Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MATERIAL ALUMUNIUM DALAM


PENGELASAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Pengelasan
Dosen Pembimbing : Dr. Ir. H. Suheni, M.T

Disusun oleh:

David Clarify Siahaan


NPM. 02.2021.1.90717

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya saja penulis dapat menyelesaikan Makalah Teknik Pengelasan tentang
“Material Aluminium Dalam Pengelasan”.
Makalah ini menjelaskan tentang material aluminium dalam pengelasan. Sebagai mahasiswa
Program Studi Teknik Mesin, pengetahuan terhadap bahan-bahan atau material dalam Teknik
Pengelasan sangatlah penting untuk perancangan dan pembuatan alat dan mesin serta fasilitas
penunjang lainnya. Pengetahuan yang dibutuhkan antara lain sifat dan struktur hingga aplikasi
dan ketersediannya di pasar. Dengan disertai pengetahuan tersebut, diharapkan dapat
menambah manfaat bagi setiap pihak yang membutuhkan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara material dan spiritual, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. H. Suheni, M.T., Selaku dosen mata kuliah Teknik Pengelasan di Institut
Teknologi Adhi Tama Surabaya atas bimbingan dan arahan sehingga makalah ini
terselesaikan dengan baik.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat saya selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas
kepada semua pihak. Saya pun menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki
kelemahan serta kekurangan. Untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun
demi penyempurnaan penulisan mendatang.

Surabaya, 10 April 2023


Penyusun

David Clarify Siahaan


DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 1
Bab 2. Tinjauan Pustaka 2
2.1. Pengertian Aluminium 2
2.2. Sejarah Aluminium 2
2.3. Proses Pemurnian Aluminium 2
2.3.1. Proses Bayer 3
2.3.2. Proses Hall-Héroult 4
2.4. Jenis-Jenis Aliminium 5
2.5. Kelebihan Material Aluminium 6
2.6. Kekurangan Material Aluminium 6
2.7. Proses Daur Ulang Aluminium 7
2.8. Karakteristik dan Sifat Pengelasan Aluminium 9
Bab 3. Penutup 11
3.1. Kesimpulan 11
Daftar Pustaka 12
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Pada abad ke-19, sebelum ditemukannya proses elektrolisis, aluminium hanya bisa
didapatkan dari bauksit dengan proses kimia Wöhler. Dibandingkan dengan elektrolisis, proses
ini sangat tidak ekonomis, dan harga aluminium dulunya jauh melebihi harga emas. Karena
dulu dianggap sebagai logam berharga, Napoleon III dari Prancis (1808-1873) pernah melayani
tamunya yang pertama dengan piring aluminium dan tamunya yang kedua dengan piring emas
dan perak. Pada tahun 1886, Charles Martin Hall dari Amerika Serikat (1863-1914) dan Paul
L.T. Héroult dari Prancis (1863-1914) menemukan proses elektrolisis yang sampai sekarang
membuat produksi aluminium ekonomis.
Aluminium adalah unsur kimia dengan lambing Al (Bahasa Latin: Aluminium),
dan nomor atomnya 13. Aluminium merupakan logam paling berlimpah. Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat. Merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari
permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif
makanan antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung antiperspirant, air minum,
knlapot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik,
dan kembang api.
Aluminium sebagai logam yang bernilai komersial didapatkan dari hasil ekstraksi
metalurgi. Untuk mendapatkan Aluminium ini diperlukan Alumina sebagai bahan baku yang
didapat dari pengolahan bauksit atau dikenal juga dengan proses Bayer dan proses Hall-
Heroult.

1.2 . Perumusan Masalah


Perumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana proses pemurnian aluminium.
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan material aluminium.
3. Bagaimana proses daur ulang aluminium.
4. Bagaimana karakteristik dan sifat pengelasan aluminium.

