Disusun Oleh:
1. Alfianto Yuda Pratama (V4022001)
2. Ammalia Arum P erdana (V4022003)
3. Ayu Rahmawati (V4022005)
4. Bagus Mahendra K (V4022007)
5. Heni Dwi Setyani (V4022017)
6. Intan Tarisa Maharani (V4022019)
3.1 Alat
a. Tabung Reaksi Dan Rak Tabung Reaksi
b. Pipet Ukur
c. Gelas Ukur
d. Lempeng/Cawan Porselen
e. Corong Buchner
f. Stopwatch
g. Timbangan
h. Penangas Air/Waterbath/Inkubator
i. Bola Hisap
j. Blender
k. Alat Parut
l. Pisau
m. Kain Saring
3.2 Bahan
a. Ubi Kayu
b. Alkohol 95%
c. Hcl Pekat
d. H2so4 Pekat
e. Aquades
f. Pereaksi Fehling
g. Pereaksi Seliwanoff
h. Larutan Iodine 0,01 M
i. Larutan Glukosa 1%
j. Larutan Fruktosa 1%
k. Larutan Pati 1%
l. Hidrolisat Pati
3.3 Cara Kerja
1. Hidrolisi Pati
Hidrolisis pati
Penambahan 5 ml pereaksi
Fehling
Pengamatan dan
pembandingan derajat reaksi
2. Uji Selliwanof
Uji Seliwanoff
Pereaksi
Penyiapan tabung reaksi
seliwanoff 3 ml
Pengamatan perubahan
warna yang terjadi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Analisis Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Hidrolisis pati
Sampel Uji Waktu Perubahan Warna
(menit) Awal Akhir
Ungu agak
5 Putih bening
pekat
iod 10 Putih bening Ungu pudar
25 ml Ungu sangat
15 Putih bening
larutan pati pudar
1% 5 Putih bening Biru
Fehling 10 Putih bening Biru
15 Putih bening Biru
4.2 Pembahasan
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul
amilum menjadi komponen sederhana penyusunnya seperti
dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis
dapat dilakukan secara enzimatis dan asam (Rahmawati dan
Sutrisno, 2015). Berdasarkan tabel 2.1 hasil pengamatan
hidrolisis pati, dalam percobaan tersebut menggunakan Sampek
berupa 25 ml larutan Pati 1% dengan dua perlakuan metode
yaitu metode iod dan metode fehling. Metode iod dilakukan
pemanasan selama 15 menit dengan warna awal larutan adalah
putih bening. Perubahan warna diamati setiap 5 menit, pada
menit ke 5 warna berubah menjadi ungu agak pekat, kemudian
pada menit ke 10 menunjukkan warna ungu pudar, dan pada
menit ke 15 menunjukkan warna ungu sangat pudar. Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan teori Fitri dan Fitriana (2020)
yang menyatakan bahwa karbohidrat dengan golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium
dan memberikan warna biru kehitaman atau ungu yang
menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Hasil
percobaan menunjukkan hanya amilum yang menunjukkan
reaksi positif karena dalam larutan pati terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Hal inilah
yang menyebabkan amilum menyebabkan warna biru
kehitaman. Percobaan Uji Fehling dilakukan dengan
menambahkan fehling pada larutan yang dipanaskan selama 15
menit, serta mengamati perubahan warna yang terjadi setiap 5
menit. Warna awal larutan Pati adalah putih bening, kemudian
pada menit ke 5 warna yang dihasilkan adalah warna biru,
kemudian pada menit ke 10 warna yang dihasilkan tetap biru,
dan pada menit ke 15 warna yang dihasilkan tidak berubah yaitu
tetap biru. Hasil Uji Fehling tersebut tidak sesuai teori yang ada
menurut teori Fitri dan Fitriana (2020) menyatakan bahwa, uji
Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat
dengan adanya karbohidrat pereduksi. Pereaksi fehling
ditambah karbohidrat kemudian dipanaskan, akan terbentuk
endapan merah bata pada hasil akhir yang berarti dalam larutan
tersebut terdapat polisakarida atau karbohidrat. Penyebab tidak
munculnya endapan merah bata pada saat uji Fehling dapat
disebabkan oleh kurang nya pemanasan pada saat uji Fehling.
