Anda di halaman 1dari 2

PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI REMAJA BUKAN PEROKOK DAN REMAJA PEROKOK LAKI-LAKI DI

4 KELURAHAN KECAMATAN
SIRAMPOG, KABUPATEN BREBES
ZULFA YULIA KHANSA, Dr. Fatma Zuhrotun Nisa', STP., MP; Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2019 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ABSTRAK

Latar belakang: Salah satu masalah perilaku kesehatan utama pada remaja
laki-laki adalah merokok. Perokok umumnya memiliki status gizi lebih rendah
dibandingkan bukan perokok. Hal ini disebabkan karena rokok secara metabolik
mampu menekan nafsu makan dan meningkatkan metabolic rate, selain itu rokok
menjadi alternatif penganti makanan, sehingga perokok memiliki badan yang
lebih kurus. Prevalensi remaja perokok laki-laki Indonesia semakin meningkat.
Salah satu lokasi dengan prevalensi remaja perokok laki-laki yang tinggi adalah
Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes.

Tujuan: Untuk mengetahui perbedaan kuantitas asupan zat gizi dan persentase
kecukupan energi dan zat gizi makro (protein, lemak dan karbohidrat) antara
remaja laki-laki bukan perokok dan perokok di Kecamatan Sirampog.

Metode: Penelitian ini merupakan jenis deskriptif analitik dengan rancangan


cross sectional, dengan jumlah responden 117 orang dari 4 kelurahan di
Kecamatan Sirampog. Data kebiasaan merokok dan sosial-demografi dilaporkan
secara tertulis oleh responden. Data asupan makan diambil dengan 3x food
recall 24 jam. Dan dilakukan pengukuran indeks massa tubuh menurut umur.
Perbedaan kuantitas asupan zat gizi dianalisis dengan SPSS dengan uji Anova
atau Kruskal Wallis. Kecukupan asupan dihitung dengan membandingkan
dengan AKG 2013 dan dikategorikan sebagai kurang (<80%), cukup (80-110%)
dan lebih (>110%).

Hasil: Tidak terdapat perbedaan signifikan (p value> 0,05) pada kuantitas


asupan zat gizi antara remaja bukan perokok dan remaja perokok laki-laki.
Sebagian besar responden termasuk kategori “kurang” asupan energi, zat gizi
makro dan mikro kecuali natrium.

Kesimpulan: Kuantitas asupan zat gizi remaja bukan perokok dan remaja
perokok laki-laki di 4 kelurahan, Kecamatan Sirampog tidak berbeda. Sebagian
besar kecukupan asupan zat gizi makro responden masih dibawah rekomendasi
nasional.

Kata kunci: Remaja laki-laki, perokok, asupan zat gizi, kuantitas, perbedaan,
kecukupan

xii
PERBEDAAN ASUPAN ZAT GIZI REMAJA BUKAN PEROKOK DAN REMAJA PEROKOK LAKI-LAKI DI
4 KELURAHAN KECAMATAN
SIRAMPOG, KABUPATEN BREBES
ZULFA YULIA KHANSA, Dr. Fatma Zuhrotun Nisa', STP., MP; Dr. dr. Emy Huriyati, M.Kes
Universitas Gadjah Mada, 2019 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ABSTRACT

Background: One of the leading health behavioral problems in male adolescents


is smoking. Smokers generally have lower nutritional status than non-smokers.
Cigarettes are metabolically able to suppress appetite and increase metabolic
rate, besides, smoking is a behavioral alternative to eating. Through these
mechanisms, smokers have a leaner body. The prevalence of young male
smokers in Indonesia is increasing. One location with a high prevalence of male
adolescents smokers in Indonesia is Sirampog District, Brebes Regency.

Objective: To determine the differences in quantity and adequacy of nutrient


intake (macronutrients (protein, fat and carbohydrate) and micronutrients)
between smoking and non-smoking male adolescents in Sirampog District.

Method: This study was an analytic-descriptive study using cross sectional


design. The sample included 117 male adolescents from 4 sub-districts. The
smoking habit and socio-demographic data were collected through self-reported
questionaires. The dietary intake were collected through 3-days 24 h food recall.
The anthropometric measurements were carried out to define the subjects’
current nutritional status. The statistical analysis were carried out using ANOVA
test and Kruskal Wallis. The adequacy of nutrient intake were calculated by
comparing the values with the national recommendation Angka Kecukupan Gizi
2013. The values were categorized as “defficient” (<80%), “adequate” (80-110%)
and “excess” (>110%).

Results: There is no significant differences in quantity of nutrient intake between


smoking and non-smoking male adolescents (p value> 0,05). Almost all
respondents were categorized as “defficient” or did not meet the nutritional
recommendation for energy intake as well as macro and micronutrients except for
sodium.

Conclusions: The quantity of nutrient intake between smoking and non-smoking


male adolescents in 4 sub-districts in Sirampog was not significantly different.
Most of the respondents’ energy and nutrient intake is still below the national
recommendation.

Keywords: Male adolescents, smoking, nutrient intake, quantity, differences,


adequacy

xiii

Anda mungkin juga menyukai