Makalah
Makalah
CT SCAN 80 SLICE
SKRIPSI
FRANKY
SIHOTANG
180821006
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Universitas Sumatera
ANALISA TUMOR OTAK DENGAN MENGGUNAKAN
CT SCAN 80 SLICE
SKRIPSI
FRANKY SIHOTANG
180821006
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
Universitas Sumatera
i
PERNYATAAN
SKRIPSI
Saya mengaku skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Franky Sihotang
180821006
Universitas Sumatera
ii
Universitas Sumatera
iii
ABSTRAK
Universitas Sumatera
iv
ABSTRACT
Analysis has done research on a tumor of the brain scan using ct- 80 slice.This
report is written in the hospital polda bhayangkara north sumatra.By the use of a
slice 80 ct-scan thoshiba obtained that under normal conditions in the brain from
the ct-scan sol impression menduduki space ( lession ) as an abscess showing a
disorder in teridentifikasinya the brain is not look.Contrast with added lopamiro
so size tumor on the plain to see with the brain lesions heterogeneous and
classification in the left in size frontal x 2,3 cm 3 unsettled a solid mass, calcified
left in frontal, 4 x cm 3,2 looked effect mass, garis tengah shift kekanan and
measures 5,2 x x 4,4 cm 3,9 dicerrebelum left is solid lesions, calcified patches (
+ ), lobulated menyangat heterogeneous after the contrast.
Universitas Sumatera
v
PENGHARGAAN
Segala puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus
Kristus karena atas penyertaan dan kasih karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisa Tumor Otak Dengan
Menggunakan Ct Scan Thosiba 80 Slice.” Yang merupakan tugas dan
persyaratan dalam menempuh Program Studi S-1 Fisika di Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera
vi
8. Para sahabat penulis, Hartono, Marlon, Bang Antoni, Firli, Meri, yang
memberikan semangat dan dukungan selama studi dan penyelesaian
skripsi ini.
9. Para teman Fisika Ekstensi 2018, terima kasih atas kenangannya.
Franky Sihotang
180821006
Universitas Sumatera
vi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK iii
PENGHARGAAN v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Permasalahan 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Sitematika Penulisan 4
Universitas Sumatera
vi
Bab V PENUTUP 34
5.1 Kesimpulan 34
5.2 Saran 34
DAFTAR PUSTAK 36
LAMPIRAN
Universitas Sumatera
1
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Sumatera
2
dibutuhkan jasa dari dokter yang merupakan pakar dibidang medis. Oleh karena itu
peneliti ingin melakukan penelitian tentang “ Analisis Tumor Otak Dengan
Menggunakana Ct Scan Toshiba 80 Slice”
1. Diagnosa yang dilakukan hanya pada penyakit tumor otak, dengan melihat
bentuk dan besaran dari tumor itu sendiri.
2. Pengamatan dan evaluasi kajian tumor otak menggunakan CT-Scan Toshiba
80 slice.
3. Pengamatan dilakukan dengan mengidentifikasi nilai densitas dan kontras
dari tumor itu sendiri.
Universitas Sumatera
3
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisikan teori yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
kutipan buku yang berkaitan dengan penyusunan laporan skripsi serta beberapa
literature review yang berhubungan dengan penelitian.
Bab ini berisikan gambaran dan sejarah singkat Perguruan Tinggi Raharja,
struktur organisasi, permasalahan yang dihadapi, alternatif pemecahan masalah,
analisa proses, UML (Unified Modelling Language) sistem yang berjalan, serta
elisitasi tahap I, elisitasi tahap II, elisitasi tahap III, dan final draft elisitasi.
Universitas Sumatera
4
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan
optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
otak
Otak merupakan alat untuk memproses data tentang lingkungan internal dan
eksternal tubuh yang diterima reseptor pada alat indera (seperti mata, telinga, kulit,
dan lain-lain). Data tersebut dikirimkan oleh urat saraf yang dikenal dengan system
saraf keseluruhan. System saraf ini memungkinkan seluruh urat saraf mengubah
rangsangan dalam bentuk implus listrik. Kemudian implus listrik dikirim ke pusat
system saraf, yang berada di otak dan urat saraf tulang belakang. Disinilah data
diproses dan direspon dengan rangsangan yang „‟cocok‟‟. Biasanya dalam tahap ini
timbul saraf efektor, yang berfungsi untuk mengirim implus saraf ke otot sehingga
otot berkontraksi atau rileks.
Di dalam jaringan system saraf pusat terdapat hirarki control. Banyak rangsangan
sederhana berhubungan dengan tindakan refleks/aksi spontan (misalnya, dengan
cepat kita mengibaskan tangan saat menyentuh piring panas). Otak tidak terlibat
langsung dalam proses „‟identifikasi‟‟ mengenai tindakan refleks. Tapi, tindakan
refleks tersebut diproses di saraf tulang belakang. Meskipun otak tidak terlibat
langsung dalam proses yang berhubungan dengan aksi spontan, tetap saja kita akan
mencerna data/rangsangan yang dipersepsi alat indera.