1.3. Tujuan
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini meliputi.
1. Mahasiswa dapat memahami pengertian dan proses pemurnian aluminium.
2. Mahasiswa dapat memahami proses daur ulang aluminium.
3. Mahasiswa dapat menganalisis karakteristik aluminium dalam pengelasan.
1
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1. Pengertian Aluminium
Aluminium adalah unsur kimia dengan lambing Al (Bahasa Latin: Aluminium),
dan nomor atomnya 13. Aluminium merupakan logam paling berlimpah. Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat. Merupakan elemen yang berjumlah sekitar 8% dari
permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif
makanan, antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan
hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil,
peralatan masak, kaleng, keramik, dan kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat
dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang dan tahan korosi.
Digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam kabel bertegangan tinggi,
juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan badan pesawat terbang. Banyak
ditemukan di rumah sebagai panci, botol minuman ringan, tutup botol susu dan sebagainya.
Aluminium juga digunakan untuk melapisi lampu mobil dan compact disks.

2.2. Sejarah Aluminium


Orang pertama yang berhasil memisahkan aluminium dari senyawanya adalah Orsted
pada tahun 1825 dengan cara mereduksi aluminium klorida, tetapi belum dalam keadaan murni.
Aluminium murni ditemukan oleh Wohler dalam bentuk serbuk berwarna abu-abu pada tahun
1827 dengan memodifikasi proses Orsted.
Kini proses yang digunakan untuk memperoleh aluminum secara besar-besaran
digunakan proses Hall-Heroult. Cara ini ditemukan oleh dua orang yang umurnya sama (23
tahun) namun ditempat yang berbeda yakni Charles Martin Hall di Amerika dan Heroult
di Paris pada tahun 1886. Proses ini menjadikan kedua orang ini kaya dalam waktu singkat dan
meninggal dunia pada tahun yang sama pula (1914). Setelah ditemukan cara ini harga
aluminium yang awalnya sangat mahal turun secara drastis.

2.3. Proses Pemurnian Aluminium


Pemurnian aluminium dilakukan dalam dua tahap:
1. Proses Bayer merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium
oksida (alumina), dan
2. Proses Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk
menghasilkan aluminium murni.
Proses produksi aluminium dimulai dari pengambilan bahan tambang yang
mengandung aluminium (bauksit, corrundum, gibbsite, boehmite, diaspore, dan sebagainya).
Selanjutnya, bahan tambang dibawa menuju proses Bayer.

2
Proses Bayer menghasilkan alumina (Al2O3) dengan membasuh bahan tambang yang
mengandung aluminium dengan larutan natrium hidroksida Al(OH)3. Aluminium hidroksida
lalu dipanaskan pada suhu sedikit di atas 1000°C sehingga terbentuk alumina dan H²O yang
menjadi uap air.
Setelah Alumina dihasilkan, alumina dibawa ke proses Hall-Heroult. Proses Hall-
Heroult dimulai dengan melarutkan alumina dengan lelehan Na³AlF⁶, atau yang biasa disebut
cryolite. Larutan lalu dielektrolisis dan akan mengakibatkan aluminium cair menempel pada
anode, sementara oksigen dari alumina akan teroksidasi bersama anoda yang terbuat
dari karbon, membentuk karbon dioksida. Aluminium cair memiliki massa jenis yang lebih
ringan daripada larutan alumina, sehingga pemisahan dapat dilakukan dengan mudah.
Elektrolisis aluminium dalam proses Hall-Heroult menghabiskan energi yang cukup
banyak. Rata-rata konsumsi energi listrik dunia dalam mengelektrolisis alumina adalah 15
kWh per kilogram aluminium yang dihasilkan. Energi listrik menghabiskan sekitar 20-40%
biaya produksi aluminium di seluruh dunia.
2.3.1 Proses Bayer
Proses Bayer adalah metode yang digunakan dalam dunia perindustrian untuk
memproduksi alumina (aluminium oksida) dari bauksit. Bauksit hanya mengandung
sekitar 30–60% aluminium oksida, Al2O3, dan sisanya merupakan campuran silika,
berbagai besi oksida dan titanium dioksida.[1] Aluminium oksida harus dimurnikan
sebelum bisa dijadikan logam aluminium.
Bijih bauksit mengandung 50-60% Al²O³ yang bercampur dengan zat-zat
pengotor terutama Fe²O³ dan SiO². Untuk memisahkan Al²O³ dari zat-zat yang tidak
dikehendaki, kita memanfaatkan sifat amfoter dari Al²O³.
Tahap pemurnian bauksit dilakukan untuk menghilangkan pengotor utama
dalam bauksit. Pengotor utama bauksit biasanya terdiri dari SiO², Fe²O², dan TiO².
Caranya adalah dengan melarutkan bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H²O(l) ---> 2NaAl(OH)⁴(aq)
Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak larut.
Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan. Selanjutnya aluminium
diendapkan dari filtratnya dengan cara mengalirkan gas CO² dan pengenceran.
2NaAl(OH)⁴(aq) + CO²(g) ---> 2Al(OH)³(s) + Na²CO³(aq) + H²O(l)
Endapan aluminium hidroksida disaring,dikeringkan lalu dipanaskan sehingga
diperoleh aluminium oksida murni (Al²O³)
2Al(OH)³(s) ---> Al²O³(s) + 3H²O(g)

