Anda di halaman 1dari 57

ANALISA TUMOR OTAK DENGAN MENGGUNAKAN

CT SCAN 80 SLICE

SKRIPSI

FRANKY
SIHOTANG
180821006

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera
ANALISA TUMOR OTAK DENGAN MENGGUNAKAN

CT SCAN 80 SLICE

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh


Gelar Sarjana sains

FRANKY SIHOTANG
180821006

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020

Universitas Sumatera
i

PERNYATAAN

Analisa Tumor Otak Dengan Menggunakan Ct Scan 80 Slice

SKRIPSI

Saya mengaku skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, September 2020

Franky Sihotang
180821006

Universitas Sumatera
ii

Universitas Sumatera
iii

ANALISA TUMOR OTAK DENGAN


MENGGUNAKAN CT-SCAN 80 SLICE

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Analisa Tumor Otak Dengan Menggunakan


CT- Scan 80 Slice. Penelitian ini dilakukan Di Rumah Sakit Bhayangkara
POLDA Sumatera Utara. Dengan menggunakan alat CT-Scan Thoshiba 80 slice
diperoleh Bahwa pada keadaan normal pada otak dari hasil CT-Scan kesan SOL
(space occupying lession) seperti abses yang menunjukkan teridentifikasinya
adanya kelainan pada otak tidak terlihat. Dengan ditambahkan kontras lopamiro
maka ukuran tumor pada otak semakin terlihat dengan jelas dengan lesi heterogen
dan klasifikasi pada frontal kiri dengan ukuran 2,3 x 3 cm belum terbentuk massa
padat, kalsifikasi pada frontal kiri, 4 x 3,2 cm tampak efek massa, midline shift
kekanan dan ukuran 5,2 x 4,4 x 3,9 cm dicerrebelum kiri terdapat lesi padat ,
bercak kalsifikasi (+), lobulated menyangat heterogen pasca pemberian kontras.

Kata Kunci : Lopamiro, SOL, Tumor otak, lesi heterogen

Universitas Sumatera
iv

BRAIN TUMOR ANALYSIS USING CT-SCAN 80 SLICE

ABSTRACT

Analysis has done research on a tumor of the brain scan using ct- 80 slice.This
report is written in the hospital polda bhayangkara north sumatra.By the use of a
slice 80 ct-scan thoshiba obtained that under normal conditions in the brain from
the ct-scan sol impression menduduki space ( lession ) as an abscess showing a
disorder in teridentifikasinya the brain is not look.Contrast with added lopamiro
so size tumor on the plain to see with the brain lesions heterogeneous and
classification in the left in size frontal x 2,3 cm 3 unsettled a solid mass, calcified
left in frontal, 4 x cm 3,2 looked effect mass, garis tengah shift kekanan and
measures 5,2 x x 4,4 cm 3,9 dicerrebelum left is solid lesions, calcified patches (
+ ), lobulated menyangat heterogeneous after the contrast.

Key Word : Lopamiro , sol , brain tumors , lesions heterogeneous

Universitas Sumatera
v

PENGHARGAAN

Segala puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus karena atas penyertaan dan kasih karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisa Tumor Otak Dengan
Menggunakan Ct Scan Thosiba 80 Slice.” Yang merupakan tugas dan
persyaratan dalam menempuh Program Studi S-1 Fisika di Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Penulisan dan penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,


bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, para dosen yang penulis hormati,
keluarga dan para sahabat. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Herli Ginting, MS selaku dosen pembimbing penulis, yang selalu
memberikan bimbingan, pengalaman, semangat, nasehat, dan arahan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Drs. Aditia Warman, M.Si selaku dosen penguji penulis, yang telah
memberikan kritik dan masukan serta semangat dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku Ketua Program Studi sekaligus penguji,
yang telah memberikan semangat, motivasi dan arahan dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Para staf dan dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan bimbingan
kepada penulis dalam menjani studi.
6. Untuk kedua orang tua saya J.Sihotang,M.Siringo-ringo dan seluruh
keluarga besar saya. Abang dan kaka saya, semoga kita sehat selalu dan di
berkatin tuhan.
7. Untuk pasangan saya Roliana br. Nababan, terimakasih selalu
memberikan semangat dan motivasi untuk saya. Doa saya semoga kita
berjodoh.

Universitas Sumatera
vi

8. Para sahabat penulis, Hartono, Marlon, Bang Antoni, Firli, Meri, yang
memberikan semangat dan dukungan selama studi dan penyelesaian
skripsi ini.
9. Para teman Fisika Ekstensi 2018, terima kasih atas kenangannya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak


kekurangan, oleh, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai sumber
pengetahuan demi Indonesia Maju.

Medan, September 2020


Penulis

Franky Sihotang
180821006

Universitas Sumatera
vi

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK iii
PENGHARGAAN v

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Sitematika Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Anatomi Otak 5
2.1.1 Bagian-Bagian Otak 6
2.1.2 Gelombang Otak 9
2.1.3 Memori 11
2.2 Tumor Otak 15
2.3 Grading Tumor Otak 16
2.4 Gejala Klinis 16
2.5 Patofisiologi Kejang Pada Tumor Otak 19
2.6 Citra 20
2.6.1 Format Citra 21
2.6.2 Citra CT Scan 22
2.6.3 Pengolahan Citra 23
2.6.4 Citra Tumor Otak 24

Universitas Sumatera
vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25


3.1 Tempat Penelitian 25
3.2 Metode Penelitian 25
3.3 Prosedur Pengambilan Data Scan 25
3.7 Diagram alir penelitian 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27


4.1 Hasil Penelitian 28
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 32

Bab V PENUTUP 34
5.1 Kesimpulan 34
5.2 Saran 34

DAFTAR PUSTAK 36
LAMPIRAN

Universitas Sumatera
1

BAB I

PENDAHULUAN

Kesehatan adalah suatu hal yang penting dalam mendukung


kelangsungan hidup. Pola kehidupan yang sehat akan dapat mempermudah
makhluk hidup dalam menjalankan aktifitas kesehariannya. Kesadaran akan pola
hidup teratur sering terabaikan karena padatnya aktifitas yang dijalani. Sehingga
menyebabkan mudahnya berbagai virus dan penyakit yang menyerang tubuh.
Munculnya penyakit dalam tubuh mempengaruhi cara kerja sistem pada tubuh
sehingga mengurangi kemampuan tubuh dalam melakukan aktifitas. Keterbatasan
masyarakat dalam menanggapi keadaan tersebut dapat mengakibatkan
keterlambatan penanganan yang dapat berakibat fatal. Salah satu jenis penyakit
berbahaya yang terkadang kurang dipahami masyarakat dan di anggap hanya
penyakit biasa adalah penyakit Tumor Otak. Hingga kini, penyebab utama dari
sebagian besar kasus tumor otak belum diketahui. Oleh karena itu, banyak pasien
yang baru mendatangi dokter atau fasilitas kesehatan ketika gejala yang dirasakan
sudah parah. Padahal, ketika gejala yang dirasakan masih ringan, penanganan yang
lebih cepat akan lebih mengoptimalkan tingkat kesembuhan. Tumor adalah segala
benjolan tidak normal atau abnormal yang bukan radang. Berdasarkan golongannya
tumor dibedakan menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas (Setiati, 2009).
Tumor jinak pada otak tumor akan sangat membahayakan, dibandingkan tumor jinak
dibagian tubuh lainnya. Oleh karena itu harus jeli dalam menyikapi setiap gejala-
gejala yang dirasakan, untuk pendeteksian secara dini. Kehadiran dari gejala tumor
otak seringkali diabaikan , dimana sebenarnya gejala tersebut merupakan gejala awal
dari tumor otak, seperti nyeri kepala. Nyeri kepala merupakan salah satu gejala awal
dari adanya tumor di otak, namun gejala tersebut harus disertai dengan gejala lain
dikarenakan banyaknya prevalensi nyeri kepala yang bukan saja hanya pada
penderita tumor otak. Ada juga beberapa gejala lain yang juga dirasakan oleh yang
bukan penderita tumor otak, seperti kejang-kejang dan muntah-muntah. Kejang-
kejang merupakan gejala awal yang sering dijumpai pada lebih dari 50% penderita
tumor otak. Sebagai orang awam dalam mendiagnosa suatu penyakit tentu saja