Universitas Sumatera
6
ini adalah fungsi yang rumit yang terjadi di otak. Bernafas, keseimbangan, menelan,
dan mencerna terjadi, karena fungsi „‟otomatis‟‟ otak. Dan kita tidak menyadari
bahwa proses tubuh tersebut membutuhkan control yang „‟lembut‟‟ dan teknik
mengatur yang baik. Otak „‟purba‟‟ mengontrolnya secara relatif. Misalnya, kita
akan menoleh jika seseorang memanggil nama kita di jalan. Aksi tersebut dikontrol
oleh bagian otak yang „‟lebih baru‟‟. Otak dan urat saraf tulang belakang dilindungi
oleh tulang (tengkorak dan tulang belakang secara berurutan) dan dikelilingi oleh
cairan otak, yang berfungsi sebagai alat penahan goncangan.
Otak nampak seperti sebuah „‟kembang kol‟‟ yang beratnya rata-rata 1,2 kg pada
laki-laki dan 1 kg pada perempuan. Otak dapat dibagi ke dalam tiga bagian umum,
yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Anehnya nama bagian-bagian
tersebut tidak berdasarkan letaknya pada otak (contohnya otak depan tidak berada di
bagian depan). Tapi, nama bagian-bagian tersebut didasarkan pada posisi saat
manusia masih berbentuk embrio. Kemudian posisi bagian-bagian otak tersebut
berubah selama perkembangan janin dalam kandungan.
Otak Belakang terletak di dasar kepala, terdiri dari empat bagian fungsional,
yaitu medulla oblongata, pons, bentuk reticular (reticular formation),
dan cerebellum.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol funsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan „‟stasiun pemancar‟‟ yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi reticular. Ponslah yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.
Formasi Reticular memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan
perhatian Anda. Formasi reticular seolah-olah berfungsi untuk „‟mengaktifkan‟‟
bagian lain dalam otak.
Selain bagian-bagian yang telah disebutkan tadi, ada juga bagian yang
dinamakan cerebellum dengan banyak lilitannya. Cerebellum disebut juga otak
Universitas Sumatera
7
kecil yang berkerut sehingga hampir seperti otak besar (otak secara
keseluruhan). Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak. Tapi,
sebenarnya fungsi tersebut perlu „‟dipelajari‟‟ dan dilatih, seperti keseimbangan
dan koordinasi. Misalnya saat berjalan, apabila jalan yang kita lalui sudah biasa
dilewati, maka tanpa berpikirpun, kita sudah bisa sampai ditujuan. Itulah salah
satu kegunaan cerebellum, yang berfungsi sebagai kendali/ control atas gerakan
kita.
Otak Tengah merupakan pusat saraf dalam lingkup kecil. Otak tengah adalah
lanjutan dari formasi reticular dan merespon pendengaran dan pengelihatan (seperti
gerak mata). Otak tengah tampaknya lebih „‟penting‟‟ fungsinya pada hewan
mamalia daripada manusia, karena pada manusia yang lebih dominan digunakan
adalah otak depan. Otak tengah adalah bagian terbesar pada otak. Bagiannya yang
paling utama adalah korteks yang mengandung kurang lebih 10 miliar saraf dan
terletak pada lapisan luar otak. Otak tengah juga merupakan „‟puncak‟‟ fungsional
otak yang respon terhadap fungsi yang „‟lebih rumit‟‟, tindakan sengaja, dan
kesadaran.Adapun bagian-bagian penting otak depan adalah thalamus,
hypothalamus, dan system limbic.
Thalamus terdiri dari sejumlah pusat saraf dan berfungsi sebagai „‟tempat
penerimaan‟‟ untuk sensor data dan sinyal-sinyal motorik. Contohnya untuk
mengirim data dari mata dan telinga menuju bagian yang tepat dalam
korteks.
Universitas Sumatera
8
Di antara pusat otak dan korteks terletak system limbic (limbic berasal dari
bahasa Latin yang berarti batas). Anatomi system limbic ini hampir seperti
hypothalamus. System limbic memungkinkan kita mengontrol insting/naluri
kita. Misalnya, kita tidak serta merta memukul seseorang yang tidak sengaja
menginjak kaki kita. System limbic terdiri dari tiga bagian utama,
yaitu amygdala dan septum yang berfungsi mengontrol kemarahan, agresi,
dan ketakutan, serta hippocampus yang penting dalam merekam memori
baru.
Korteks (korteks cerebral) adalah helaian saraf yang tebalnya kurang dari 5
mm, tapi luas bagiannya mencapai 155cm. korteks menyusun 70 persen
bagian otak. Lipatan korteks yang erat kaitannya dengan tengkorak manusia
membuat otak tampak berkerut. Saraf dalam korteks memproses data. Warna
korteks kelabu (inilah alasan mengapa korteks diistilahkan dengan
„‟benda/zat kelabu‟‟ –the grey mater). Korteks pun secara luas berhubungan
satu sama lain (dengan bagian dalam otak). Jaringan panjang yang
menghubungkan bagian-bagian terpisah (secara luas) pada otak tersusun dari
saraf yang tertutup penyekat berlemak yang disebut myelin. Myelin membuat
jaringan tersebut berwarna putih (disebut juga „‟benda/zat putih‟‟)Korteks
mempunyai sejumlah struktur dan bagian-bagian fungsional. Yang paling
nyata dari pembagian ini adalah belahan kiri dan kanannya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa kedua belahan otak dihubungkan oleh sebuah
„‟bundel serat tebal‟‟ yang disebut corpus callosum. Corpus callosum membantu
menyatukan aktivitas otak (memberitahu otak kiri tentang apa yang dilakukan otak
kanan, juga sebaliknya). Pembagian penting lainnya dalam korteks adalah empat
buah lobus atau cuping, yaitu temporal, frontal, occipital, dan parietal.
Universitas Sumatera
9
Universitas Sumatera
1
Gelombang Beta
Kondisi konsentrasi penuh, tersadarkan, waspada tingkat tinggi, kognisi. Berkenaan
dengan kecemasan, sakit, perasaan terpisah, pola respon lari atau lawan.
Gelombang Alfa
Kondisi yang ideal untuk pembelajaran super (Quantum Learning/Super Learning),
fokus dengan relaks, peningkatan produksi serotonin.
Universitas Sumatera
1
Gelombang Teta
Kondisi mengantuk yang berat. Terjadi peningkatan produksi katekolamin,
peningkatan kreativitas, integratif, pengalaman emosional. Terjadi potensi
perubahan perilaku, imajinasi, meditasi mendalam. Aktivitas tidur dengan mimpi
terkadang bisa digolongkan ke dalam gelombang ini.
Gelombang Delta
Kondisi tidur tanpa mimpi. Terjadi pelepasan hormon pertumbuhan, kondisi serupa
trans sangat dalam, hilangnya sensasi fisik.
2.1.3 Memori
Memori adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengingat
informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori merupakan
kumpulan apa yang diingat sehingga memberikan kemampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi serta memberikan kontrol dari penggunaan pengalaman masa
lalu terhadap perilaku saat ini dan pengolahan berpikir di masa yang akan datang.
Memori merupakan salah satu bagian dari fungsi kognitif sehingga sangat penting
dalam proses belajar. Individu yang memiliki fungsi memori yang baik maka pada
umumnya memiliki kemampuan belajar yang baik pula. Kognisi atau cognition
merujuk kepada tindakan dan proses “mengetahui”, serta kesadaran dan penilaian.
Fungsi kognitif memuat kemampuan berpikir rasional termasuk proses belajar,
mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan. Hal ini meliputi :
bagaimana seseorang memperoleh informasi, bagaimana informasi itu kemudian
direpresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana
pengetahuan itu disimpan di dalam ingatan kemudian dimunculkan kembali, dan
bagaimana pengetahuan itu digunakan seseorang untuk mengarahkan sikap-sikap
dan perilaku-perilakunya.
Klasifikasi Memori
Memori merupakan suatu kesatuan dalam sirkuit neuroanatomikal yang mana tidak
dapat bekerja sendiri. Memori dibagi menjadi memori deklaratif dan memori non-
deklaratif.
Universitas Sumatera
1
Memori Deklaratif
Memori deklaratif atau memori eksplisit merupakan suatu sistem memori yang
dikendalikan secara sadar, sengaja, dan fleksibel. Memori deklaratif umumnya
melibatkan beberapa niat dan upaya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa fungsi
memori deklaratif menurun seiring dengan usia. Memori deklaratif berhubungan
dengan hipokampus dan lobus frontalis dimana kerusakan pada bagian ini akan
mempengaruhi memori deklaratif. Orang yang mengalami kerusakan pada
hipokampus akan mengalami kesulitan dalam membentuk memori jangka panjang
yang baru dan orang yang mengalami kerusakan lobus frontalis akan mengalami
gangguan pada memori kerja
a. Memori Kerja Working memory atau memori kerja yang belakangan sering
disamakan dengan memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori yang
memungkinkan kita untuk merencanakan dan melaksanakan suatu tindakan.
Misalnya saat menyelesaikan masalah aritmatika tanpa menggunakan kertas,
menyimpulkan suatu pendapat yang panjang, memproses informasi yang didapat di
kelas dan mengaksesnya untuk belajar dan mengasosiasikan untuk mendapatkan
informasi baru.
b. Memori Episodik Memori episodik merupakan suatu memori jangka panjang
yang menyimpan informasi tentang suatu kejadian spesifik yang berhubungan
dengan kehidupan seseorang. Memori ini digunakan untuk mengingat kejadian masa
lalu misalnya mengingat film yang ditonton minggu lalu atau nama buku yang
disarankan oleh dosen dan lain sebagainya.
c. Memori Semantik Memori semantik merupakan suatu memori jangka panjang
yang menyimpan pengetahuan umum, misalnya kosa kata dan fakta-fakta.
Memori Non-deklaratif
Memori non-deklaratif atau memori implisit merupakan sebuah sistem memori yang
mempengaruhi persepsi dan tingkah laku individu tanpa melihat pengetahuan,
kesadaran, ataupun keinginan. Memori ini tidak membutuhkan usaha ataupun
keinginan. Berbeda dengan memori deklaratif, memori non-deklaratif cenderung
tidak dipengaruhi dengan usia. Memori non-deklaratif diperantai oleh daerah
korteks, cerebellum, dan ganglia basalis. Kerusakan pada hipokampus dan lobus
Universitas Sumatera
1
Universitas Sumatera
1
dalam proses memori. Memori sensoris spesifik untuk indera tertentu dan dengan
waktu yang sangat singkat pula:
1. Memori ikonik untuk informasi visual, durasi 150-500 mdetik
2. Memori ekoik untuk informasi auditorial, durasi 1-2 detik
Informasi yang disimpan dari memori sensoris tidak berarti kecuali apabila
informasi tersebut diproses. Tujuan dari memori sensoris adalah untuk menyimpan
informasi di sekitar walaupun hanya untuk waktu yang singkat untuk diproses lebih
lanjut. Pengolahan informasi ini membutuhkan waktu dan akan sangat memudahkan
apabila informasi tersebut terus tersedia atau terus dipertahankan selama durasi
tersebut. b. Memori Jangka Pendek atau Short-term Memory Memori jangka pendek
atau short term memory atau memori kerja (working memory) merupakan ingatan
tentang fakta, kata, bilangan, huruf, atau informasi kecil lainnya yang bertahan
selama beberapa detik sampai satu menit atau lebih pada suatu waktu. Contoh
penggunaan memori jangka pendek adalah ketika seseorang ingin mengingat nomor
telepon dalam jangka waktu yang singkat dari buku telepon. Namun memori jangka
pendek biasanya hanya terbatas pada tujuh informasi kecil, sehingga apabila
beberapa informasi baru dimuat ke dalam simpanan jangka pendek maka informasi
lama akan tergantikan. Jadi setelah seseorang mengingat nomor telepon untuk kedua
kalinya, maka nomor yang pertama biasanya sudah terlupakan. Pada memori jangka
pendek informasi yang dibutuhkan langsung tersedia sehingga seseorang tidak perlu
mencari informasi tersebut di ingatannya seperti halnya memori jangka panjang.
Memori jangka pendek merupakan suatu sistem memori yang digunakan untuk
menyimpan dan memproses informasi yang sedang dipikirkan seseorang.. Informasi
dari memori sensorik yang telah diterima kemudian akan ditransfer ke penyimpanan
memori selanjutnya. Berbeda dengan memori sensorik yang memiliki kapasitas yang
sangat besar, memori jangka pendek memiliki kapasitas yang lebih kecil. Seluruh
informasi dari memori sensorik baik yang ikonik maupun ekoik tidak seluruhnya
menjadi memori jangka pendek, namun informasi ini akan dipilah dan diproses
untuk menjadi memori jangka pendek. Selain itu berbeda dengan memori sensorik
yang tidak membutuhkan kesadaran, memori jangka pendek membutuhkan
kesadaran.
Universitas Sumatera
1
Tumor otak terdiri dari tumor primer yaitu tumor yang berasal dari jaringan otak
sendiri. dan tumor sekunder (metastase) yang merupakan tumor yang berasal dari
daerah lain dan menyebar ke otak. Bagaimana pilihan tatalaksana tumor yang
tumbuh di otak tersebut sangat bervariasi bergantung pada tipe, ukuran, lokasi,
penyebaran tumor dan usia pasien saat tumor terdiagnosis, Tumor otak primer
merupakan pertumbuhanabnormal yang dimulai dari otak dan biasanya tidak
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Tumor otak primer dapat terdiri dari jenis
tumor benigna dan maligna. Tumor benigna biasanya berbatas tegas, dan jarang
menyebar. Meskipun tidak bersifat ganas, tumor jenis ini dapat mengancam jiwa jika
tumbuh di area vital. Sedangkan tumor maligna tumbuh dan menyebar dengan cepat
di bagian otak dan berbatas tidak tegas. Meskipun bersifat ganas, tumor jenis ini
jarang menyebar ke luar otak dan medula spinalis.1,2 Tumor otak sekunder
(metastatic) merupakan penyebaran dari kanker pada bagian lain dari tubuh dan
menyebar ke otak, misalnya tumor paru yang menyebar ke otak, ini disebut dengan
kanker metastase paru.1,2
1. Usia
Usia terbanyak pada usia > 50 tahun. Pola hidup tidak sehat pada usia muda akan
beresiko untuk terjadinya tumor otak di usia tua.
2. Genetik
Individu yang mempunyai kelainan genetik yang jarang misalnya pada Tuberous
Sclerosis, Neurofibromatosis tipe 1 dan 2, Li-Fraumeni Cancer Family Syndrome.
- Predisposisi Genetik. Hubungan antara tumor otak dengan kelainan lainnya
misalnya medulloblastoma dengan abnormalitas
Universitas Sumatera
1
1. Grade I
Pada stadium ini, tumor berkembang secara lambat, dengan sel yang tampak kecil
ataupun sel normal, dan jarang terlihat menyebar disekitar jaringan lunak lainnya.
Pada stadium ini tindakan operatif untuk mengangkat tumor masih sangat
dimungkinkan.1,2
2. Grade II
3. Grade III
Akan terlihat perbedaan yang jelas antara sel tumor dengan sel normal disekitarnya.
Tumor berkembang secara cepat dan seringkali menyebar ke jaringan lunak yang
lain.1,2
4. Grade IV
Pertumbuhan tumor terjadi secara sangat cepat dan agresif, dan sel tumor terlihat
berbeda dengan sel normal. Pada stadium ini, tumor sulit untuk diterapi.1,2
Berbagai gejala klinis dapat terjadi akibat tumor otak. Gejala awal dapat berupa
nyeri kepala yang dirasakan terus-menerus. Pada tahap lebih lanjut, akibat
pendesakan jaringan otak, pasien dapat mengalami tanda-tanda peningkatan tekanan
tinggi intrakranial. Bisa terjadi gangguan visus, hemiparesis dan gejala gangguan
serebral umum seperti perubahan perilaku, perubahan kemampuan berfikir,
Universitas Sumatera
1
kehilangan nafsu makan, dan kejang merupakan keadaan yang sering didapati pada
penderita tumor otak..1,2,3,5
1. Usia
Usia terbanyak pada usia > 50 tahun. Pola hidup tidak sehat pada usia muda akan
beresiko untuk terjadinya tumor otak di usia tua.
