Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN

ANALISIS BERKURANGNYA PERFORMA MAIN ENGINE


YANG DIAKIBATKAN OLEH NAIKNYA TEMPERATUR
UDARA BILAS INTERCOOLER DI MV. Z

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Program Studi Diploma III Pelayaran
(Diklat Pelaut Tingkat III Pembentukan)

ANDREAN PRANATA PESIK


NIT: 123305201007
AHLI TEKNIKA TINGKAT III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PELAYARAN


(DIKLAT PELAUT TINGKAT III PEMBENTUKAN)
POLITEKNIK PELAYARAN SUMATERA BARAT
TAHUN 2022
PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul :Analisis Berkurangnya Performa Main Engine


Yang Diakibatkan Oleh Naiknya Temperatur Udara
Bilas Intercooler Di Mv. Z

Nama : Andrean Pranata Pesik

NIT : 123305201007

Program Studi : Teknologi Nautika

Program Keahlian : AHLI TEKNIKA TINGKAT III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk dilakukan ujian kelayakan.

Padang pariaman , Juli 2022

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

MOCHAMAD ELY RIDWAN, M.T MARKUS ASTA PATMA, S.Si.T.M.


NIP.  19720602 199808 1 001 NIP. 19841209 200912 1 003

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknologi Nautika

MARKUS ASTA PATMA,S.Si.T.M.T


NIP. 19841209 200912 1 003
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah nya, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan proposal yang
berjudul " ANALISIS BERKURANGNYA PERFORMA MAIN ENGINE
YANG DIAKIBATKAN OLEH NAIKNYA TEMPERATUR UDARA
BILAS INTERCOOLER DI MV. Z. "guna memenuhi persyaratan memperoleh
gelar D III Terapan Pelayaran dalam bidang Teknika Program Diploma III di
Politeknik Pelayaran Sumatera Barat dalam penelitrian in, peneliti banyak
mendapatkan bimbingan, dukungan, dan saran serta bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Yth. Bapak Capt.Wisnu Risianto, M.M, selaku Direktur Politeknik
Pelayaran Sumatera Barat.
2. Yth. Bapak Markus Asta Patma Nugraha, S.SI.T,M.T selaku Kepala
Program Studi Teknika Politeknik Pelayaran Sumatera Barat.
3. Yth. Bapak Mochamad Ely Ridwan, M.T selaku Dosen Pembimbing I.
4. Yth. Bapak Markus Asta Patma Nugraha, S.SI.T,M.T selaku Dosen
Pembimbing II.
5. Yth. Seluruh Jajaran Dosen, Staf, Dan Pegawai Politeknik Pelayaran
Sumatera Barat.
6. Yth Seluruh Jajaran Perwira Pusat Pengembangan Karakter Taruna.
7. Yth. Kedua orang tua peneliti, ayah Hermansyah dan ibu Titin terima kasih
atas dukungan dan do’a sampai saat ini.
8. Yth. Taruna angkatan 5 alcor major, terima kasih atas partisipasinya dalam
kebersamaan.
9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang
membantu terselesaikannya penelitian ini.
Akhirnya, tersirat harapan semoga kedepannya isi yang terkandung dalam
Proposal ini dapat memberikan pengetahuan baru yang bermanfaat bagi banyak
pihak, terutama pembaca, dan menambah wawasan baik dari segi pendidikan
maupun moral.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kapal laut merupakan alat transportasi jalur air dengan bentuk dan jenis

tertentu, yang digerakkan oleh tenaga angin, energi mekanik atau energi

lainnya, yang digandeng atau diderek. Kapal laut merupakan alat

pengangkutan yang berkapasitas besar dan sangat efisien digunakan untuk

memperlancar perekonomian rakyat antar pulau ataupun antar Negara. Dalam

memperlancar pengoperasian kapal sangat diperlukan suatu cara perawatan

pesawat – pesawat yang berada di kapal terutama pesawat mesin induk atau

mesin penggerak utama kapal.

Zaman sekarang umumnya kebanyakan kapal menggunakan tenaga

mesin diesel sebagai mesin penggerak utamanya. Para masinis dituntut wajib

mengetahui dan memahami pentingnya melakukan perawatan yang baik dan

terencana terhadap peralatan yang berkaitan dengan mesin induk. Karena

mesin diesel dapat terjadi gangguan kapan saja yang dapat mempengaruhi

kelancaran operasi kapal. Oleh karena itu perawatan harus dilaksanakan

dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan.

Dalam mengoperasikan kapal – kapal laut, perlunya dukungan mesin

pendorong utama kapal. Dan agar mesin – mesin ini dapat beroperasi dengan

baik dan lancar perlunya udara bilas yang memadai, apabila terdapat

1
kekurangan akan menyebabkan timbulnya gangguan dan berakibat turunnya

tenaga mesin induk. Mesin penggerak utama diatas kapal adalah suatu

permesinan utama yang berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi

tenaga pendorong bagi propeller kapal agar kapal dapat bergerak, dimana

dalam pengoperasionalnya mesin induk selalu dalam kondisi running secara

terus menerus.. Sebagai mesin penggerak utama kapal, tipe mesin diesel

merupakan mesin yang lebih menonjol dibandingkan jenis mesin

penggerak utama kapal lainnya, mesin diesel adalah termasuk pesawat kalor,

yaitu pesawat yang merubah energi potensial berupa panas menjadi usaha

mekanik, mesin diesel termasuk pesawat pembakaran dalam atau biasa

disebut (Internal Combustion Engine), karena di dalam mendapatkan energi

potensial berupa panas untuk kerja mekaniknya diperoleh dari pembakaran

bahan bakar yang dilaksanakan di dalam pesawat itu sendiri, yaitu di dalam

silindernya. Pembakaran pada mesin induk terjadi karena adanya udara yang

masuk melalui valve yang keluar setelah terjadi pembakaran dan saat udara

keluar terjadi kenaikan suhu, dimana suhu udara tersebut harus didinginkan

oleh intercooler yang terdapat pada mesin induk.

