Anda di halaman 1dari 42

Artifical Intelligence, Group Decision Support System

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Makalah ............................................................................................ 6

1.4 Kegunaan Makalah........................................................................................ 6

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 7

2.1 SIM (Sistem Informasi Manajemen) ............................................................. 7

2.2 Kecerdasan Buatan (Artifical Intelligence) ................................................... 8

2.2.1 Peran Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam Sistem

Informasi Manajemen ..................................................................................... 9

2.2.2 Absensi Fingerprint Sebagai Kecerdasan Buatan (Artificial

Intelligence/AI) .............................................................................................. 11

2.3 Pengertian Kebijakan .................................................................................. 13

2.3.1 Fungsi Implementasi Kebijakan ........................................................... 15

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi dalam perumusan kebijakan .................... 15

2.4 Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) ........................ 18


i
BAB III ANALISIS KOMPARATIF ................................................................... 20

3.1 Obyek Penelitian ......................................................................................... 20

3.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tawang ................................................ 20

3.1.2 Tugas dan Fungsi ................................................................................. 22

3.1.3 Struktur Organisasi Perangkat Daerah ................................................. 24

3.2 Analisis Komparatif .................................................................................... 25

3.2.1 Implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di

Kecamatan Tawang. ...................................................................................... 26

3.2.2 Dampak Implementasi Kebijakan Absen Elektronik Sidik Jari

(Fingerprint) PNS Di Kantor Kecamatan Tawang ....................................... 33

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................... 36

4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 36

4.2 Rekomendasi ............................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 38

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan efek yang

signifikan terhadap penggunaan teknologi dalam segala bidang dan penerapannya.

Perkembangan Artificial Intelligence (AI) menjadi lebih umum dan semakin dekat

dengan kehidupan sehari-hari. Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan

buatan yang telah ditanam dalam sebuah sistem. Sistem tersebut dimasukkan

dalam suatu mesin agar dapat membantu manusia untuk menyelesaikan

pekerjaan-pekerjaannya. Meskipun demikian, AI tidak bermaksud untuk

menggantikan kecerdasan manusia. AI dikembangkan untuk mempermudah

pekerjaan manusia. AI memiliki kemampuan untuk memproses dan menganalisa

kumpulan data jauh lebih cepat daripada otak manusia. Sehingga AI dapat

dimanfaatkan untuk mempercepat proses pengambilan keputusan berbasis data.

Fungsi ini yang membuat AI menjadi teknologi yang sangat bernilai dalam

berbagai industri bisnis maupun instansi pemerintahan. Salah satu contoh

implementasi AI yang dilakukan di instansi pemerintahan, diantaranya pada

aplikasi identifikasi sidik jari (fingerprint) yang digunakan untuk mendeteksi

kehadiran pegawai yang nantinya akan berdampak terhadap besaran gaji atau

tunjangan penghasilan yang diterima setiap bulannya.

Fingerprint adalah teknologi biometrik yang berfungsi merekam pola sidik

jari yang kemudian pola tersebut disimpan untuk digunakan dalam kebutuhan

1
2

identifikasi. Dalam aplikasinya, fingerprint atau sidik jari akan mencocokkan data

sidik jari yang telah terekam dengan sidik jari aslinya ketika digunakan.

Fingerprint ini digunakan oleh instansi pemerintahan untuk mengukur sejauh

mana tingkat kedisiplinan pegawai yang dilihat dari kehadiran sehari-hari pegawai

saat datang dan saat pulang kerja. Apakah mereka sudah memenuhi ketentuan

waktu yang ditetapkan atau belum.

Selama ini permasalahan yang sering muncul ketika menggunakan absensi

manual adalah adanya penyalahgunaan tandatangan atau yang dikenal dengan titip

absen. Kecurangan ini membuat instansi pemerintahan merugi waktu dan biaya,

karena meskipun pegawai datang terlambat, tetap saja absensi manual tidak dapat

mendeteksinya. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecurangan

tandatangan yang merupakan salah satu indikator kedisiplinan kerja, pemerintah

mengeluarkan kebijakan yaitu untuk menggunakan mesin absensi elektronik

menggantikan sistem absensi manual yang selama ini terjadi. Kebijakan ini

merujuk pada pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang

disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sejak dikeluarkannya peraturan tersebut, sistem absen di birokrasi

pemerintahan berganti menggunakan sistem absen elektronik. Peraturan tersebut

menginginkan setiap PNS berperilaku disiplin dengan mentaati setiap kebijakan

yang ditetapkan pemerintah. Implementasi kebijakan absen elektronik di satuan

kerja di lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya dipertegas lagi dengan

dikeluarkannya Peraturan Wali Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2018 tentang

Absensi Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Pada


3

Bab VI Pasal 9 disebutkan bahwa setiap pegawai diwajibkan mengisi daftar hadir

masuk kerja dengan menggunakan Absensi Berbasis Elektronik.

Pemberlakuan daftar hadir/absen elektronik seperti dijelaskan diatas,

adalah untuk mencapai disiplin kerja. Hal ini juga menjadi dasar bagi pemerintah

dalam melakukan pemberian, penambahan dan pengurangan tunjangan kinerja

PNS di lingkungan pemerintah Kota Tasikmalaya. PNS yang tidak taat terhadap

ketentuan kehadiran, akan beresiko pada pemberian tunjangan. Tunjangan kinerja

diberikan dengan melihat kinerja atau capaian hasil kerja. Hal itu dibuktikan juga

dengan Laporan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). SKP itu mencatat apa-apa saja

yang dilakukan pegawai setelah hadir datang dan pulang.

Namun, permasalahannya adalah apakah implementasi kebijakan absen

elektronik yang diterapkan di satuan kerja selama ini sudah berjalan dengan baik

sesuai dengan ketentuan ataukah implementasinya masih setengah-setengah.

Untuk mengetahui hal itu, tentunya harus ada bukti fisik yaitu dapat berupa rekap

kehadiran atau sumber informasi yang melihat bahwa para PNS di wilayah satuan

kerja tersebut disiplin kehadirannya sudah baik. Setelah melakukan absen

langsung bekerja dan pulang pun demikian. Jika kita melihat sistem daftar hadir

lama yaitu secara manual, pengisian daftar hadir bisa saja dilakukan secara

rekayasa. Sebagai contoh, pegawai A datang pukul 08.00 wib. Tetapi saat

menuliskannya di daftar hadir pukul 06.30 wib. Hal tersebut dianggap benar dan

tidak bisa ditentang karena tidak ada sistem yang mengontrolnya. Dengan

menggunakan absen elektronik, jam datang atau pulang akan direkam langsung
4

dan pegawai tidak bisa merekayasa. Kecuali jika alat ini sedang rusak atau ada

kendala kerusakan lain, maka tetap menggunakan manual.