2. Genetik
- Individu yang mempunyai kelainan genetik yang jarang misalnya pada Tuberous
Sclerosis, Neurofibromatosis tipe 1 dan 2, Li-Fraumeni Cancer Family Syndrome. -
Predisposisi Genetik. Hubungan antara tumor otak dengan kelainan lainnya
misalnya medulloblastoma dengan abnormalitas
3. Riwayat kesehatan individu
- Nyeri kepala
Nyeri kepala bersifat ringan, episodik sampai berat, serta berdenyut. Umumnya
bertambah berat di malam hari dan pagi hari setelah bangun tidur dimana terjadi
peninggian tekana intrakranial. Nyeri kepala ditemukan 30% pada tumor otak,
sedangkan 70% ditemukan pada gejala lanjut.3,5
- Muntah
Terdapat pada 30% kasus dan umumnya menyertai nyeri kepala. Lebih sering
dijumpai pada tumor di fossa posterior, umumnya muntah bersifat proyektil dan
tidak disertai dengan mual.3,5
- Gejala Tekanan Tinggi Intrakranial
Keluhan nyeri kepala di daerah frontral dan oksipital yang timbul pada pagi hari dan
malam hari, muntah proyektil dn penurunan kesadaran. Jika papil udem ditemukan
perlu tindakan segera karena setiap saat dapat timbul ancaman herniasi.3
- Kejang
Kejang merupakan gejala yang sering terjadi pada penderita dengan lesi intracranial.
Kemungkinan adanya tumor otak perlu dicurigai bila kejang terjadi pada usia di atas
25s, kemudian pada penderita yang mengalami post iktal paralisis, dan terjadinya
status status epilepsi.3
Universitas Sumatera
1
Kejang merupakan gejala yang sering didapati pada penderita tumor otak. Bangkitan
epilepsi yang terjadi akibat tumor otak telah dibahas sejak abad 19; dimana John
Hugling Jackson merupakan orang yang pertama kali melaporkan hubungan
langsung antara kejang dan tumor otak. Kejang dapat saja terjadi sebagai gejala awal
dan bisa terus terjadi selama proses pengobatan terhadap tumor otaknya.3 . Kira-kira
30- 50% pasien dengan tumor otak mengalami kejang sebagai gejala awal dan
umumnya pasien dengan tumor otak primer lambat mengalami angka insiden kejang
mencapai 80-90%. Kejang yang terjadi umunya berupa kejang fokal dengan
generalisasi sekunder dan seringnya sulit diobati (refractory epileptic). Kejang yang
terjadi belakangan biasanya dapat juga diakibatkan prosedur tindakan bedah saraf
atau perkembangan lebih lanjut dari lesi abnormal intrakranial tersebut. Pengobatan
terhadap penderita tumor otak yang disertai dengan epilepsi tersebut umumnya
sangat kompleks dan membutuhkan pendekatan dari berbagai bidang. Karenanya di
samping sebagai penanda diagnosis tumor otak, kejang juga merupakan patokan
penting dalam menilai kualitas hidup pasien.Berbagai penelitian telah menunjukkan
hubungan antara awal timbulnya kejang dengan prognosis yang lebih baik.
Universitas Sumatera
1
tumor otak anak-anak. Tumor otak yang umum dipicu oleh radiasi adalah
meningioma, glioma, dan schwannoma.8
1. Histologi
Dari segi histologi kejang biasanya terjadi pada pasien pada tumor jinak seperti
disembriblastik neuroepitelial tumor, ganglioglioma dan oligodendroglioma.
Sementara pada tumor-tumor ganas seperti dan tumor metastase seperti glioblastoma
multiform kejang jarang terjadi. Penjelasan mengenai hal ini adalah pada tumor
jinak terjadi deferensiasi sel yang baik yang mampu mengeluarkan neurotransmitter
dan zat-zat modulator yang bersifat epileptogenik. Materi-materi tersebut akan
merangsang korteks dan subkorteks yang akan memicu transmisi elektrik sebagai
precursor kejang. Selain itu, inflamasi kronis berupa edem perifokal akan mengubah
Universitas Sumatera
2
2. Lokasi Tumor
Lokasi sebuah tumor juga sangat menentukan timbulnya kejang. Tumor yang
belokasi di daerah subkorteks sangat jarang menimbulkan gejala kejang. Beberapa
penelitian menyebutkan keberadaan tumor di korteks serebri terutama di subtansia
grisea merupaka lokasi yang sering menimbulkan kejang. Dari segi pembagian
lobus, lobus frontal dan lobus temporal serta sistem limbik berperan penting dalam
terjadinya kejang.
4. Gap Junction
Komunikasi antar sel glia dijembatani oleh protein yang dinamakan connexins.
Sel-sel tumor akan mengeluarkan materi-materi yang berperan dalam peningkatan
reaktivitas protein tersebut, sehingga koneksi antara sel glia menjadi meningkat.
Hipereaktivitas dari connexins merupakan salah satu faktor pencetus kejang.
Universitas Sumatera
2
sel-sel normal disekelilingnya. Perubahan genetik dari sel tumor itu sendiri juga
dapat menjadi focus eksitatorik yang berperan dalam proses terjadinya kejang.
