Anda di halaman 1dari 3

LK RESUME

JUDUL MODUL : KONFLIK DAN PERDAMAIAN


KEGIATAN BELAJAR 3 : MENGELOLA KONFLIK

Definisi, Tujuan, dan Prinsip- prinsip Mengelola Konflik

Dalam menyikapi konflik perlu dilakukan suatu pengelolaan konflik. Ada beberapa
pandangan/ definisi para ahli terkait mengelola konflik. Menurut Robinson dan Clifford (1974),
mengelola konflik merupakan tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasikan,
digerakkan, dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri konflik. Mengelola
konflik perlu dilakukan sejak konflik mulai tumbuh dengan cara melacak berbagai faktor positif
pencegah konflik daripada faktor negatif yang mengancam konflik.

Menurut Hendricks (2001: 33-34) untuk mengelola konflik, ada prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan beserta tujuan, diantaranya :
1. Mengelola konflik membutuhkan keputusan yang jelas. Orang memerlukan tindakan yang
tegas selama terjadi konflik, terutama pada orang yang diberikan tanggung jawab untuk
mengelola konflik.
2. Mengelola konflik memerlukan toleransi terhadap perbedaan. Dalam hal mengelola konflik,
Toleransi terhadap perbedaan menghasilkan keseimbangan pandangan.
3. Mengelola konflik mengurangi agresi. Metode bertahan dalam situasi konflik adalah agresi
dan jika ditanggapi dengan sikap yang sama maka konflik akan cepat mengalami eskalasi.
4. Mengelola konflik mengurangi perilaku pasif. Dalam menyelesaikan suatu konflik, gaya pasif
merupakan suatu aset. Tetapi terlalu bersikap pasif dapat menjadi kelemahan bagi sang
mediator. Karena kehadirannya sendiri tidak begitu dirasakan.
5. Mengelola konflik memerlukan pengurangan perilaku manipulatif. Perilaku dimaksud ketika
dalam mengelola konflik, tujuannya adalah mendapatkan apa saja yang diinginkan, artinya
kepentingan pribadi di atas segalanya.

Hendricks (2001) mengemukakan lima gaya pengelolaan konflik yang diorientasikan dalam
organisasi maupun perusahaan. Pertama, integrating (menyatukan, menggabungkan). Individu
yang memilih gaya ini melakukan tukar-menukar informasi lewat pengamatan, dan mencari
solusi yang dapat diterima semua kelompok. Kedua, obliging (saling membantu). cara ini
menempatkan orang lain sebagai bagian penting dan mempunyai nilai sehingga perlu dibantu.
Ketiga, dominating (menguasai) Gaya ini meremehkan kepentingan orang lain. Biasanya
berorientasi pada kekuasaan dan penyelesaiannya cenderung dengan menggunakan kekuasaan.
Keempat, avoiding (menghindar) Individu yang menggunakan gaya ini tidak menempatkan
suatu nilai pada diri sendiri atau orang lain. Ini adalah gaya menghindar dari persoalan, termasuk
di dalamnya menghindar dari tanggung jawab atau mengelak dari suatu isu. Kelima,
compromising (kompromi) Perhatian pada diri sendiri maupun orang lain berada dalam tingkat
sedang.

Strategi- Strategi Dalam Dalam Mengelola Konflik

Dalam pengelolaan konflik, perlu dilakukan strategi- strategi . Johnson & Johnson (1991)
mengatakan bahwa strategi pengelolaan konflik ada karena dipelajari, biasanya sejak masa
kanak-kanak sehingga berfungsi secara otomatis dalam level bawah sadar. Tapi karena dapat
dipelajari, maka seseorang bisa mengubah strateginya dengan mempelajari cara baru dan lebih
efektif dalam menangani konflik. Beberapa pendekatan sebagai strategi dalam mengelola
konflik, yaitu:
- Bersaing, bertanding, menguasai atau memaksa. Ini merupakan pendekatan terhadap konflik
yang berciri menang kalah (asumsi akhir menang-kalah).
- Kerja sama atau menghadapi. Kedua belah pihak yang terlibat dalam konflik bekerja sama dan
mencari pemecahan konflik yang memuaskan kepentingan kedua belah pihak
- Kompromi atau berunding. Ini merupakan pendekatan terhadap konflik di mana pihak-pihak
yang berkonflik tidak ada yang menang atau kalah.
- Menghindari atau menarik diri. Menghindari merupakan pendekatan kalah-kalah. Kedua belah
pihak yang terlibat konflik memperjuangkan kepentingan masing-masing. Kedua belah pihak
tidak mendapatkan hal yang diinginkan dan membiarkan konflik hilang.
- Menyesuaikan, memperlunak atau menurut. Pengelolaan menyesuaikan merupakan
pendekatan kalah menang.

Dalam mengelola konflik, tidak semua strategi dapat digunakan atau efektif karena perlu
ditinjau dan diidentifikasi jenis konflik nya. Seperti video yang telah dinonton pada KB 2 kemarin
(video stage of conflict). Pada video tersebut disajikan contoh kasus/ konflik. Yang mana ada dua
orang yang memutuskan melakukan kerja sama dalam suatu proyek. Awalnya berjalan dengan
baik, namun ditengah perjalanan kerjasama mulai terjadi gesekan karena ternyata mereka
memiliki perbedaan pandangan dan prinsip dalam proyek tersebut. Pada akhirnya konflik tidak
bisa diredam karena dalam proses pengelolaan konflik strategi yang digunakan kurang efektif.
Sehingga kedua belah pihak dirugikan dalam konflik ini (kalah kalah).

Pemilihan penggunaan strategi perlu selektif agar tidak ada pihak yang dirugikan atau
minimal ada solusi yang diperoleh. Seperti contoh kasus diatas, menurut saya dengan
menggunakan strategi Kerja sama / Menghadapi yang mana kedua belah pihak yang berkonflik
bekerja sama dalam mencari solusi atau pemecahan konflik sehingga kepentingan mereka bisa
terpuaskan. Apalagi pada dasarnya mereka sebenarnya memiliki visi yang sama dalam suatu
proyek kerja sama. Jika strategi Kerjasama/ Menghadapi kurang efektif, maka kita bisa memakai
strategi ke dua yang cukup relevan dengan kasus diatas, yaitu strategi Kompromi/ Berunding. Ini
merupakan pendekatan terhadap konflik di mana pihak-pihak yang berkonflik tidak ada yang
menang atau kalah.

Anda mungkin juga menyukai