Absen elektronik adalah alat berbasis teknologi yang telah diatur secara

otomatis dan telah dimasukan seluruh data pegawai di dalamnya sehingga secara

otomatis dapat menginput kehadiran dan kepulangan pegawai. Alat ini tidak bisa

direkayasa. Absen elektronik ada melalui sidik jari (fingerprint) dan melalui

wajah (faceprint). Sistem absen elektronik ini menggantikan sistem absen manual

yang ditandatangani para pegawai. Sistem absen manual dianggap tidak efektif

lagi karena dapat direkayasa. Maka, terbitlah peraturan tentang perintah

penggunaan sistem absen secara elektronik. Dengan sistem ini pemerintah yakin

tingkat disiplin dan kinerja PNS akan lebih meningkat.

Berdasarkan pandangan diatas, kedisiplinan adalah hal yang sangat

penting untuk menciptakan pemerintahan yang baik (Good Govermance). Untuk

mewujudkannya, pemerintah salah satunya telah membuat kebijakan bagi satker

untuk menerapkan daftar hadir elektronik. Dalam kaitannya meningkatkan

kedisiplinan PNS, Kecamatan Tawang pun telah memanfaatkan teknologi yang

sedang berkembang saat ini., yakni daftar hadir elektronik. Kecamatan Tawang

mulai menerapkan absen elektronik pada tahun 2018. Pengisian daftar hadir yang

semula menggunakan sistem manual dengan cara tandatangan dianggap tidak

efektif untuk mengontrol sikap pegawai yang sering terlambat bahkan

pembolosan saat jam kerja, oleh karena itu sikap yang tidak baik itu diatasi

dengan menerapkan absensi/daftar hadir elektronik sidik jari (fingerprint).


5

Dari hasil observasi atau pengamatan awal, penulis melihat bahwa

Kecamatan Tawang memang telah menggunakan mesin absen elektronik yang

terpasang di dekat pintu masuk kantor. Pada saat itu, penulis datang pagi-pagi

sekali untuk melihat secara langsung aktifitas absen pagi. Terlihat, saat datang

mereka langsung menuju tempat dimana mesin absen elektronik itu diletakan.

Kemudian, menempelkan jari pada mesin absen tersebut melakukan absen.

Dari penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

implementasi Artificial Intelligence (AI) pada kebijakan penggunaan absen

elektronik PNS di Kantor Kecamatan Tawang. Alasannya, karena Kantor

Kecamatan Tawang ini telah menerapkan daftar hadir elektronik sidik jari

(fingerprint) dan hal itu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh absen elektronik

terhadap sikap disiplin PNS di Kantor Kecamatan Tawang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemuakakan di atas, maka

penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint)

PNS di Kecamatan Tawang?

2. Bagaimana dampak implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari

(fingerprint) PNS di Kecamatan Tawang?


6

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari

(fingerprint) PNS di Kantor Kecamatan Tawang?

2. Untuk mendeskripsikan dampak implementasi kebijakan absen elektronik

sidik jari (fingerprint) PNS di Kantor Kecamatan Tawang?

1.4 Kegunaan Makalah

1. Aspek teoritis, yaitu untuk mempertajam dan mengembangkan teori-teori

yang ada dalam dunia akademis khususnya mengenai teori kebijakan yang

didalamnya terdapat implementasi kebijakan.

2. Aspek praktis, memberikan masukan bagi jajaran instansi pemerintah dalam

hal ini Kantor Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya tentang kebijakan absen

elektronik agar lebih memperhatikan lagi implementasinya bagi PNS serta

memberikan informasi kepada PNS Kantor Kecamatan Tawang agar selalu

mematuhi kebijakan terkait kedisiplinan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SIM (Sistem Informasi Manajemen)


Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma).
Pengertian system secara bahasa adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi, atau energy untuk mencapai suatu tujuan.1 Bisa disimpulkan
bahwa sistem merupakan suatu kesatuan yang saling menunjang satu sama lain
dalam rangka memenuhi tujuan dalam suatu proses dan satu kesatuan.
Selain itu data merupakan sebuah bukti yang nyata berupa angka, karakter,
simbol, gambar, suara, tanda atau rincian peristiwa yang belum di olah dalam
proses nalar seorang penerima data. Hal ini berkaitan dengan definisi dari
informasi yang bermakna proses pengolahan fakta-fakta yang digunakan penerima
informasi dalam pengambilan keputusan.
Secara umum Sistem Informasi Manajemen adalah sistem yang digunakan
dalam mendapatkan informasi yang ditunjang oleh proses keluaran (output) dan
masukan (input) dalam rangka mencapai tujuan manajemen. Adapun tujuan
penggunaan SIM yaitu, menyediakan informasi yang dipergunakan dalam proses
perencanaan hingga keputusan juga informasi yang digunakan dalam tujuan
manajerial lainnya sebagai contoh penentuan harga pokok atau rekrutmen.
Adapun karakteristik dari SIM adalah sebagai berikut:
a. SIM membantu manajer secara terstruktur.
b. SIM dirancang untuk memberikan laporan operasional sehari-hari.
c. SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara
keseluruhan.
d. SIM membutuhkan perencanaan yang matang.2

1
Awalia, Syifa et. al., “Sistem Informasi Majemen”, Banyumas: Cv. Pena Persada, 2022.
2
Awalia, Syifa et. al., “Sistem Informasi Majemen”, Banyumas: Cv. Pena Persada, 2022.
7
8

Menurut karakteristik yang telah di paparkan SIM berfungsi sebagai


pedoman dalam sistem manajemen agar terciptanya manajerial yang tertata
sekaligus memberikan informasi untuk mencapai keputusan-keputusan penting
dalam merencanakan sebuah organisasi dalam mendukung fungsi manajemen.

2.2 Kecerdasan Buatan (Artifical Intelligence)

Kecerdasan buatan atau dalam bahasa Inggrisnya Artifical Intelligence


sering disingkat AI merupakan studi tentang bagaimana membuat computer dapat
melakukan hal yang pada saat itu lebih baik dilakukan oleh manusia. Pada
Artificial Intelligence, computer dirancang untuk menjadi cerdas dan pintar
sehingga dapat melakukan pekerjaan seeprti dan sebaik yang dilakukan oleh
manusia dengan menirukan beberapa fungsi otak manusia.3
Kecerdasan buatan (AI) adalah aktivitas penyediaan mesin seperti
komputer dengan kemampuan untuk menampilkan perilaku yang akan dianggap
sama cerdasnya dengan jika kemampuan tersebut ditampilkan oleh manusia. AI
merupakan aplikasi komputer yang paling canggih karena aplikasi ini berusaha
mencontoh cara pemikiran manusia.
Ada tiga tujuan AI, yaitu membuat komputer lebih cerdas, mengerti
tentang kecerdasan, dan membuat mesin lebih berguna. Yang dimaksud
kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar atau mengerti dari pengalaman,
menanggapi dengan cepat dan atas situasi yang baru, menggunakan penalaran
dalam memecahkan masalah serta menyelesaikan dengan efektif.
Manfaat AI sendiri adalah untuk mengembangkan metode dan sistem
untuk menyelesaikan suatu masalah, yang mana masalah tersebut juga dapat
diselesaikan oleh manusia. Misalnya pencarian tempat, bidang bisnis, rumah
tangga dan dapat meningkatkan kinerja sistem informasi yang berbasis komputer.
Kelebihan AI :
1. Lebih permanen

3
Ririen Kusumawati,”Kecerdasan Buatan Manusia (Artifical Intellegence):Teknologi Impian Masa
Depan”. Dalam Jurnal Ulul Albab, (Malang: Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Malang), Vol. 9 No. 2, 2008), hlm. 265.
9

2. Memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran


3. Relatif lebih murah
4. Konsisten dan teliti
5. Dapat di dokumentasi
6. Dapat mengerjakan beberapa task dengan lebih cepat dan lebih baik di
banding manusia
Kekurangan AI:
1. Lapangan kerja berkurang
2. Manusia menjadi lebih malas karena dengan adanya AI membuat
mereka berpikir tidak perlu susah susah untuk bekerja
Dengan adanya AI membuat tenaga kerja dapat digantikan dengan computer atau
robot.4

2.2.1 Peran Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) dalam Sistem Informasi


Manajemen

Sistem Informasi Manajemen memiliki dua fungsi. Pertama untuk


mengumpulkan data secara sistemik dan periodik, baik itu data internal
perusahaan maupun data eksternal perusahaan. Seperti data jumlah Pegawai, data
kehadiran Pegawai, data penjualan, data aset, dan data lainnya. Fungsi kedua
adalah untuk mengolah data-data yang telah terkumpul sehingga menjadi sebuah
rekomendasi untuk para pengambil keputusan manjemen. Data yang terkumpul
diproses berdasarkan kaidah-kaidah tertentu sesuai masing-masih bidang dan
kebutuhan, kemudian disajikan dalam bentuk laporan yang menjadi informasi
penting bagi perusahaan.
Berdasarkan fungsinya, Sistem Informasi Manajemen memiliki beberapa
komponen yang sangat penting dalam sebuah perusahaan atau organisasi.
Komponen-komponen Sistem Informasi Manajemen adalah5:
1. Sistem Pemprosesan Data (Data Processing System)

4
Yusuf Amrozi, “Sistem Informasi Manajemen”, (Surabaya: Raziev Jaya, 2019), hlm. 56-57.
5
A. Rusdiana, “Sistem Informasi Manajemen”, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), hlm. 285-293.
10

Pemprosesan data terbagi atas pengumpulan data dan pengolahan.


Data dikumpulkan oleh sebuah perusahaan, baik secara online, maupun
manual. Data yang telah terkumpul pada periode tertentu diolah menjadi
sebuah informasi yang dibutuhkan perusahaan.
2. Sistem Pelaporan Manajemen (Management Reporting System)

Data yang telah dikumpulkan dan diproses, disajikan dalam bentuk


laporan tertentu sesuai kebutuhan dan bidangnya. Tentu laporan ini sangat
benguna dan dibutuhkan oleh manajer dalam menentukan perencanaan dan
dalam mengambil keputusan. Laporan ini juga menjadi data perjalanan
perusahaan dari waktu ke waktu.
3. Sistem Pendukung Dalam Pengambilan Keputusan (Decision Support
System)

Sistem ini dapat membantu dan menjawab beberapa permasalahan


sebuah perusahaan berdasarkan data yang telah terkumpul sebelumnya.
Sistem ini bisa dalam bentuk sistem komputer yang dapat mengolah data
menjadi informasi penting, informasi ini menjadi pegangan manajer dalam
mengambil keputusan dari sebuah masalah dan tantangan dalam
perusahaan.
4. Sistem Otomasi Kantor (Office Automatic System)

Sistem Otomasi merupakan sistem yang mengurangi penggunaan


tenaga manusia. Sistem ini didominasi oleh penggunaan komputer dalam
menggantikan pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia.
Seperti pencatatan, pengawasan, pelaporan pengarsipan, dan lainnya.
Sistem otomasi ini digunakan agar proses yang berlangsung dalam sebuah
perusahaan menjadi lebih efektif dan efesien.
5. Sistem Pakar (Expert System)

Sistem Pakar merupakan sistem komputer yang dapat mengolah


data secara otomatis sehingga menghasilkan informasi penting untuk
seorang manajer. Informasi yang biasanya diperoleh dari seorang pakar
11

atau konsultan, dapat dihasilkan dari sebuah sistem yang membaca data-
data yang terkumpul dari lapangan. Dalam proses ini kecerdasana buatan
dapat digunakan, dimana sistem dapat berpikir seperti seorang manusia.
Data yang sebelumnya dianalisa oleh manusia, kali ini dianalisa oleh
sistem yang sudah didesain memiliki kecerdasan menyerupai manusia.
Berdasarkan fungsi dan komponen dari Sistem Informasi Manajemen.
Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) digunakan untuk membantu proses
pengumpulan data, pengolahan data, bahkan bisa mengambil keputusan secara
otomatis. Masa kini, peran Kecerdasan Buatan sangat penting dalam Sistem
Informasi Manejemen, dimana proses-proses yang sebelumnya melibatkan
manusia, kini dapat dilakukan oleh sistem yang memiliki kecerdasan menyerupai
manusia. Penggunaan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) ini dapat
menjadikan proses dalam perusahaan menjadi lebih efektif, dan efesien. Sistem
berfikir dengan cepat berdasarkan data yang terkumpul dalam jumlah besar,
sehingga hasil yang diperoleh mendekati akurat.
Selain memperoleh hasil yang akurat, penggunaan Kecerdasan Buatan
(Artificial Intelligence/AI) dapat membantu proses pengolahan data lebih cepat
dibandingkan dengan proses manual melibatkan tenaga manusia. Selain itu, data
dan permasalahan yang dihadapi sebuah instansi atau perusahaan terkadang sangat
kompleks, yang hanya dapat dipecahkan oleh sistem komputer, terlebih sistem
yang sudah melibatkan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI).

2.2.2 Absensi Fingerprint Sebagai Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI)

Identifikasi Biometrik (Biometric Recognition) merupakan salah satu


sistem otentikasi yang telah banyak digunakan diberbagai bidang. Sistem ini
menggunakan proses verifikasi yang melibatkan bagian biologis manusia, seperti
wajah, sidik jari, iris, dan retina6. Dari sekian banyak metode, yang sering
digunakan adalah penggunaan sidik jari, karena sidik jadi memiliki pola unik
6
Nur A Alam, M. Ahsan, dkk, Computers and Electrical Engineering, An intelligent system for
automatic fingerprint identification using feature fusion by Gabor filter and deep learning, Vol 95,
No 107287, October 2021, hlm 1.
12

untuk setiap manusia, dan cenderung lebih sederhana untuk diidentifikasi.


Sehingga selama ini, sidik jari digunakan untuk berbagai macam kebutuhan,
termasuk investigasi kriminal.
Penggunaan sidik jari dalam proses otentikasi telah banyak digunakan.
Salah satu yang sering kita jumpai adalah penggunaan absensi dengan sidik jari
(Absensi Fingerprint). Absensi fingerprint ini telah digunakan oleh banyak
instansi dan perusahaan, karena mudah untuk dipasang dan dioperasikan. Absensi
Fingerprint digunakan untuk mengatur kedisiplinan dan kehadiran pegawai. Saat
pegawai melakukan absen melalui sidik jari, maka data akan terekam dan
tersimpan dalam database perusahaan.
Data kehadiran yang tersimpan dalam database, diolah dan diproses oleh
sistem untuk dijadikan laporan kehadiran Pegawai. Selain itu, data kehadiran juga
berpengaruh pada gaji yang akan diterima oleh Pegawai, karena setiap
ketelambatan, maka akan ada potongan yang persentasenya sudah ditentukan oleh
masing-masing instansi atau perusahaan. Semua persentase diakumulasi dan
dikalkulasikan dengan pendapatan bulanan masing-masing Pegawai.
Proses pembacaan data melalui sidik jari oleh mesin fingerprint,
pengolahan data, analisa data, hingga pemotongan gaji Pegawai, dilakukan oleh
sistem yang didesain menyerupai pikiran manusia. Sehingga semua proses
dilakukan secara otomatis, di mana sebelumnya proses ini dilakukan oleh
manusia, dimulai dari pendataan kehadiran, perhitungan, analisa, sampai
pemotongan gaji. Sistem otomasi ini bisa kita sebut sebagai Kecerdasan Buatan,
dimana sistem dapat membaca, mengumpulkan data, memproses data, hingga
melakukan keputusan terhadap gaji Pegawai.
Sistem absensi otomasi dengan menggunakan mesing fingerprint dapat
dikategorikan sebagai Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI). Hal ini
dapat dilihat dari karakteristik dari Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI)
itu sendiri7, yaitu:

7
Warsidi, Artificial Intelligence, diakses melalui
https://students.warsidi.com/2017/06/pengertian-dan-jenis-artificial-intelligence.html, diakses tgl
31 agustus 2022 pukul 8:22
13

1. Sistem berfikir seperti manusia


Setiap kehadiran Pegawai akan dibaca sesuai waktu saat Pegawai tersebut
melakukan absensi. Setiap keterlambatan ada perhitungannya yang
berpengaruh terhadap gaji yang diterima oleh Pegawai. Sistem membaca
kehadiran, memproses data, hingga didapatkan laporan kehadiran
Pegawai, adalah proses berfikir yang didesain menyerupai manusia.
2. Sistem bertindak seperti manusia
Laporan kehadiran yang diproses dan berdampak pada gaji Pegawai,
adalah bentuk tindakan sistem yang menyerupai manusia. Jika sebelumnya
hal ini dilakukan oleh manusia, dimana pemotongan dilakukan secara
manual, kini proses ini telah terintegrasi dengan kehadiran Pegawai
melalui mesin fingerprint.
3. Sistem berfikir secara rasional

Sistem tentu berfikir secara rasional. Laporan yang dihasilkan merupakan


hasil murni berdasarkan data yang masuk melalui mesin fingerprint, tanpa
mempertimbangkan hal lain yang sebetulnya tidak diperlukan.
4. Sistem bertindak secara rasional
Sistem juga bertindak secara rasional. Pemotongan yang dilakukan adalah
hasil perhitungan dan analisa data yang dilakukan oleh sistem.
Pemotongan gaji tidak dapat diintervensi oleh pihak manapun, karena
semuanya telah berjalan secara otomatis.

2.3 Pengertian Kebijakan

Kata kebijakan atau dalam bahasa Inggris policy merupakan turunan


dalam bahasa Latin yaitu politia yang artinya pemerintahan. Dan dalam bahasa
Yunani Kuno yaitu polis yang artinya negara. Sedangkan dalam bahasa Indonesia
dalam kamus umum bahasa Indonesia yang disusun ole W.J.S Porwadarminta,
1986, yaitu bijak yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakna akalnya. Dan
14

kebijakan yang artinya kepandaian, kemahiran, bijaksana. Lalu bijaksana yang


artinya selalu menggunakan akal budinya, tajam pikiran, pandai dan ingat-ingat8.
Dalam arti yamg lebih luas lagi policy atau kebijakan mempunyai dua
aspek pokok, yaitu9:
1. Policy yang merupakan praktika sosial dimana sesuatu yang dihasilkan
oleh pemerintah berasla dari kejadian atau peristiwa yang ada pada
masyarakat dan akan kembali atau dipergunakan pula untuk kepentingan
masyarakat.
2. Policy adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh karena diperlukan
untuk mendamaikan tuntutan dari pihak konflik, untuk menciptakan
insentif bagi tindakan bersama oleh pihak-pihak yang ikut menetapkan
tujuan akan tetapi mendapat perlakuan yang tidak rasional dalam usaha
bersama.

Menurut Charles O. Jones (1984;25) istilah dari kebijakan sendiri


digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan setiap
kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Pengertian kebijakan sendiri adalah
suatu prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan suatu
keputusan. Dan terakhir kebijaksanaan yan artinya hal bijaksana, kepandaian
mengunakan akal budinya10.
Dalam tahapan pembuatan kebijakan yang pertama dilakukan adalah
pembuatan agenda dan penyusunan agenda. Karena dalam proses inilah ada ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik
perlu diperhitungkan. Yang kedua formulasi kebijakan. Masalah yang masuk
dalam agenda akan dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Yang
ketiga legimitasi kebijakan. Memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh

8
Awan Y Abdoellah Dan Yudi Rusfiani, Teori Dan Analisis Kebijakan Publik, Bandung:
Alfabeta, 2016), hlm 8-9
9
Ibid, hlm 14
10
Nuryanti Mustari, Pemahaman Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi
Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Leutikaprio, 2015), hlm 2
15

kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Selajutnya


yang terakhir adalah evaluasi. Kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian
kebijakan yang mencakup substansi, implementasi, dan dampak11.

2.3.1 Fungsi Implementasi Kebijakan

Fungsi implementasi kebijakan menurut Solichin (2000) yaitu untuk


membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan – tujuan ataupun sasaran
– sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome (hasil akhir) kegiatan –
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah12.

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi dalam perumusan kebijakan

Ada beberapa faktor yang akan memepengaruhi dalam perumusan suatu


kebijakan dalam pemerintahan, yaitu13:
1. Faktor politik
Dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai
faktor kebijakan (policy actor), baik aktor – aktor dari kalangan
pemerintah, maupun dari kalangan bukan pemerintah.
2. Faktor ekonomi
Faktor ini perlu dipertimbangkan, terutama dalam penggunaan dana yang
besar karena akan berpengaruh pada situasi ekonomi negara atau daerah.
Dikarenakan berlakunya otonomi daerah di Indonesia, maka
kabupaten/kota berlomba-lomba memunculkan ide baru dalam membuat
atau membentuk kebijakan tanpa memperhatikan keuangan daerah.

11
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia, Model Kebijakan Hutan
Terkait Tenurial, diakses melalui
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/845/mod_resource/content/1/tahapan_pembuatan_ke
bijakan.html, 2015, diakses tgl 30 agustus 2022 pukul 9:29
12
Citra Kurnia Akbar Dan Imam Hanafi, Kebijakan Perjanjian, (Malang:UB Press,2012)
13
Tarno , Model Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perumusan Kebijakan, diakses melalui
https://sumbarprov.go.id/home/news/1482-model-dan-faktor-yang-mempengaruhi-perumusan-
kebijakan, 2013, diakses tanggal 30 agustus 2022 pukul 14:38
16

Sehingga banyak anggaran yang defisit dan akan mempengaruhi terhadap


penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan masyarakat.
3. Faktor administrasi/organisasi
Faktor ini ada karena kurangnya kemampuan administratif dan adakah
organisasi yang mampu untuk melaksanakan kebijakan itu sendiri. Apalagi
sesuai konsep reformasi birokrasi yang sedang diakbarkan mulai dari
Pemerintah Pusat sampai kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penataan kelembagaan tidak boleh adanya
tumpang tindih antara organisasi yang satu dan yang lainnya, seandainya
ini terjadi harus dilakukan evaluasi kembali.
4. Faktor teknologi
Teknologi yang ada apakah dapat mendukung penyelenggaraan
pemerintahan, apabila kebijakan diimplementasikan. Memang teknologi
yang ada mampu untuk atau dapat mendukung kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Yang menjadi masalahnya adalah kurangnya pengetahuan
sumber daya manusia terhadap teknologi itu sendiri.
5. Faktor sosial, budaya dan agama
Apakah kebijakan yang ada tidak menimbulkan benturan sosial, budaya
dan agama. Jika di satu sisi pemerintah ingin memajukan daerah dan
meningkatkan ekonomi dengan mendatangkan investor asing, dan disatu
sisi masyarakat juga melakukan protes terhadap rencana pembangunan
tersebut, maka diperlukan sinergi antara masyarakat dan pemerintah agar
dapat persepsi dan pemahaman yang sama dalam pembangunan
daerahnya.
6. Faktor keamanan dan pertahanan
Kebijakan – kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak akan
mengganggu stabilitas keamnan negara/daerah yang kadang dapat
menimbulkan konflik antar daerah dan masyarakat. Maka pemerintah
harus melakukan sosialisasi kepada pihak terkait dan koordinasi antara
negara dengan negara atau antara daerah yang berbatasan.
17

Faktor Keberhasilan Implementasi Kebijakan


Ripley dan Franklin (1982) menyatakan keberhasilan implementasi
kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor yaitu :
1. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi dari dari kepatuhan
atas mereka
2. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya
persoalan
3. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan
semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
Menurut Lester & Stewart Jr. (2000:105) (dalam Leo Agustino, 2016:129)
menyebutkan bahwa, keberhasilan suatu impelemtasi kebijakan dapat diukur atau
dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu, tercapai atau
tidaknya tujuan-tujuan yang ingin diraih.

Faktor Kegagalan Implementasi Kebijakan


Sedangkan Peters (1982) (dalam Winarno, 2002) mengatakan
implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor :
1. Informasi
2. Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran
yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para
pelaksana dan isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dan
kebijakan itu.
3. Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern
atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang sangat
berarti atau adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.
4. Dukungan
18

Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila para pelaksana nya
tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

5. Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya
dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
Menurut van Meter dan van Horn, prospek-prospek tentang implementasi
yang efektif ditentukan oleh kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan yang
dinyatakan dan oleh ketepatan dan konsistensi dalam mengkomunikasikan
ukuran-ukuran dan tujuan- tujuàn tersebut.

2.4 Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System)

Sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun


sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara
memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu. Pada
dasarnya konsep sistem pendukung keputusan hanyalah sebatas pada kegiatan
yang membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi
serta peran manajer. Menunjang seluruh tahapan pembuatan suatu keputusan.
Dimulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data-data yang relevan,
menentukan pendekatan yang digunakan, sampai kegiatan mengevaluasi
pemilihan alternatif.
Manfaat DSS :
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen
2. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada
efisiensi.
3. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format
data.
19

Kelebihan DSS :
1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang
kompleks
2. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja.
3. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat
bekerja lebih singkat.
Kekurangan DSS :
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak
dapat dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak
semuanya mencerminkan persoalan yang sebenarnya.
2. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang
digunakannya.
3. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang
dimiliki oleh manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya
suatu kumpulan perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi
yang tidak dilengkapi oleh kemampuan berpikir.14

14
Yusuf Amrozi, “Sistem Informasi Manajemen”, (Surabaya: Raziev Jaya, 2019), hlm.51-53.
BAB III

ANALISIS KOMPARATIF

3.1 Obyek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu tentang implementasi Artificial


Intelligence (AI) pada kebijakan penggunaan absen elektronik PNS di Kantor
Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Implementasi kebijakan absen elektronik
di Kantor Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dipertegas dengan
dikeluarkannya Peraturan Wali Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2018 tentang
Absensi Berbasis Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya.

3.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Tawang


Kecamatan Tawang merupakan salah satu kecamatan dari 10
kecamatan yang ada di Kota Tasikmalaya, berupa daratan seluas 5,44 km2.
Secara administratif Kecamatan Tawang terdiri dari 5 kelurahan, 69 Rukun
Warga (RW) dan 321 Rukun Tetangga (RT), dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Keluharan di Kecamatan Tawang

No Kelurahan Luas (km2) Jumlah Jumlah

RW RT

1. Kelurahan Lengkongsari 0,58 14 71

2. Kelurahan Cikalang 1,33 14 57

3. Kelurahan Tawangsari 0,43 11 46

4. Kelurahan Empangsari 0,40 11 44

5. Kelurahan Kahuripan 2,70 19 103

JUMLAH 5,44 69 321

20
21

Secara geografis, letak Kecamatan Tawang dengan batas-batas


wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Cipedes
Sebelah Timur : Kecamatan Cibeureum
Sebelah Selatan : Kecamatan Tamansari
Sebelah Barat : Kecamatan Cihideung
Jarak dari ibukota pemerintahan kota : 17 km
Jarak dari ibukota pemerintahan provinsi : 120 km.
Komposisi penduduk Kecamatan Tawang menurut jenis kelamin
adalah sebagai berikut :
Laki-laki : 30.607 jiwa
Perempuan : 30.729 jiwa
Jumlah : 61.336 jiwa

Sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Tawang adalah :

Tabel 3.2 Sarana Pendidikan di Kecamatan Tawang

No Sarana Pendidikan Jumlah

1. Perguruan Tinggi 9

2. SLTA/Sederajat 13

3. SLTP/Sederajat 12

4. SD/Sederajat 30

5. TK 17

6. Pondok Pesantren 8

7. PAUD 29

Sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Tawang adalah :


22

Tabel 3.3 Sarana Kesehatan di Kecamatan Tawang

No Sarana Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit 6

2. Puskesmas 2

3. Posyandu 72

4. Poliklinik 1

Sarana peribadatan yang ada di Kecamatan Tawang adalah:

3.4 Tabel Sarana Peribadatan di Kecamatan Tawang

No Sarana Peribadatan Jumlah

1. Mesjid 68

2. Mushola 154

3. Gereja 10

4. Vihara 1

5. Klenteng 2

Sarana olahraga yang ada di Kecamatan Tawang adalah :

Tabel 3.5 Sarana Olahraga di Kecamatan Tawang

No Sarana Olahraga Jumlah

1. Sarana olahraga 40

3.1.2 Tugas dan Fungsi

Kecamatan Tawang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya


23

Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah


sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kota
Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah melaksanakan tugas koordinasi penyelenggaraan
pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat kelurahan di
wilayahnya.
Tugas sebagaimana yang disebutkan diatas adalah sebagai berikut :
a. menyelenggarakan urusan pemerintahan umum;
b. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;
c. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum;
d. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan daerah serta
peraturan Wali Kota;
e. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan
umum;
f. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan yang
dilakukan oleh Perangkat Daerah di tingkat kecamatan;
g. membina dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan kelurahan;
h. melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah yang tidak dilaksanakan oleh perangkat daerah yang
lingkupnya ada di Kecamatan; dan
i. melaksanakan tugas lain yang diperintahkan oleh peraturan
perundang-undangan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas perangkat


daerah menyelenggarakan fungsi :
a. pengoordinasian penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik
dan pemberdayaan masyarakat;
b. pemantauan, evaluasi dan pelaporan sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c. pembinaan dan pengawasan kelurahan di wilayahnya;
24

d. pelaksanaan pengelolaan administrasi kecamatan; dan


e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wali Kota sesuai tugas
dan fungsinya.

3.1.3 Struktur Organisasi Perangkat Daerah

Perangkat daerah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota


Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah
Kota Tasikmalaya Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah. Susunan organisasi perangkat daerah adalah
sebagai berikut:
a. Camat;
b. Sekretariat, membawahkan ;
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
2. Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi, Pelaporan dan Keuangan;
c. Seksi Pemerintahan;
d. Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum;
e. Seksi Kesejahteraan Rakyat;
f. Seksi Ekonomi Pembangunan;
g. Kelurahan; dan
h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bagan 3.1
Struktur Organisasi Kecamatan

CAMAT

KELOMPOK SEKRETARIAT
JABATAN

SUB BAGIAN SUB BAGIAN

UMUM DAN PERENCANAAN,


25

Jumlah Pegawai di lingkungan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya

sampai dengan 31 Agustus 2022 sebanyak 48 orang terdiri dari :

Tabel 3.6 Pegawai di Kecamatan Tawang

Gol Gol
Pegawai Di Lingkungan Gol II Gol I TKK Jumlah
IV III

Kecamatan Tawang 2 12 1 - - 15

Kelurahan Tawangsari - 5 1 - - 6

Kelurahan Empangsari - 6 1 - - 7

Kelurahan Lengkongsari - 4 3 - - 7

Kelurahan Cikalang - 5 2 - - 7

Kelurahan Kahuripan - 5 1 - - 6

Total 2 36 10 - - 48

3.2 Analisis Komparatif

Sebelum menganalis, penulis terlebih dahulu akan membahas tentang


implementasi kebijakan. Maka untuk melihat bagaiamana implementasi kebijakan
absen elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di Kantor Kecamatan Tawang sesuai
kewajiban PNS pada Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang disiplin
26

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dipertegas lagi dengan dikeluarkannya Peraturan
Wali Kota Tasikmalaya Nomor 8 Tahun 2018 tentang Absensi Berbasis
Elektronik di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya. Penulis juga
menggunakan teori implementasi kebijakan model Ripley dan Franklin (1982)
yang menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari
tiga faktor yaitu :
a. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi dari dari
Jenis Pelanggaran Batas Waktu Jumlah Potongan Ket

kepatuhan atas mereka


b. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan
tiadanya persoalan
c. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang
memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat
yang diharapkan.

3.2.1 Implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di


Kecamatan Tawang.

Penggunaan fingerprint di Kecamatan Tawang mulai diberlakukan tahun


2018. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses absensi yang sebelumnya
dilakukan secara manual. Proses otomasi absensi dengan menggunakan
fingerprint telah banyak diberlakukan di beberapa instansi, terutama di Kota
Tasikmalaya, dengan tujuan yang sama, mempermudah dan mempercepat proses
pendataan kehadiran Pegawai, baik saat masuk kerja, maupun saat pulang kerja.
Mesin fingerprint diatur sesuai dengan Peraturan Wali Kota (Perwal).
Peraturan Wali Kota (Perwal) mengatur mekanisme dan peraturan pegawai saat
masuk dan pulang kerja, dimana setiap keterlambatan dan ketidakhadiran Pegawai
akan mendapatkan sanksi berupa pemotongan Tambahan Penghasilan Pegawai
(TPP) yang besarnya disesuaikan dengan pelanggaran yang berlaku.
27

Terlambat Masuk 1 menit – 31 menit 0.5 %


Kerja
Terlambat Masuk 31 menit – 61 menit 1%
Kerja
Terlambat Masuk 61 menit – 91 menit 1.25 %
Kerja
Terlambat Masuk > 91 menit 1.5 %
Kerja
Pulang Lebih Awal 1 menit – 31 menit 0.5 %
Pulang Lebih Awal 31 menit – 61 menit 1%
Pulang Lebih Awal 61 menit – 91 menit 1.25 %
Pulang Lebih Awal > 91 menit 1.55 %
Tidak Masuk Kerja > 1 hari 3%
Tidak Masuk Kerja > 5 hari 100%
Sakit Tanpa > 2 hari 3%
Keterangan
Sakit Dengan > 15 hari 3%
Keterangan
Berdasarkan Peraturan Perwal, besaran potongan Tambahan Penghasilan
Pegawai (TTP) dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 3.7 Tabel Besaran Potangan Tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP)

Potongan berlaku pada setiap keterlambatan. Contoh pada tabel di atas,


setiap Pegawai yang terlambat masuk lebih dari satu menit hingga tiga puluh satu
menit, maka Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) akan dipotong sebesar 0.5 %.
Jika Pegawai terlambat tiga puluh satu menit hingga enam puluh satu menit, maka
Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) dipotong sebesar 1%. Potongan terus
berlaku pada setiap kelipatan tiga puluh menit hingga keterlambatan melebihi
sembilan puluh satu menit, di mana potongannya adalah 1.5% dari Tambahan
Penghasilan Pegawai (TPP).
Potongan juga berlaku pada saat pulang kerja, di mana Pegawai yang
pulang lebih awal akan dikenakan sanksi berupa potongan Tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP). Seperti pada tabel di atas, pegawai yang pulang satu menit hingga
tiga puluh satu menit lebih awal, maka Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP)
akan dipotong sebesar 0.5%. Sama seperti saat masuk, potongan terus berlaku
pada setiap kelipatan tiga puluh menit hingga keterlambatan melebihi sembilan
puluh satu menit, dimana potongannya sebesar 1.55%.
28

Tidak hanya terlambat masuk dan pulang lebih awal. Ketidakhadiran


Pegawai dan sakit pun di atur, sesuai Peraturan Wali Kota (Perwal). Jika Pegawai
tidak hadir lebih dari satu kali dalam satu bulan, maka Tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP) akan dipotong sebesar 3%. Jika Pegawai tidak hadir lebih dari
lima kali dalam satu bulan, maka Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) akan
dipotong sebesar 100%.
Semua proses dan mekanisme pemotongan Tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP) berdasarkan absensi fingerprint dapat dilihat pada flowchart di
bawah ini.
29