3
2.3.2 Proses Hall-Héroult
Proses Hall-Héroult adalah proses yang digunakan untuk menghasilkan
logam aluminium murni dari aluminium oksida di dalam smelter aluminium.
Aluminium oksida yang telah dihasilkan dari proses Bayer dilarutkan ke
dalam kriolit dan kemudian aluminium dihasilkan lewat proses elektrolisis lebur.
Selanjutnya adalah tahap peleburan alumina dengan cara reduksi melalui proses
elektrolisis menurut proses Hall-Heroult. Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida
dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na³AlF⁶) dalam bejana baja berlapis grafit yang
sekaligus berfungsi sebagai katode. Selanjutnya elektrolisis dilakukan pada suhu 950 °C.
Sebagai anode digunakan batang grafit.
Setelah diperoleh Al²O³ murni, maka proses selanjutnya adalah elektrolisis
leburan Al²O³. Pada elektrolisis ini Al2O3 dicampur dengan CaF² dan 2-8% kriolit
(Na³AlF⁶) yang berfungsi untuk menurunkan titik lebur Al²O³ (titik lebur Al²O³ murni
mencapai 2000 °C), campuran tersebut akan melebur pada suhu antara 850-950 °C.
Anode dan katodenya terbuat dari grafit. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Al²O³ (l) 2Al³+ (l) + 3O2- (l)
Anode (+): 3O²- (l) 3/2 O2 (g) + 6e−
Katode (-): 2Al³+ (l) + 6e- 2Al (l)
Reaksi sel: 2Al³+ (l) + 3O²- (l) 2Al (l) + 3/2 O² (g)
Peleburan alumina menjadi aluminium logam terjadi dalam tong baja yang
disebut pot reduksi atau sel elektrolisis. Bagian bawah pot dilapisi dengan karbon, yang
bertindak sebagai suatu elektrode (konduktor arus listrik) dari sistem. Secara umum pada
proses ini, leburan alumina dielektrolisis, di mana lelehan tersebut dicampur dengan
lelehan elektrolit kriolit dan CaF² di dalam pot di mana pada pot tersebut terikat
serangkaian batang karbon dibagian atas pot sebagai katode. Karbon anode berada
dibagian bawah pot sebagai lapisan pot, dengan aliran arus kuat 5-10 V antara anode dan
katodanya proses elektrolisis terjadi. Tetapi, arus listrik dapat diperbesar sesuai
keperluan, seperti dalam keperluan industri. Alumina mengalami pemutusan ikatan
akibat elektrolisis, lelehan aluminium akan menuju kebawah pot, yang secara berkala
akan ditampung menuju cetakan berbentuk silinder atau lempengan. Masing – masing
pot dapat menghasilkan 66.000-110.000 ton aluminium per tahun(Anonymous,2009).
Secara umum, 4ton bauksit akan menghasilkan 2ton alumina, yang nantinya akan
menghasilkan 1 ton aluminium.

