan hanya melalui rasanya saja, atau
trend memperlihatkan kucing peliharaan yang sedang tertidur dengan backsound yang lucu. Dari
sekian banyak trend yang muncul, sebenarnya ada beberapa trend yang berisiko menjadi konten
negatif dan pastinya berdampak kepada banyak hal, terutama kita sebagai content creator
pemula. Seperti apa sih contohnya?

Main:
Sebelum masuk ke contoh, ada baiknya kita ketahui dulu apa itu konten negatif. Konten negatif
bukanlah konten yang berdasarkan pada penilaian viewers-nya, melainkan bagaimana isi konten
itu memberikan dampak kepada viewers-nya baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa indikator suatu konten negatif apabila terdapat unsur SARA, perundungan, penghinaan
atau pencemaran nama baik, pemerasan, pengancaman, unsur pornografi, hingga konten-konten
yang mengandung info yang menyesatkan.
Trend pertama yang masuk dalam contoh konten negatif adalah trend joget-joget. Misalnya,
trend joget Papi Chulo dengan lirik lagu yang memiliki interpretasi makna ambigu. Beberapa
creator yang melakukan trend ini, tidak jarang menggunakan baju ketat sehingga dengan sengaja
memperlihatkan lekukan tubuhnya. Menurut kami, konten-konten seperti ini sudah masuk ke
ranah pornografi karena telah mempertontonkan siluet tubuhnya dengan sengaja sesuai dengan
UU 44 Tahun 2008.

Trend kedua adalah video prank. Untuk sebagian orang mungkin tayangan prank terlihat lucu
dan menghibur. Namun bagaimana jadinya ketika korban prank adalah perempuan lansia dengan
penyakit tertentu atau anak kecil yang kursinya ditarik saat hendak duduk sehingga menderita
kelumpuhan? Tayangan-tayangan seperti ini jelas merupakan contoh konten negatif karena
mengandung unsur yang sangat berbahaya.

Trend terakhir adalah penyebaran info hoax. Masih ingat video yang sempat viral di Tiktok
perihal kuburan upin-ipin yang kemudian disanggah langsung oleh animator-nya via Twitter?
Atau video seorang pengguna TikTok yang mencampur air mineral dengan cairan antiseptic
sebagai isian air humidifier supaya ruangan bebas virus corona, padahal tindakannya itu jelas-
jelas berbahaya untuk dihirup? Jelas ini merupakan contoh konten negatif karena mengandung
info yang menyesatkan dan meresahkan.

Ada tiga dampak yang timbul jika konten-konten negatif seperti ini terus diproduksi. Sebagai
content creator, akun yang kita gunakan dapat dilaporkan oleh masyarakat dan tidak mendapat
kepercayaan sehingga kita kesulitan untuk memulai karir sebagai content creator. Sedangkan
dampak yang dirasakan viewers adalah mulai dari keresahan, kebingungan, hingga bahaya-
bahaya yang muncul apabila mereka meniru konten yang kita buat tanpa pendampingan orang
lain.

Sehingga solusinya, sebagai content creator pemula, sudah saatnya kita lebih selektif mengikuti
trend dan lebih bijak dalam memproduksi konten. Suguhkanlah konten yang jelas-jelas dapat
memberikan informasi yang bermanfaat untuk viewers. Untuk para viewers, jangan segan-segan
membisukan, memblokir, hingga melaporkan akun-akun kreator yang menyajikan konten kreatif.
Tidak semua trend layak diikuti, kok. Tidak semua konten pun harus dinikmati.

Anda mungkin juga menyukai