Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA HASIL

PERTANIAN & BIOKIMIA ACARA II


“ISOLASOI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA”

Disusun Oleh:
1. Alfianto Yuda Pratama (V4022001)
2. Ammalia Arum P erdana (V4022003)
3. Ayu Rahmawati (V4022005)
4. Bagus Mahendra K (V4022007)
5. Heni Dwi Setyani (V4022017)
6. Intan Tarisa Maharani (V4022019)

PRODI D-III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


PSDKU SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2023
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pati dapat diperoleh dari berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, seperti
ketela pohon, ketela rambat, jagung, padi, pisang, sagu dan lain-lain. Pada
tanaman, pati disimpan dalam akar, batang, buah atau biji sebagai makanan
cadangan. Pati bila mengalami hidrolisis akan menghasilkan glukosa.
Walaupun pati banyak jenisnya tetapi terbatas pemakaiannya, sedangkan
glukosa harganya mahal dan memiliki kegunaan yang banyak. Glukosa
antara lain dapat digunakan sebagai bahan pengawet, bahan pemanis, bahan
pencampur obat dan lain-lain (Yustinah et al. ,2012). Hidrolisis pati
menggunakan asam memerlukan suhu yang tinggi yaitu antara 140-160°C
(Salsabilla dan Fahruroji, 2021).
Ubi kayu memiliki kandungan pati mencapai 34,70% dalam 100
gram bahan sehingga tanaman ini digunakan sebagai sumber pati dalam
pembuatan dekstrin. Pemanfaatan ubi kayu sebagai sumber pati (dekstrin)
dapat untuk memenuhi kebutuhan dekstrin di bidang industri dan
meningkatkan nilai ekonomi ubi kayu. Proses pembuatan dekstrin dari Pati
ubi kayu akan lebih cepat melalui reaksi hidrolisis parsial dengan adanya
bantuan enzim amilase. Dekstrin dari hasil reaksi hidrolisis parsial dapat
diuji secara kualitatif dengan uji iodin yang akan menghasilkan warna
merah kecoklatan, sedangkan pati dengan uji iodin menghasilkan warna
biru (Zusfahair dan Ningsih 2012). Menguji pati dapat dilakukan dengan uji
iod dengan cara memasukkan sampel pati kedalam papan uji, ditambahkan
satu tetes lautan iod encer dan dicampur secara merata. Uji iod positif
terhadap pati dengan munculnya warna biru (Widianingsih et al., 2012).
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang hanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen atau disebut sakarida yang dibagi menjadi
empat kelompok kimia: Monosakarida, disakarida, oligosakarida dan
Polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat sederhana terdiri dari
Aldehida atau keton dengan dua atau lebih kelompok hidroksil dengan
rumus kimia CnH2nOn. Disakarida adalah Monosasakarida yang bergabung
contohnya Sukrosa dan laktosa dengan rumus kimia C12H22O11. Untuk
karbohidrat dapat dilakukan beberapa uji misalnya uji yodium, uji Barfoed,
uji Seliwanoff, uji Benedict, Cobaltous test chlorida, uji hidrazina fenil dll.
Dengan uji iodium karbohidrat akan berwarna biru bila sampelnya positif
(Shah et al., 2013).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui metode pembuatan isolasi pati dari ubi kayu
2. Mengetahui proses terjadinya Hidrolisis Pati
3. Mengetahui hasil pengujian kualitatif terhafap hidrolisis pati
dengan Uji Seliwanoff, Uji Fehling dan Uji Iod