4
2.4. Jenis – jenis Aluminium
Berikut adalah jenis-jenis aluminium yang biasa ditemukan :
1. Aluminium Murni
Aluminium murni adalah logam yang tahan lama, lunak, ringan, dan dapat di bentuk
dengan mudah. Jenis aluminium ini memiliki kemurnian antara 99,0% dan 99,9%.
Kekuatan tensil aluminium murni adalah 90 Mpa.
2. Aluminium Manganese Alloy / Al-Mn
Aluminium manganese merupakan paduan aluminium seri 3000. Penambahan Mn
menambah kekuatan tahan korosi dan meningkatkan titik lebur paduan aluminium.
Biasanya digunakan untuk peralatan dapur, panel.
3. Aluminium Tembaga Alloy / Al-Cu
Paduan aluminium tembaga menghasilkan sifat yang keras dan kuat. Paduan ini daoat
menyamai sifat dari baja lunak, tetapi mudah rapuh dan daya tahan korosinya rendah.
Ini juga merupakan paduan aluminium seri 2000, biasanya terkenal dengan sebutan
duraluminium. Paduan aluminium tembaga biasanya digunakan pada kontruksi keling
dan bahan kontruksi pesawat terbang.
4. Aluminium Silikon Alloy / Al-Si
Paduan aluminium silikon merupakan aluminium yang ditambahkan unsur silokon
sehingga didapat hasil ketangguhan kekerasan ikut bertambah. Aluminium silikon cair
dalam proses pembekuannya hampir tidak terjadi retak. Paduan Al-Si ini banyak
digunakan sebagai bahan atau logam las dalam pengelasan paduan n aluminium.
5. Aluminium Magnesium Alloy / Al- Mn
Aluminium magnesium adalah aluminium yang memiliki sifat yang baik dalam daya
tahan korosi. Ini merupakan aluminium seri 5000. Keberadaan magnesium juga
menjadikan logam paduan dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat
rendah, ehingga lebih kuat terhadap korosi yang disebabkan air laut. Al-Mg banyak
digunakan untuk bahan kontruksi dan juga untuk tangki penyimpanan gas alam.
6. Aluminium Seng Alloy / Al-Zn
Aluminium seng merupakan paduan aluminium seri 7000. Paduan ini memiliki
kekuatan tertinggi di banding paduan lainnya. Biasanya paduan pokok Al-Zn
ditambahkan Mg, Cu dan Cr. Paduan ini diebut juga ultra duralumin. Paduan
aluminium ini cukup terkenal karena merupakan bahan pembuatan badan dan sayap
pesawat.
7. Aluminium Magnesium Silikon Alloy / Al-Mg-Si
Aluminium magnesium silikon memiliki sifat tahan korosi dan kekuatan yang cukup.
Merupakan paduan aluminium seri 6000. Biasanya digunakan untuk material
kontruksi dan bingkai arsitektur.
8. Aluminium Besi Alloy / Al-Fe
Efek kehadiran Fe dalam paduan adalah berkurangnya kekuatan tensil secara
signifikan, tetapi diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah yang sangat
kecil.

5
9. Aluminium Lithium Alloy / Al-Li
Lithium menjadikan paduan aluminium mengalami pengurangan massa jenis dan
peningkatan modulus elastisitas; hingga konsentrasi sebesar 4% lithium, setiap
penambahan 1% lithium akan mengurangi massa jenis paduan sebanyak 3% dan
peningkatan modulus elastisitas sebesar 5%. Namun aluminium-lithium tidak lagi
diproduksi akibat tingkat reaktivitas lithium yang tinggi yang dapat meningkatkan
biaya keselamatan kerja.

