Anda di halaman 1dari 1

Keracunan Istilah Penelitian Satra

Penelitian sastra sering disejajarkan dengan kajian, telaah, studi, dan kritik akademis. Sedangkan
kajian, telaah, dan studi kurang lebih memiliki tujuan yang sama yaitu memahami karya sastra.
Karenanya, membaca sastra di Perguruan Tinggi otomatis akan memiliki tekanan yang berbeda
dengan membaca sastra di sekolah sebelumnya. Tingkat kecermatan membaca sastra (prosa,
puisi, dan drama) di Perguruan Tinggi telah ke arah pemahaman sebagai studi (kritik dan
penelitian, sedangkan di sekolah bawahnya lebih cenderung ke apresiasi biasa untuk kenikmatan.

Sasaran kritik sastra tidak lain sebagai langkah untuk memperbaiki nasib sastra, memperjelas
kepada pembaca tentang selubung karya sastra, sehingga ada tanggung jawab moral dan
intelektual pada penulis. Sedikit berbeda dengan penelitian sastra, biasanya terpotong-potong,
tidak memiliki sasaran yang jelas-jelas sebagai langkah perbaikan karya sastra.

Dari istilah kritik dan penelitian sastra tersebut, berarti pula kritik cenderung berwawasan ke
depan terhadap pengembampan sastra, sedangkan penelitian Sastra sering hanya untuk tujuan
tertentu, Tujuan penelitian sastra kadang-kadang sekadar sebagai proyek, untuk membuat skripsi,
tesis, disertasi, dan sejenisnya tampa dicampuri urusan perbaikan karya sastra ke depan. Namun
demikian, jika ada penelitian sastra yang berdampak pada perbaikan mutu karya sastra, juga tak
terlalu berlebihan. Penelitian sastra sering dapat dilakukan oleh siapa pun, baik peneliti senior
maupun pemula, sedangkan kritik sastra biasanya dilakukan oleh seorang kritikus. Jika penelitian
jarang yang dipublikasikan lewat media, kecuali berupa jurnal, kritik sastra digelar lewat media
massa dan bahkan jumpa pers.

Oleh karena kapling media massa sangat terbatas, kadang-kadang kritik sastra diturunkan sedikit
derajatnya menjadi sebuah resensi sastra dan esai sastra. Resensi sastra biasanya sekadar berupa
sorotan atas buku atau karya tertentu. Bobot resensi sastra juga sering tergelineir ke arah
sanjungan atau sekadar promosi terhadap karya atau buku. Resensi sastra biasanya dilakukan
tampa pendalaman, hanya sepintas, dan baru sampai pada kritik ringan saja.

Esai sastra biasanya dibumbui dengan sensasi sebagai hasil laporan pembacaan karya sastra. Esai
sastra lebih banyak berupa ajakan atau larangan yang disampaikan secara estetis dan provokatif.
Bahkan, ada kecenderungan juga sekarang in esai sastra sebagai wujud penyampaian hasil
penelitian, kritik, dan resensi sastra. Melalui esai sastra tersebut, diharapkan pesan yang
disampaikan lebih komunikatif dan menyentuh perasaan.

Yang penting, penelitian, kritik, resensi, dan esai sastra seluruhnya bermuara pada upaya
memahami karya sastra secara komprehensif. Hasil penelitian dan kritik yang dibukukan
misalnya, dapat disampaikan lewat resensi sastra maupun esai sastra. Esai dan resensi sastra pada
akhirya juga akan menggelitik para peneliti sastra, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai