MONOTORING DAN
EVALUASI
PELATIHAN TPK
PROVINSI NTT
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG .................................................................................................. 3
B. DASAR HUKUM ......................................................................................................... 4
C. TUJUAN MONEV ...................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ........................................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ....................................................................................................... 4
D. SASARAN MONEV ................................................................................................... 4
E. RUANG LINGKUP ...................................................................................................... 4
LAMPIRAN
Foto Kegiatan
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Guna mencapai angka prevalensi stunting menjadi 14% di tahun 2022, maka
pada Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan
Stunting, salah satu prioritas kegiatan yang termuat dalam Rencana Aksi Nasional
Percepatan Penurunan Stunting (RAN PASTI) adalah pelaksanaan pendampingan
keluarga berisiko stunting, pendampingan semua calon pengantin/calon Pasangan
Usia Subur (PUS) dan surveilans keluarga berisiko stunting. Strategi khusus yang
terkandung dalam RAN PASTI yaitu “Pendekatan Keluarga Berisiko Stunting". Salah
satu kegiatan strategis dalam pendekatan keluarga beresiko stunting adalah
pendampingan keluarga berisiko stunting oleh Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Setelah pelatihan TPK, maka para peserta pelatihan tidak boleh dibiarkan begitu
saja. Mereka harus dipantau secara terus-menerus agar apa yang mereka sudah
dapatkan saat pelatihan, bisa benar-benar terimplementasikan dalam kegiatan harian
mereka. Untuk itu, bidang Latbang melakukan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev)
Pelatihan/Orientasi Tim Pendamping Keluarga (TPK) di Tk. Kabupaten/Kota.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa kegiatan monitoring dan evaluasi
pasca pelatihan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang sangat penting dalam
pengembangan pelatihan serta penjaminan mutu pelatihan. Kegiatan monitoring dan
evaluasi pasca pelatihan bertujuan untuk memantau sekaligus mengevaluasi
ketercapaian tujuan, proses, progres, output, outcome, dan impact dari para alumni
pelatihan. Hasil dari kegiatan ini, akan menjadi rujukan, evaluasi, dan dianalisis lebih
lanjut demi penyempurnaan penyelenggaraan pelatihan berikutnya.
3
B. DASAR
a) Undang-undang RI Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga;
b) Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting;
c) Surat Edaran Sekretaris utma Nomor 4 Tahun 2021 Tentang Mekanisme
Pelaksanaan Orientasi Kader Tim Pendamping Keluarga;
C. TUJUAN MONEV
1. Tujuan Umum
Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pelatihan Teknis Tim TPK dalam Upaya
Percepatan Penurunan Stunting bertujuan untuk memantau sekaligus mengevaluasi
ketercapaian tujuan, proses, progres, output, outcome, dan impact dari pelatihan
TPK yang sudah dilakukan terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku,
serta kinerja dari TPK itu sendiri.
2. Tujuan Khusus
• Mengetahui dampak Pelatihan/Orientasi terhadap peningkatan Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku TPK
• Mengetahui dampak Pelatihan/Orientasi terhadap Kinerja TPK.
C. SASARAN MONEV
Yang menjadi sasaran kegiatan monitoring dan evaluasi adalah para Tim
Pendamping Keluarga (TPK) yang berada di 22 Kab./Kota, serta para pemangku
kebijakan (Kadis, Kades/Lurah, PKB, atau admin Elsimil Kab./Kota)
4
BAB II
MEKANISME KEGIATAN
A. PERSIAPAN TEKNIS
B. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Metode:
Pelaksanaan kegiatan monev pasca pelatihan menggunakan metode wawancara
terbuka, ketika Tim monev turun langsung ke lapangan. Sedangkan metode pengisian
instrumen menggunakan paper-based dan G-form, yang dibagikan ke TPK ketika
pemonev sudah kembali ke tempat kedudukan. Tujuannya adalah agar sampel sasaran
bisa lebih banyak (terwakilkan).
Instrumen monev yang dipakai, dijadikan sebagai pedoman, dan ketika berhadapan
langsung dengan sasaran, pertanyaan yang ada dalam instrumen disesuaikan dengan
bahasa yang sederhana agar mudah dipahami oleh TPK.
Pengambilan data monev secara langsung dilakukan menggunakan paper-based dan
sebagian lagi menggunakan G-Form. Hal-hal yang ditanyakan dalam monev adalah
mengenai Penggunaan Aplikasi Elsimil bagi TPK dan Catin, Praktik Verifikasi dan
Validasi data Keluarga Beresiko Stunting, serta Praktik Pengisian Variabel Pemantauan
ibu hamil dan ibu Pasca Persalinan melalui G-Form.