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Dasar Teori
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh
suatu senyawa. Gugus OH dapat diperoleh dari senyawa air. Hidrolisis
dapat digolongkan menjadi hidrolisis murni, hidrolisis katalis asam,
hidrolisis katalis basa, gabungan alkali dengan air dan hidrolisis dengan
katalis enzim. Sedangkan berdasarkan fase reaksi yang terjadi
diklasifikasikan menjadi hidrolisis fase cair dan hidrolisis fase uap.
Komponen utama penyusun pati adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa
tersusun atas satuan glukosa yang saling berkaitan dengan ikatan 1-4
glukosa, sedangkan amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun
dari 1-4 glukosida dan mempunyai rantai cabang 1-6 glukosida. Hidrolisis
pati terjadi antara suatu reaktan pati dengan reaktan air. Reaksi ini adalah
orde satu karena reaktan air yang dibuat berlebih, sehingga perubahan
reaktan dapat diabaikan. Reaksi hidrolisis pati dapat menggunakan
katalisator ion H+ yang dapat diambil dari asam. Reaksi yang terjadi pada
hidrolisis pati adalah sebagai berikut : (C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6
(Yuniwati et al., 2011).
Pati adalah karbohidrat yang berbentuk polisakarida berupa polimer
anhidro monosakarida dengan rumus umum (C6H10O5)n
(Andansari et al., 2014). Pati yaitu polisakarida dari proses fotosintesis.
Pati berbentuk kristal butiran yang tidak larut dalam air dan ukuran serta
bentuknya bergantung pada spesies tumbuhan. Pati digunakan dalam
makanan sebagai zat pengental dan penstabil. Komposisi pati biasanya
terutama amilopektin dan sisanya amilosa yang masing-masing memiliki
sifat alami yang berbeda yaitu 10–20% amilosa dan 80–90% amilopektin
(Niken, 2013).
Pati ditemukan pada tanaman jagung, kentang, biji-bijian, umbi-
umbian, dan beras atau gandum. Pati membentuk larutan koloid ketika
dipanaskan dengan air. Pati terdiri dari dua bagian, bagian yang larut dalam
air disebut amilosa dan bagian yang tidak larut dalam air disebut
amilopektin. Amilosa dan amilopektin memiliki sifat karbonil ketika
dihidrolisis dan pati terdiri dari unit maltosa. Ketika pati dihidrolisis oleh
enzim yang ada di dalam sel, pati dipecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil yang disebut sextrins, menghasilkan dimer maltosa
(Mukaromah, 2010).
2.2 Tinjauan Bahan
Ubi kayu merupakan bahan utama tepung tapioka dengan
memisahkan umbi dengan patinya. Ubi kayu termasuk jenis singkong yang
digunakan untuk memenuhi kehidupan sehari hari seperti makanan ternak
dan sebagai bahan baku berbagai macam industri. Dalam sistematika
(taksonomi) tumbuhan, tanaman singkong diklasifikasikan sebagai,
Kingdom: Plantae (tumbuh- tumbuhan). Divisio: Spermatophyta
(tumbuhan berbiji). Subdivisio: Angiospermae. Kelas: Dicotyledonae (biji
berkeping dua). Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus:
Manihot. Species: Manihot esculenta Crantz sin. Ubi kayu memiliki
kandungan pati mencapai 34,70% dalam 100 gram. Banyaknya kandungan
pati, dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan dextrin. Pemanfaatan ubi kayu
sebagai sumber pati (dekstrin) dapat untuk memenuhi kebutuhan dekstrin
di bidang industri dan meningkatkan nilai ekonomi ubi kayu
(Gayatri, 2012).
Alkohol merupakan suatu zat kimia yang digunakan untuk
keperluan pembuatan obat, parfum, larutan-larutan, industri kimia dan
sebagainya. Alkohol yaitu senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroksil (-
OH) dengan 2 atom karbon. Jenis alkohol yang banyak digunakan adalah
CH3CH2OH yang disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi
nama etil. Alkohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut isopropil alkohol
(IPA) atau propanol-2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alkohol
adalah etanol atau etil alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia
C2H5OH (Rama, 2008).
Larutan HCl atau asam klorida adalah larutan gas hidrogen klorida
berair dan bersifat sangat asam. Asam klorida juga dikenal sebagai asam
kuat karena benar-benar terdisosiasi dalam air. Larutan ini bersifat korosif,
saat menggunakan hcl diharuskan menggunakan masker dan sarung tangan
lateks. Hidrogen klorida (HCl) dapat berdisosiasi untuk melepaskan H+,
tetapi hanya sekali, artinya HCl adalah asam monoprotik. Dalam larutan
asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air untuk membentuk ion
hidronium. Garam klorida dapat dibuat dari asam klorida seperti natrium
klorida (Valentina et al., 2020).
Asam sulfat (H2SO4) adalah asam mineral anorganik yang kuat. Zat
ini larut dalam air dalam semua perbandingan. Asam sulfat memiliki
banyak kegunaan dan salah satu kegunaannya adalah produk utama industri
kimia. Asam sulfat murni tidak tersedia karena bersifat higroskopis dan
terjadi secara alami di dalam tanah. Asam sulfat 98% sering disebut sebagai