Universitas Sumatera
2

dibutuhkan jasa dari dokter yang merupakan pakar dibidang medis. Oleh karena itu
peneliti ingin melakukan penelitian tentang “ Analisis Tumor Otak Dengan
Menggunakana Ct Scan Toshiba 80 Slice”

1.1 Rumusan Masalah


Pada penelitian ini masalah dirumuskan pada :
1. Bahwa perkembangan tumor otak menjadi evaluasi untuk menentukan jenis
dari tumor itu sendiri.
2. Setiap bentuk dan besaran tumor otak dapat diidentifikasi berdasarkan
ukuran yang ada untuk penentuan jenis perkembangan tumor dengan
pengamatan pada intensitas dan kontras tumor.
3. Bahwa pengamatan tumor otak dilakukan dengan CT-Scan Toshiba 80 slice.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Diagnosa yang dilakukan hanya pada penyakit tumor otak, dengan melihat
bentuk dan besaran dari tumor itu sendiri.
2. Pengamatan dan evaluasi kajian tumor otak menggunakan CT-Scan Toshiba
80 slice.
3. Pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi nilai densitas dan kontras
dari tumor itu sendiri.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perkembangan tumor otak pada pasien dengan
melakukan identifikasi pada densitas dan kontras pada tumor otak.
2. Menegakkan diagnosa dari tumor otak.
3. Menjadi sebuah evaluasi dalam penanganan selanjutnya bagi penderita
tumor otak agar mendapat penanganan yang tepat.

Universitas Sumatera
3

1.4 Manfaat penelitian


Dari penelitian ini diharapakan agar para pembaca tulisan ini terkhusus buat
penulis dapat memahami bahwa tumor otak didalam perkembangannya dapat
dievaluasi untuk menentukan jenis dari tumor itu sendiri sehingga didapat
penanganan yang tepat bagi penderita tumor otak.

1.5 Sistematika penulisan


Untuk memahami lebih jelas laporan ini, maka materi-materi yang tertera pada
Laporan Skripsi ini dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan
sistematika penyampaian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa
literature review yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini berisikan gambaran dan sejarah singkat Perguruan Tinggi Raharja,
struktur organisasi, permasalahan yang dihadapi, alternatif pemecahan masalah,
analisa proses, UML (Unified Modelling Language) sistem yang berjalan, serta
elisitasi tahap I, elisitasi tahap II, elisitasi tahap III, dan final draft elisitasi.

BAB IV RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI

Bab ini menjelaskan analisa sistem yang diusulkan dengan menggunakan


flowchart dan mind map dari sistem yang diimplementasikan, serta pembahasan
secara detail final elisitasi yang ada di bab sebelumnya, di jabarkan secara satu
persatu dengan menerapkan konsep sesudah adanya sistem yang diusulkan.

Universitas Sumatera
4

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan
optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Universitas Sumatera
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
otak

Gambar 1. Anatomi otak

Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit,
dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan system
saraf keseluruhan. System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah
rangsangan dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat
system saraf, yang berada di otak dan urat saraf tulang belakang. Disinilah data
diproses dan direspon dengan rangsangan yang „‟cocok‟‟. Biasanya dalam tahap ini
timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot sehingga
otot berkontraksi atau rileks.

Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki control. Banyak rangsangan
sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan (misalnya, dengan
cepat kita mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat
langsung dalam proses „‟identifikasi‟‟ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan
refleks tersebut diproses di saraf tulang belakang. Meskipun otak tidak terlibat
langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi spontan, tetap saja kita akan
mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat indera.

Contohnya kita tidak serta-merta menumpahkan sepiring penuh makanan tanpa


alasan kecuali piring itu memang panas sehingga kita refleks menumpahkannya.
Atau bisa juga hal itu disebabkan oleh stress yang kita alami. Fenomena semacam

Universitas Sumatera
6

ini adalah fungsi yang rumit yang terjadi di otak. Bernafas, keseimbangan, menelan,
dan mencerna terjadi, karena fungsi „‟otomatis‟‟ otak. Dan kita tidak menyadari
bahwa proses tubuh tersebut membutuhkan control yang „‟lembut‟‟ dan teknik
mengatur yang baik. Otak „‟purba‟‟ mengontrolnya secara relatif. Misalnya, kita
akan menoleh jika seseorang memanggil nama kita di jalan. Aksi tersebut dikontrol
oleh bagian otak yang „‟lebih baru‟‟. Otak dan urat saraf tulang belakang dilindungi
oleh tulang (tengkorak dan tulang belakang secara berurutan) dan dikelilingi oleh
cairan otak, yang berfungsi sebagai alat penahan goncangan.

2.1.1 Bagian-Bagian Otak

Otak nampak seperti sebuah „‟kembang kol‟‟ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada
laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum,
yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Anehnya nama bagian-bagian
tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya otak depan tidak berada di
bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada posisi saat
manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak tersebut
berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.

Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional,
yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation),
dan cerebellum.

 Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
 Pons merupakan „‟stasiun pemancar‟‟ yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
 Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk „‟mengaktifkan‟‟
bagian lain dalam otak.
 Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang
dinamakan cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak

Universitas Sumatera
7

kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak besar (otak secara
keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak. Tapi,
sebenarnya fungsi tersebut perlu „‟dipelajari‟‟ dan dilatih, seperti keseimbangan
dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah
satu kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan
kita.

Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah
lanjutan dari formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti
gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih „‟penting‟‟ fungsinya pada hewan
mamalia daripada manusia, karena pada manusia yang lebih dominan digunakan
adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar pada otak. Bagiannya yang
paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10 miliar saraf dan
terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga merupakan „‟puncak‟‟ fungsional
otak yang respon terhadap fungsi yang „‟lebih rumit‟‟, tindakan sengaja, dan
kesadaran.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus,
hypothalamus, dan system limbic.

 Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai „‟tempat
penerimaan‟‟ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks.

 Hypothalamus berfungsi untuk mengontrol nafsu makan dan syahwat dan


mengatur kepentingan biologis lainnya. Hypothalamus, thalamus, otak
tengah, dan otak belakang (tidak termasuk cerebellum) bersama-sama
membentuk apa yang disebut „‟tangkai/batang‟‟ otak (the brain stem).
Batang otak berfungsi untuk mengatur seluruh proses kehidupan yang
mendasar. Jika batang otak tersebut kekurangan aktivitas (kurang
dirangsang), maka menurut psikiater akan menyebabkan brain death atau
kelumpuhan otak.

Universitas Sumatera
8

 Di antara pusat otak dan korteks terletak system limbic (limbic berasal dari
bahasa Latin yang berarti batas). Anatomi system limbic ini hampir seperti
hypothalamus. System limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri
kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja
menginjak kaki kita. System limbic terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi,
dan ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori
baru.

 Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5
mm, tapi luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen
bagian otak. Lipatan korteks yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia
membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks memproses data. Warna
korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan
„‟benda/zat kelabu‟‟ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan
satu sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang
menghubungkan bagian-bagian terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari
saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat
jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga „‟benda/zat putih‟‟)Korteks
mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling
nyata dari pembagian ini adalah belahan kiri dan kanannya.

Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh sebuah
„‟bundel serat tebal‟‟ yang disebut corpus callosum. Corpus callosum membantu
menyatukan aktivitas otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang dilakukan otak
kanan, juga sebaliknya). Pembagian penting lainnya dalam korteks adalah empat
buah lobus atau cuping, yaitu temporal, frontal, occipital, dan parietal.

Bagian-bagian tersebut dinamai berdasarkan letaknya setelah tulang tengkorak.


Sejak lama muncul berbagai pendapat tentang fungsi tersebut dalam otak. Lobus
frontal berhubungan dengan konsentrasi, lobus temporal berhubungan dengan
bahasa dan ingatan, lobus parietal berhubungan dengan sensor data dan lobus

Universitas Sumatera
9

occipital berhubungan dengan pengelihatan dan persepsi. Jadi, proses kesadaran


pikiran bergantung pada interaksi kompleks di bagian-bagian otak.

