Kedua bentuk evaluasi ini tidak terkait dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk
kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan.
Akan tetapi, ANBK dan AKMI menggantikan peran Ujian Nasionak sebagai sumber
informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan.
Baca :
Sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, keduanya akan menghasilkan potret yang
lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di satuan pendidikan.
4. Hanya diikuti oleh beberapa siswa sebagai sampel
Baik ANBK maupun AKMI, keduanya merupakan cara untuk memotret dan memetakan
mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, tidak semua
peserta didik perlu menjadi peserta dalam evaluasi tersebut.
Hal yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi peserta didik di
setiap satuan pendidikan pada jenjang kelas yang menjadi target dari ANBK dan AKMI.
5. Berbasis komputer
Di dalam penyelenggaraanya, ANBK dan AKMI sama-sama berbasis komputer. Pada
penggunaan moda pun, baik ANBK maupun AKMI memberikan dua pilihan moda, yaitu
online dan semi online.
Online berarti peserta asesmen mengerjakan soal langsung secara online (daring) dari
server pusat. Sedang semionline, melalui beberapa tahap yang dimulai dari sinkronisasi
secara online antara server pusat dengan server sekolah.
Peserta mengerjakan secara offline dari server sekolah, kemudian setelahnya sekolah
mengirimkan hasil pekerjaan siswa ke server pusat secara online.
Pada ANBK, kepala sekolah dan guru akan mengisi survei lingkungan belajar, untuk
peserta didik meliputi Asesmen Kompetenti Minimum (Literasi dan Numerasi), Survei
Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
Sedangkan pada AKMI, peserta didik menyelesaiakan evaluasi untuk Literasi Membaca,
Literasi Numerasi, Literasi Sains, dan Literasi Sosial Budaya.
Instrumen
untuk Kepala Survei Lingkungan Belajar –
dan Guru