asam sulfat pekat. Konsentrasi asam sulfat yang berbeda digunakan untuk
tujuan yang berbeda, seperti: penggunaan laboratorium, asam baterai, asam
ruangan atau asam besi, turasid atau asam pekat. Nilai teknis H2SO4 tidak
murni dan sering berwarna. Asam sulfat murni digunakan untuk membuat
obat-obatan dan pewarna. Konsentrasi H2SO4 merupakan faktor utama
yang dapat menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi, namun hal ini juga
berkaitan erat dengan waktu (Arita, 2015).
Pereaksi Fehling mengandung natrium kalium tartrat (garam
Rochelle) menggantikan natrium sitrat. Gugus aldehid dan ketonn bebas
dalam molekul karbohidrat dapat mereduksi Cu2+ yang terdapat dalam
pereaksi Fehling menjadi Cu+ berupa endapan merah Cu2O. Pereaksi
Fehling ditambahkan karbohidrat pereduksi, kemudian dipanaskan, akan
terjadi perubahan warna dari biru ke hijau, ke kuning, kemerah-merahan
dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida bila jumlah
karbohidrat pereduksi banyak. Pada reaksi ini, Karbohidrat pereduksi akan
diubah menjadi asam onat yang membentuk garam karena adanya basa,
sedangkan pereaksi fehling akan mengalami reduksi sehingga Cu2+diubah
menjadi Cu+ (Pratiwi, et. al., 2019).
Pereaksi seliwanoff adalah resorsinol dalam asam klorida encer.
Ketonsa (misalnya fruktosa) lebih mudah mengalami dehidrasi oleh HCl
daripada aldosa untuk membentuk hidroksimetil furfural yang kemudian
mengembun dengan resorsinol reagen Seliwanoff untuk membentuk
kompleks berwarna merah. HCl pekat mendehidrasi ketonheksosa untuk
membentuk turunan furfural yang berkondensasi dengan resorsinol untuk
memberikan larutan warna merah ceri. Hasil uji larutan sukrosa dan larutan
fruktosa menghasilkanreaksi positif dengan menghasilkan warna merah
pada kedua larutan tersebut. Hal ini menunjukkan pada fruktosa dan
sukrosa mengandung gugus ketosa (Dasyanti, 2013).
Larutan iodin merupakan reagen yang sering digunakan untuk uji
karbohidrat dan fiksatif pengamatan mikroskopis. Secara umum
kandungan larutan iodin tersusun oleh kalium dan Iodium dengan
perbandingan yang telah ditentukan. Larutan iodium biasanya digunakan
untuk uji iodium yaitu mendeteksi adanya kandungan amilum atau pati
(polisakarida). Larutan amilum apabila diberi larutan iodium akan
berwarna biru akibat molekul amilosa yang membentuk senyawa
amilopektin. Senyawa amilopektin dengan iodium akan memberikan warna
ungu atau merah lembayung (Hanum, 2017).
Glukosa (C6H12O6) adalah monosakarida yang paling banyak
terdapat di alam. Glukosa salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan
oleh makhluk hidup sebagai sumber tenaga. Glukosa adalah monosakarida
dengan rumus kimia C6H12O6. Glukosa merupakan gula utama yang
bebas beredar dan bahan bakar yang disukai oleh otak dan sistem syaraf,
serta sel-sel darah merah. Glukosa merupakan salah satu zat yang ada
dalam tubuh terkhususnya glukosa terkandung Glukosa mempunya rasa
yang manis dan biasa ditemukan didalam buah-buahan (Hafriana, 2020).
Fruktosa adalah gula sederhana yang dapat memberikan rasa manis
pada makanan alami seperti buah-buahan, biji-bijian, madu dan sayuran.
Fruktosa merupakan gula yang paling manis sehingga sering digunakan
untuk pemanis dalam dunia industri baik makanan maupun minuman.
Fruktosa yang dikonsumsikan dalam jumlah yang sedikit dapat
menurunkan kadar glukosa darah. Fruktosa dalam jumlah besar di hati
menstimulasi lipogenesis dan mengakumulasi trigliserida secara cepat
sehingga menyebabkan terjadinya penurunan sensitivitas dari insulin dan
resistensi insulin atau intoleransi glukosa (Mann, 2014).
Amilum sering dikenal dengan zat pati. Amilum merupakan
golongan polisakarida berupa nutrisi. Amilum tersusun atas amilosa dan
amilopektin. Amilum juga bisa digunakan dalam uji iod. Amilum akan
memberikan sifat keras berwarna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin memberikan sifat lengket dan tidak bereaksi pada tes iodin.
Amilum biasanya terdapat pada akar, umbi, batang dan biji. Tanaman yang
banyak mengandung amilum antara lain umbi kayu, sagu, kentan, dan
gandum (Rosmawati, 2013).
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti dekstrin,
isomaltosa, maltosa dan glukosa. Hidrolisis pati diperoleh dari proses
kimiawi dan enzimatis. Hidrolisis pati menghasilkan nilai gula pereduksi.
Hidrolisis enzimatik pada dasarnya berbeda dari hidrolisis asam. Hidrolisis
asam memutus rantai pati secara acak, sedangkan hidrolisis enzimatik
memutus rantai pati secara khusus pada persambungan tertentu. Hidrolisis
enzimatik lebih ekonomis daripada hidrolisis asam karena prosesnya lebih
tepat, kondisi proses dapat dikontrol, biaya pembersihan lebih rendah, dan
kerusakan warna dapat diminimalkan. Secara umum tahapan hidrolisis pati
adalah gelatinisasi, likuifaksi dan sakarifikasi (Purba, 2009).