2.1.2 Gelombang Otak


Pada saat mengumpulkan dan memproses informasi, pikiran manusia bekerja dalam
dua mode, yakni mode sadar dan mode luar sadar.
Pikiran sadar menangani aktivitas yang tengah terjadi saat ini, sehingga proses
yang terjadi dapat dilakukan lebih efisien. Pikiran sadar (10 % dari keseluruhan
pikiran) mempermudah individu untuk bmenangani suatu aktivitas. Misalnya saat
menulis dan membaca. Jika dilatih, menulis dan membaca dapat dilakukan dengan
lebih cepat ( silakan baca speed reading).
Pikiran luar kesadaran adalah pikiran yang berada di bawah alam sadar yang di
luar jangkauan pikiran sadar.
Misalnya saat mengetik di computer, kita sering tak merasakan sentuhan tangan
dengan tuts keyboard. Demikian halnya dengan sentuhan antara baju dan kulit, yang
baru terasa, ketika kita benar-benar ingin menyadarinya. Padahal sadar ataupun
tidak setiap waktu terjadi sensasi sentuhan tersebut.
Pemrosesan Sadar Pemrosesan Tak Sadar
Aktif, mengendalikan Reseptif, Spontan
Analisa per bagian, membangun Keseluruhan di awal, selanjutnya menuju
keseluruhan tiap bagian tiap bagian
Volume kecil Volume besar
Spesifik Ambiguitas
Interpretasi dan konsistensi Menyatukan materi baru
Benar/salah dengan orientasi apda Kesalahan adalah salahs atu bagian
kebenaran belajar
Cenderung memilih status quo Kreatif, selalu mencari zona baru
Mencari tahu apakah sesuatu masuk akal Bertanya apalkah suatu hal dapat
memberi kesenangan.
Konsentrasi tinggi relaksasi
Kompetitif Kerjasama, melakukan pengikatan

Universitas Sumatera
1

Dominasi mental, cenderung obyektif Cenderung Subyektif


Bekerja secara serial Bekerja secara paralel

Pikiran non sadar dibagi menjadi :


Pikiran setengah sadar (Sub-conscious Mind), bertanggung jawab terhadap hal2
yang tidak tertangani oelh pikiran sadar, seperti pola2 aktivitas, dan kebiasaan.
Pikiran tak sadar bertanggung jawab terhadap fungsi primer aktivitas tubuh,
seperti denyut jantung, paru-paru. Sistem kekebalan tubuh, dll.
Kondisi pikiran yang terjadi pada manusia, dapat diidentifikasi melalui gelombang
yang dipancarkan oleh otak. Masing-masing gelombang otak memiliki
korespondensi dengan kondisi tertentu.

Tabel 1. Frequensi gelombang otak

Gelombang Beta
Kondisi konsentrasi penuh, tersadarkan, waspada tingkat tinggi, kognisi. Berkenaan
dengan kecemasan, sakit, perasaan terpisah, pola respon lari atau lawan.

Gelombang Alfa
Kondisi yang ideal untuk pembelajaran super (Quantum Learning/Super Learning),
fokus dengan relaks, peningkatan produksi serotonin.

Universitas Sumatera
1

Gelombang Teta
Kondisi mengantuk yang berat. Terjadi peningkatan produksi katekolamin,
peningkatan kreativitas, integratif, pengalaman emosional. Terjadi potensi
perubahan perilaku, imajinasi, meditasi mendalam. Aktivitas tidur dengan mimpi
terkadang bisa digolongkan ke dalam gelombang ini.

Gelombang Delta
Kondisi tidur tanpa mimpi. Terjadi pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi serupa
trans sangat dalam, hilangnya sensasi fisik.

2.1.3 Memori
Memori adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengingat
informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori merupakan
kumpulan apa yang diingat sehingga memberikan kemampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi serta memberikan kontrol dari penggunaan pengalaman masa
lalu terhadap perilaku saat ini dan pengolahan berpikir di masa yang akan datang.
Memori merupakan salah satu bagian dari fungsi kognitif sehingga sangat penting
dalam proses belajar. Individu yang memiliki fungsi memori yang baik maka pada
umumnya memiliki kemampuan belajar yang baik pula. Kognisi atau cognition
merujuk kepada tindakan dan proses “mengetahui”, serta kesadaran dan penilaian.
Fungsi kognitif memuat kemampuan berpikir rasional termasuk proses belajar,
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Hal ini meliputi :
bagaimana seseorang memperoleh informasi, bagaimana informasi itu kemudian
direpresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana
pengetahuan itu disimpan di dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali, dan
bagaimana pengetahuan itu digunakan seseorang untuk mengarahkan sikap-sikap
dan perilaku-perilakunya.

Klasifikasi Memori
Memori merupakan suatu kesatuan dalam sirkuit neuroanatomikal yang mana tidak
dapat bekerja sendiri. Memori dibagi menjadi memori deklaratif dan memori non-
deklaratif.

Universitas Sumatera
1

Memori Deklaratif
Memori deklaratif atau memori eksplisit merupakan suatu sistem memori yang
dikendalikan secara sadar, sengaja, dan fleksibel. Memori deklaratif umumnya
melibatkan beberapa niat dan upaya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa fungsi
memori deklaratif menurun seiring dengan usia. Memori deklaratif berhubungan
dengan hipokampus dan lobus frontalis dimana kerusakan pada bagian ini akan
mempengaruhi memori deklaratif. Orang yang mengalami kerusakan pada
hipokampus akan mengalami kesulitan dalam membentuk memori jangka panjang
yang baru dan orang yang mengalami kerusakan lobus frontalis akan mengalami
gangguan pada memori kerja
a. Memori Kerja Working memory atau memori kerja yang belakangan sering
disamakan dengan memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori yang
memungkinkan kita untuk merencanakan dan melaksanakan suatu tindakan.
Misalnya saat menyelesaikan masalah aritmatika tanpa menggunakan kertas,
menyimpulkan suatu pendapat yang panjang, memproses informasi yang didapat di
kelas dan mengaksesnya untuk belajar dan mengasosiasikan untuk mendapatkan
informasi baru.
b. Memori Episodik Memori episodik merupakan suatu memori jangka panjang
yang menyimpan informasi tentang suatu kejadian spesifik yang berhubungan
dengan kehidupan seseorang. Memori ini digunakan untuk mengingat kejadian masa
lalu misalnya mengingat film yang ditonton minggu lalu atau nama buku yang
disarankan oleh dosen dan lain sebagainya.
c. Memori Semantik Memori semantik merupakan suatu memori jangka panjang
yang menyimpan pengetahuan umum, misalnya kosa kata dan fakta-fakta.
Memori Non-deklaratif
Memori non-deklaratif atau memori implisit merupakan sebuah sistem memori yang
mempengaruhi persepsi dan tingkah laku individu tanpa melihat pengetahuan,
kesadaran, ataupun keinginan. Memori ini tidak membutuhkan usaha ataupun
keinginan. Berbeda dengan memori deklaratif, memori non-deklaratif cenderung
tidak dipengaruhi dengan usia. Memori non-deklaratif diperantai oleh daerah
korteks, cerebellum, dan ganglia basalis. Kerusakan pada hipokampus dan lobus