2. Alat bantu:
Alat bantu dalam kegiatan monev pasca pelatihan ini adalah instrumen monev yang
sudah dibuat dalam bentuk paper-based maupun G-Form.
5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. PERSIAPAN
1. Menuju Kantor Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB)
Kabupaten/Kota untuk melapor diri dan membicarakan persiapan monev.
2. Bersama OPD KB, menyiapkan instrumen dan sasaran monev yang akan ditemui.
B. PELAKSANAAN
Pelaksanaan kegiatan monev pasca pelatihan secara langsung (tatap muka),
dengan sasaran Tim (TPK) yang beragam sesuai persiapan yang dilakukan. Kegiatan
monev dalam suatu kabupaten melibatkan 4 (empat) tim pendamping keluarga yang
berasal dari desa dan kecamatan yang berbeda.
Banyak kegiatan awal yang harus dilakukan, khususnya pada bulan Agustus,
terjadi bersamaan dengan Bulan Timbang, sehingga, Setelah kegiatan bulan timbang
selesai, barulah Tim Monev berkesempatan bertemu dengan TPK yang hadir juga dalam
kegiatan penimbangan di Posyandu. Tim Monev berbincang banyak tentang aktivitas
TPK yang sudah/sedang dilakukan sejauh ini. Terdapat banyak hal yang Tim peroleh
dari hasil monev yang dilakukan saat itu. Hasil yang didapatkan diulas dalam BAB
selanjutnya.
6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN MONEV
Aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh TPK merupakan tugas utama yang harus
dilaksanakan secara tepat dan berkelanjutan. Walau demikian, berdasarkan hasil monitoring dan
evaluasi yang dilakukan, masih terdapat banyak hal baru yang harus diperbaiki dan diberi atensi
serius, secara umum oleh Perwakilan BKKBN Provinsi NTT (cq. Bidang Latbang), dan secara
khusus oleh OPD KB di masing-masing Kabupateb/Kota.
Monitoring dan evaluasi pada Tim pendamping Keluarga secara langsung (tatap muka)
dilakukan pada 72 Tim (TPK) dari 18 Kab./Kota, Keseluruhan anggota TPK yang berhasil dimonev
berjumlah 216 Orang. Memang belum semua anggota TPK di setiap Kecamatan berhasil dimonev.
Sehingga belum bisa dikatakan dapat mewakili populasi TPK yang ada di NTT. Akan tetapi, dari
jumlah yang terpantau, dapat ditarik kesimpulan berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yang
dijabarkan sebagai berikut:
JABATAN TPK
28,2%
BIDAN
32,6%
KADER TP PKK
39,1% KADER KB
7
b. Kesertaan Ber-KB dari TPK
Kesertaan Ber-KB
YA
39,1%
60,8% TIDAK
8
a. Penilaian TPK terhadap pelaksanaan pelatihan/orientasi
Dari gambar di atas, diketahu bahwa dengan adanya pelatihan, telah terjadi
peningkatan pemahaman yang dimiliki para TPK, khususnya cara mempraktekan
aplikasi elsimil. Selain itu, mereka juga lebih memahami Tupoksi TPK secara
baik. Walau demikian, masih terjadi kekurangan pada pengetahuan TPK terkait
mekanisme pendampingan kepada ibu hamil dan ibu nifas. Hal inilah yang mejadi
catatan penting dan perlu mendapat perhatian serius dari bidang Latbang.
9
▪ Mendapingi keluarga dari calon pengantin sampai hamil melahirkan dan
Pasca persalinan.
▪ Memberikan Penyuluhan atau penyampaian informasi Kesehatan ibu
anak dan Keluarga berencana.
▪ Memberikan motivasi agar Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan,
melahirkan di Fasilitas Kesehatan, memberikan ASI Ekslusif, Menyusui
sampai usia 2 tahun dan mengikuti KB pasca persalinan.
Dari gambar di atas, diketahui bahwa setelah mengikuti pelatihan TPK, kinerja TPK
meningkat signifikan. Hal ini terbukti dari keaktifan mereka dalam melakukan aktivitas
pendampingan kepada Keluarga Beresiko Stunting. Selain itu, mereka juga memiliki
10
komitmen yang kuat dalam melakukan pendampingan. Hal ini dibuktikan dengan sikap
loyal para TPK yang masih berjuang untuk bekerja sampai sekarang. Para TPK juga
memiliki antusias yang tinggi, di mana aktivitas pendampingan mereka menjadi lebih
meningkat, khususnya ketika ada monev seperti ini. Kendati demikian, masih banyak
TPK yang ingin agar pelatihan/orientasi TPK bisa dilakukan refreshing.
