DI SUSUN OLEH :
1. RAMDAN HUNOWU
2. NOVIYANTI RIZKY SAPUTRI
3. SUMIYATI MOO
4. YULANINGSIH BEMPA
5. FITRIYANTI POHIYALU
6. SRIWIYANINGSI PIPI
7. QURROTA AINI SUHERYANTO
A. Latar Belakang
Anak-anak merupakan suatu kelompok yang sangat mudah sekali terserang suatu
penyakit, karena mereka memiliki daya tahan tubuh (imunitas) yang rendah dan rentan
terhadap suatu penyakit. Anak lebih sering mengalami demam, bahkan tercatat tiga keluhan
Kesehatan yang sering di alami anak yaitu salah satunya demam sebesar 53,90% (Maulvi, V.
F.,2017).
Demam merupakan suatu kondisi dimana suhu tubuh berada di atas normal. Suhu tubuh
normal manusia yaitu 36-37°C, namun pada saat demam dapat melebihi 37,5°C. Sedangkan
keadaan hipertemi (demam tinggi) adalah kenaikan suhu tubuh sampai 41°C atau lebih.
Peningkatan suhu tubuh ini merupakan sebagai respon terhadap infeksi atau peradangan,
dimana demam sering menjadi alasan mengapa orang tua membawa anaknya ke pelayanan
Kesehatan (Butarbutar et al., 2018).
Jumlah penderita demam di Indonesia di laporkan lebih tinggi angka kejadiannya di
bandingkan dengan negaranegara lainnya yaitu sekitar 80-90% (kemenkes,2017). Dari hasil
profil kesehatan Indonesia (2018) didapatkan data bahwa jumlah penderita demam yang
dialami balita disebabkan oleh infeksi,dan dilaporkan sebanyak 57.056 kasus semenjak
tahun 2014 – Juli 2018 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
Apabila demam tidak ditangani maka dapat mengakibatkan kerusakan rangkaian
khususnya sistem saraf pusat dan otot, sehingga mengakibatkan kejang dan kematian
(Kristianingsih et al., 2019). Oleh karena itu penanganan demam harus segera di
tangani,tidak harus menunggu saat anak demam tinggi (Alawiyah et al., 2019).
Penanganan demam dilakukan yaitu dengan penanganan tanpa obat (terapi non
farmakologis) dan dengan obat (terapi farmakologis). Penanganan tanpa obat dilakukan
dengan pemberian perlakuan khusus yang dapat membantu menurunkan suhu tubuh
diantaranya kompres hangat dan water tepid sponge (Kristianingsih et al., 2019).
Berdasarkan hasil yang didapatkan di RSUD Otanaha pada ruang anak, sebagian besar
anak mengalami demam sehingga mahasiswa Profesi Ners Angkatan XVII mengadakan
penyuluhan terkait manajemen demam.
C. Materi Penyuluhan
(Terlampir)
D. Metode Penyuluhan
Ceramah dan Tanya Jawab
E. Media
1. PPT
2. Leaflet
F. Struktur/Pengorganisasian
1. Pemateri : Sriwiyanningsi Pipii
a. Menjelaskan materi tentang manajemen demam
b. Menjawab Pertanyaan dari pasien/keluarga
2. Moderator : Sumiyati Moo
a. Mengucapkan salam
b. Menjelaskan tujuan
c. Meminta waktu/persetujuan pasien/keluarga
d. Memvalidasi pemahaman pasien dan keluarga tentang manajemen demam
3. Fasilitator : Ramdan Hunowu, Fitriyanti Pohiyalu, Qurrota Aini Suheriyanto
a. Menyiapkan keperluan selama penyuluhan berlangsung
b. Meminimalisir lingkungan tetap dalam keadaan kondusif
4. Observer : Noviyanti Rizky Saputri
Mengamati dan mencatat proses penyuluhan terlaksana atau tidak terlaksana sesuai
dengan tahapan kegiatan.
5. Dokumentasi : Yulaningsih Bempah
Mengambil gambar selama penyuluhan berlangsung
G. Seting Tempat
M
Keterangan :
P P = Pemateri
P
M = Moderator
P
P = Fasilitator
P
P
= CI Akademik/Klinik
H. Kegiatan Penyuluhan
= observer
Tahap kegiatan Kegiatan Penyuluhan Metode Media
Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan Ceramah
(5 menit) salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyebutkan Tema dan tujuan dari
penyuluhan
4. Memvalidasi pengetahuan klien tentang
materi yang akan disampaikan
5. Kontrak waktu dengan klien
PPT &
Pelaksanaan Menjelaskan materi penyuluhan secara Ceramah
Leaflet
(15 menit) berurutan dan teratur :
1. Pengertian demam
2. Manfaat manajemen demam
3. Manajemen demam dengan kompres
hangat
4. Manajemen demam dengan water tepid
sponge
Penutup Melakukan evaluasi dengan memberikan Tanya-
(10 menit) pertanyaan : Jawab
1. Sesi Tanya jawab
2. Memvalidasi kembali tentang materi
yang telah disampaikan
3. Memberi Kesimpulan
4. Pembacaan Doa
5. Mengucapkan terimakasih dan salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien berada di ruangan
b. Pemateri
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruangan anak RSUD Otanaha
2. Evaluasi Proses
a. Moderator menguasai alur jalannya penyuluhan
b. Pemateri mampu menjelaskan materi dengan baik
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
d. Peserta mengajukan pertanyaan dan pemateri menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
a. Pemateri mampu menjawab pertanyaan dengan baik
b. Pasien dan Keluarga dapat menjelaskan kembali tentang manajemen demam
Tabel check list kegiatan penyuluhan (observer)
Tahap kegiatan Kegiatan Penyuluhan Terlaksana Tidak
terlaksana
Pembukaan 1. Membuka kegiatan dengan
(5 menit) mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menyebutkan Tema dan tujuan dari
penyuluhan
4. Memvalidasi pengetahuan klien
tentang materi yang akan disampaikan
5. Kontrak waktu dengan klien
Pelaksanaan Menjelaskan materi penyuluhan secara
(15 menit) berurutan dan teratur :
1. Pengertian demam
2. Manfaat manajemen demam
3. Manajemen demam dengan kompres
hangat
4. Manajemen demam dengan water
tepid sponge
Penutup Melakukan evaluasi dengan memberikan
(10 menit) pertanyaan :
1. Sesi Tanya jawab
2. Memvalidasi kembali tentang materi
yang telah disampaikan
3. Memberi Kesimpulan
4. Pembacaan Doa
5. Mengucapkan terimakasih dan salam
(Lampiran)
Manajemen Demam
A. Demam
Demam merupakan respon yang normal terhadap berbagai kondisi, penyebab demam
paling banyak adalah infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri atau parasit. Demam
adalah peningkatan suhu tubuh sebagai akibat termostat yang ada diotak, mensetting suhu
tubuh lebih tinggi dari biasanya. Demam ialah suatu kondisi dimana suhu tubuh berada di
atas normal. Suhu tubuh normal manusia yaitu 36-37°C, namun pada saat demam dapat
melebihi 37,5°C (Butarbutar et al., 2018).
Demam tidak hanya dinyatakan dalam satu nilai atau derajat tertentu. Terdapat
batasan nilai atau derajat demam untuk semua usia dengan pengukuran diberbagai bagian
tubuh yaitu suhu aksila/ketiak diatas 37,2 °C, suhu oral/mulut diatas 37,8°C, suhu
rektal/anus diatas 38°C, suhu dahi diatas 38°C sedangkan demam tinggi bila suhu tubuh
diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu >41,1°C (Langingi, et al., 2020).