Gambar 3.1 Flowchart Mekanisme Pemotongan Tambahan Penghasilan Pegawai


(TPP)
Ket: P= Penalty TPP= Tambahan Penghasilan Pegawai R= Result

Berdasarkan pengamatan di lapangan, implementasi kebijakan absen


elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di Kecamatan Tawang membantu Camat
Tawang sebagai manager di kecamatan Tawang untuk menentukan lebih cepat
dalam merekap absensi pegawai dan untuk mengetahui laporan absensi pegawai
sehari-hari secara cepat dapat dilihat dalam SIMPEG (Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian). Simpeg adalah sebuah sistem informasi yang
dirancang sebagai solusi untuk menangani berbagai hal dalam pengurusan
kepegawaian mulai dari penyimpanan dan pemusatan data secara terkomputerisasi
30

hingga menangani berbagai macam laporan yang berhubungan dengan


kepegawaian sehingga memudahkan untuk meningkatkan pelayanan administrasi
kepegawaian. Hal tersebut sesui dengan karakteristik dari SIM, dimana dapat
membantu manager secara terstruktur dan dirancang untuk memberikan laporan
operasional sehari-hari. Dari simpeg inilah kita bisa mengetahui kehadiran
pegawai saat datang maupun pulang ataupun dapat mengetahui rekap pegawai
selama satu bulan penuh. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.8 Rekapitulasi Laporan Kehadiran Pegawai dalam Simpeg

LAPORAN KEHADIRAN PEGAWAI

NIP : 199406182022031005
Nama : ABI RAFID KHAERULLAH KOMARA
Unit Kerja : KECAMATAN TAWANG
Jam Jam
Tanggal Keterangan Alasan
Datang Pulang
01/08/2022 07.57 16.06 Hadir
Rapat Pelatihan Verifikator Keuangan
02/08/2022 00.00 00.00 Dinas Luar Berbasis Akrual
Rapat Pelatihan Verifikator Keuangan
03/08/2022 00.00 00.00 Dinas Luar Berbasis Akrual
04/08/2022 07.58 16.06 Hadir
31

05/08/2022 07.58 16.35 Hadir


06/08/2022 00.00 00.00 Libur
07/08/2022 00.00 00.00 Libur
08/08/2022 07.59 16.04 Hadir
09/08/2022 08.01 16.06 Hadir
10/08/2022 07.52 16.04 Hadir
11/08/2022 07.57 16.07 Hadir
12/08/2022 07.58 16.40 Hadir
13/08/2022 00.00 00.00 Libur
14/08/2022 00.00 00.00 Libur
15/08/2022 07.58 16.07 Hadir
16/08/2022 07.58 16.06 Hadir
17/08/2022 00.00 00.00 Libur Hari Kemerdekaan Republik Indonesia
18/08/2022 07.57 16.13 Hadir
19/08/2022 07.56 16.31 Hadir
20/08/2022 00.00 00.00 Libur
21/08/2022 00.00 00.00 Libur
22/08/2022 07.58 16.04 Hadir
23/08/2022 07.56 16.03 Hadir
24/08/2022 00.00 00.00 Tanpa Ket
25/08/2022 07.56 16.13 Hadir
26/08/2022 07.57 16.33 Hadir
27/08/2022 00.00 00.00 Libur
28/08/2022 00.00 00.00 Libur
29/08/2022 07.52 16.03 Hadir
30/08/2022 07.57 16.11 Hadir
31/08/2022 07.58 16.10 Hadir

Data kehadiran yang tersimpan dalam database, diolah dan diproses oleh
sistem untuk dijadikan laporan kehadiran pegawai. Selain itu, data kehadiran juga
berpengaruh pada tunjangan kinerja yang akan diterima oleh pegawai, karena
setiap ketelambatan, maka akan ada potongan yang persentasenya sudah
ditentukan oleh masing-masing instansi atau perusahaan. Semua persentase
diakumulasi dan dikalkulasikan dengan pendapatan bulanan masing-masing
pegawai. Dengan kondisi tersebut pegawai Kecamatan Tawang berusaha untuk
datang tidak terlambat, agar tidak ada pemotongan tunjangan. Dengan
diberlakukannya absen elektronik sidik jari (fingerprint) pegawai Kecamatan
32

Tawang lebih disiplin dalam kehadiran masuk pukul 08.00 dan jadwal pulang
kerja pukul 16.00.
Absen elektronik sidik jari (fingerprint) memberikan kemudahan dalam
duplikasi dan penyebaran data, data yang ada lebih permanen, data lebih konsisten
dan teliti, serta dapat didokumentasikan dengan baik. Maka dengan Absen
elektronik sidik jari (fingerprint) kebijakan TPP lebih cepat dan efektif.
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, disimpulkan bahwa
penerapan absen elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di Kecamatan Tawang
memberikan pengaruh perubahan yang signifikan. Hal tersebut ditandai dengan
meningkatnya tingkat kedisiplinan dan kinerja PNS sehingga tidak ada yang
terkena pemotongan Tunjangan Kinerja dalam hal ini Tambahan Penghasilan
Pegawai (TPP) yang diterima pegawai pada bulan Agustus 2022.
Tabel 3.9 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Kesimpulan
1. Pengaruh Sistem Absensi Ratih Wahyuni Terdapat
Finger Print terhadap kinerja Tanjung pengaruh Sistem
pegawai melalui disiplin Absensi Finger
kinerja di Badan Pengelolaan Print terhadap
Pajak dan Retribusi Daerah kinerja pegawai
(BPPRD) Kota Medan Badan Pengelola
Pajak dan
Retribusi Daerah
(BPPRD) Kota
Medan. 2.
Terdapat
pengaruh Sistem
Absensi Finger
Print terhadap
Disiplin Kerja
Pegawai Badan
Pengelola Pajak
dan Retribusi
Daerah (BPPRD)
Kota Medan.
2. Artificial Intelligence (AI) Ivan Fauzan Dalam
Pada Proses Pengawasan Dan penggunaan
Pengendalian Kepegawaian – kecerdasan buatan
Sebuah Eksplorasi Konsep jaringan saraf
Setelah Masa Pandemi tiruan untuk
33

Berakhir pemilihan calon


jabatan pimpinan
tinggi
meminimalsir
kecurangan dalam
penyeleksian dan
penyimpangan
dalam proses
seleksinya.
3 Pengaruh Efektivitas Muh. Khaidir Dari hasil uji
Penerapan Sistem Absensi koefisien korelasi
Finger Print Terhadap tedapat korelasi
Disiplin Pegawai Negeri Sipil atau hubungan
Di Kantor Dinas yang kuat antara
Pengendalian Penduduk Dan Efektivitas
KB Kabupaten Gowa Penerapan
Absensi Finger
Print terhadap
Disiplin Pegawai
Negeri Sipil di
Kantor Dinas
Pengendalian
Penduduk dan KB
Kabupaten Gowa
dengan arah
positif

3.2.2 Dampak Implementasi Kebijakan Absen Elektronik Sidik Jari (Fingerprint)


PNS Di Kantor Kecamatan Tawang

Ripley dan Franklin (1982) menyatakan keberhasilan implementasi


kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor yaitu :
a. Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi dari dari kepatuhan
atas mereka
b. Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya
persoalan
c. Implementasi yang berhasil mengarah kepada kinerja yang memuaskan
semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.
34

Sedangkan Peters (1982) mengatakan implementasi kebijakan yang gagal


disebabkan beberapa faktor :
1. Informasi
Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran
yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para
pelaksana dan isi kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil-hasil dan
kebijakan itu.
2. Isi Kebijakan
Implementasi kebijakan dapat gagal karena masih samarnya isi atau tujuan
kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern
atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang sangat
berarti atau adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.
3. Dukungan
Implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila para pelaksana nya
tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.
4. Pembagian Potensi
Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor
implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya
dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
Berdasarkan teori diatas, penulis melihat dua dampak dari implementasi
kebijakan absen elektronik PNS di Kantor Kecamatan Tawang yakni terhadap
disiplin kehadiran dan kinerja. Adapun hasil analisisnya adalah sebagai berikut :
1. Terhadap Disiplin Kehadiran
Implementasi kebijakan absen elektronik PNS di Kantor Kecamatan
Tawang terhadap disiplin kehadiran dapat terlihat dari meningkatnya
disiplin kehadiran. Hal ini ditunjukkan dari ramainya saat PNS melakukan
absen datang hingga absen pulang. Kehadiran PNS rata-rata 10-15 menit
lebih awal serta tidak adanya PNS yang sampai bulan Agustus 2022
menerima sanksi berat atas pelanggaran disiplin atau sejenisnya.
35

2. Terhadap Kinerja
Implementasi kebijakan absen elektronik PNS di Kantor Kecamatan
Tawang terhadap kinerja dapat terlihat sebagai berikut :
a. PNS melakukan absen elektronik ketika tiba dikantor
b. Setelah melakukan absen, PNS langsung menuju meja kerja
melaksanakan rutinitas mereka di pagi hari
c. PNS keluar dan santai saat jam istirahat
d. PNS membuat SKP melalui e-kinerja harian
Dari pernyataan diatas, penerapan absen elektronik PNS di Kantor
Kecamatan Tawang tidak hanya meningkatkan disiplin kehadiran PNS, tetapi juga
menambah pada peningkatan kinerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejak
menerapkan absen elektronik, PNS di Kantor Kecamatan Tawang lebih disiplin
serta diikuti dengan kinerja yang baik. Sehingga hal tersebut berdampak pula
terhadap tunjangan kinerja dalam hal ini TPP yang diterima pegawai Kecamatan
Tawang dapat diterima secara utuh pada bulan Agustus 2022.
BAB IV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil pembahasan serta temuan-temuan dilapangan dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint) PNS di
Kantor Kecamatan Tawang berjalan sejak tahun 2018 dan sudah optimal. Hal
tersebut ditandai dengan :
a. Tujuan dari implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari
(fingerprint) adalah meningkatkan disiplin dan kinerja PNS. Sedangkan
dilihat dari standar keberhasilannya yaitu PNS telah mencerminkan diri
memenuhi kehadiran dengan datang lebih awal dan pulang lebih akhir.
PNS juga telah memenuhi Sasaran Kinerja Pegawai (SKP). Ini berarti
implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint) sejalan
dengan kewajiban PNS pada PP Nomor 94 Tahun 2021 tentang disiplin
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
b. Implementasi kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint) dilihat
dari sumber daya yaitu PNS di lingkungan Kecamatan Tawang sebelum
diterapkan sudah mengetahui tentang penerapan absen elektronik dan
mereka telah siap melaksanakannya serta mendukung implementasi ini.
c. Pengawasan pimpinan dalam hal ini Camat Tawang dalam implementasi
kebijakan absen elektronik di lingkungan kerjanya sangat ketat. Hal
tersebut terlihat dari kehadiran PNS pada absen elektronik yang diambil
bulan Agustus 2022 sudah terpenuhi 100%. Selama melaksanakan absen
elektronik tersebut, PNS tidak mengalami cacat hukum atau pelanggaran
terkait kedisiplinan.
2. Dampak Implementasi Kebijakan absen elektronik sidik jari (fingerprint)
PNS di Kantor Kecamatan Tawang memberikan pengaruh yang positif. Hal
36
37

tersebut ditandai dengan meningkatnya tingkat kedisiplinan dan kinerja PNS


sehingga tidak ada yang terkena pemotongan Tunjangan Kinerja dalam hal ini
Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) yang diterima pegawai pada bulan
Agustus 2022.
4.2 Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis memberikan rekomendasi sebagai


berikut :
1. Diharapkan kepada pimpinan dalam hal ini Camat Tawang untuk terus
memberikan pengawasan, binaan dan hukuman (punishment) kepada
bawahannya yang melanggar agar kondisi implementasi kebijakan absen
elektronik sidik jari (fingerprint) yang saat ini sudah optimal selalu optimal
dan ke depan lebih baik lagi.
2. Perlu penguatan kepada seluruh PNS di lingkungan Kecamatan Tawang
untuk terus menjaga eksistensi lembaga tempat bekerja serta jati dirinya
sebagai PNS yang selalu menjaga sikap disiplin dan meningkatkan kinerja
sesuai dengan PP Nomor 94 Tahun 2021 tentang disiplin Pegawai Negeri
Sipil (PNS).
3. Bagi penulis selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi yang terkait dengan implementasi kebijakan absen
elektronik sidik jari (fingerprint) agar hasil penulisannya dapat lebih baik dan
lebih lengkap lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Amrozi, Yusuf. (2019). Sistem Informasi Manajemen. Surabaya: Raziev Jaya.

Awalia, Syifa. (2022). Sistem Informasi Manajemen. Banyumas: Cv. Pena

Persada.

Awan Dan Yudi. (2016). Teori Dan Analisi Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Citra Dan Imam. (2012). Kebijakan Perjanjian. Malang: Ub Press.

Kusumawati, Ririe. (2008). Jurnal Ulul Albab. Kecerdasan Buatan (Artificial

Intellegence): Teknologi Impian Masa Depan, 265.

Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia. 2015.Model

Kebijakan Hutan Terkait Terunial. Diakses melalui

https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/845/mod_resource/content/1/

tahapan_pembuatan_kebijakan.html

Keputusan Wali Kota Tasikmalaya No: 061/Kep.153-Org/2022 tentang Penetapan

Besaran Tambahan Penghasilan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan

Pemerintah Kota Tasikmalaya Tahun Anggaran 2022.

www.jdih.tasikmalayakota.co.id

Mustari, Nuryanti. (2016). Pemahaman Kebijakan Publik Formulasi,

Implementasi Dan Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta: Leutiakprio.

Peraturan Wali Kota No: 07 tahun 2002 tentang Tambahan Penghasilan Pegawai

Aparatur Sipil Negara Di Lingkungan Pemerintah Kota Tasikmalaya.

www.jdih.tasikmalayakota.co.id

38
39

Tarno. 2013. Model Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perumusan Kebijakan.

Diakses melalui https://sumbarprov.go.id/home/news/1482-model-dan-

faktor-yang-mempengaruhi-perumusan-kebijakan.

Anda mungkin juga menyukai