Obliging adalah manajemen konflik yang menyelesaikan masalah dengan rela mengalah demi
menyempitkan perbedaan.
Avoiding adalah gaya manajemen konflik yang menyelesaikan konflik dengan menghindari konflik.
Dominating adalah gaya penekanan pada diri sendiri. Keputusan berada pada diri individu. Gaya ini
digunakan ketika dalam situasi yang membutuhkan keputusan yang cepat. Sedangkan yang terakhir,
1. Competing
ketika seseorang berusaha untuk memenuhi nya kepentingan, terlepas dari dampak pada pihak lain
dalam konflik, ia bersaing. Contohnya ialahseseorang yang berniat untuk mencapai tujuan dengan
mengorbankan tujuan lain, berusaha untuk meyakinkan yang lain bahwa kesimpulannya adalah benar
dan kesimpulan orang lain keliru dan mencoba untuk membuat orang lain disalahkan untuk masalah
tersebut.
2. Collaborating
Dengan berkolaborasi, niat dari para pihak adalah untuk memecahkan masalah dengan mengklarifikasi
perbedaan daripada dengan mengakomodasi berbagai sudut pandang. Contoh: berusaha untuk
mencapai win-win solution yang memungkinkan tujuan para pihak tercapai dan membuat kesimpulan
dari penggabungan wawasan yang valid dari kedua pihak.
3. Avoiding
Seseorang yang sadar akan adanya konflik dan berusaha mundur atau menghindarinya. Contoh :
menghindari orang yang berbeda oendapat dengan dirinya.
4. Accommodating
Ketika salah satu pihak berusaha untuk menenangkan lawan, pihak tersebut bersedia untuk
menempatkan kepentingan lawan diatas kepentingannya. Dengan kata lain, dalam bertujuan untuk
membangun relasi, salah satu pihak bersedia untuk berkorban.
5. Compromising
Dalam compromising, tidak ada pemenang maupun pihak yang kalah yang jelas. Bahkan, ada keinginan
untuk menerima solusi yang memberikan kepuasan yang tidak seutuhnya kepada masing-masing pihak.
Karakteristik tang membedakan pada kompromi adalah bahwa masing-masing pihak bermaksud untuk
memberikan sesuatu. Contoh: ketersediaan untuk naiknya harga dari 2$/jam daripada menjadi 3$,
untuk mengakui kesepakatan parsial dengan sudut pandang tertentu.
1. Avoiding adalah ketika seseorang atau suatu pihak sadar akan adanya konflik namun
memilih untuk mundur dari konflik tersebut atau bahkan menganggap konflik tersebut
tidak ada. Avoiding memiliki karakteristik assertiveness rendah dan cooperativeness
rendah
2. Accomodating adalah ketika seseorang atau suatu pihak bersedia menempatkan
kepentingan orang atau pihak lain di atas kepentingannya. Accomodating memiliki
karakteristik assertiveness rendah dan cooperativeness tinggi
3. Competing adalah ketika seseorang mendahulukan pemenuhan kepentingannya dan tidak
memikirkan akibat dari konflik tersebut. Competing memiliki karakteristik assertiveness
tinggi dan cooperativeness rendah
4. Collaborating adalah ketika masing-masing pihak bersedia untuk menerima kepentingan
dari tiap-tiap pihak. Collaborating memiliki karakteristik assertiveness tinggi dan
cooperativeness tinggi
5. Compromising adalah ketika masing-masing pihak yang terlibat bersedia untuk
mengorbankan atau memberikan sesuatu yang menjadi miliknya. Compromising
memiliki karakteristik assertiveness sedang dan cooperativeness sedang.
Strategi Akomodatif adalah strategi atau gaya mengatasi konflik dengan mengalah atau
mengorbankan kepentingan diri sendiri dan rela untuk mengorbankan segalanya demi untuk
mempertahankan hubungan dengan pihak lain yang sedang konflik. Strategi ini akan lebih efektif
apabila pihak lain yang sedang konflik tersebut adalah lebih profesional atau memiliki solusi
yang lebih baik dalam mengatasi suatu masalah yang terjadi. Strategi ini juga dapat digunakan
apabila sesuatu yang terjadi adalah tidak begitu penting bagi kita sendiri. Dengan kata lain,
strategi akomodatif adalah strategi “Saya Kalah, Anda Menang” atau “I lose, You Win”.
Strategi Avoiding atau Strategi Menghindari adalah strategi yang menghindari pengambilan
keputusan dalam bentuk apapun dalam sebuah konflik. Strategi ini hanya dapat digunakan
apabila suatu permasalahan yang menimbulkan konflik tersebut adalah kurang penting.