Universitas Sumatera
1

frontalis selain dapat mempengaruhi memori deklaratif juga karena mengganggu


area korteks visual dan mengganggu visual priming. Kerusakan pada cerebellum dan
ganglia basalis dapan merusak classical conditioning dan memori prosedural.
a. Priming Priming merupakan sebuah proses otomatis yang dilakukan tanpa
kesadaran yang memungkinkan individu dapat meningkatkan ketepatan dan
kecepatan respon sebagai hasil dari pengalaman masa lalu. Priming merangsang
asosiasi atau keterkaitan antar memori sehingga proses retrieval atau pengambilan
kembali memori menjadi lebih efisien. Misalnya adalah saat ingin mengucapkan
suatu kata yang sulit untuk pertama kalinya misalnya “pretzel” maka waktu yang
dibutuhkan pertama kali untuk membaca kata tersebut akan lebih lama dibandingkan
ketika ingin mengucapkan kata tersebut untuk kedua kalinya.
b. Memori Prosedural Memori prosedural berkaitan dengan proses menyelesaikan
suatu tugas setelah sebelumnya tugas tersebut telah dipelajari dan menjadi suatu
keotomatisan. Misalnya saat seorang pemain piano memainkan pianonya atau saat
seorang petenis memukul bola tenis.
c. Classical conditioning Classical conditioning atau pengkondisian klasik
merupakan sistem memori yang mengasosiasikan atau menghubungkan dua stimulus
tertentu. Misalnya pada eksperimen dengan anjing dan makanan, tepat sebelum
memberikan anjing makanan maka peneliti membunyikan lonceng. Kemudian
setelah sekian waktu anjing akan belajar bahwa pembunyian lonceng
mengindikasikan pemberian makanan dan setiap mendengar bunyi lonceng maka
secara otomatis anjing akan memproduksi saliva yang berlebih. Pada manusia hal ini
diterapkan dengan penggunaan nada dering tertentu untuk penelepon tertentu.
Klasifikasi Memori Lain Selain klasifikasi memori diatas, banyak ahli fisiologi
mengklasifikasikan memori menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Memori Sensoris Memori sensoris merupakan kemampuan untuk menyimpan
isyarat sensoris di daerah sensoris otak untuk jangka waktu yang sangat singkat
setelah pengalaman sensoris yang sebenarnya. Isyarat ini tetap tersedia selama
beberapa ratus milidetik untuk dianalisis dan diteliti sehingga dapat digunakan untuk
pengolahan informasi selanjutnya yang akan menentukan apakah informasi akan
diproses atau dilupakan. Dengan kata lain memori sensoris merupakan stadium awal

Universitas Sumatera
1

dalam proses memori. Memori sensoris spesifik untuk indera tertentu dan dengan
waktu yang sangat singkat pula:
1. Memori ikonik untuk informasi visual, durasi 150-500 mdetik
2. Memori ekoik untuk informasi auditorial, durasi 1-2 detik
Informasi yang disimpan dari memori sensoris tidak berarti kecuali apabila
informasi tersebut diproses. Tujuan dari memori sensoris adalah untuk menyimpan
informasi di sekitar walaupun hanya untuk waktu yang singkat untuk diproses lebih
lanjut. Pengolahan informasi ini membutuhkan waktu dan akan sangat memudahkan
apabila informasi tersebut terus tersedia atau terus dipertahankan selama durasi
tersebut. b. Memori Jangka Pendek atau Short-term Memory Memori jangka pendek
atau short term memory atau memori kerja (working memory) merupakan ingatan
tentang fakta, kata, bilangan, huruf, atau informasi kecil lainnya yang bertahan
selama beberapa detik sampai satu menit atau lebih pada suatu waktu. Contoh
penggunaan memori jangka pendek adalah ketika seseorang ingin mengingat nomor
telepon dalam jangka waktu yang singkat dari buku telepon. Namun memori jangka
pendek biasanya hanya terbatas pada tujuh informasi kecil, sehingga apabila
beberapa informasi baru dimuat ke dalam simpanan jangka pendek maka informasi
lama akan tergantikan. Jadi setelah seseorang mengingat nomor telepon untuk kedua
kalinya, maka nomor yang pertama biasanya sudah terlupakan. Pada memori jangka
pendek informasi yang dibutuhkan langsung tersedia sehingga seseorang tidak perlu
mencari informasi tersebut di ingatannya seperti halnya memori jangka panjang.
Memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori yang digunakan untuk
menyimpan dan memproses informasi yang sedang dipikirkan seseorang.. Informasi
dari memori sensorik yang telah diterima kemudian akan ditransfer ke penyimpanan
memori selanjutnya. Berbeda dengan memori sensorik yang memiliki kapasitas yang
sangat besar, memori jangka pendek memiliki kapasitas yang lebih kecil. Seluruh
informasi dari memori sensorik baik yang ikonik maupun ekoik tidak seluruhnya
menjadi memori jangka pendek, namun informasi ini akan dipilah dan diproses
untuk menjadi memori jangka pendek. Selain itu berbeda dengan memori sensorik
yang tidak membutuhkan kesadaran, memori jangka pendek membutuhkan
kesadaran.

Universitas Sumatera
1

2.2 Tumor Otak

Tumor otak terdiri dari tumor primer yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak
sendiri. dan tumor sekunder (metastase) yang merupakan tumor yang berasal dari
daerah lain dan menyebar ke otak. Bagaimana pilihan tatalaksana tumor yang
tumbuh di otak tersebut sangat bervariasi bergantung pada tipe, ukuran, lokasi,
penyebaran tumor dan usia pasien saat tumor terdiagnosis, Tumor otak primer
merupakan pertumbuhanabnormal yang dimulai dari otak dan biasanya tidak
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor otak primer dapat terdiri dari jenis
tumor benigna dan maligna. Tumor benigna biasanya berbatas tegas, dan jarang
menyebar. Meskipun tidak bersifat ganas, tumor jenis ini dapat mengancam jiwa jika
tumbuh di area vital. Sedangkan tumor maligna tumbuh dan menyebar dengan cepat
di bagian otak dan berbatas tidak tegas. Meskipun bersifat ganas, tumor jenis ini
jarang menyebar ke luar otak dan medula spinalis.1,2 Tumor otak sekunder
(metastatic) merupakan penyebaran dari kanker pada bagian lain dari tubuh dan
menyebar ke otak, misalnya tumor paru yang menyebar ke otak, ini disebut dengan
kanker metastase paru.1,2

Faktor Resiko terjadinya Tumor Otak yang banyak diteliti adalah :

1. Usia
Usia terbanyak pada usia > 50 tahun. Pola hidup tidak sehat pada usia muda akan
beresiko untuk terjadinya tumor otak di usia tua.
2. Genetik

Individu yang mempunyai kelainan genetik yang jarang misalnya pada Tuberous
Sclerosis, Neurofibromatosis tipe 1 dan 2, Li-Fraumeni Cancer Family Syndrome.
- Predisposisi Genetik. Hubungan antara tumor otak dengan kelainan lainnya
misalnya medulloblastoma dengan abnormalitas

system pencernaan dan saluran kencing, astrositoma dengan malformasi arteri-vena,


ataunya rumor otak dengan sindroma Down.

Universitas Sumatera
1

2.3 Grading tumor Otak

World Health Organization (WHO) telah menetapkan sistem stadium untuk


menstandarisasi rencana penatalaksanaan dan prediksi terhadap pertumbuhan tumor
otak. Grade dari tumor otak tersebut menunjukkan bagaimana keabnormalan sel
yang terlihat secara mikroskop dan menunjukkan juga kecepatan pertumbuhan dan
penyebaran dari tumor otak tersebut. Sistem stadium tersebut terdiri dari :1,2

1. Grade I

Pada stadium ini, tumor berkembang secara lambat, dengan sel yang tampak kecil
ataupun sel normal, dan jarang terlihat menyebar disekitar jaringan lunak lainnya.
Pada stadium ini tindakan operatif untuk mengangkat tumor masih sangat
dimungkinkan.1,2

2. Grade II

Stadium ini menunjukkan adanya penyebaran di sekitar jaringan lunak meskipun


tumor berkembang secara lambat. Pada tahap ini, tumor dapat saja berkembang ke
gradium yang lebiuh tinggi.1,2

3. Grade III

Akan terlihat perbedaan yang jelas antara sel tumor dengan sel normal disekitarnya.
Tumor berkembang secara cepat dan seringkali menyebar ke jaringan lunak yang
lain.1,2

4. Grade IV

Pertumbuhan tumor terjadi secara sangat cepat dan agresif, dan sel tumor terlihat
berbeda dengan sel normal. Pada stadium ini, tumor sulit untuk diterapi.1,2

2.4 Gejala Klinis

Berbagai gejala klinis dapat terjadi akibat tumor otak. Gejala awal dapat berupa
nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus. Pada tahap lebih lanjut, akibat
pendesakan jaringan otak, pasien dapat mengalami tanda-tanda peningkatan tekanan
tinggi intrakranial. Bisa terjadi gangguan visus, hemiparesis dan gejala gangguan
serebral umum seperti perubahan perilaku, perubahan kemampuan berfikir,

Universitas Sumatera
1

kehilangan nafsu makan, dan kejang merupakan keadaan yang sering didapati pada
penderita tumor otak..1,2,3,5

Faktor Resiko terjadinya Tumor Otak yang banyak diteliti adalah :