Merujuk pada grafik lingkaran di atas, diketahui bahwa frekuensi aktivitas pendampingan
kepada Catin melalui aplikasi Elsimil masih belum dilakukan sepenuhnya. Hal ini
dikarenakan banyak TPK yang belum terdaftar di Elsimil sebagai petugas pendamping.
Selain itu, ada juga kasus di mana Catin melakukan uninstall (menghapus) aplikasi
Elsimil yang sudah mereka download, dengan alasan karena memori HP sudah penuh.
Ini yang mengakibatkan aktivitas pendampingan menjadi terhambat. Ada lagi beberapa
Catin yang sudah punya anak, dan ada beberapa desa/kelurahan yang tidak ada catin
sama sekali.
c. Aktivitas pendampingan kepada IBU HAMIL yang diinput melalui G-Form dan/atau
pencatatan manual.
11
menemui ibu hamil tersebut. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan datang
langsung ke kebun atau ke rumah dan kemudian bercerita hal lain (menarik minat ibu
hamil agar mau bercerita). Setelah itu. barulah TPK masuk ke inti bahwa ibu hamil harus
mendapat perhatian penuh. Minimal harus selalu dirujuk untuk memeriksa
perkembangan kehamilan setiap bulannya.
Selain itu, masih banyak ibu hamil yang belum diinput ke dalam G-form. Masih dicatat
secara manual yang data-datanya dipegang dengan lengkap oleh TPK khsusnya Bidan.
Mengenai aktivitas pendampingan kepada ibu nifas, dari gambar di atas, diketahui
bahwa rata-rata pendampingan kepada ibu nifas oleh TPK sudah berjalan. Akan tetapi
masih banyak juga (30,4%) yang belum melakukan pendampigan. Hal ini karena fokus
TPK masih ke ibu hamil. Nemun dengan adanya monev, mereka menjadi paham bahwa
pendampingan ke ibu nifas, harus terus dilakukan sebanyak 2x sampai ibu nifas tersebut
menggunakan KB (minimal KB MKJP). Ini memang pekerjaan yang membutuhkan
ketekunan dan keuletan dalam mendampingi. Para TPK sudah berusaha memberikan
KIE secara berkelanjutan agar dalam waktu 40 hari setelah melahirkan, para ibu nifas
harus segera menggunakan KB MKJP.
12
Berdasarkan wawancara dan observasi kepada Sebagian TPK ketika melakukan monev,
diketahui bahwa kegiatan pendampingan pada calon pengantin belum dilaksanakan
dengan baik. Hal ini karena banyak catin yang tidak bisa ditemui, dan banyak juga catin
yang dalam waktu tidak lama, sudah hamil. Namun khusus untuk TPK dari unsur Bidan
sudah memberikan pelayanan pada calon pengantin tetapi belum dalam bentuk
pendampingan yang ideal karena belum melakukan skrining melalui aplikasi ELSIMIL.
Untuk ibu hamil dan ibu nifas, tentu sudah dilakukan TPK seperti yang tertera pada
diagram di atas. Bahwa strategi pendampingan yang dilakukan TPK lebih banyak
dilakukan melalui kunjungan ke rumah sasaran, kemudian KIE kepada sasaran dan
memotivasi sasaran dengan mencontohi tetangga lain.
0 2 4 6 8 10 12
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa salah satu kreativitas dan inovasi yang
paling banyak dilakukan TPK adalah dengan mangajak keluarga sasaran, untuk
memanfaatkan pekarangan/halaman rumah untuk ditanami beragam sayuran dan buah.
Aktivitas ini biasa disebut P2L atau Pekarangan Pangan Lestari. Tujuannya agar ibu
hamil, ibu nifas maupun catin bisa mendapat asupan gizi yang seimbang. Selain itu, ada
juga TPK yang membentuk kelas ibu hamil, untuk memastikan bumil mendapat
perhatian penuh sejak dini. Kreativitas lainnya adalah para TPK biasanya langsung sidak
ke kebun jika keluarga sasaran tidak ditemui di tempat untuk langsung memberikan KIE.