2.6 Citra
Citra (image) merupakan gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Citra
merupakan fungsi continue dari intensitas cahaya pada bidang dua dimensi,
maksudnya sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembalisebagian
dari berkas cahaya tersebut kemudian pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat-alat
optik, misalnya mata manusia, kamera, pemindai (scanner), dan sebagainya sehingga
bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam13. Citra sebagai keluaran dari
suatu sistem perekaman data dapat bersifat:
Format citra didalam file itu ada beberapa jenis diantaranya jpg, gif dan bmp. Jpg
dan gif umumnya di kompresi sedangkan bmp tidak, oleh karena itu kualitas gambar
dari bmp lebih bagus dikarenakan tidak ada informasi yang hilang maka format
berkas bitmap akan lebih mudah digunakan karena data asli lebih banyak
dipertahankan13. Terjemahan bebas dari bitmap (BMP) adalah pemetaan bit.
Artinya, nilai intensitas pixel didalam citra dipetakan kesejumlah bit tertentu. Peta
bit yang umum adalah 8, artinya setiap pixel panjangnya 8 bit. 8 bit ini
merepresentasikan nilai intensitas pixel. Dengan demikian ada sebanyak 28 = 256
derajat keabuan, yang dimulai dari 0 sampai 255 (Munir, 2004). Citra dalam format
BMP ada tiga macam, yakni: citra biner, citra berwarna, dan citra hitam-putih
(grayscale). Citra biner hanya mempunyai dua nilai keabuan, 0 dan 1. Oleh karena
itu, 1 bit sudah cukup untuk merepresentasikan nilai piksel. Citra berwarna adalah
citra yang lebih umum. Warna yang terlihat pada citra bitmap merupakan kombinasi
Universitas Sumatera
2
dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru. Setiap pixel disusun oleh tiga
komponen warna: R (red), G (green), dan B (blue). Pada citra hitam-putih
(grayscale), nilai R = G = B untuk menyatakan bahwa citra hitam-putih (grayscale)
hanya mempunyai satu nilai kanal warna setiap pikselnya, nilai tersebut digunakan
untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam,
keabuan dan putih. Tingkatan keabuan disini merupakan warna abu yang memiliki
tingkatan dari warna hitam hingga mendekati warna putih. Nilai 0 mewakili keadaan
gelap atau warna hitam, sedangkan nilai maksimum mewakiliintensitas sangat
terang atau warna putih. Citra grayscale umumnya adalah citra 8 bit 13. CT Scan
merupakan salah satu satu contoh citra grayscale di bidang biomedis yang banyak
memiliki informasi bagi dunia kedokteran untuk mendiagnosis dan mengevaluasi
data kesehatan dari pasiennya. Pada penelitian kasus ini akan menggunakan citra CT
Scan tumor otak yang akan di ubah ke format berkas bitmap (BMP).
Universitas Sumatera
2
Citra yang dihasilkan CT Scanner jauh lebih detail dibanding citra yang diperoleh x-
ray biasa.
Prinsip dasar CT scanner mirip dengan perangkat radiografi yang sudah lebih
umum dikenal. Kedua perangkat ini sama-sama memanfaatkan intensitas radiasi
terusan setelah melewati suatu obyek untuk membentuk citra atau gambar.
Perbedaan antara keduanya adalah pada teknik yang digunakan untuk memperoleh
citra dan pada citra yang dihasilkan. Tidak seperti citra yang dihasilkan dari teknik
radiografi, informasi citra yang ditampilkan oleh CT scan tidak overlap (tumpang
tindih) sehingga dapat memperoleh citra yang dapat diamati tidak hanya pada bidang
tegak lurus berkas sinar (seperti pada foto rontgen), citra CT scan dapat
menampilkan informasi tampang lintang obyek yang diinspeksi. Oleh karena itu,
citra ini dapat memberikan sebaran kerapatan struktur internal obyek sehingga citra
yang dihasilkan oleh CT scan lebih mudah dianalisis daripada citra yang dihasilkan
oleh teknik radiografi konvensional.
Sebuah citra kaya akan informasi, apalagi dari sebuah citra CT Scan tumor
otak yang sudah dijelaskan sebelumnya, namun walaupun demikian citra yang kita
miliki seringkali mengalami penurunan mutu (degradasi), misalnya mengandung
cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring),
dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit untuk di
interpretasikan karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi
berkurang oleh karena itu citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang
kualitasnya lebih baik maka harus adanya pengolahan citra (image processing)13.
Universitas Sumatera
2
Operasi dalam pengolahan citra ini ada banyak ragamnya, namun secara
umum, operasi pengolahan citra ada beberapa jenis, diantaranya perbaikan kualitas
citra (image enhancement), pemugaran citra (image restoration), pemampatan citra
(image compession), pengorakan citra (image analysis), rekonstruksi citra (image
reconstruction) dan segmentasi citra (image segmentation) 13. Pada penelitian kasus
tugas ini akan menggunakan operasi dari segmentasi citra.
Tumor otak adalah jaringan sel yang tumbuh dan berkembang tidak terkontrol.
Tumor otak yang beradadi dalam kepala akan menganggu fungsi normal otak dan
akan meningkatkan tekanan pada otak sehingga mengakibatkan sebagian jaringan
otak akan mengalami kemunduran, mendesak rongga tengkorak dan menyebabkan
kerusakan jaringan. Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO membagi tipe tumor
otak sebanyak 120 jenis dengan kriteria tumor otak didasarkan Anaplasia. Anaplasia
adalah cara pertumbuhan sel tumor dimana semakin rendah derajat anaplasia
mengindikasikan pertumbuhan tumor lebih lambat [11]. Citra tumor otak dihasilkan
melalui alat pemeriksaan yang disebut CT Scan secara spesifik untuk memperkuat
diganosa dan mengetahui letak tumor otak tersebut. CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasien yang diduga menderita tumor otak.