1. Usia
Usia terbanyak pada usia > 50 tahun. Pola hidup tidak sehat pada usia muda akan
beresiko untuk terjadinya tumor otak di usia tua.
2. Genetik
- Individu yang mempunyai kelainan genetik yang jarang misalnya pada Tuberous
Sclerosis, Neurofibromatosis tipe 1 dan 2, Li-Fraumeni Cancer Family Syndrome. -
Predisposisi Genetik. Hubungan antara tumor otak dengan kelainan lainnya
misalnya medulloblastoma dengan abnormalitas
3. Riwayat kesehatan individu
- Nyeri kepala
Nyeri kepala bersifat ringan, episodik sampai berat, serta berdenyut. Umumnya
bertambah berat di malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur dimana terjadi
peninggian tekana intrakranial. Nyeri kepala ditemukan 30% pada tumor otak,
sedangkan 70% ditemukan pada gejala lanjut.3,5
- Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan
tidak disertai dengan mual.3,5
- Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Keluhan nyeri kepala di daerah frontral dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan
malam hari, muntah proyektil dn penurunan kesadaran. Jika papil udem ditemukan
perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.3
- Kejang
Kejang merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita dengan lesi intracranial.
Kemungkinan adanya tumor otak perlu dicurigai bila kejang terjadi pada usia di atas
25s, kemudian pada penderita yang mengalami post iktal paralisis, dan terjadinya
status status epilepsi.3

Universitas Sumatera
1

Kejang merupakan gejala yang sering didapati pada penderita tumor otak. Bangkitan
epilepsi yang terjadi akibat tumor otak telah dibahas sejak abad 19; dimana John
Hugling Jackson merupakan orang yang pertama kali melaporkan hubungan
langsung antara kejang dan tumor otak. Kejang dapat saja terjadi sebagai gejala awal
dan bisa terus terjadi selama proses pengobatan terhadap tumor otaknya.3 . Kira-kira
30- 50% pasien dengan tumor otak mengalami kejang sebagai gejala awal dan
umumnya pasien dengan tumor otak primer lambat mengalami angka insiden kejang
mencapai 80-90%. Kejang yang terjadi umunya berupa kejang fokal dengan
generalisasi sekunder dan seringnya sulit diobati (refractory epileptic). Kejang yang
terjadi belakangan biasanya dapat juga diakibatkan prosedur tindakan bedah saraf
atau perkembangan lebih lanjut dari lesi abnormal intrakranial tersebut. Pengobatan
terhadap penderita tumor otak yang disertai dengan epilepsi tersebut umumnya
sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan dari berbagai bidang. Karenanya di
samping sebagai penanda diagnosis tumor otak, kejang juga merupakan patokan
penting dalam menilai kualitas hidup pasien.Berbagai penelitian telah menunjukkan
hubungan antara awal timbulnya kejang dengan prognosis yang lebih baik.

- Diet, vitamin, alkohol, rokok, dan agen kimia lain.


Senyawa N-nitrosoter identifikasi sebagai zat neuro karsinogenik pada beberapa
studi binatang.Studi epidemiologi menyebutkan bahwa senyawa ini dapat terekpos
pada manusia secara endogen (terjadi pada organ pencernaan dimana tejadi
pertemuan antara senyawa amino dari ikan atau obat dengan nitrit dari daging)dan
eksogen (rokok tobacco, kosmetik, dan alcohol). Komsumsi vitamin atau makanan
yang mengandung antioksidan akan menurunkan resiko tumor otak, sedangkan
eksposure bahan kimia pabrik seperti pelarut organic, oli pelumas, acrylonitrile,
formaldehid, hidrokarbon aromatic, dan phenol akan meningkatkan resiko terjadinya
tumor otak.

4. Paparan radiasi ion.


Paparan radiasi diagnostic dan terapi berhubungan dengan peningkatan resiko tumor
otak 7, misalnya pada radiasi tineacapitis, hemngiomakulit, danhipertrofi adenoid,
maupun radiasi profilaksis cranial pada leukemia anakanak, lymphoma, atau pada

Universitas Sumatera
1

tumor otak anak-anak. Tumor otak yang umum dipicu oleh radiasi adalah
meningioma, glioma, dan schwannoma.8

5. Telepon seluler dan radio frekuensi elektro magnetik.


Pada studi case control, penggunaan telepon gengam selama lebih 10 tahun dan
banyaknya jumlah bicara akan meningkatkan resiko terjadinya glioma terutama
pada lokasi temporal.6 Pengenalan dini gejala-gejala awal tumor otak sangatlah
penting; hal ini akan membantu untuk terapi lebih baik. Seringkali pasien tumor
otak yang dating kerumah sakit tersier seperti RSUD Dr. Soetomo sudah dalam
keadaan klinis yang jelek dengan deficit neurologis berat, serta ukuran tumor yang
relative besar sehingga menyulitkan tatalaksananya.

2.5 Patofisiologi Kejang Pada Tumor Otak

Bagaimana hubungan antara tumor dan timbulnya kejang sebenarnya masih


belum dipahami sepenuhnya. Secara pathogenesis sampai saat ini ada dua pendapat
yang menghubungkan antara tumor dan timbulnya kejang. Pendapat pertama
didasarkan pada asal tumor, dimana tumor mengeluarkan molekul yang dapat
menjadikan jaringan tumor bersifat epileptogenic. Pendapat yang lain berdasarkan
pada pemikiran bahwa tumor menekan jaringan normal di sekitarnya yang kemudian
pada waktunya berubah menjadi “epileptogenic” setelah mengalami proses iskemia
dan hipoksia.

Sementara secara mekanisme, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi


terjadinya kejang pada penderita tumor otak :

1. Histologi
Dari segi histologi kejang biasanya terjadi pada pasien pada tumor jinak seperti
disembriblastik neuroepitelial tumor, ganglioglioma dan oligodendroglioma.
Sementara pada tumor-tumor ganas seperti dan tumor metastase seperti glioblastoma
multiform kejang jarang terjadi. Penjelasan mengenai hal ini adalah pada tumor
jinak terjadi deferensiasi sel yang baik yang mampu mengeluarkan neurotransmitter
dan zat-zat modulator yang bersifat epileptogenik. Materi-materi tersebut akan
merangsang korteks dan subkorteks yang akan memicu transmisi elektrik sebagai
precursor kejang. Selain itu, inflamasi kronis berupa edem perifokal akan mengubah

Universitas Sumatera
2

komposisi elektrolit yang dapat memicu timbulnya kejang. Sementara, kenyataannya


juga tidak semua pasien dengan lokasi dan histology yang sama akan mengalami
kejang. Hal ini memberikan kemungkinan adanya factor genetic yang berperan
dalam hubungan tumor otak dan terjadinya kejang.10,11,12

2. Lokasi Tumor
Lokasi sebuah tumor juga sangat menentukan timbulnya kejang. Tumor yang
belokasi di daerah subkorteks sangat jarang menimbulkan gejala kejang. Beberapa
penelitian menyebutkan keberadaan tumor di korteks serebri terutama di subtansia
grisea merupaka lokasi yang sering menimbulkan kejang. Dari segi pembagian
lobus, lobus frontal dan lobus temporal serta sistem limbik berperan penting dalam
terjadinya kejang.

3. Sawar Darah Otak


Komponen selular yang menyusun sawar darah otak meliputi sel endothelial,
astrosit, perisit, neuron, dan komplek jungtional dan juga dilapisi oleh protein seperti
okludin, klaudin, dan molekul adhesi. Aktivitas proliferasi sel-sel tumor akan
menghasilkan zat-zat yang akan merusak sawar darah otak, sehingga menurunkan
fungsi protein transmembran, sehingga dihasilkan VascularEndothelial Growth
Factor (EGF). Difusi zat VEGF di peritumor akan menginisiasi edema disekitar lesi
yang berakibat pada meningkatkan TGF beta, akumulasi potasium, dan N-methyl-D-
aspartate (NMDA) yang memediasi hipereksitabilitas dari susunan saraf dan
berujung pada timbulnya kejang.