2.5. Kelebihan Material Aluminium


1. Menjadi salah satu penghantar listrik dan panas yang baik meski tidak sebaik tembaga.
Karena memiliki daya hantar listrik yang cukup baik ini aluminium digunakan pada
kabel listrik sebagai pengganti tembaga yang harganya lebih tinggi saat ini di banding
alumunium.
2. Memiliki warna stabil yang seolah-olah tidak berkarat. ini disebabkan karna
aluminium begitu cepat bereaksi dengan oksigen yang ada di udara lalu menghasilkan
aluminium oksida. Oksida yang sudah terbentuk itu tidak mudah terkelupas hingga
mampu melindungi aluminium yang ada dibagian bawah.
3. Tidak perlu di cat karena sudah cukup bagus dan menarik di bagian permukaan
alumunium.
4. Serbuk aluminium yang halus terlihat seperti logam sehingga sering dicampur pada cat
atau sering kita kenal dengan nama varnish.
5. Tidak bereaksi dengan bahan kimia atau apa yang ada di dalam bahan baku
makanan. karena itu aluminium banyak digunakan sebagai bahan dasar pembuatan alat
rumah tangga.

2.6. Kekurangan Material Aluminium

1. Desain nya terbatas, meskipun desain nya modern namun aluminium umumnya hanya
memiliki desain yang itu itu saja, misalkan pada kusen yang terbuat dari kayu bentuk
nya dapat di custom seperti diukir, namun bila kusen alumunium hanya memiliki desain
yang itu itu saja.
2. Lemah terhadap benturan, akibatnya permukaan dapat terlihat tidak rata jika terkena
benturan.
3. Sangat rentan terhadap goresan, terlebih jika kualitas aluminium yang buruk.
4. Harus teliti dalam pemilihannya, karena penggunaan aluminium merupakan jangka
panjang maka teliti lah dalam memilih aluminium.

6
2.7. Proses Daur Ulang Aluminium
Daur ulang aluminium merupakan proses di mana scrap dari logam ini dapat
digunakan kembali menjadi suatu produk. Proses yang digunakan sangat sederhana, yaitu
dengan cara melakukan re-melting logam tersebut. Sekitar tahun 1900, proses recycle Al masih
sedikit dilakukan dan belum menghasilkan keuntungan yang besar, dan proses ini mulai
berkembang sekitar tahun 1968 ketika kaleng minuman yang berasal dari logam aluminium
mulai di daur ulang dan pada tahun 1972 sudah sebesar 24.000 metrik ton kaleng minuman
yang di daur ulang dan melonjak tajam pada tahun 2006 yang mencapai 525.000 metrik ton.
Proses daur ulang dari Al memiliki beberapa keuntungan yaitu mengurangi konsumsi
energy/energy savings di mana pada proses ini hanya dibutuhkan 5 % dari energy pada saat
pengolahan Al dari bijih bauksit. Selain itu, dapat mengurangi emisi gas buang yang dihasilkan
pada saat proses pengolahan Al dari bauksit, terutama mereduksi CO2 dan gas rumah kaca
seperti CF4, C2F6, dan PFC, sehingga lebih ramah lingkungan.
Secara umum, proses daur ulang dari Al sebagai beriikut :

1. Bahan Baku dan Cara Pengumpulannya

Terdapat dua jenis raw materials yang bisa digunakan pada proses daur ulang
aluminium, yaitu new scrap dan old scrap. New scrap didapatkan pada saat proses pengolahan
aluminium dari bauksit. Di mana pada saat pemrosesan akan menghasilkan aluminium by-
product, seperti skimmings dan dross pada saat proses pelelehan dan pengecoran, edge
trimmings dan billet ends pada saat proses rolling dan extruding, turnings,
millings dan borings saat proses machining, serta off-cuts saat proses stamping. Aluminium
tersebut disebut new scrap, karena dihasilkan pada saat proses produksi pertama dan belum
sampai pada tahap pemakaian oleh konsumen. Selanjutnya adalah old scrap, di mana
dihasilkan dari aluminium yang telah dibeli oleh konsumen dan telah digunakan dalam jangka
waktu tertentu. Terdapat beberapa jangka waktu untuk setiap produk aluminium, dari yang
hanya beberapa minggu seperti untuk kemasan makanan seperti kaleng, sampai untuk aplikasi
yang sangat lama, seperti pada aplikasi untuk frame kaca dan bagian-bagian bangunan lainnya.
Sehingga jika benda-benda tersebut tidak digunakan kembali, dan menjadi aluminium old
scrap. Kemudian masing-masing material bekas tersebut dikumpulkan dan dilakukan proses
daur ulang untuk menghasilkan aluminium yang baru.