Intercooler memiliki fungsi mendinginkan dan memampatkan

udara untuk pembakaran sehingga udara yang akan masuk ke ruang bakar

memiliki temperatur yang rendah dengan kadar oksigen yang tinggi kemudian

pembakaran bahan bakar di ruang bakar akan terproses secara sempurna.

Mesin induk sangat memerlukan udara bilas yang maksimal saat proses

2
pembakaran supaya tenaga yang dihasilkan oleh mesin induk maksimal.

Optimalnya kinerja intercooler terhadap temperatur udara bilas merupakan

hal yang wajib untuk kelancaran operasional mesin induk. Hal ini dibutuhkan

untuk menunjang kelancaran pelayanan dalam proses kapal berlayar. Pada

mesin diesel, intercooler juga dapat meningkatkan jumlah udara.

Meningkatnya jumlah udara yang masuk karena kerapatan udara bilas

diakibatkan oleh proses pendinginan, sehingga pembakaran menjadi lebih

sempurna. Bila intercooler bekerja kurang optimal pembakaran akan

berlangsung kurang baik, ini akan menyebabkan kerugian karena tenaga

yang dihasilkan kurang maksimal. Untuk itu diperlukan suatu perawatan dan

perbaikan yang teratur dan sistematis. Hal ini sangat diperlukan pada

intercooler mengingat intercooler sebagai instalasi pendukung Kinerja

mesin induk agar optimal.

Perawatan pada mesin induk merupakan tanggung jawab

masinis salah satunya untuk mengoptimalkan kinerja Intercooler, didalam

melaksanakan perawatan dan perbaikan para masinis harus mengerti

bagaimana mengatasi jika terjadi pembakaran yang tidak sempurna yang

diakibatkan oleh intercooler pada mesin induk. Itulah alasan mengapa

diharuskan melaksanakan perawatan dan perbaikan di dalam kamar mesin

yaitu untuk menghindari terjadinya kerusakan yang mengakibatkan

kerugian.

3
Jika kerja intercooler tidak optimal, menyebabkan naiknya suhu

udara bilas karena proses pendinginan yang tidak maksimal dan supply

udara yang masuk kedalam mesin induk menjadi berkurang. Dari keadaan

seperti ini akan menyebabkan pembakaran yang tidak berlangsung sempurna

dan berdampak pada temperatur gas buang mesin induk menjadi meningkat.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

masalah tersebut dan menuangkannya dalam bentuk karya tulis ilmiah

dengan judul ” ANALISIS BERKURANGNYA PERFORMA MAIN

ENGINE YANG DIAKIBATKAN OLEH NAIKNYA TEMPERATUR

UDARA BILAS INTERCOOLER DI MV. Z ”.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penulis mengangkat

rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1. Apa saja faktor yang menyebabkan naiknya temperatur udara bilas

pada mesin induk?

1.2.2. Dampak apa yang ditimbulkan karena naiknya temperatur udara bilas

pada Intercooler mesin penggerak utama?.

1.2.3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi naiknya temperatur

udara bilas?

1.3. Batasan Masalah

4
Mengingat luasnya masalah yang dibahas serta keterbatasan waktu yang

dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi masalah pada

berkurangnya performa main engine yang diakibatkan oleh naiknya

temperatur udara bilas intercooler di MV. Z

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan karya tulis ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui

sebagai berikut:

1.4.1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan naiknya suhu

udara bilas dikapal z.

1.4.2. Dampak apa saja yang terjadi dikarenakan berkurngnya kinerja

intercooler.

1.4.3. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan supaya intercooler dapat

berkerja sebagaimana mestinya.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap menurunnya kinerja intercooler

secara tidak langsung akan menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan

dengan mesin induk diesel sehingga dapat mengganggu proses pelayaran.

Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat yang ingin dicapai penulis dalam

penelitian ini antara lain:

1.5.1. Manfaat secara teoritis

5
Untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca mengenai faktor

penyebab naiknya temperatur udara bilas pada intercooler, dampak yang

timbul dari naiknya temperatur udara bilas intercooler pada mesin induk

diesel, dan upaya dalam mengatasi menurunnya kinerja intercooler yang

dapat berdampak terhadap mesin induk diesel serta penerapan perawatan

yang optimal untuk menunjang kinerja mesin induk diesel dalam

kelancaran pelayaran.

1.5.2. Manfaat secara praktis

1.5.2.1. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan dalam

mencari dan memecahkan masalah yang terjadi di kapal

khususnya masalah naiknya temperatur udara bilas intercooler

pada mesin induk diesel.

1.5.2.2. Sebagai kontribusi masukan yang bermanfaat bagi seluruh pihak

yang membutuhkan.

1.5.3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menerapkan

teori yang telah diperoleh, dalam melakukan perawatan pada intercooler

serta menambah pengetahuan penulis tentang masalah yang diteliti dan

untuk menjadi bekal penulis sebagai seorang kadet diatas kapal yang

berpikir kritis serta bertanggung jawab.

1.5.4. Bagi Lembaga Pendidikan

6
Karya ini dapat menambah perbendaharaan perpustakaan Politeknik

Pelayaran Sumatra Barat dan menjadi sumber bacaan maupun referensi

bagi semua pihak yang membutuhkan.

1.5.5. Bagi Perusahaan Pelayaran

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan dalam mencari dan

menyelesaikan masalah di atas kapal terutama pada Intercooler yang

dapat meningkatkan kinerja perusahaan dalam membantu mempercepat

penyelesaian masalah tersebut.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Review Penelitian Sebelumnya

Bagian berikut ini menjelaskan beberapa penelitian sebelumnya

Penelitian Setyo yang dilaksanakan pada tahun 2020, penulis Setyo

melakukan penelitian mengenai analisa penyebab tersumbatnya sisi

udara intercooler pada mesin diesel penggerak utama di Kapal MT. Sumber

Mitra Kencana 1. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh penulis, tersumbatnya sisi udara intercooler pada mesin penggerak utama

di kapal MT. Sumber Mitra Kencana 1 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

filter udara turbocharger yang kotor, sudu-sudu kompresor side kotor dan sisi

udara yang kotor, faktor manusia akibat kelalaian masinis dalam menjalankan

perawatan. Faktor metode pengoperasian dan perawatan akibat prosedur tidak

sesuai dengan instruction manual book (buku instruksi manual), dan faktor

lingkungan akibat ruang kamar mesin yang kotor. Penulis mendapatkan hasil

dampak yang terjadi dari faktor penyebab tersumbatnya sisi udara intercooler

8
adalah 1. Udara yang dihisap oleh turbocharger akan susah masuk karena

celah-celah filter tertutup oleh kotoran dan kotoran yang menempel pada filter

udara akan terbawa masuk ke dalam intercooler yang menyebabkan sisi udara

di intercooler kotor dan menumpuk dan menimbulkan kerak-kerak pada sisi

udara di intercooler, 2. Akan menghambat putaran isap dari kompresor menuju

intercooler, 3. Kotoran yang menumpuk akan dapat terhisap masuk kedalam

intercooler dan menyebabkan udara bilas tersumbat dan suply udara ke ruang

silinder akan lambat. 4. Kegiatan PMS (Plan Maintenance System) tidak

teratur. 5. Hasil pengoperasian alat atau barang tidak sesuai dengan

penyusunan. 6. Ruang kamar mesin yang kotor yang menyebabkan

tersumbatnya sisi udara intercooler pada mesin penggerak utama.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Tegar pada tahun 2021,

penulis meneliti mengenai analisis menurunnya kinerja intercooler terhadap

performa mesin induk di KM. Pulau Hoki yang bertujuan untuk mengetahui

dampak kinerja intercooler terhadap kerja mesin induk. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini bahwa faktor penyebab menurunnya kinerja intercooler

terhadap performa mesin induk di KM. Pulau Hoki adalah terdapatnya

kotornya kisikisi udara pada intercooler, kurangnya perawatan intercooler,

buntunya pipa-pipa air laut intercooler dan penulis menyadari dampak yang

terjadi akibat permasalahan tersebut ialah temperature udara bilas meningkat

dan rendahnya tekanan yang dihasilkan dan kotornya ruang udara bilas karena

bila udara kotor masuk ke ruang udara bilas terus menerus tanpa melakukan

9
perawatan mengakibatkan lorong udara bilas tersebut kotor. Upaya yang

dilakukan untuk mencegah penyebab menurunnya kinerja intercooler terhadap

performa mesin induk di KM. Pulau Hoki yaitu melakukan perawatan dan

pembersihan terhadap kisi-kisi intercooler, membersihkan pipa-pipa pendingin

intercooler, malakukan pembersihan terhadap filter sea chest dan melakukan

perawatan serta pembersihan ruang udara bilas sesuai dengan manual book dan

planned maintenance system yang berlaku di atas kapal.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Analisis

Analisis adalah proses pemecahan masalah (melalui akal) ke

bagian bagiannya berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai

pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya. 10 Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia karangan Suharso dan Ana Retnoningsih (2005),

analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan,

perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya). Menurut

Gregory (2001:40), analisis adalah langkah pertama dari proses

perencanaan. Tanpa memahami inti permasalahan anda tidak dapat

menyusun suatu program yang meyakinkan atau efektif, atau yang

berhasil menyampaikan tujuan-tujuan korporat.

10
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah kegiatan untuk memecahkan masalah dan melakukan suatu

penyelidikan yang terjadi atas suatu peristiwa. Penulis mengambil

penelitian mengenai Analisis Berkurangnya Performa Main Engine

Yang Diakibatkan Oleh Naiknya Temperatur Udara Bilas Intercooler

di MV. Z karena masalah tersebut dapat terjadi dan akan mengganggu

proses kerja mesin induk saat berlayar.

2.2.2. Mesin induk

Mesin induk adalah tenaga penggerak utama yang berfungsi untuk

merubah tenaga mekanik menjadi tenaga pendorong bagi propeller

kapal agar kapal dapat bergerak, dalam pengoperasiannya mesin induk

yang selalu dalam kondisi hidup secara terus menerus dan

menimbulkan panas pada bagian mesin, sehingga terjadi kenaikan

temperatur, terutama pada bagian-bagian yang saling bersentuhan

langsung dengan ruang bakar Darma et al., (2010). menurut Boby

Wisely dkk (2020), Pada mesin diesel unit marine engine dapat

bergerak karena adanya pembakaran dalam silinder dan menghasilkan

panas yang cukup tinggi, jika tidak didinginkan akan terjadi

overheating (mesin terlalu panas) dan hal itu biasa mempercepat

keausan, maka untuk mencegah hal tersebut dilengkapilah mesin

11
tersebut dengan sistem pendingin yang mana sistem pendingin ini

berfungsi untuk mencegah terjadinya panas yang berlebihan.

Pada motor diesel, disebut sesuai penciptanya Rudolf Diesel

(1913: 99), udara yang diperlukan untuk pembakaran di dalam silinder

oleh torak, sedangkan bahan bakar dalam bentuk halus disemprotkan

kedalam udara panas akibat kompresi akan bercampur dengan baik

pada akhir langkah kompresi. Motor diesel juga disebut motor

kompresi udara, bahan bakar yang digunakan adalah minyak diesel.

Konsep pembakaran mesin diesel yaitu udara masuk ke dalam

ruang bakar pada saat torak melakukan langkah hisap atau dari titik

mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB), yang selanjutnya

udara tersebut dikompresikan sampai mencapai suhu dan tekanan

yang tinggi. Beberapa saat sebelum torak mencapai titik mati atas

(TMA) bahan bakar diinjeksikan kedalam ruang bakar. Dengan suhu

dan tekanan udara dalam silinder yang cukup tinggi maka partikel-

partikel bahan bakar akan menyala dengan sendirinya sehingga

membentuk proses pembakaran. Udara yang masuk kedalam ruang

bakar dihasilkan oleh turbocharger yang didorong oleh gas buang.

Gas buang menekan turbine side sehingga berputar kemudian shaft

meneruskan putaran menuju blower side dan menghasilkan udara

12
yang bertekanan cukup tinggi, sehingga temperatur udara yang

dihasilkan juga meningkat. Udara tersebut jika digunakan untuk

pembakaran akan menjadi sebuah kerugian maka diperlukan

intercooler untuk menurunkan temperatur udara tersebut. Selain

menurunkan temperatur, intercooler juga dapat meningkatkan jumlah

atau kuantitas udara. Meningkatnya jumlah udara karena kerapatan

udara semakin meningkat akibat proses pendinginan, sehingga

pembakaran menjadi lebih sempurna.

Bila kinerja intercooler menurun atau tidak optimal, pembakaran

pada mesin induk akan terhambat, hal ini akan menyebabkan

kerugian karena tenaga yang dihasilkan oleh mesin induk menjadi

tidak maksimal. Untuk itu diperlukan suatu perawatan dan perbaikan

yang teratur dan sistematis. Hal ini sangat diperlukan pada

intercooler mengingat intercooler sebagai instalasi pendukung

performa kerja main engine

13
Gambar 1: Main Engine

Sumber: https://www.lalaukan.com

2.2.3. Performa

Performa adalah sebuah perwujudan kerja yang dilakukan

karyawan dan umumnya digunakan sebagai dasar atau acuan penilaian

terhadap karyawan dalam suatu organisasi. Menurut Anwar Prabu

Mangkunegara, (2006:67), “Performa merupakan hasil kerja secara

kuantitas dan kualitas yang dicapai seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan”.

Ardista (2020) menurut Blanchard (1993), “Performa ialah suatu fungsi

dari motivasi dan kemampuan. Untuk melaksanakan pekerjaan

seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan

14
tertentu. Adapun ketrampilan seseorang masih tidak cukup efektif

untuk mengerjakan pekerjaan tanpa pemahaman yang jelas tentang apa

yang akan dikerjakan dan cara mengerjakannya”. Dari pengertian

tersebut dapat kita simpulkan Performa yang baik ialah suatu langkah

untuk mencapai tujuan suatu organisasi oleh karena itu, Performa juga

di definisikan sebagai sarana penentu dalam mencapai tujuan suatu

organisasi karenanya perlu diupayakan untuk meningkatkan performa

karyawan.

Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja tergantung pada

kemampuan pembawaan (ability), kemampuan yang dapat

dikembangkan (capacity), bantuan untuk terwujudnya performance

(help), insentif materi maupun nonmateri (incentive), lingkungan

(environment), dan evaluasi (evaluation). Kinerja dipengaruhi oleh

kualitas fisik individu (ketrampilan dan kemampuan, pendidikan dan

keserasian), lingkungan (termasuk insentif dan noninsentif) dan

teknologi. Secara umum kinerja (performance) didefinisikan sebagai

tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.

Robbins menjelaskan bahwa kinerja merupakan suatu hasil yang

dicapai oleh pekerjaan dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu

yang berlaku untuk suatu pekerjaan.

2.3. Pengertian Intercooler

15
Menurut para ahli intercooler merupakan salah satu permesinan

yang berfungsi sebagai alat mekanik yang digunakan untuk mendinginkan

sebuah fluida, termasuk cairan maupun gas, antara tahapan pada proses

pemanasan multi-tahap, biasanya berupa alat penukar panas yang membuang

limbah panas dalam kompresor gas. Digunakan dalam berbagai aplikasi,

termasuk kompresor udara pendingin ruangan, dan gas turbin. Intercooler

udara ke air digunakan untuk kapal-kapal pelayaran. Pada jenis ini air

bersirkulasi untuk mendinginkan udara, pada dasarnya prinsip kerjanya sama

seperti air radiator. Komponen terpenting dalam intercooler jenis ini adalah

pompa airnya (Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Intercooler).

Sistem pendingin (Intercooler) adalah salah satu bagian dari salah

satu mesin induk yang berbentuk kotak yang terletak pada samping ataupun

bawah dari turbocharger compresor, yang di buat dari lapisan plat tipis kecil

memanjang dan berfungsi untuk menurunkan suhu udara tekan atau udara

pengisi sebelum udara tersebut masuk kedalam silinder, Djeli dan

Saidah (2016).

Cooler biasanya berfungsi untuk mendinginkan sebuah fluida termasuk

cairan maupun gas, antara tahapan proses pemanasan multitahap, biasanya

berupa alat penukar panas yang membuang limbah panas dalam kompresor

gas. Digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk kompresor udara,

pendingin ruangan, lemari es, dan gas turbin. Dikenal secara luas pada dunia

otomatis sebagai pendingin udara udara atau udara-cairan untuk diinduksi

tenaga (turbocharger atau supercharger) di mesin pembakaran dalam untuk

16
meningkatkan efisiensi volumetrik mereka dengan meningkatkan kepadatan

asupan muatan udara mendekati pendingin isobarik. Kinerja mesin induk

dikapal (main engine) di pengaruhi juga oleh udara bilas yang telah

didinginkan oleh Intercooler, Rizha (2020).

Gambar 2: Intercooler Kapal

Sumber : Roni Iqbal W, (2020)

2.3.1. Cara Kerja Intercooler Mesin Induk

17
Prinsip kerja dari Intercooler adalah meningkatkan efisiensi

system induksi dengan mengurangi induksi panas udara yang

diciptakan oleh supercharger atau turbocharger dan meningkatkan

pembakaran lebih menyeluruh. Hal ini menghilangkan panas

kompresi (yaitu, kenaikan suhu) yang terjadi dalam gas apapun ketika

tekanannya dinaikkan atau unit massa persatuan volume (densitas)

dinaikkan, Sholikin A (2019).

Menurut Rizha, Y (2020) Intercooler di kapal berfungsi sebagai

alat untuk mendinginkan udara bilas ataupun menurunkan suhu udara

yang dihasilkan dari turbin yang akan dimanfaatkan untuk

pembakaran.

Cara kerja dari Intercooler adalah sebagai berikut:

a. Udara luar di hisap oleh Turbocharger blower

b. Selanjutnya udara di dinginkan oleh Intercooler dengan media

pendingin air laut.

c. Udara masuk kedalam Scavenging air

d. Dari scavenging air udara masuk kelubang liner bagian bawah.

Pada saat piston berada pada posisi titik mati bawah (TMB)

18
e. Selanjutnya udara masuk diruang pembakaran silinder pada saat

langkah usaha tolak

f. Setelah merubah proses Sebagian udara dimanfaatkan sebagai

pembilasan sehingga pembakaran pada mesin induk menjadi lebih

sempurna.

2.3.2 Bagian-bagian Intercooler

Berdasarakan pembagiannya Intercooler memiliki beberapa bagian

bagian dan komponen yang berbeda fungsinya yaitu sebagai berikut:

2.3.2.1 cooling sea water inlet

cooling sea water inlet merupakan salah satu bagian dari

komponen intercooler sebagai masuknya air laut ke dalam

intercooler sebagai media pendinginan yang dilakukan oleh

intercooler.

2.3.2.2. cooling sea water outlet

cooling sea water outlet ialah komponen dari intercooler sebagai

keluaranya air laut dari dalam intercooler setelah intercooler

melakukan proses pendinginan udara bilas.

2.3.2.3. Anoda Plate

Anoda plate adalah salah satu komponen intercooler yang

berfungsi sebagai komponen yang melindungi komponen lain

terhadap karat.

19
2.3.2.4. Cover

Cover adalah bagian luar intercooler yang melindungi seluruh

komponen intercooler yang berada didalam cover, bagian

komponen cover ini tidak boleh ada kebocoran sedikitpun agar

kinerja intercooler berjalan dengan lancar.

2.3.2.5 Berkas pendingin

Berkas pendingin adalah salah satu bagian dari komponen

intercooler yang berfungsi sebagi lewatnya udara yang akan

didinginkan melewati kisi kisi intercooler.

Atas dasar inilah dibutuhkan sebuah sistem pendingin udara

bernama intercooler sebelum udara bertekanan tersebut masuk

ke intake manifold. Intercooler merupakan sebuah heat

exchanger yang umumnya menggunakan udara atmosfer sebagai

media pendingin. Udara terkompresi masuk ke sisi tubing kecil

yang tersusun atas plat-plat tipis aluminium mirip konstruksi

radiator. Udara atmosfer mengalir dengan bantuan kipas

melewati sela-sela tubing dan menyerap panas udara

terkompresi melalui permukaan tubing, Ronal (2020)

20
1
2

4
7

5 6

Gambar 3: Bagian Bagian Intercooler Mesin Induk

Sumber : https://panjimitiqo.wordpress.com/2011/05/09/mengenal-dan-merawat

mesin-turbo-intercooler-wastegate-valve/

Keterangan :

1. Anode Plate

2. Air Vent Cock

3. Drain Cock

4. Cooler Sea Water Inlet

5. Cooler Sea Water Outlet

21
6. Cover

7. Air Cooler

2.3.3 Jenis jenis Intercooler

Secara umum, intercooler dibagi menjadi 3 jenis. intercooler udara-ke-

udara, udara ke air, dan air ke air.

2.3.3.1 Udara ke udara

Udara ke udara adalah jenis intercooler yang digunakan pada

sebagian besar di kapal saat ini. Selain itu, fitting dan selang

karet harus berkualitas baik untuk menahan tekanan turbo.

Pemasangan Turbo juga harus diperhatikan, harus ditempatkan

di tempat mendapat udara segar sebanyak mungkin saat kapal

sedang melaju.

Gambar 4: Langkah Kerja Intercooler

Sumber : (https://panjimitiqo.wordpress.com)

22
2.3.3.2 Udara ke Air

Intercooler udara ke air awalnya digunakan untuk kapal yang

berlayar di laut. Dengan jenis sirkulasi air ini untuk

mendinginkan udara, pada dasarnya bekerja dengan prinsip yang

sama dengan air radiator. Komponen terpenting pada

intercooler jenis ini adalah pompa air. Untuk alasan ini, pompa

air biasanya dihubungkan secara seri atau paralel.

2.3.3.3 Intercooler air ke air

Intercooler air ke air adalah intercooler yang mendinginkan udara

di dalam berdasarkan udara yang melewati kisi-kisi. Sementara

udara ke air merupakan intercooler yang mendinginkan udara

berdasarkan udara yang mengalir melalui kisi kisi, hal ini juga

dibantu oleh air yang mengalir melaluinya. Pada saat merancang

turbocharger dikapal, jenis intercooler air ke air dipilih karena

efisiensinya yang tinggi dan bentuknya yang lebih mudah

disesuaikan

2.4 Gangguan Pada Intercooler Mesin Induk

Menurut Satria (2019), Gangguan yang mungkin terjadi apabila kondisi

Intercooler tidak optimal yaitu sebagai berikut :

23
2.4.1. Saringan atau komponen Intercooler yang kotor

Kemungkinan adanya supply udara untuk internal combusion engine

tidak mencukupi. Ini disebabkan karena air laut yang masuk ke

Intercooler tidak maksimal dalam mendinginkan udara, hal tersebut

dikarenakan pada pipa air laut pendingin terjadi penyumbatan oleh

kotoran dan terjadi kebocoran pada pipa air laut pendingin akibat dari

adanya korosi. Cara mengatasinya adalah dengan mengganti pipa

tersebut dengan yang baru.

2.4.2 Suhu gas buang tinggi

Hal ini mungkin dikarenakan suhu udara bilas tinggi ,hal ini bisa juga

dikarenakan udara yang keluar setelah melewati intercooler masih

belum didinginkan secara optimal sehingga terjadi kerenggangan udara

dalam proses pembakaran dalam.

2.4.3. Terjadi Surging (bergetar) pada turbocharger

Adanya getaran yang mungkin disebabkan aliran udara bilas dari

kompresor turbocharge tidak lancar/backpressure, hal ini dapat terjadi

dikarenakan udara yang akan melewati intercooler terjadi hambatan

sehingga udara yang melewatinya tidak bisa lancar masuk kedalam

udara bilas.

24
2.4.4. Air pendingin yang masuk ke Intercooler bocor

Biasanya disebabkan karena korosi, hingga di adakan perbaikan dan

penggantian pipa yang baru apabila terjadi kebocoran pada pipa

tersebut.

2.4.5. Packing pada body Intercooler rusak

Hal ini disebabkan karena packing sudah lama, dan harus diganti

dengan yang baru agar tidak terjadi kebocoran pada intercooler tersebut.

2.5 Udara Bilas

Menurut Anwar Prabu (2013:47), udara bilas adalah udara yang

digunakan untuk pembilasan pembakaran mesin dalam sebagai penunjang

berlangsungnya pembakaran sempurna. Sebagian besar udara mengandung

oksigen dan nitrogen. Udara merujuk kepada campuran gas yang terdapat

pada permukaan bumi. Udara tidak tampak mata, tidak berbau, dan tidak ada

rasanya. Kehadiran udara hanya dapat dilihat dari adanya angin yang

menggerakkan udara. Udara termasuk salah satu jenis sumber daya alam

karena memiliki banyak fungsi. Kandungan elemen senyawa gas dan partikel

dalam udara akan berubah-ubah dengan ketinggian dari permukaan tanah.

Demikian juga massanya, akan berkurang seiring dengan ketinggian.

Semakin dekat dengan lapisan troposfer, maka udara semakin tipis, sehingga

melewati batas gravitasi bumi, maka udara akan hampa sama sekali.

25
Pada pengisian diesel 2 tak, sistem denyut pada gas buangnya dan

sistem serie pada udaranya dengan pembilasan memanjang. Pompa bilas

digerakkan oleh batang (Rod) yang dihubungkan dengan piston Rod akan

menggerakkan plunger dari pompanya. Pompa bilas ini mempunyai katup-

katup seperti : section valve dan discharge valve bekerja ganda. Pada saat

langkah torak dimana terjadi proses pembuangan, maka gas dikeluarkan dari

silinder melalui katup buang (exhaust valve) yang terbuka. Gas-gas ini

menggerakkan propeller dari turbin, sehingga poros turbin terputar, yang

mengakibatkan juga blower berputar, mengisap udara kamar mesin dan

mendorongnya melalui intercooler masuk ke pompa bilas (serie system).

Udara ini oleh pompa bilas ditekan masuk silinder melalui inlet port yang

dibuka oleh toraknya sendiri. Inlet port terbuka pada 50C sebelum TMB dan

tertutup pada 50 setelah TMB, sedangkan exhaust port terbuka 65C

sebelum TMB dan tertutup 25C setelah TMB (pembilasan melintang),

Kusuma (2021).

2.5.1 Sistem Udara Bilas Mesin Diesel

Sistem udara bilas merupakan suatu proses pengeluaran gas buang

dari dalam silinder oleh udara baru bertekanan. Udara baru bertekanan

tidak semuanya terbuang bersamaan dengan gas pembakaran, sebagian

sisa dari udara baru tersebut digunakan untuk siklus pembakaran. Udara

26
baru tersebut diperoleh dari turbocharger yang menekan udara baru

masuk kedalam. ruang scaving air dan diteruskan menuju silinder.

Motor diesel berdaya besar yang memiliki siklus dua langkah

umumnya memiliki efisiensi volumetrik yang lebih besar bila

dibandingkan dengan motor diesel dengan siklus empat langkah. Faktor

penting dalam siklus operasi dua langkah adalah pembilasan, karena

pembilasan sangat menentukan kerja dari proses pembakaran. Dalam

proses pembilasan diperlukan udara bersih agar proses pembilasan

berjalan dengan baik. Udara mengandung unsur – unsur gas yang

terdapat pada atmosfer terdiri atas unsur nitrogen (N2) 78%, oksigen

(O2) 21%, karbondioksida 8 (CO2) 0,3%, argon (Ar) 1%, dan sisanya

unsur gas lain seperti: ozon (O3), hidrogen (H2), helium (He), neon

(Ne), xenon (Xe), krypton (Kr), radon (Rn), metana, dan ditambah

unsur uap air dalam jumlah yang berbeda-beda. Kebutuhan udara

pembilasan diperoleh dari turbocharger yang digerakkan oleh turbin

yang energinya diambilkan dari gas buang pembakaran mesin diesel.

Penggunaan turbocharger berfungsi untuk meningkatkan tekanan dan

mendorong gas sisa pembakaran yang belum keluar melalui katup

buang di kepala silinder, lurus dari bagian bawah kebagian atas silinder.

Karena aliran udara pembilas yang lurus maka efisiensi pembilasannya

menjadi tinggi. Aliran udara pembilasan yang lurus akan mengurangi

kecenderungan terjadinya pencampuran antara udara bilas dengan gas

27
sisa pembakaran menjadi berkurang. Dengan pembilasan udara yang

lebih baik ini, akan meningkatkan kualitas pembakaran, sehingga

tekanan efektif rata-rata meningkat dan kerja mesin diesel akan menjadi

lebih baik, Aziz (2020).

2.5.2 Ada beberapa macam pembilasan yang umum digunakan dalam siklus

pembilasan motor diesel dua langkah:

2.5.2.1 Pembilasan melintang (cross scavenging).

Metode ini, torak terlebih dulu membuka lubang buang dan

melipatkan tekanan, pada saat torak berada diposisi titik mati

bawah, maka torak membuka lubang bilas dan mulai

memasukkan udara bertekanan. yang diarahkan keatas, sampai

mendorong keluar gas buang melalui lubang buang. Setelah

melampaui titik mati bawah, torak terlebih dahulu menutup

lubang bilas dan setelah itu menutup lubang buang. Beberapa

mesin besar putaran rendah menggunakan skema pembilasan

melintang, yang diperbaiki dengan tambahan katup searah yang

terletak pada lubang bilas. Pada proses ini lubang bilas dibuat

sama tinggi atau bahkan lebih tinggi daripada lubang buang.

Oleh karena itu lubang bilas dibuka secara serentak sebelum

lubang buang, tetapi katup akan mencegah gas buang masuk

kembali kedalam ruang bakar. Setelah tekanan didalam silinder

28
turun dibawah tekanan saat menerima udara bilas, maka katup

masuk udara akan membuka dan udara bilas mulai masuk,

pembilasan dilanjutkan sampai lubang bilas maupun lubang

buang tertutup oleh torak.

2.5.2.2 Pembilasan memutar (round scavenging).

Pembilasan ini mirip dengan pembilasan melintang dalam hal

urutan pembukaan lubang, tetapi arah aliran udara berbeda.

Keuntungannya adalah keseluruhan penerima udara bilas dan

penerima gas buang terletak pada sisi yang sama dari silinder

sehingga lebih mudah dicapai. Skema ini sesuai untuk mesin

kerja ganda dimana disempurnakan dengan memasang katup

buang putar. Selama pelepasan gas buang, maka katup terbuka

tetapi katup ini akan tertutup jika torak menutupi lubang

bilas pada langkah balik. Dengan pengaturan ini, maka untuk

melepaskan pengisian udara selama awal langkah kompresi

ketika lubang buang ditutup oleh torak katup putar dan terbuka,

sehingga katup akan tertutup jika torak menutupi lubang bilas

pada langkah balik, dan dengan pengaturan ini untuk

29
melepaskan pengisian udara selama awal langkah kompresi,

ketika lubang buang ditutup oleh torak katup putar dan terbuka

sampai proses pembilasan berikutnya.

2.5.2.3 Pembilasan memanjang (uniflow scavenging).

Hampir semua Motor Diesel siklus dua langkah yang

memiliki daya besar menggunakan sistem pembilasan

memanjang, pada proses siklus dua langkah ini pembilasan

terjadi dengan bantuan turbocharger yang digerakkan oleh turbin

yang energinya diambil dari gas buang (exhaust gas).

Penggunaan turbocharger dimaksudkan untuk meningkatkan

volume udara yang masuk dalam silinder akibat dari

dikompresinya udara oleh turbocharger, temperatur udara sedikit

naik dan akan menurunkan masa jenis udara itu sendiri,

akibatnya efisiensi volumetriknya hanya meningkat sedikit.

Dengan memasang sistem pendingin setelah turbocharger

densitas udara dapat ditingkatkan kembali sehingga efisiensi

volumenya meningkat kembali. Udara pembilasan juga akan

mendorong gas sisa pembakaran yang belum keluar melalui

katup buang dikepala silinder bagian bawah kebagian atas

silinder, karena aliran udara pembilas yang lurus maka efisiensi

pembilasannya menjadi tinggi. Aliran udara pembilas yang lurus

30
akan mengurangi kecendrungan terjadinya turbolensi udara dan

juga terjadinya pencampuran antara udara pembilas dengan gas

sisa pembakaran menjadi berkurang. Dengan pembilasan udara

yang lebih baik akan meningkatkan kualitas pembakaran

sehingga tekanan ekfektif rata-rata meningkat dan langkah kerja

mesin secara umum akan lebih baik, Aziz (2020).

2.6. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah bagan dari suatu alur pemikiran

terhadap apa yang sedang dipahaminya untuk dijadikan sebagai sebuah acuan

dalam memecahkan suatu permasalahan yang sedang diteliti secara logis dan

sistematik. Setiap bagan atau kerangka pikir yang dibuat mempunyai

kedudukan atau tingkatan yang dilandasi dengan teori-teori yang relevan agar

permasalahan dalam penelitian dapat terpecahkan. Kerangka pemikiran

disusun dalam upaya memudahkan pembahasan penelitian terapan yang

dirangkum menjadi karya ilmiah tentang analisis berkurangnya performa main

engine yang diakibatkan oleh naiknya temperatur udara bilas intercooler di

MV. Z. Dapat dilihat pada gambar 2.6.1 merupakan kerangka pikir dari

penelitian ini:

31
Analisis Berkurangnya Performa Main Engine
Yang Diakibatkan Oleh Naiknya Temperatur
Udara Bilas Intercooler Di Mv. Z

Dampak Naiknya Temperatur Faktor Yang Menyebabkan


Udara Bilas Intercooler Naiknya Suhu Udara Bilas

Upaya mengatasi naiknya


temperatur udara bilas

Suhu udara bilas yang optimal


mendukung kinerja mesin induk

Gambar 2.6.1: Kerangka Pikir Penelitian

Sumber: Dokumen Pribadi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.

Bogdan (2010). mengungkapkan bahwa : penelitian kualitatif dilakukan

karena peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat

dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja,

32
formula suatu resep, pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang

beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata

cara suatu budaya, model fisik suatu artifak dan lain sebagainya.

Selain itu, Sugiyono (2012). juga mengemukakan : penelitian

kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan

triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Menurut Sukmadinata, N. S. (2011), juga mengemukakan penelitian

deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa

manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas,

keterkaitan antar kegiatan.

Selain itu, Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan,

manipulasi atau pengubahan pada variabel variabel yang diteliti, melainkan

menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang

diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli

diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu

rangkaian kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada

dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di sini,

33
peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian

ini mengeksplor fenomena objek yang akan di teliti.

3.2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek merupakan suatu bahasan yang sering dilihat pada suatu

penelitian. Manusia, benda, ataupun lembaga (organisasi) yang sifat

keadaannya akan diteliti adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau

terkandung objek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian

sering juga disebut dengan istilah informan. Informan adalah orang yang

dipercaya menjadi narasumber atau sumber informasi oleh peneliti yang akan

memberikan informasi secara akurat untuk melengkapi data penelitian. Hal

tersebut juga dipaparkan oleh, Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D bahwa: Informan adalah sebutan bagi sampel

dari penelitian kualitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan

responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan

guru dalam penelitian. Jadi subjek pada penelitian ini pada dasarnya

adalah semua informan yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian,

sedangkan objek penelitiannya adalah kapal anonim.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap

informasi atau kekurangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik

34
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah:

wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

tatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman ( guide)

wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial relatif lama Sutopo (2006). Dengan cara melakukan

pendekatan secara khusus terhadap para masinis mesin , baik itu Chief

Enginer, Second Enginer, Third Enginer. Guna mendapatkan hasil

wawancara yang akurat terkait dengan metode perawatan Intercooler

dan permesinan yang ada di atas kapal.

3.3.2. Teknik Observasi

Teknik pengamatan ini salah satu teknik pengumpulan data

kualitatif yang dianjurkan untuk mendapatkan data-data deskriptif.

Teknik observsi berasal dari kata observation yang berarti

pengamatan. Teknik ini digunakan untuk memahami pola, norma,

dan makna perilaku dari iforman yang diteliti.

3.3.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,

dokumentasi biasanya berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya

monumental dari seseorang, dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya, catatan kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan

35
(sugiyono, 2012), dokumen berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan.

dokumen berbentuk gambar misalnya foto, sketsa, dll. Dalam

penelitian kualitatif studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara

3.4. Jenis Dan Sumber Data

Sehubungan dengan penelitian ini, maka dibutuhkan sumber data

dalam menunjang pembahasan ini adalah :

3.4.1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung antar

lain diperoleh dengan cara metode survey, yaitu dengan pengamatan dan

mencatat secara langsung di tempat penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

Merupakan data pelengkap untuk data primer yang didapat dari berbagai

sumber misalnya kepustakaan, buku-buku bahan kuliah dari Internet dan

juga data-data yang bisa Taruna peroleh dari perusahaan serta semua

yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Metode Analis

36
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis

destruktif dimana kegiatan yang dilakukan dengan memuat dan mengamati

objek yang atas kapal, kemudian menganalisa objek tersebut untuk dipaparkan

secara rinci data yang diperoleh dengan tujuan untuk memberikan informasi

mengenai perencanaan terhadap masalah yang timbul berhubungan dengan

materi pembahasan proposal.

3.6. Jadwal Kegiatan

Bulan
- Juli
April - Juni

September
Agustus
Agustus

Rencana /
Juli -

Agustus

No. Kegiatan Realisasi

37
Bimbingan Dan Pengajuan
1 Realisasi
Judul Proposal √

2 Perbaikan Judul Proposal Realisasi √

3 Pengarahan Dari Kaprodi Realisasi √

4 Pembuatan Proposal Realisasi √

5 Seminar Penelitian Rencana √

6 Melakukan Penelitian Rencana

Penyusunan Hasil
7 Rencana
Penelitian Dalam Bentuk

Karya Ilmiah

8 Sidang Komprehensif Rencana

9 Perbaikan Rencana

10 Penjilidan Rencana

11 Pengesahan Rencana

DAFTAR PUSTAKA

Ana, R dan Suharso. (2003). Kamus besar bahasa indonesia / Suharso, Ana

Retnoningsih. Semarang : Widya Karya

Anwar ,P. (2006). Perencanaan dan Pengembangan Manajemen Sumber Daya

Manusia, Pen. PT Refika Aditama

38
Ardista, R. (2020). Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja

Karyawan (Studi Kasus di PT.Permata Birama Sakti). Sekolah Tinggi Ilmu

Ekonomi Tribuana.

Aziz Reza. (2020). Analisis Penyebab Naiknya Temperatur Udara Bilas Pada

Ruang Scaving Air Mesin Diesel Penggerak Utama MV. Pan Energen.

Semarang. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Boby Wisely, dkk. (2020). Perawatan Dan Perbaikan Sistem Pendingin Mesin

Induk Pada Kapal Perikanan. Sorong. Pliteknik Pelayaran Sorong

Bogdan & Taylor.(2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remadja

Karya

Djeli, M. Y., & Saidah, A. (2016). Pengaruh Temperatur Pendingin Mesin

Terhadap Kinerja Mesin Induk di KM TRIAKSA. Seminar Nasional

TEKNOKA, 194–198.

Gregory, A. (2004). Planning And Managing Public Relations Campaigns,

Erlangga, Jakarta

Robbins,S.P, (2006). Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, Jilid I dan II,

PT.Prenhallindo, Jakarta,

Rizha, Y. (2020). Sistem Perawatan Intercooler Mesin Utama Km. Sabuk

Nusantara 106 Di Pt. Yasa Wahana Tirta Samudera. Karya Tulis. Semarang

Ronal, B.S . (2020). Sistem Perawatan Dan Intercooler Mesin Induk Di Kapal.

Tonasa Line Xi. PT. Dok Dan Perkapalan Surabaya. Karya Tulis Surabaya

39
Sholikin, A. (2019). Turunnya Kerja Air Cooler Terhadap Performa Mesin Induk

Di KM. Oriental Silver. Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Sukmadinata, N.S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosadakarya.

Sugiyono .(2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabetha.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Tanoyo,S. (2020). Analisa Penyebab Tersumbatnya Sisi Udara Intercooler

Pada Mesin Diesel Penggerak Utama Di Kapal Mt. Sumber Mitra

Kencana. Semarang. Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang.

Tri Tegar, A. (2020). Analisis Menurunnya Kinerja Intercooler Terhadap

Performa Mesin Induk Di Km. Pulau Hoki. Semarang. Politeknik Ilmu

Pelayaran Semarang.

40

Anda mungkin juga menyukai