4. Gap Junction
Komunikasi antar sel glia dijembatani oleh protein yang dinamakan connexins.
Sel-sel tumor akan mengeluarkan materi-materi yang berperan dalam peningkatan
reaktivitas protein tersebut, sehingga koneksi antara sel glia menjadi meningkat.
Hipereaktivitas dari connexins merupakan salah satu faktor pencetus kejang.

5. Perubahan Molecular Genetilk


Faktor genetic yang dimiliki oleh sel tumor jika memilki peran dalam timbulnya
proses kejang. Sebagai contoh, ekspresi gen tumor LGI1 berkontribusi dalam
mempercepat pertumbuhan sel tumor disertai peningkatan aktivitas potensial aksi

Universitas Sumatera
2

sel-sel normal disekelilingnya. Perubahan genetik dari sel tumor itu sendiri juga
dapat menjadi focus eksitatorik yang berperan dalam proses terjadinya kejang.

2.6 Citra

Citra (image) merupakan gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Citra
merupakan fungsi continue dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi,
maksudnya sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembalisebagian
dari berkas cahaya tersebut kemudian pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat
optik, misalnya mata manusia, kamera, pemindai (scanner), dan sebagainya sehingga
bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam13. Citra sebagai keluaran dari
suatu sistem perekaman data dapat bersifat:

a. Optik berupa foto

b. Analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi

c. Digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetic

2.6.1 Format Citra

Format citra didalam file itu ada beberapa jenis diantaranya jpg, gif dan bmp. Jpg
dan gif umumnya di kompresi sedangkan bmp tidak, oleh karena itu kualitas gambar
dari bmp lebih bagus dikarenakan tidak ada informasi yang hilang maka format
berkas bitmap akan lebih mudah digunakan karena data asli lebih banyak
dipertahankan13. Terjemahan bebas dari bitmap (BMP) adalah pemetaan bit.
Artinya, nilai intensitas pixel didalam citra dipetakan kesejumlah bit tertentu. Peta
bit yang umum adalah 8, artinya setiap pixel panjangnya 8 bit. 8 bit ini
merepresentasikan nilai intensitas pixel. Dengan demikian ada sebanyak 28 = 256
derajat keabuan, yang dimulai dari 0 sampai 255 (Munir, 2004). Citra dalam format
BMP ada tiga macam, yakni: citra biner, citra berwarna, dan citra hitam-putih
(grayscale). Citra biner hanya mempunyai dua nilai keabuan, 0 dan 1. Oleh karena
itu, 1 bit sudah cukup untuk merepresentasikan nilai piksel. Citra berwarna adalah
citra yang lebih umum. Warna yang terlihat pada citra bitmap merupakan kombinasi

Universitas Sumatera
2

dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Setiap pixel disusun oleh tiga
komponen warna: R (red), G (green), dan B (blue). Pada citra hitam-putih
(grayscale), nilai R = G = B untuk menyatakan bahwa citra hitam-putih (grayscale)
hanya mempunyai satu nilai kanal warna setiap pikselnya, nilai tersebut digunakan
untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam,
keabuan dan putih. Tingkatan keabuan disini merupakan warna abu yang memiliki
tingkatan dari warna hitam hingga mendekati warna putih. Nilai 0 mewakili keadaan
gelap atau warna hitam, sedangkan nilai maksimum mewakiliintensitas sangat
terang atau warna putih. Citra grayscale umumnya adalah citra 8 bit 13. CT Scan
merupakan salah satu satu contoh citra grayscale di bidang biomedis yang banyak
memiliki informasi bagi dunia kedokteran untuk mendiagnosis dan mengevaluasi
data kesehatan dari pasiennya. Pada penelitian kasus ini akan menggunakan citra CT
Scan tumor otak yang akan di ubah ke format berkas bitmap (BMP).

2.6.2 Citra CT Scan

Citra CT Scan diperoleh dari suatu alat diagnostic yaitu CT (computer


tomography) Scanner. CT (computer tomography) Scanner adalah alat diagnostic
dengan teknik radiografi yang menghasilkan gambar potongan tubuh secara
melintang berdasarkan penyerapan sinar-x pada irisan tubuh yang ditampilkan pada
layar monitor tv hitam putih. Computer Tomography (CT) biasa juga disebut
Computed axial tomography (CAT), computer-assisted tomography, atau (body
section roentgenography) yang merupakan suatu proses yang menggunakan digital
processing untuk menghasilkan suatu gambaran internal tiga dimensi suatu obyek
dari satu rangkaian sinar x yang menghasilkan gambar dua dimensi. Kata
"tomography" diperoleh dari bahasa Yunani yaitu tomos (irisan) dan graphia
(gambarkan)14.

CT Scanner dapat menghasilkan gambar-gambar yang sangat akurat dari


objek-objek di dalam tubuh seperti tulang, organ, dan pembuluh darah. Gambar-
gambar ini sangat berguna dalam mendiagnosa berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, stroke, kelainan organ reproduktif, dan kelainan gastrointestinal.

Universitas Sumatera
2

Citra yang dihasilkan CT Scanner jauh lebih detail dibanding citra yang diperoleh x-
ray biasa.

Prinsip dasar CT scanner mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi
terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra atau gambar.
Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh
citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak overlap (tumpang
tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra
yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan
oleh teknik radiografi konvensional.

CT Scan memiliki beberapa kelebihan dibanding x-ray biasa. Citra yang


diperoleh CT Scan beresolusi lebih tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat
difokuskan pada satu organ atau objek saja, dan citra perolehan CT Scan
menunjukkan posisi suatu objek relatif terhadap objek-objek di sekitarnya sehingga
dokter dapat mengetahui posisi objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-
kelebihan tersebut telah membuat CT Scan menjadi proses radiografis medis yang
paling sering direkomendasikan oleh dokter dan, dalam banyak kasus, telah
menggantikan proses x-ray biasa secara total.

2.6 Pengolahan Citra

Sebuah citra kaya akan informasi, apalagi dari sebuah citra CT Scan tumor
otak yang sudah dijelaskan sebelumnya, namun walaupun demikian citra yang kita
miliki seringkali mengalami penurunan mutu (degradasi), misalnya mengandung
cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring),
dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit untuk di
interpretasikan karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi
berkurang oleh karena itu citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang
kualitasnya lebih baik maka harus adanya pengolahan citra (image processing)13.

Universitas Sumatera
2

Operasi dalam pengolahan citra ini ada banyak ragamnya, namun secara
umum, operasi pengolahan citra ada beberapa jenis, diantaranya perbaikan kualitas
citra (image enhancement), pemugaran citra (image restoration), pemampatan citra
(image compession), pengorakan citra (image analysis), rekonstruksi citra (image
reconstruction) dan segmentasi citra (image segmentation) 13. Pada penelitian kasus
tugas ini akan menggunakan operasi dari segmentasi citra.

2.6.3 Citra Tumor Otak

Tumor otak adalah jaringan sel yang tumbuh dan berkembang tidak terkontrol.
Tumor otak yang beradadi dalam kepala akan menganggu fungsi normal otak dan
akan meningkatkan tekanan pada otak sehingga mengakibatkan sebagian jaringan
otak akan mengalami kemunduran, mendesak rongga tengkorak dan menyebabkan
kerusakan jaringan. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO membagi tipe tumor
otak sebanyak 120 jenis dengan kriteria tumor otak didasarkan Anaplasia. Anaplasia
adalah cara pertumbuhan sel tumor dimana semakin rendah derajat anaplasia
mengindikasikan pertumbuhan tumor lebih lambat [11]. Citra tumor otak dihasilkan
melalui alat pemeriksaan yang disebut CT Scan secara spesifik untuk memperkuat
diganosa dan mengetahui letak tumor otak tersebut. CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak.
Beberapa jenis tumor otak akan terlihat lebih nyata ketika pemeriksaan CT Scan
disertai pemberian zat kontras dan deteksi tepi. Diagnosis penyakit tumor otak oleh
para dokter menggunakan cara yang manual yaitu dengan melihat citra (image) yang
dihasilkan oleh alat pencitraan medis. Hasil citra tersebut biasanya terdapat
gangguan (noise) sehingga dibutuhkan sebuah alat bantu pengolahan citra berbasis
komputer untuk dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mendiagnosis
penyakit tumor otak [2].

Universitas Sumatera
2

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RS. Bhayangkara TK II Medan Sumatera Utara.