2. Perlakuan Bahan Baku

Scrap harus memiliki kualitas tertentu sebelum dilakukan proses peleburan. Untuk
mendapatkan kualitas yang baik, semua material yang menempel harus dipisahkan dan
dilakukan proses scrap soritng berdasarkan tipe paduan dan kadarnya. Berdasarkan
tipe srap, material yang berasal dari produksi aluminium atau new scrap langsung dipisahkan
tanpa melalui proses treatment khusus.
Setelah dibersihkan, scrap kemudian dicacah agar mudah dilakukan penangan lebih
lanjut dan dipisahkan berdasarkan tipe paduannya. Turnings akan dilakukan proses

7
penghilangan semua bahan-bahan pelekat, lalu dilakukan degreasing dan dikeringkan dan
dipisahkan dari partikel-partikel besi menggunakan separator magnetik. Scrap yang berukuran
besar seperti blok mesin, dilakukan pemisahan/fragmentasi dengan tujuan untuk memisahkan
dari material lainnya. Scrap jenis ini akan dimasukkan ke dalam furnace untuk memisahkan
besi secara termal. Selain itu digunakan alat high ternsion separator untuk memisahkan Al dari
pengotor berdasarkan sifat konduktifitas. Selain itu scrap dari bungkus makanan seperti kaleng
dapat dipisahkan dari komponen non-metalik dengan menggunakan pirolisis untuk
menguapkan pengotor tersebut. Lalu, aluminium skimmings biasanya akan dihancurkan
dengan cara di-mill dan dipisahkan berdasarkan berat jenis, dan aluminium oksida dapat
dipisahkan dengan menggunakan proses sieving.

3. Pemisahan secara spesifik pada scrap berdasarkan unsur paduan

Sebelum dimasukkan ke dalam furnace, aluminium akan dipisahkan berdasarkan


komposisi unsur paduannya agar didapatkan ketepatan komposisi pada saat produk telah jadi.
Pada proses ini telah dilakukan secara komputerisasi sehingga lebih mudah dan efektif.

4. Peleburan

Pada saat peleburan akan dicampur antara scrap hasil casting dan wrought yang telah
dibersihkan dan disortir terlebih dahulu. Pemilihan dapur berhubungan dengan konten oksida,
tipe dari material pengotor, dimensi dan geometri scrap, dan kondisi saat operasi. Jenis dapur
yang paling banyak digunakan adalah rotary furnace. Proses pelelehan dilakukan pada suhu
Tm dari Al yaitu sekitar 750 °C ± 100 °C dibawah lapisan garam. Pada saat proses peleburan
biasanya Al akan bereaksi dengan oksigen membentuk Al2O3 dan menghasilkan
aluminium dross, dan dapat digunakan untuk industri semen. Namun dengan menggunakan
garam pada saat peleburan dapat mengurangi oksida yang terbentuk pada aluminium serta akan
menghilangkan pengotor pada liquid metal.

5. Refining

Setelah melalui proses peleburan, Al akan melalui proses refining di mana dilakukan
di holding furnace. Proses ini bertujuan untuk mengatur kadar paduan dan konsentrasi-nya
serta untuk menghilangkan pengotor dengan penambahan agen pemurni. Contohnya yaitu
ditambakan klorin untuk menghilankan elemen pengotor seperti Ca dan Mg dan melakukan
proses degassing pada metal tersebut.

6. Pengecoran

Pengecoran merupakan tahap akhir dari proses aluminium, di mana aluminium cair
akan dicor ke dalam ingots (4-25 Kg) dan aluminium oksida yang terperangkap dilakukan
pemisahan saat proses pengecoran. Selain dicor, aluminium cair dijadikan produk wrought, di

8
mana dimasukkan ke dalam ekstrusi untuk menjadi billets dan di rol dan menjadi slabs, yang
dilanjutkan dengan proses perlakuan panas.

Produk yang dihasilkan dari proses ini sangat beraneka ragam. Produk yang dihasilkan
bisa sama dengan sebelum didaur ulang seperti untuk bingkai jendela, ataupun menjadi produk
yang berbeda seperti cylinder head menjadi gearbox.