Berdasarkan tabel 2.2 Interpretasi Data Uji Seliwanoff
larutan pati 1% setelah dilakukan pemanasan berubah menjadi
kuning oranye, larutan glukosa 1% berubah menjadi kuning
oranye dan larutan fruktosa 1% berubah menjadi merah bata.
Terdapat warna yang spesifik dari glukosa yakni warna kuning
oranye yang menandakan adanya kandungan ketosa dalam
karbohirat jenis monosakarida tersebut. Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan diketahui bahwa perubahan warna
fruktosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, hidrolisis
pati dan larutan pati 1%. Hal ini disebabkan peristiwa dehidrasi
ketosa lebih cepat dari aldosa. Fruktosa merupakan ketosa dan
glukosa merupakan monosakarida aldosa. Sedangkan hidrolisat
pati larutan pati 1% adalah polisakarida (Fitri et al., 2020).
Dehidrasi monosakarida ketosa akan menghasilkan furfural.
Peristiwa dehidrasi ketosa menjadi furfural lebih cepat jika
dibanding dengan dihidrasi monosakarida aldosa. Hal ini
disebabkan karena aldosa sebelum dehidrasi mengalami
transformasi dulu menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa
akan bereaksi negatif pada uji seliwanoff. Pada pengujian ini
furfural terbentuk dari dehidrasi dan dapat berekasi dengan
resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna merah bata
(Harini et al., 2019).
BAB V. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Acara II “Isolasi Amilum Dari Umbi
Kayu dan Hidrolisisnya” dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Untuk metode yang digunakan dalam hidrolisis, ada beberapa
proses, yang pertama pengupasan singkong, selanjutnya
pencucian, singkong di parut menggunakan mesin parut,
selanjutnya di blender dan di tambahkan aquades. Singkong
yang telah di blender masuk proses penyaringan dengan kain
dan proses pengendapan yang di lakukan kurang lebih satu
malam.
2. Proses hidrolisis pati dapat diketahui setelah proses pengendapan
selama satu malam, hasil endapan ini dipisahkan dengan air
menggunakan saringan kertas, setelah di saring endapan
tersebut akan terpisah dengan air yang ada dalam endapan, dan
setelah di saring lalu di keringkan di suhu kamar serta
selanjutnya diperoleh bubuk pati yang kering
3. Sesuai dengan hasil praktikum, di ketahui bahwa pada uji
kualitatif Seliwanoff terhadap hidrolisis pati positif,dengan
adanya perubahan warna. Pada sampel fruktosa 1%
menunjukkan positif, karena menghasilkan endapan merah bata
setelah melalui pemanasan. Sedangkan pada sampel pati 1%
dan glukosa 1% menunjukkan negatif, karena tidak terjadi
perubahan warna ataupun endapan merah bata. Selanjutnya
pada uji fehling,setelah pemanasan terjadi perubahan warna
dari bening berubah menjadi biru. Dan pada uji Iod,
menghasilkan perubahan warna, untuk sampel di pemanasan 5
menit, dari warna bening menjadi ungu agak pekat, pada
pemanasan 10 menit, dari warna bening menjadi ungu pudar,
dan pada pemanasan 15 menit dari bening menjadi ungu sangat
pudar, uji Iod menunjukkan positif dengan di tandai ada
perubahan warna menjadi biru atau ungu kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alifia Yuanika Rahmawati, dan Aji Sutrisno.2015.HIDROLISIS TEPUNG UBI
JALAR UNGU (Ipomea batatas L.) SECARA ENZIMATIS MENJADI
SIRUP GLUKOSA FUNGSIONAL.Jurnal Pangan dan
Agroindustri.3(3).1152-1159.