BAB III. METODOLOGI

3.1 Alat
a. Tabung Reaksi Dan Rak Tabung Reaksi
b. Pipet Ukur
c. Gelas Ukur
d. Lempeng/Cawan Porselen
e. Corong Buchner
f. Stopwatch
g. Timbangan
h. Penangas Air/Waterbath/Inkubator
i. Bola Hisap
j. Blender
k. Alat Parut
l. Pisau
m. Kain Saring
3.2 Bahan
a. Ubi Kayu
b. Alkohol 95%
c. Hcl Pekat
d. H2so4 Pekat
e. Aquades
f. Pereaksi Fehling
g. Pereaksi Seliwanoff
h. Larutan Iodine 0,01 M
i. Larutan Glukosa 1%
j. Larutan Fruktosa 1%
k. Larutan Pati 1%
l. Hidrolisat Pati
3.3 Cara Kerja
1. Hidrolisi Pati

Hidrolisis pati

10 tetes HCL Penyiapan larutan pati 1% (25 ml)


pekat

Pemanasan selama 2-5 menit

Pengambilan larutan 1 tetes dan


1 tetes larutan 0,01 dilakukan uji iod pada menit ke 10 dan 5
N iod

Pengambilan 1 ml larutan pati pada menit ke


2/5 kdalam tabung reaksi, hal ini dilakukan
pada menit ke 10 dan 15

Penambahan 5 ml pereaksi
Fehling

Pengamatan dan
pembandingan derajat reaksi
2. Uji Selliwanof

Uji Seliwanoff

Pereaksi
Penyiapan tabung reaksi
seliwanoff 3 ml

Penambahan bahan lsrutan


pada setiap tabung reaksi
1. Larutan glukosa 1%
2. Fruktosa 1%
3. Hidrolisat pati
4. Larutan pati 1%
Ditambahkan disetiap Pemanasan secara
tabung sebanyak 3 bersamaan sampai mendidih
tetes dan berubah warna