3.2 Metode

Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data di Rumah Sakit Bhayangkara


TK II Medan Sumatera Utara selama satu bulan. Populasi dari penelitian ini
merupakan seluruh kasus penderita tumor otak. Sampel penelitiaan merupakan
data yang memenuhi kriteria inklusi yaitu merupakan kasus tumor otak yang
terdiagnosis secara histopatologis, melakukan pemeriksaan CT Scan dengan
menggunakan konstras Iopamidol untuk memperjelas lokasi tumor dengan alat
CT- Scan Thosiba 80 Slice, dan teregistrasi di bagian Rekam Medik RS
Bahyangkara TK ll Medan. Penelitian ini melihat beberapa variabel yaitu berupa
usia saat didiagnosis tumor otak secara histopatologi, jenis kelamin, tanda dan
gejala, modalitas terapi yang diterima, lokasi tumor dan tipe tumor secara
histopatologi berdasarkan panduan WHO 2007.

Tindakan eksaminasi CT-scan kepala adalah pemeriksaan umum yang banyak


dilakukan di rumah sakit. Data CT dikumpulkan dari pasien dikirim ke Unit
Radiologi Di Rumah Sakit Bhayangkara TK II Medan. Data yang digunakan
dalam penelitian ini diperoleh dari pasien yang menjalani pemeriksaan CT-Scan
otak.

3.3 Prosedur Pengambilan data scan

- Melepaskan perhiasan, kacamata, dan alat pendengaran yang digunakan


pasien ( apabila ada).
- Pasien dibaringkan diatas meja CT- Scan dengan arak kepala ke arah tabung.
- Dihidupkan perangkat CT Scan beserta dengan monitor alat.

Universitas Sumatera
2

- Gentri akan berputar sesuai arah scanner, dan scanner akan berputar pada
tubuh pasien . Gentri ini akan berputar sembari scanner menangkap gambar.
- Akan ada tanda pemberitahuan untuk di lakukan Scan pada pasien, dengan
tanda lampu pada kyboort berkedip.
- Data hasil scan akan di kirim dari gentri ke monitor Ct-Scan, sampai di
monitor hasil akan disimpan dalam bentuk file di computer.

3.4 Diagram Alir Penelitian

MULAI

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

PASIEN DIBARINGKAN PADA MEJA CT SCAN

PERANGKAT CT SCAN DIHIDUPKAN

MEJA DI POSISIKAN SESUAI ARAH SCANNER

DATA DIANALISIS
DATA
BERUPA

HASIL

KESIMPULAN
BAB IV

Universitas Sumatera
2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENELITIAN

a. Persiapan CT-Scan Kepala

4.1 Persiapan Ct-Scan kepala

Dalam hal ini alat di persiapkan untuk siap dan layak di pergunakan untuk CT-Scan
kepala, dalam mencari suatu kelainan secara sistematis, sejumlah teknik dapat
digunakan dalam manilai gambaran CT Scan kepala. Beberapa pakar
merekomendasikan teknik conter -out, di mana penilaian dimulai dari bagian tengah
otak ke luar. pakar yang lainnya menganjurkan pendekatan berorientasikan masalah,
yaitu berdasarkan riwayat klinis untuk mengarahkan pemeriksa pada bagian tertentu
dari hasil scan. Gambaran tumor pada CT-scan dapat tampak hipodens, isodens, atau
hiperdens. Hampir semua tumor mengalami penyangatan (enhancement) dengan
pemberian kontras.

Universitas Sumatera
2

4.1.1 Gambaran hasil Ct-Scan kepala

normal a.Data pasien

Nama : Novita Sari

Umur : 27 Tahun

No.Rm 090978

Keluhan : Sering merasa pusing

HASIL GAMBARAN

Gambar 4.1.1 Hasil Gambaran Normal

Dari gambar 4.1.1 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, slice 2 sampai dengan ke 19 memperlihatkan infratentoriol pons, cerebellum
dan ventricle IV tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline shift,
ventricular system dan contrical sulci dalam kondisi normal. Tidak ada benda asing
yang tumbuh atau menetap serta tidak terjadinya pendarahan dan tidak ada di
temukan tanda-tanda tumor pada hasil ct scan. Jadi dapat di simpulkan hasil CT
Scannya normal, dan tidak semua yang mengalami gejala seling pusing akan ada di
temui kelainan pada pemeriksaan Ct-Scan.

Universitas Sumatera
2

4.1.2 Gambaran Ct- Scan Kepala kelainan Awal


a.Data pasien

Nama : Pengulihen Br. S (F)


Umur : 89 Tahun
No.Rm 012115
Keluhan : Sakit kepala yang sering berulang + bagian tubuh lemah +
Riwayat struke + Sering Mual.
Pasien datang kerumah Sakit Bhayangkara TK ll Medan ke bagian IGD di damping
keluarga dengan keluhan pasien sakit kepala yang berulang kurang lebih 1 tahun
lebih sudah di alami pasien, dengan riwayat penyakit sebelumnya Struke iskemik
bagian kanan. Pasien di anjurkan untuk di lakukan Ct-Scan Kepala di bagian
Radiologi.
HASIL GAMBARAN

Gambar 4.1.2 Di temukan Lesi heterogen pada frontal kiri


Dari gambar 4.1.2 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline shift, ventricular system dan
contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi tampak lesi heterogen dan klasifikasi
pada frontal kiri pada slice 6 sampai dengan ke 13 dengan ukuran 2,3 x 3 cm yang
di ukur pada slice ke 11. Dari hasil Ct-scan kepala tersebut dapat di simpulkan oleh
dokter Radiologi dr. Rudolf Hamonangan PakPahan Sp.Rad bahwa menunjukkan
adanya tanda-tanda tumor di otak.

Universitas Sumatera
3

4.1.3 Ganbaran Ct-Scan Kepala


Lanjutan. a.Data pasien

Nama : Pengulihen Br. S ( F )


Umur : 89 Tahun
No.Rm 012115
Keluhan : Pemeriksaan lanjutan Setelah Pemberian Obat oleh dokter
Spesialis bedah. Dengan riwayat sebelumnya Suspect Tumor
Otak.
Pasien datang kembali setelah 1 bulan pemberian terapi obat yang di konsumsi di
rumah secara rutin yang di resepkan oleh dokter Spesialis Bedah, pasien datang di
damping oleh keluarga. Pasien masih merasakan keluhan yang sama seperti sakit
kepala dan mual dan semakin hari semakin sakit yang bisa buat pingsan, dari dokter
IGD membuat surat permintaan Ct – Scan kepala atas petunjuk dokter DPJP pasien,
pasien di bawa kerungan radiologi untuk di lakukan Ct- Scan.
HASIL GAMBARAN

Gambar 4.1.3 Di temukan Lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri.
Dari gambar 4.1.3 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV tampak
normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricular system
dan contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri pada slice ke 11 sampai dengan ke 19 dengan ukuran 4
x 3,2 cm yang di ukur pada slice ke 13, Dari hasil Ct-Scan tersebut dokter radiologi
dr. Rudolf Pakpahan Sp.Rad menyimpulkan bahwa perkembangan dari tumor sudah
meluas.

Universitas Sumatera
3

4.1.3 Gambaran Ct-Scan menggunakan kontras


media a.Data pasien

Nama : Pengulihen Br. S ( F )


Umur : 89 Tahun
No.Rm 012115
Keluhan : Pemeriksaan lanjutan menggunakan kontras media Dengan
riwayat sebelumnya Suspect Tumor Otak.
Pasien di mintak kembali untuk Ct-Scan kepala menggunakan kontras media
iopamiro yang di masukkan dari pembulu darah vena, dengan perbandingan 1:1
yaitu 1 kg berat badan dengan 1 cc kontras media. Sebelum pemberian kontras
media pasien di skin tes di atas kulit untuk melihat reaksi obat pada pasien agar
menghindari alergi obat pada pasien.
HASIL GAMBARAN

Gambar 4.1.4 Di temukan Lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri

Dari gambar 4.1.4 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV tampak
normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricle lateralis kiri
sebagian tertekan. Cortical sulci obliterated. Terdapat lesi heterogen dan klasifikasi
pada frontal kiri dari slice ke 8 sampai dengan 16,dengan ukuran 5,2 x 4,4 x 3,9
cm di ukur pada slice ke 10, dari hasil ukuran tumor setelah di berikan kontras
media dokter radiology dr. Rudolf Hamonangan pakpahan Sp.Rad dapat
menyimpulkan bahwa tumor ini sudah mengarah ke tumor ganas (kancer).