Andansari, S. E. Sari, D. R. Roesyadi, A.2014. Konversi Rumput Laut Menjadi
Monosakarida Secara Hidrotermal. Jurnal Teknik Pomits. 3(2).56-67.
Ardhista Shabrina Fitri dan Yolla Arinda Nur Fitriana. Analisis Senyawa Kimia
Pada Karbohidrat.SAINTEKS.17(1):45-52
Arita, S. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid Dengan Proses Adsorpsi
Menggunakan Zeolit Dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia. 4 (21) : 65-72.
Dasyanti, N. L. M. 2013. Metode Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Politeknik Kesehatan
Denpasar. Denpasar.
Hafriana, U. D. 2020. Analisis Kadar Glukosa Pada Kentang Rebus (Solanum
Tuberosum) Sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Melitus
Dengan Menggunakan Spektrofotometri. Jurnal Media Laboran. 10 (1). 6-
14.
Hanum, G.R. 2017. Biokimia Daar. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Mann, J. 2014. Essential of Human Nutrition. Hartono, ed. EGC.
Mukaromah, H.A. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi Asam pada
Pembuatan Ethanol. Univesitas Muhamadiyah Semarang. Semarang.
Niken, A.H., dan Adepristian, D.Y. 2013 Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari Pati
Kentang, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2 (3): 57-62.
Pratiwi, D., Wardaniati, I., & Dewi, A. P. 2019. Uji Selektifitas dan Sensitifitas
Pereaksi untuk Deteksi Formalin pada Bahan Pangan. PHARMACY:
Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia). 16(1).
17-26.
Purba. 2009. Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid
Fungal Amilase dan Glukoamilase. Universitas Lampung. Lampung.
Rama. P. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Penerbit Agro
Media. Jakarta.
Rosmawati, R. 2013.Isolasi Kapang Pendegradasi Amilum Pada Ampas Sagu
(Metroxylon Sagoo) Secara In Vitro. Jurnal Biology Science and Education.
2(1):20-28.
Salsabila, A. L., & Fahruroji, I. 2021. Hidrolisis Pada Sintesis Gula Berbasis Pati
Jagung. Jurnal Edufortech. 6(1). 1-16.
Shahi, Jinchi, T. Pandya, A. V. 2013. Estimation Of The Quantity Of Carbohydrate
Content In Potato (Solanum Tuberosum), International Journal of Green
and Herbal Chemistry. 2(2): 285-288.
Valentina, A. Herawati, M. Agus, Y. H. 2020. Pengaruh Asam Sulfat Sebagai
Bahan Koagulan Lateks Terhadap Karakteristik Karet Dan Mutu Karet.
Jurnal Penelitian Karet. 38 (1):85-94.
Widyaningsih, S. Kartika, D. Nurhayati, Y. T. 2012. Pengaruh Penambahan
Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik dan Sifat
Biodegradasi Film dari Pati Kulit Pisang, Molekul. Jurnal molekul.
7(1): 69-81.
Yuniwati, M., Ismiyati, D., & Kurniasih, R. 2011. Kinetika reaksi hidrolisis pati
pisang tanduk dengan katalisator asam chlorida. Jurnal Teknologi. 4(2).
106-112.
Yustinah, Susanti, I. A. Octavia, Y. D. 2012. Hidrolisis Pati Talas Menggunakan
Katalis Asam Klorida. Jurnal Teknologi. (4) 2. 34-39.
Zusfahair & Ningsih, D. R. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu
Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp.
Molekul. Jurnal molekul. 7(1): 9- 19.
Fitri, A.S. and Fitriana, Y.A.N., 2020. Analisis senyawa kimia pada karbohidrat.
Sainteks, 17(1), pp.45-52.
Harini, N., Renita, M., dan Wahyudi, V.A., 2019. Analisa Pangan. Edisi ke-1.
Zifatama Jawara. Jakarta.