Pengamatan perubahan
warna yang terjadi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Dan Analisis Pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Hidrolisis pati
Sampel Uji Waktu Perubahan Warna
(menit) Awal Akhir
Ungu agak
5 Putih bening
pekat
iod 10 Putih bening Ungu pudar
25 ml Ungu sangat
15 Putih bening
larutan pati pudar
1% 5 Putih bening Biru
Fehling 10 Putih bening Biru
15 Putih bening Biru

Tabel 2.1 Interpretasi Data Uji Seliwanoff


Sampel Perubahan Warna
Sebelum pemanasan Sesudah pemanasan
Pati 1% Kuning bening Kuning oranya
Glukosa 1% Kuning bening Kuning oranye
Fruktosa 1% Kuning bening Merah bata

4.2 Pembahasan
Hidrolisis pati merupakan proses pemecahan molekul
amilum menjadi komponen sederhana penyusunnya seperti
dekstrin, maltotriosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis
dapat dilakukan secara enzimatis dan asam (Rahmawati dan
Sutrisno, 2015). Berdasarkan tabel 2.1 hasil pengamatan
hidrolisis pati, dalam percobaan tersebut menggunakan Sampek
berupa 25 ml larutan Pati 1% dengan dua perlakuan metode
yaitu metode iod dan metode fehling. Metode iod dilakukan
pemanasan selama 15 menit dengan warna awal larutan adalah
putih bening. Perubahan warna diamati setiap 5 menit, pada
menit ke 5 warna berubah menjadi ungu agak pekat, kemudian
pada menit ke 10 menunjukkan warna ungu pudar, dan pada
menit ke 15 menunjukkan warna ungu sangat pudar. Hasil
percobaan tersebut sesuai dengan teori Fitri dan Fitriana (2020)
yang menyatakan bahwa karbohidrat dengan golongan
polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan Iodium
dan memberikan warna biru kehitaman atau ungu yang
menunjukkan adanya amilum (pati) pada sampel. Hasil
percobaan menunjukkan hanya amilum yang menunjukkan
reaksi positif karena dalam larutan pati terdapat unit-unit
glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan
dengan konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Hal inilah
yang menyebabkan amilum menyebabkan warna biru
kehitaman. Percobaan Uji Fehling dilakukan dengan
menambahkan fehling pada larutan yang dipanaskan selama 15
menit, serta mengamati perubahan warna yang terjadi setiap 5
menit. Warna awal larutan Pati adalah putih bening, kemudian
pada menit ke 5 warna yang dihasilkan adalah warna biru,
kemudian pada menit ke 10 warna yang dihasilkan tetap biru,
dan pada menit ke 15 warna yang dihasilkan tidak berubah yaitu
tetap biru. Hasil Uji Fehling tersebut tidak sesuai teori yang ada
menurut teori Fitri dan Fitriana (2020) menyatakan bahwa, uji
Fehling digunakan untuk menunjukkan sifat khusus karbohidrat
dengan adanya karbohidrat pereduksi. Pereaksi fehling
ditambah karbohidrat kemudian dipanaskan, akan terbentuk
endapan merah bata pada hasil akhir yang berarti dalam larutan
tersebut terdapat polisakarida atau karbohidrat. Penyebab tidak
munculnya endapan merah bata pada saat uji Fehling dapat
disebabkan oleh kurang nya pemanasan pada saat uji Fehling.
Berdasarkan tabel 2.2 Interpretasi Data Uji Seliwanoff
larutan pati 1% setelah dilakukan pemanasan berubah menjadi
kuning oranye, larutan glukosa 1% berubah menjadi kuning
oranye dan larutan fruktosa 1% berubah menjadi merah bata.