Beberapa jenis tumor otak akan terlihat lebih nyata ketika pemeriksaan CT Scan
disertai pemberian zat kontras dan deteksi tepi. Diagnosis penyakit tumor otak oleh
para dokter menggunakan cara yang manual yaitu dengan melihat citra (image) yang
dihasilkan oleh alat pencitraan medis. Hasil citra tersebut biasanya terdapat
gangguan (noise) sehingga dibutuhkan sebuah alat bantu pengolahan citra berbasis
komputer untuk dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam mendiagnosis
penyakit tumor otak [2].
Universitas Sumatera
2
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2 Metode
Universitas Sumatera
2
- Gentri akan berputar sesuai arah scanner, dan scanner akan berputar pada
tubuh pasien . Gentri ini akan berputar sembari scanner menangkap gambar.
- Akan ada tanda pemberitahuan untuk di lakukan Scan pada pasien, dengan
tanda lampu pada kyboort berkedip.
- Data hasil scan akan di kirim dari gentri ke monitor Ct-Scan, sampai di
monitor hasil akan disimpan dalam bentuk file di computer.
MULAI
DATA DIANALISIS
DATA
BERUPA
HASIL
KESIMPULAN
BAB IV
Universitas Sumatera
2
Dalam hal ini alat di persiapkan untuk siap dan layak di pergunakan untuk CT-Scan
kepala, dalam mencari suatu kelainan secara sistematis, sejumlah teknik dapat
digunakan dalam manilai gambaran CT Scan kepala. Beberapa pakar
merekomendasikan teknik conter -out, di mana penilaian dimulai dari bagian tengah
otak ke luar. pakar yang lainnya menganjurkan pendekatan berorientasikan masalah,
yaitu berdasarkan riwayat klinis untuk mengarahkan pemeriksa pada bagian tertentu
dari hasil scan. Gambaran tumor pada CT-scan dapat tampak hipodens, isodens, atau
hiperdens. Hampir semua tumor mengalami penyangatan (enhancement) dengan
pemberian kontras.
Universitas Sumatera
2
Umur : 27 Tahun
No.Rm 090978
HASIL GAMBARAN
Dari gambar 4.1.1 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, slice 2 sampai dengan ke 19 memperlihatkan infratentoriol pons, cerebellum
dan ventricle IV tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline shift,
ventricular system dan contrical sulci dalam kondisi normal. Tidak ada benda asing
yang tumbuh atau menetap serta tidak terjadinya pendarahan dan tidak ada di
temukan tanda-tanda tumor pada hasil ct scan. Jadi dapat di simpulkan hasil CT
Scannya normal, dan tidak semua yang mengalami gejala seling pusing akan ada di
temui kelainan pada pemeriksaan Ct-Scan.
Universitas Sumatera
2
Universitas Sumatera
3
Gambar 4.1.3 Di temukan Lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri.
Dari gambar 4.1.3 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV tampak
normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricular system
dan contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri pada slice ke 11 sampai dengan ke 19 dengan ukuran 4
x 3,2 cm yang di ukur pada slice ke 13, Dari hasil Ct-Scan tersebut dokter radiologi
dr. Rudolf Pakpahan Sp.Rad menyimpulkan bahwa perkembangan dari tumor sudah
meluas.
Universitas Sumatera
3
Gambar 4.1.4 Di temukan Lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri
Dari gambar 4.1.4 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri ke
kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV tampak
normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricle lateralis kiri
sebagian tertekan. Cortical sulci obliterated. Terdapat lesi heterogen dan klasifikasi
pada frontal kiri dari slice ke 8 sampai dengan 16,dengan ukuran 5,2 x 4,4 x 3,9
cm di ukur pada slice ke 10, dari hasil ukuran tumor setelah di berikan kontras
media dokter radiology dr. Rudolf Hamonangan pakpahan Sp.Rad dapat
menyimpulkan bahwa tumor ini sudah mengarah ke tumor ganas (kancer).
Universitas Sumatera
3
Pengobatan tumor otak sangat tergantung dari jenis, ukuran, lokasi, dan
penyebaran tumor. Kondisi fisik dan kesehatan secara umum juga dipertimbangkan
(ada tidaknya penyakit lain, misalnya penyakit jantung, paru-paru, dan lain-lain).
Pada tumor jinak, operasi mungkin menjadi satu-satunya pengobatan untuk
mengangkat tumor. Namun pada tumor ganas, biasanya operasi diikuti dengan terapi
radiasi atau kemoterapi. Terapi radiasi atau kemoterapi memastikan agar sel-sel
kanker yang tersisa setelah pembedahan bisa terbunuh seluruhnya sehingga kanker
tidak kambuh lagi.
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem saraf,
disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor ini dapat bersifat primer
ataupun merupakan metastase dari tumor pada organ lainnya. Tumor otak
memberikan permasalahan klinis yang berbeda dengan tumor lain karena efek yang
ditimbulkannya dan keterbatasan terapi yang dapat dilakukan. Tumor otak yang
menyebabkan kerusakan jaringan otak secara langsung akan menimbulkan
gangguan fungsional dari sistem saraf pusat berupa gangguan motorik, gangguan
sensorik, panca indera, bahkan kemampuan kognitif. Selain itu, efek massa yang
ditimbulkan oleh tumor otak juga akan memberikan masalah serius mengingat tumor
berada dalam rongga tengkorak yang pada orang dewasa merupakan suatu ruang
tertutup dengan ukuran tetap.