Universitas Sumatera
3

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pengobatan tumor otak sangat tergantung dari jenis, ukuran, lokasi, dan
penyebaran tumor. Kondisi fisik dan kesehatan secara umum juga dipertimbangkan
(ada tidaknya penyakit lain, misalnya penyakit jantung, paru-paru, dan lain-lain).
Pada tumor jinak, operasi mungkin menjadi satu-satunya pengobatan untuk
mengangkat tumor. Namun pada tumor ganas, biasanya operasi diikuti dengan terapi
radiasi atau kemoterapi. Terapi radiasi atau kemoterapi memastikan agar sel-sel
kanker yang tersisa setelah pembedahan bisa terbunuh seluruhnya sehingga kanker
tidak kambuh lagi.
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer
ataupun merupakan metastase dari tumor pada organ lainnya. Tumor otak
memberikan permasalahan klinis yang berbeda dengan tumor lain karena efek yang
ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan
gangguan fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan
sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang
ditimbulkan oleh tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor
berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang
tertutup dengan ukuran tetap.
Dari gambar 4.1.1 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, slice 2 sampai dengan ke 19 memperlihatkan infratentoriol pons,
cerebellum dan ventricle IV tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline
shift, ventricular system dan contrical sulci dalam kondisi normal. Tidak ada benda
asing yang tumbuh atau menetap serta tidak terjadinya pendarahan dan tidak ada di
temukan tanda-tanda tumor pada hasil ct scan. Jadi dapat di simpulkan hasil CT
Scannya normal, dan tidak semua yang mengalami gejala seling pusing akan ada di
temui kelainan pada pemeriksaan Ct-Scan
Dari gambar 4.1.2 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline shift, ventricular system dan
contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi tampak lesi heterogen dan klasifikasi

Universitas Sumatera
3

pada frontal kiri pada slice 6 sampai dengan ke 13 dengan ukuran 2,3 x 3 cm yang
di ukur pada slice ke 11. Dari hasil Ct-scan kepala tersebut dapat di simpulkan oleh
dokter Radiologi dr. Rudolf Hamonangan PakPahan Sp.Rad bahwa menunjukkan
adanya tanda-tanda tumor di otak.
Dari gambar 4.1.3 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricular
system dan contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri pada slice ke 11 sampai dengan ke 19 dengan ukuran 4
x 3,2 cm yang di ukur pada slice ke 13, Dari hasil Ct-Scan tersebut dokter radiologi
dr. Rudolf Pakpahan Sp.Rad menyimpulkan bahwa perkembangan dari tumor sudah
meluas.
Dari gambar 4.1.4 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricle
lateralis kiri sebagian tertekan. Cortical sulci obliterated. Terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri dari slice ke 8 sampai dengan 16,dengan ukuran 5,2 x
4,4 x 3,9 cm di ukur pada slice ke 10, dari hasil ukuran tumor setelah di berikan
kontras media dokter radiology dr. Rudolf Hamonangan pakpahan Sp.Rad dapat
menyimpulkan bahwa tumor ini sudah mengarah ke tumor ganas (kancer).

Universitas Sumatera
3

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAB

5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Bahwa pada keadaan normal pada otak dari hasil CT-San kesan SOL (space
occupying lession) seperti abses yang menunjukkan teridentifikasinya adanya
kelainan pada otak tidak terlihat.
2. Dengan ditambahkan kontras maka ukuran tumor pada otak semakin terlihat
dengan jelas. Pada lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri dengan
ukuran 2,3 x 3 cm, ini menunjukkan bahwa belum terbentuk massa padat,
kalsifikasi pada frontal kiri. Untuk lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal
kiri dengan ukuran 4 x 3,2 cm ini dari data ini menunjukan terbentuknya
tumor pada otak, dimana tampak efek massa, midline shift kekanan memberi
arti bahwa telah terjadi pergeseran garis tengah otak akibat dorongan massa
ataupun karena pembengkakan jaringan Pada ukuran 5,2 x 4,4 x 3,9 cm
dicerrebelum kiri terdapat lesi padat, bercak kalsifikasi (+), lobulated
menyangat heterogen pasca pemberian kontras Iopamiro dengan
perbandingan pemberian kontras media 1:1.
3. Semakin bertambahnya ukuran yang terbentuk menunjukan semakin besar
pertumbuhan tumor pada otak.

5.2 SARAN
- Sebagai saran dalam penelitian ini sebaiknya untuk mendapatkan data yang
lebih akurat, sebaiknya melakukan pemeriksaan tambahan yang disebut
dengan biopsy jaringan agar data dengan pemeriksaan dibawah mikroskop.
dapat mengetahui apakah seseorang mengalami kanker atau tidak, dan
apakah suatu benjolan merupakan tumor ganas (kanker) atau tumor jinak.

Universitas Sumatera
3

DAFTAR PUSTKA

1. Philip Theodosopoulus. Brain Tumor: an Introduction. Mayfield Clinic. 2013:


http://www.mayfieldclinic.com

2. Manoj L, Kalyani M, Jyothi K, Bhavani GG, Govardhani V. Review of brain and


brain cancer treatment. International journal of Pharma and Bio Sciences. 2011;1(2):
468-477

3. Ausman. Intracranial neoplasma in AB Berker (ed.) Clinical neurology.


Philadelphia: Harper & Row. 1987: 649-659

4. Gan You, Zhiyi Sha, Tao Jiang. The pathogenesis of tumorrelated Epilepsy and
its Implications for Clinical Treatment. J. Seizure. 2012;21: 153-159

5. Black BP. Brain tumor review article. Nejm. 1991;324: 1471- 14716. Van
Breemen MS, Wilms EB, Vecht CJ. Epilepsy and Patiens with Brain tumors:
Epidemiology, Mechaanisms, and management. Lancet Neurol. 2007;6: 421-30

6. Minn Y, Bondy M, Wrensch M. Epidemiology in Bernstein M, Berger MS. (Eds).


Neuro-Oncology The Essential. 2nd Edition. Thieme.

7. Katharine AM. Epidemiology of Brain Tumors. NeurolClin 2016;34:981-988.

8. Coureau G, Bouvier G, et al. Mobile phone use and brain tumours in the
CERENAT case-control study. Occup Environ Med 2014;0:1–9

10. Beaumont A, Whittle IR. The pathogenesis of tumor associated apilepsy. Acta
Neurochir. 2000;142:1-15

11. Rosati A, Tomassini A, Pollo B, Ambrosi C, Schwart A, Padovani, et al.


Epilepsy in cerebral glioma: timing of appearance and histological correlations. J
Neuroncol. 2009; 93: 395-400

12. Wolf HK, Roos D, Blumcke I, Pietsch T, Wiestler OD. Perilesional


neurochemical changes in focal epilepsies. Acta Neuropathol. 1996;91: 376-84

Universitas Sumatera
3

13. Munir & Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital Dengan Pendekatan
Algoritmik. Bandung: Penerbit Informatika

14. Ramadhani Putri. 2006. Elektronika Kedokteran “CT Scanner”.


Makassar:Universitas Hassanudin

Universitas Sumatera
3

LAMPIRAN

ALAT CT – SCAN THOSIBA 80 SLICE

Universitas Sumatera
3

BUKTI UK ( UJI KESESUAIAN ALAT )

Universitas Sumatera
3

HASIL NORMAL

Universitas Sumatera
4

GAMBARAN FLIM NORMAL

Universitas Sumatera
4

HASIL KELAINAN

Universitas Sumatera
4

GAMBARAN FLIM KELAINAN

Universitas Sumatera
4

HASIL KELAINAN LESI

Universitas Sumatera
4

GAMBARAN LESI DI FLIM

Universitas Sumatera
4

HASIL BACAN SETELAH DI BERI KONTRAS MEDIA

Universitas Sumatera
4

HASIL FLIM CT SCAN KEPALA KONTRAS

Universitas Sumatera
4

Universitas Sumatera

Anda mungkin juga menyukai