Terdapat warna yang spesifik dari glukosa yakni warna kuning
oranye yang menandakan adanya kandungan ketosa dalam
karbohirat jenis monosakarida tersebut. Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan diketahui bahwa perubahan warna
fruktosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, hidrolisis
pati dan larutan pati 1%. Hal ini disebabkan peristiwa dehidrasi
ketosa lebih cepat dari aldosa. Fruktosa merupakan ketosa dan
glukosa merupakan monosakarida aldosa. Sedangkan hidrolisat
pati larutan pati 1% adalah polisakarida (Fitri et al., 2020).
Dehidrasi monosakarida ketosa akan menghasilkan furfural.
Peristiwa dehidrasi ketosa menjadi furfural lebih cepat jika
dibanding dengan dihidrasi monosakarida aldosa. Hal ini
disebabkan karena aldosa sebelum dehidrasi mengalami
transformasi dulu menjadi ketosa. Dengan demikian aldosa
akan bereaksi negatif pada uji seliwanoff. Pada pengujian ini
furfural terbentuk dari dehidrasi dan dapat berekasi dengan
resorsinol membentuk senyawa kompleks berwarna merah bata
(Harini et al., 2019).
BAB V. KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum Acara II “Isolasi Amilum Dari Umbi
Kayu dan Hidrolisisnya” dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Untuk metode yang digunakan dalam hidrolisis, ada beberapa
proses, yang pertama pengupasan singkong, selanjutnya
pencucian, singkong di parut menggunakan mesin parut,
selanjutnya di blender dan di tambahkan aquades. Singkong
yang telah di blender masuk proses penyaringan dengan kain
dan proses pengendapan yang di lakukan kurang lebih satu
malam.
2. Proses hidrolisis pati dapat diketahui setelah proses pengendapan
selama satu malam, hasil endapan ini dipisahkan dengan air
menggunakan saringan kertas, setelah di saring endapan
tersebut akan terpisah dengan air yang ada dalam endapan, dan
setelah di saring lalu di keringkan di suhu kamar serta
selanjutnya diperoleh bubuk pati yang kering
3. Sesuai dengan hasil praktikum, di ketahui bahwa pada uji
kualitatif Seliwanoff terhadap hidrolisis pati positif,dengan
adanya perubahan warna. Pada sampel fruktosa 1%
menunjukkan positif, karena menghasilkan endapan merah bata
setelah melalui pemanasan. Sedangkan pada sampel pati 1%
dan glukosa 1% menunjukkan negatif, karena tidak terjadi
perubahan warna ataupun endapan merah bata. Selanjutnya
pada uji fehling,setelah pemanasan terjadi perubahan warna
dari bening berubah menjadi biru. Dan pada uji Iod,
menghasilkan perubahan warna, untuk sampel di pemanasan 5
menit, dari warna bening menjadi ungu agak pekat, pada
pemanasan 10 menit, dari warna bening menjadi ungu pudar,
dan pada pemanasan 15 menit dari bening menjadi ungu sangat
pudar, uji Iod menunjukkan positif dengan di tandai ada
perubahan warna menjadi biru atau ungu kehitaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alifia Yuanika Rahmawati, dan Aji Sutrisno.2015.HIDROLISIS TEPUNG UBI
JALAR UNGU (Ipomea batatas L.) SECARA ENZIMATIS MENJADI
SIRUP GLUKOSA FUNGSIONAL.Jurnal Pangan dan
Agroindustri.3(3).1152-1159.
Andansari, S. E. Sari, D. R. Roesyadi, A.2014. Konversi Rumput Laut Menjadi
Monosakarida Secara Hidrotermal. Jurnal Teknik Pomits. 3(2).56-67.