13
Dari diagram di atas, diketahui bawa TPK memang sudah mendapat dukungan dari
OPD, dari Kecamatan, maupun dari Puskesmas. Di mana terbangunnya komunikasi
yang terbuka dan intens, serta TPK mendapat motivasi dalam bekerja. Walaupun ada
TPK yang belum sepenuhnya mendapat bantuan dan dukungan tersebut. Dukungan
yang paling nyata dari Puskesmas adalah pemberian layanan kesehatan kepada
keluarga beresiko. Sedangkan dari apparat Desa ataupun kecamatan, belum terlihat
secara nyata bentuk dukungan seperti apa yang diterima TPK.
Bentuk dukungan dari OPD KB Kab./Kota kepada TPK, terutama dalam bentuk
pencairan pulsa data. Khusus untuk pulsa data ini masih ada TPK yang belum mendapat
pulsa dengan alasan kesalah nomor. TPK bersangkutan sudah melakukan upaya
koordinasi ke OPD.
4. Monitoring dan Evaluasi pada OPD, Desa/Lurah, PKB, dan Stakeholder Lain
Berdasarkan gambar di atas, diketahui bahwa aktifitas pendampingan TPK dinilai aktif
oleh Lurah, oleh OPD KB maupun oleh PKB. Akan tetapi masih juga terdapat banyak
TPK yang belum memahami tupoksi mereka dan menjalankannya sesuai aturan. Hal ini
terlihat dari capain pendampingan calon pengantin di aplikasi ELSIMIL yang masih
14
sangat rendah, dan aktivitas pendampingan kepada bumil maupun bunifas yang masih
belum banyak dilakukan.
Pemahaman terhadap Tugas Pendampingan Keluarga Beresiko Stunting
Pemahaman terhadap tugas TPK dinilai sudah sepenuhnya dipahami karena sudah
menjalankan tugas di lapangan. Sedangkan OPD KB dan PKB menilai bahwa TPK
belum sepenuhnya memahami indikator capaian pendampingan catin dan laporan
manual pendampingan ibu hamil dan ibu Nifas.
15
Secara umum, derdasarkan diagram di atas, ditehaui bahwa kemampuan konsultasi dan
koordinasi sudah berjalan maksimal. Walau demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa
masih ada persoalan lain di mana ada Desa/Kelurahan yang belum selesai membuat SK
TPPS. Hal lain, yakni kegiatan pendampingan kepada sasaran ini, baru berjalan
beberapa bulan sehingga belum terjalin koordinasi yang baik.
Kemapuan kerja sama antar anggota TPK dinilai sudah cukup baik. Hal ini karena antara
kader dan tenaga Kesehatan sudah sering bekerja sama dalam pelayanan Kesehatan
Ibu dan anak, serta Keluarga Berencana. Namun karena pendampingan ini
membutuhkan pelaporan secara digital sehingga masih membutuhkan waktu untuk
saling menyesuaikan dan melengkapi.
16
A. KESIMPULAN
1. Persiapan kegiatan monev terlaksana dengan baik dan lancar
2. Sasaran monev bisa memahami dengan baik, bagaimana cara melakukan verifikasi dan
validasi data keluarga beresiko stunting tingkat RT.
3. Sasaran monev juga dapat memahami cara pendampingan bagi ibu hamil dan ibu pasca
persalinan.
4. Pelaksanaan praktik aplikasi Elsimil masih belum sepenuhnya dipahami oleh TPK. Hal ini
disebabkan karena kendala jaringan.
B. SARAN
1. Kegiatan monev ini perlu dilakukan lebih intens dan berkelanjutan, agar aktivitas
penampingan TPK bisa benar-benar terlaksana secara tepat.
2. Diharapkan agar aplikasi Elsimil ini bisa dibuat dalam bentuk offline, (paper based)
mengingat ada banyak tempat yang tidak ada jaringan internet. (Sudah ada)
3. Perlu monitoring dan evaluasi secara berjenjang, dalam hal ini, para PKB perlu selalu
hadir bersama TPK agar bisa terpantau sudah sejauh mana pelaksanaan pendampingan
yang sudah dilakukan setiap hari.
4. Honor/pembiayaan untuk setiap TPK sebagai ujung tombak kegiatan pendampingan
perlu ditambahkan/dinaikan.
5. Honor/pembiayaan operasional untuk staff pada OPDKB, dalam membantu pelaksanaan
monev, termasuk biaya operasional kegiatan monev ketika turun ke kecamatan, perlu ada
(ditambahkan).
17