Dari gambar 4.1.1 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, slice 2 sampai dengan ke 19 memperlihatkan infratentoriol pons,
cerebellum dan ventricle IV tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline
shift, ventricular system dan contrical sulci dalam kondisi normal. Tidak ada benda
asing yang tumbuh atau menetap serta tidak terjadinya pendarahan dan tidak ada di
temukan tanda-tanda tumor pada hasil ct scan. Jadi dapat di simpulkan hasil CT
Scannya normal, dan tidak semua yang mengalami gejala seling pusing akan ada di
temui kelainan pada pemeriksaan Ct-Scan
Dari gambar 4.1.2 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, tidak tampak mass effect dan midline shift, ventricular system dan
contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi tampak lesi heterogen dan klasifikasi
Universitas Sumatera
3
pada frontal kiri pada slice 6 sampai dengan ke 13 dengan ukuran 2,3 x 3 cm yang
di ukur pada slice ke 11. Dari hasil Ct-scan kepala tersebut dapat di simpulkan oleh
dokter Radiologi dr. Rudolf Hamonangan PakPahan Sp.Rad bahwa menunjukkan
adanya tanda-tanda tumor di otak.
Dari gambar 4.1.3 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricular
system dan contrical sulci dalam kondisi normal, tetapi terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri pada slice ke 11 sampai dengan ke 19 dengan ukuran 4
x 3,2 cm yang di ukur pada slice ke 13, Dari hasil Ct-Scan tersebut dokter radiologi
dr. Rudolf Pakpahan Sp.Rad menyimpulkan bahwa perkembangan dari tumor sudah
meluas.
Dari gambar 4.1.4 Dari ke 19 potongan CT Scan kepala dengan topogram 1 kiri
ke kanan, diperlihatkan infratentoriol pons normal, cerebellum dan ventricle IV
tampak normal, terlihat tampak mass effect dan midline shift kekanan, ventricle
lateralis kiri sebagian tertekan. Cortical sulci obliterated. Terdapat lesi heterogen dan
klasifikasi pada frontal kiri dari slice ke 8 sampai dengan 16,dengan ukuran 5,2 x
4,4 x 3,9 cm di ukur pada slice ke 10, dari hasil ukuran tumor setelah di berikan
kontras media dokter radiology dr. Rudolf Hamonangan pakpahan Sp.Rad dapat
menyimpulkan bahwa tumor ini sudah mengarah ke tumor ganas (kancer).
Universitas Sumatera
3
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahwa pada keadaan normal pada otak dari hasil CT-San kesan SOL (space
occupying lession) seperti abses yang menunjukkan teridentifikasinya adanya
kelainan pada otak tidak terlihat.
2. Dengan ditambahkan kontras maka ukuran tumor pada otak semakin terlihat
dengan jelas. Pada lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal kiri dengan
ukuran 2,3 x 3 cm, ini menunjukkan bahwa belum terbentuk massa padat,
kalsifikasi pada frontal kiri. Untuk lesi heterogen dan klasifikasi pada frontal
kiri dengan ukuran 4 x 3,2 cm ini dari data ini menunjukan terbentuknya
tumor pada otak, dimana tampak efek massa, midline shift kekanan memberi
arti bahwa telah terjadi pergeseran garis tengah otak akibat dorongan massa
ataupun karena pembengkakan jaringan Pada ukuran 5,2 x 4,4 x 3,9 cm
dicerrebelum kiri terdapat lesi padat, bercak kalsifikasi (+), lobulated
menyangat heterogen pasca pemberian kontras Iopamiro dengan
perbandingan pemberian kontras media 1:1.
3. Semakin bertambahnya ukuran yang terbentuk menunjukan semakin besar
pertumbuhan tumor pada otak.
5.2 SARAN
- Sebagai saran dalam penelitian ini sebaiknya untuk mendapatkan data yang
lebih akurat, sebaiknya melakukan pemeriksaan tambahan yang disebut
dengan biopsy jaringan agar data dengan pemeriksaan dibawah mikroskop.
dapat mengetahui apakah seseorang mengalami kanker atau tidak, dan
apakah suatu benjolan merupakan tumor ganas (kanker) atau tumor jinak.
Universitas Sumatera
3
DAFTAR PUSTKA
4. Gan You, Zhiyi Sha, Tao Jiang. The pathogenesis of tumorrelated Epilepsy and
its Implications for Clinical Treatment. J. Seizure. 2012;21: 153-159
5. Black BP. Brain tumor review article. Nejm. 1991;324: 1471- 14716. Van
Breemen MS, Wilms EB, Vecht CJ. Epilepsy and Patiens with Brain tumors:
Epidemiology, Mechaanisms, and management. Lancet Neurol. 2007;6: 421-30
8. Coureau G, Bouvier G, et al. Mobile phone use and brain tumours in the
CERENAT case-control study. Occup Environ Med 2014;0:1–9
10. Beaumont A, Whittle IR. The pathogenesis of tumor associated apilepsy. Acta
Neurochir. 2000;142:1-15
Universitas Sumatera
3
13. Munir & Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital Dengan Pendekatan
Algoritmik. Bandung: Penerbit Informatika
Universitas Sumatera
3
LAMPIRAN
Universitas Sumatera
3
Universitas Sumatera
3
HASIL NORMAL
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
HASIL KELAINAN
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera
4
Universitas Sumatera