Ardhista Shabrina Fitri dan Yolla Arinda Nur Fitriana. Analisis Senyawa Kimia
Pada Karbohidrat.SAINTEKS.17(1):45-52
Arita, S. 2015. Purifikasi Limbah Spent Acid Dengan Proses Adsorpsi
Menggunakan Zeolit Dan Bentonit. Jurnal Teknik Kimia. 4 (21) : 65-72.
Dasyanti, N. L. M. 2013. Metode Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Politeknik Kesehatan
Denpasar. Denpasar.
Hafriana, U. D. 2020. Analisis Kadar Glukosa Pada Kentang Rebus (Solanum
Tuberosum) Sebagai Pengganti Nasi Bagi Penderita Diabetes Melitus
Dengan Menggunakan Spektrofotometri. Jurnal Media Laboran. 10 (1). 6-
14.
Hanum, G.R. 2017. Biokimia Daar. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Mann, J. 2014. Essential of Human Nutrition. Hartono, ed. EGC.
Mukaromah, H.A. 2010. Proses Hidrolisis Onggok Dengan Variasi Asam pada
Pembuatan Ethanol. Univesitas Muhamadiyah Semarang. Semarang.
Niken, A.H., dan Adepristian, D.Y. 2013 Isolasi Amilosa dan Amilopektin dari Pati
Kentang, Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2 (3): 57-62.
Pratiwi, D., Wardaniati, I., & Dewi, A. P. 2019. Uji Selektifitas dan Sensitifitas
Pereaksi untuk Deteksi Formalin pada Bahan Pangan. PHARMACY:
Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia). 16(1).
17-26.
Purba. 2009. Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar
(Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid
Fungal Amilase dan Glukoamilase. Universitas Lampung. Lampung.
Rama. P. 2008. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Penerbit Agro
Media. Jakarta.
Rosmawati, R. 2013.Isolasi Kapang Pendegradasi Amilum Pada Ampas Sagu
(Metroxylon Sagoo) Secara In Vitro. Jurnal Biology Science and Education.
2(1):20-28.
Salsabila, A. L., & Fahruroji, I. 2021. Hidrolisis Pada Sintesis Gula Berbasis Pati
Jagung. Jurnal Edufortech. 6(1). 1-16.
Shahi, Jinchi, T. Pandya, A. V. 2013. Estimation Of The Quantity Of Carbohydrate
Content In Potato (Solanum Tuberosum), International Journal of Green
and Herbal Chemistry. 2(2): 285-288.
Valentina, A. Herawati, M. Agus, Y. H. 2020. Pengaruh Asam Sulfat Sebagai
Bahan Koagulan Lateks Terhadap Karakteristik Karet Dan Mutu Karet.
Jurnal Penelitian Karet. 38 (1):85-94.
Widyaningsih, S. Kartika, D. Nurhayati, Y. T. 2012. Pengaruh Penambahan
Sorbitol Dan Kalsium Karbonat Terhadap Karakteristik dan Sifat
Biodegradasi Film dari Pati Kulit Pisang, Molekul. Jurnal molekul.
7(1): 69-81.
Yuniwati, M., Ismiyati, D., & Kurniasih, R. 2011. Kinetika reaksi hidrolisis pati
pisang tanduk dengan katalisator asam chlorida. Jurnal Teknologi. 4(2).
106-112.
Yustinah, Susanti, I. A. Octavia, Y. D. 2012. Hidrolisis Pati Talas Menggunakan
Katalis Asam Klorida. Jurnal Teknologi. (4) 2. 34-39.
Zusfahair & Ningsih, D. R. 2012. Pembuatan Dekstrin Dari Pati Ubi Kayu
Menggunakan Katalis Amilase Hasil Fraksinasi Dari Azospirillum Sp.
Molekul. Jurnal molekul. 7(1): 9- 19.
Fitri, A.S. and Fitriana, Y.A.N., 2020. Analisis senyawa kimia pada karbohidrat.
Sainteks, 17(1), pp.45-52.
Harini, N., Renita, M., dan Wahyudi, V.A., 2019. Analisa Pangan. Edisi ke-1.
Zifatama Jawara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai