Kelas : Akuntansi A
MK : Akuntansi Keuangan Lanjutan
1. Apa yang dimaksud dengan persekutuan dalam arti luas maupun dalam arti sempit ?
jawab :
Persekutuan dalam arti luas adalah suatu gabungan atau asosiasi dari dua individu atau lebih
untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk
memperoleh laba masing-masing individu tersebut biasanya disebut sekutu atau partner.
Sedangkan persekutuan dalam arti sempit adalah gabungan atau asosiasi dari dua atau lebih
untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersamaan dengan tujuan untuk
memperoleh laba.
2. Apa saja yang menjadi ketentuan dalam perjanjian pendiri persekutuan ?
Jawab :
Dalam perjanjian pendiri persekutuan yaitu sebagai berikut :
~ Ketentuan mengenai persekutuan
~ Ketentuan mengenai sekutu
~ Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan
~ Ketentuan mengenai pembagian laba
~ Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan
~ Ketentuan mengenai pertanggungan asuransi terhadap masing-masing sekutu.
Perjanjian tersebut antara lain:
Catatan setoran modal, perhitungan modal, pembagian laba, pencatatan transaksi-transaksi
persekutuan yang menyangkut modal dan dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.
3. Sebutkan jenis persekutuan !
Jawab :
Jenis-jenis persekutuan yaitu:
~ Persekutuan firma (Fa)
Persekutuan firma adalah persekutuan yang didirikan atau diadakan untuk menjalankan
perusahaan dengan menggunakan nama bersama di mana semua sekutu bertanggung jawab
penuh dan biasanya ikut aktif mengelola perusahaan
~ Persekutuan komanditer (CV)
Persekutuan komanditer adalah suatu bentuk perjanjian kerjasama untuk berusaha dimana
salah satu atau lebih anggotanya bertanggung jawab terbatas yaitu sekutu aktif dan sekutu
pasif.
~ Joint stock Company adalah suatu bentuk bisnis di mana aset perusahaan dibagi bersama di
antara sejumlah besar pemilik individu yang berbeda. Masing-masing memiliki bagian
tertentu dari total kekayaan perusahaan.
4. Apa yang dimaksud dengan silent partner dan sekutu aktif ?
Jawab :
Silent partner adalah sekutu yang hanya menyetor modal saja tanpa ikut mengelola
perusahaan. sedangkan sekutu aktif adalah sekutu yang ikut aktif mengelola perusahaan dan
bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta pribadinya.
5. Sebutkan karakteristik utama dari persekutuan !
Jawab:
Karakteristik utama dari persekutuan yaitu:
~ Mutual agency
Masing-masing sekutu merupakan agen ( wakil, cara, perpanjangan tangan) dari persekutuan.
~ Limited Life
Umur persekutuan adalah terbatas. Hal-hal yang membatasi umur persekutuan antara lain
perjanjian persekutuan ketentuan hukum serta putusan pengadilan. Sewaktu-waktu
persekutuan dapat bubar karena masuknya sekutu baru, pengunduran sekutu, dan sebagainya.
~ Unlimited liability
Tanggung jawab masing-masing sekutu ( kecuali sekutu pasif) tidak terbatas pada modal
yang disetor saja
~ Power Of Worship of an Interest in a Partnership.
Kekayaan yang telah disetor ke dalam perusahaan sudah bukan lagi milik sekutu penyetor,
melainkan milik semua sekutu.
~ Participation on Partnership profit.
Masing- masing Sekutu mempunyai hak dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.
~ Right to dispose of a Partnership interest.
Masih sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya atas modal dan hak
atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu maupun bukan.
~ Matua liability.
Semua sekutu bertanggung jawab atas utang terus persekutuan. Jadi utang persekutuan adalah
juga utang seluruh sekutu.
Nama : Wayan Arta (2019310064)
Kelas : Akuntansi A
Mk : Standar Akuntansi Keuangan
2. Jelaskan SAK yang berlaku hingga saat ini (PSAK IFRS) khususnya yang berlaku untuk
Sektor industri/SAK konvensional untuk EMKM maupun untuk perusahaan besar ?
Jawab :
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merancang Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
dapat digunakan oleh UKM sebagai acuan dalam laporan keuangan. Standart tersebut
dinamakan SAK-ETAP.
Yang melatar belakangi diperlukan SAK ETAP ini karena PSAK (Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan) yang mengadopsi IFRS (International Financial Reporting Standard)
terlalu kompleks jika untuk diterapkan oleh perusahaan kecil menengah (UKM) di Indonesia
(Musnandar dalam Kholmi, 2011). Sehingga, SAK-ETAP sangat cocok sebagai standar untuk
acuan bisnis UKM di Indonesia. SAK-ETAP secara resmi telah ditetapkan pada tanggal 1
Januari 2011. Walaupun ada yang berpendapat bahwa SAK-ETAP ini sudah ada yang
menggunakan sejak per 1 Januari 2010, dan itu diperbolehkan. Laporan keuangan yang
menggunakan SAK-ETAP harus membuat pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit
and unreserved statement) sebagai bentuk kepatuhan dalam laporan keuangan.
ETAP merupakan hasil penyederhanaan IFRS yang meliputi tidak adanya laporan laba rugi
komprehensif, penilaian untuk aset tetap, aset tidak berwujud, dan properti investasi setelah
tanggal perolehan hanya menggunakan harga perolehan. Tidak ada pilihan menggunakan
nilai revaluasi atau nilai wajar, serta tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan
karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak. Jika hal ini
diterapkan dengan tepat, unit bisnis kecil dan menengah dapat membuat laporan keuangan
tanpa harus dibantu oleh pihak lain dan dapat dilakukan audit terhadap laporannya.
Salah satu PSAK yang berbasis IFRS adalah PSAK 50 dan PSAK 55. PSAK 50 membahas
tentang penyajian instrumen keuangan dan PSAK 55 membahas tentang pengukuran dan
pengakuan instrumen keuangan. IFRS secara serentak diterapkan pada tahun 2012. Penerapan
standar tersebut menjadi kesulitan tersendiri bagi industri yang ada di Indonesia. Salah satu
industri yang terkena dampak dari penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 setelah konvergensi
IFRS adalah industri perbankan. PSAK 50 dan PSAK 55 membahas tentang instrumen
keuangan. PSAK 50 yang mengacu pada IAS 32 mengatur tentang penyajian sedangkan
PSAK 55 yang mengacu pada IAS 39 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran.
Implikasi penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 terhadap industri perbankan berkaitan dengan
penentuan penyisihan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.
Jadi penyusunan laporan keuangan fiskal sama dengan penyusunan laporan keuangan
komersial, dimulai dari proses input transaksi berdasarkan bukti transaksi ke dalam jurnal,
kemudian diposting dalam buku besar, pembuatan neraca lajur, penyesuaian sampai akhirnya
nanti pada laporan keuangan. Selanjutnya, untuk menghasilkan laporan keuangan fiskal
dilakukanlah rekonsiliasi terhadap peraturan perpajakan. Dengan kata lain, akuntansi pajak
dengan akuntansi komersial mempunyai hubungan yang erat, mereka tidak dapat dipisahkan
karena untuk membuat akuntansi pajak atau laporan keuangan fiskal perlu akuntansi
komersial.
Sebuah perusahaan juga pasti berdiri dalam suatu negara, jadi laporan keuangan yang dibuat
pun tidak hanya berdasarkan SAK saja, tetapi juga harus memperhatikan ketentuan
perpajakan / akuntansi pajaknya.