2.8. Karakteristik dan Sifat Pengelasan Aluminium


Aluminium merupakan logam yang mempunyai sifat mekanik tahan terhadap korosi
dan hantaran listrik yang relatif baik. Logam ini dipergunakan secara luas bukan saja untuk
peralatan rumah tangga, tetapi juga digunkan untuk material pesawat terbang, otomotif, kapal
laut, dan kontruksi bangunan (Surdia,2000).
Alumunium magnesium alloy Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam
keseimbangan dengan larutan padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa antar
logam Al3Mg2. Paduan 5083 yang diambil adalah paduan antara (4,5%Mg) yang kuat dan
mudah dilas sehingga banyak digunakan sebagai bahan untuk tangki LNG. Pengelasan adalah
proses penyambungan antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas.
Menurut Deustche Industry Normen (DIN), pengelasan adalah ikatan metalurgi pada
sambungan logam paduan yang terjadi dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain
pengelasan adalah penyambungan setempat dari dua logam dengan menggunakan energi panas
(faridaf, 2008).
Dalam pengelasan, paduan aluminium mempunyai sifat yang kurang baik bila
dibandingkan dengan baja. Sifat-sifat yang kurang baik atau merugikan tersebut adalah :
1. Karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk
memanaskan dan mencairkan sebagian kecil saja.

2. Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksidasi aluminium Al2O3


yang mempunyai titik cair yang tinggi. Karena sifat ini maka peleburan antara logam
dasar dan logam las menjadi terhalang.

3. Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi
sehingga paduan-paduan yang mempunyai sifat getas panas akan cenderung
membentuk retak-panas.

4. Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam
padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat akan terbentuk rongga halus
bekas kantong-kantong hidrogen.

9
5. Paduan aluminium mempunyai berat jenis rendah, karena itu banyak zat-zat lain yang
terbentuk selama pengelasan akan tenggelam. Keadaan ini memudahkan
terkandungnya zatzat yang tidak dikehendaki ke dalamnya.

6. Karena titik cair dan viskositasnya rendah, maka daerah yang kena pemanasan mudah
mencair dan jatuh menetes. Akhir-akhir ini sifat yang kurang baik tersebut telah dapat
diatasi dengan alat dan teknik las yang lebih maju dan dengan menggunakan gas mulia
sebagai pelindung selama pengelasan. Dengan kemajuan ini maka sifat mampu las
dari paduan aluminium menjadi lebih baik (Wiryosumarto, 1994).

10
Bab 3
Penutup

3.1. Kesimpulan
1. Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga untuk panas.

2. Pemurnian aluminium dilakukan dalam dua tahap: Proses Bayer merupakan proses
pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh aluminium oksida (alumina), dan Proses
Hall-Heroult merupakan proses peleburan aluminium oksida untuk menghasilkan
aluminium murni.

3. Aluminium merupakan logam yang mempunyai sifat mekanik tahan terhadap korosi.

4. Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksidasi aluminium Al2O3


yang mempunyai titik cair yang tinggi. Karena sifat ini maka peleburan antara logam
dasar dan logam las menjadi terhalang.

5. Karena titik cair dan viskositasnya rendah, maka daerah yang kena pemanasan mudah
mencair dan jatuh menetes. Akhir-akhir ini sifat yang kurang baik tersebut telah dapat
diatasi dengan alat dan teknik las yang lebih maju dan dengan menggunakan gas mulia
sebagai pelindung selama pengelasan. Dengan kemajuan ini maka sifat mampu las
dari paduan aluminium menjadi lebih baik

11
Daftar Pustaka

Daryanto, Proses Pengolahan Besi dan Baja (Ilmu Metalurgi), Bandung: Sarana Tutorial
Nurani Sejahtera. 2010.
Surdia, Tata dan Saito, Shinroku. Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta: Pradnya Paramita. 2000.
Wiryosumarto, Harsono dan Okumura, Toshie. Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta:
Pradnya Paramita. 1994

12

Anda mungkin juga menyukai