Anda di halaman 1dari 2

Siti Munadifa/ 04040221098/ C3/ PMI

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK DUA DIMENSI


Review ini bertujuan untuk memberikan beberapa penjelasan mengenai model
penyelesaian konflik dua dimensi. Sesuai dengan judulnya, review ini akan menyajikan
model penyelesaian konflik dua dimensi yang terkait dengan kolaborasi, kompromi,
akomodasi, pengendalian.

Model Penyelesaian Konflik Dua Dimensi


1. Kolaborasi
Metode pemecahan masalah (problem solving), dengan menggunakan metode ini
menjadikan kelompok-kelompok mengedepankan kooperatif dan assertif, metode konflik
“menang-menang” (win-win conflict) ini mencoba untuk memenuhi kepentingan setiap
individu secara penuh kerja dengan perbedaan, menemukan dan memecahkan
permasalahan yang ada sehingga masing-masing individu memperoleh keuntungan.
2. Kompromi
Metode ini mengedepankan adanya kompromi dan assertif pada tingkat sedang untuk
melakukan tawar menawar dalam proses penyelesaian yang dapat diterima, metode ini
cenderungan untuk menciptakan konflik “menang-kalah” (win-lose conflict) atau masing-
masing kelompok berusaha dengan sekuat tenaganya untuk memperoleh keuntungan dari
kelompok yang lainnya. Manfaatan metode kompromi, yaitu penanganan konflik
mengarahkan pada permasalahan yang menyentuh akar masalah konflik, sehingga dengan
demikian akan memunculkan lagi konflik baru pada masa yang akan datang. Metode
penyelesaian konflik menang-kalah ini memiliki keahlian dan kekuatan yang lebih
dominan untuk menekan pihak yang kalah.
3. Akomodasi
Metode ini mengedepankan kooperatif namun tidak assertif, kelompok ini
memberikan kesempatan kepada kelompok lainnya untuk membuat aturan yang akan
diberlakukan, metode ini mengabaikan adanya perbedaan untuk mempertahankan
keharmonisan. Penyelesaian metode akomodasi ini sering memunculkan konflik “kalah-
kalah” (loselose conflict) dalam metode ini masing-masing kelompok tidak ada yang
keinginannya terpenuhi, sehingga alasan pokok terjadinya konflik sering kali tidak
berubah.
4. Pengendalian
Metode ini tidak kooperatif serta tidak pula asertif, dalam metode ini kelompok
menyembunyikan ketidaksetujuannya, serta menarik diri dari situasi yang ada dan
kelompok tersebut berperilaku tetap netral dan tidak memihak kepada siapa pun1.
Model Penyelesaian konflik diperlukan guna penyelenggaraan penyelesaian sengketa
yang efektif, model bersengketa adalah pengembangan dari teori gaya manajemen konflik
yang dipelopori para pakar terdahulu. Ada tiga teori gaya manajemen konflik yang telah
dikembangkan para pakar:
1. Teori Grid dikembangkan R.R. Blake dan J. Mouton pada tahun 1964, disusun
berdasarkan kerangka dua dimensi: (1) perhatian manajer terhadap orang/bawahan
(concern for people) pada sumbu horizontal dan (2) perhatian manajer terhadap
produksi (concern for production) pada sumbu vertikal. Kombinasi kedua sumbu
tersebut diekspresikan dalam lima gaya manajemen konflik yakni : memaksa,
konfrontasi, kompromi, menarik diri, dan mengakomodasi.
2. Teori Thomas Kilmann yang dikembangkan oleh Kenneth W. Thomas dan Ralp, teori
Thomas Kilmann dikembangkan menurut dua dimensi : (1) kerjasama (cooperation)
pada sumbu horizontal dan (2) keasertifan (assertiveness) pada sumbu vertikal. Lima
gaya manajemen konflik yang dikembangkan Thomas dan Kilmann berdasarkan dua
dimensi ini adalah : kompetisi, kolaborasi, kompromi, menghindar, dan
mengakomodasi.
3. Teori Rahim disusun berdasarkan dua dimensi juga : (1) memperhatikan orang lain
(concern for other) pada sumbu vertikal dan (2) memperhatikan diri sendiri (concern
for self). Kombinasi dari dua dimensi ini Rahim mengelompokkan gaya manajemen
konflik dalam lima kelompok yakni: dominasi, integrasi, kompromi, menghindar, dan
menurut2.

Referensi:

- Kusworo. (2019). “Manajemen Konflik & Perubahan Dalam Organisasi”, Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
- Gamin, G., Kartodihardjo, H., Kolopaking, L. M., & Boer, R. (2014). Menyelesaikan konflik penguasaan
kawasan hutan melalui pendekatan gaya sengketa para pihak di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lakitan. Jurnal
Analisis Kebijakan Kehutanan. (Vol. 11 No. 1 : 71 – 90).

1
Kusworo, “Manajemen Konflik & Perubahan Dalam Organisasi”, Sumedang: Alqaprint Jatinangor, 2019, 89
2
Gamin, G., Kartodihardjo, H., Kolopaking, L. M., & Boer, R. “Menyelesaikan konflik penguasaan kawasan
hutan melalui pendekatan gaya sengketa para pihak di Kesatuan Pengelolaan Hutan Lakitan”. Jurnal Analisis
Kebijakan Kehutanan, (Vol. 11 No. 1, 2014 : 71 – 90).

Anda mungkin juga menyukai