Tugas Putra Cohtoh Kasus Matkul Tata Guna Pembangunan Lahan 2A PDF
Tugas Putra Cohtoh Kasus Matkul Tata Guna Pembangunan Lahan 2A PDF
NPM: 223410405
Kelas: II A
Sebab, sebagian titik wilayah yang terdampak banjir di Kota Malang, merupakan
permukiman yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Titik tersebut seperti di
kawasan Kampung Putih, Jatimulyo, Polehan hingga Muharto, Kota Malang. Direktur Utama
Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan mengatakan kejadian banjir yang melanda di
Kota Malang pada 4 November 2021, sebenarnya masih dalam kategori siaga hijau.
"Debit di Sungai Brantas itu masih mencapai 490 m3/detik. Namun adanya
permukiman di tepian sempadan, membuat seakan-akan ini bencana," ujar Raymond, Kamis
(11/11/2021). Pada saat kejadian, diakui Raymond memang debit air di Sungai Brantas
mengalami kenaikan. Dalam kejadian di mana titian di atas Bendungan Sengkaling putus itu,
dikarenakan debit tadi membawa sampah bambu dan kayu, sehingga merusak titian.
"Banjir bandang sebenarnya istilahnya kurang tepat jika dikaitkan dengan kejadian di Kota
Malang. Padahal manusialah yang mendekat ke garis sempadan di sungai Brantas itu,"
ungkapnya. Sementara, di atas siaga hijau masih ada status siaga tiga berwarna kuning, status
siaga dua berwarna oranye dan status siaga satu berwarna merah. "Kalau rekomendasi
tentunya relokasi itu yang pasti," tegasnya.
Terpisah, persoalan relokasi warga di sempadan sungai, kata Wali Kota Malang,
Sutiaji, perlu waktu yang cukup panjang untuk melakukan hal tersebut. "Kami edukasi,
karena pemindahan tahu semua (sulit). Kami masih mencari solusi," Tuturnya. Sutiaji
mengakui bahwa memang sulit untuk memindahkan warga ke tempat relokasi. Terlebih,
Pemkot Malang sendiri telah memiliki rusun, tapi tak dimanfaatkan dengan baik dan warga
memilih tetap tinggal di sempadan sungai. "Kami punya aset lahan di Sukun atau mungkin di
Kedungkandang. Tapi mereka tidak mau menempati. Ya kita carikan lokasi yang dekat
dengan tempat tinggal mereka. Artinya ini biar aman," bebernya. Selanjutnya, Sutiaji sempat
menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 600 KK yang terdampak akibat banjir kiriman
dari Kota Batu. Namun, untuk rumah-rumah yang rusak di sempadan sungai, Sutiaji mengaku
bahwa anggaran APBD sendiri tak bisa berbuat banyak untuk melakukan pembangunan. "Ini
kami lihat ya rumah-rumah rusak. Ya tadi kalau (kerusakan rumah) di sempadan sungai,
berbicara di APBD gak bisa," pungkasnya terkait banjir di Kota Malang yang juga memicu
perhatian Perum Jasa Tirta.