Biasanya, orang yang menggunakan strategi ini akan berharap masalah akan terselesaikan
dengan sendirinya. Namun perlu diketahui bahwa strategi menghindari ini bukanlah strategi
jangka panjang yang baik. Dalam strategi ini, tidak ada pihak yang jadi pemenang dan juga tidak
ada pihak yang kalah atau “No Win – No Lose”
Ketika konfliknya kecil dan mempertaruhkan hubungan pada orang yang terjadi konflik
Ketika masih ada hal yang lebih penting untuk diurusi atau tidak ada waktu sama sekali
untuk mengurusi hal yang sedang konflik ini
Ketika kita mengetahui bahwa ada orang yang lebih baik untuk menyelesaikan konflik ini
dengan cara yang lebih baik
Ketika membutuhkan informasi lebih lanjut
Strategi Berkolaborasi atau Collaborating Strategy sering disebut dengan strategi Win-win
(menang-menang). Strategi atau gaya ini berusaha untuk memuaskan semua pihak yang sedang
konflik. Diperlukan diskusi bersama tentang semua permasalahan dan mencari solusi-solusi
terbaik serta diperlukan kejujuran dan komitmen dari semua pihak. Gaya kolaborasi ini adalah
cara yang sangat berguna untuk menggabungkan wawasan dari orang-orang dengan perspektif
yang berbeda tentang suatu masalah dan hasilnya dapat menjadi komitmen yang kuat untuk
solusi dari masing-masing pihak. Dengan kata lain, strategi berkolaborasi ini adalah strategi
“Saya Menang, Anda Menang” atau “I win, You win”.
Gaya penyelesaian Konflik Bersaing atau Strategi Competing ini adalah strategi dengan
pendekatan “win-lose” atau “menang-kalah” dimana kita berusaha untuk memenangi konflik ini
dengan mengalahkan pihak lain atau “I Win, You Lose“. Kita bertindak dengan sangat tegas
untuk mencapai tujuan kita tanpa bekerjasama dengan pihak lain dan bahkan dengan
mengorbankan pihak lain. Strategi Competing ini mungkin cocok untuk keadaan darurat atau
ketika membutuhkan tindakan yang cepat dan tegas.
Gaya penyelesaian Konflik dengan strategi berkompromi ini adalah strategi yang menggunakan
pendekatan “lose – lose” atau “kalah – kalah” dimana semua pihak yang sedang dalam konflik
bersedia untuk mengalah atau tidak mendapatkan apa yang sebenarnya mereka inginkan demi
menjaga hubungan dan kepentingan bersama. Strategi ini biasanya digunakan pada saat kedua
belah pihak ingin bekerjasama dan memiliki tujuan yang sama pentingnya serta kekuatan yang
setara. Strategi ini sering digunakan oleh para pebisnis untuk negosiasi kontrak dalam berbisnis.
Dengan kata lain, strategi ini adalah strategi memenangkan sesuatu dengan kalah sedikit
#1 Gaya Otokrasi
Pemimpin yang otokrasi menghendaki semua hal tersusun dan terlaksana sesuai
dengan arahan dan perintah dari pemimpin. Dalam hal ini, tidak ada ruang gerak
bagi para bawahan untuk memberikan ide atau gagasannya kepada pemimpin,
karena seluruh kendali ada di tangan pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini lebih membangun suatu sistem yang harus ditaati oleh
setiap jajaran dan anggota kelompok. Gaya birokrasi tentu saja memperlihatkan
secara jelas berbagai struktur, kewenangan dan tanggung jawab dari setiap jajaran.
Namun, tetap saja tidak ada ruang bagi orang-orang yang memiliki ide dan gagasan
baru dapat terakomodasi dengan baik, karena mereka harus mentaati sistem sesuai
dengan jabatan mereka masing-masing.
Gaya kepemimpinan seperti ini diterapkan dalam Gereja Katolik. Hierarki dan
susunan kepemimpinan tampak sangat jelas.
Gaya otokrasi agak mirip dengan gaya birokrasi, namun perbedaannya terletak
pada keluesan pemimpinnya, apabila pemimpin yang otokrasi dapat berinovasi
(jika ia mampu beradaptasi), namun dalam kepemimpinan yang birokrasi, semua
tunduk pada sistem yang telah dibuat sehingga inovasi tidak dapat berkembang.
#3 Gaya Karismatik
Namun oleh karena pemimpin yang demikian merupakan tonggak dan fokus dari
kelompok, oleh karena karismanya dalam memimpin, maka apabila terjadi sesuatu
dengannya, maka tim yang telah terbentuk bisa bubar dengan sendirinya. Winston
Churchill memiliki gaya kepemimpinan seperti ini.
#4 Gaya Demokratis
Namun demikian, dalam pencapaian target, gaya kepemimpinan ini termasuk yang
lambat dalam pencapaian tujuan yang ditetapkan karena perlu mengakomodasi
setiap gagasan yang ada.
#5 Gaya Delegator
Para bawahan dituntut untuk membereskannya sesuai dengan cara mereka dan
termasuk deadline mereka sendiri sehingga gaya kepemimpinan seperti ini
cenderung memberi kebebasan pada anggotanya untuk bekerja dan menentukan
berbagai metode dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Kelemahan dari gaya ini adalah tidak adanya bimbingan dan monitoring yang jelas
terhadap kinerja para pekerjanya. Namun ternyata, Warren Buffet, salah satu orang
terkaya di dunia, mampu meraih kesuksesan dengan menerapkan gaya
kepemimpinan jenis ini.
#6 Gaya Pelayan
Gaya pelayan atau servant leader, mereka memfokuskan diri pada orang-orang
yang menjadikannya seorang pemimpin. Pemimpin jenis ini lebih sosial dan tujuan
dari kepemimpinannya adalah untuk kepentingan komunitas bersama.
Gaya kepemimpinan ini diterapkan oleh Mahatma Gandhi di Negara India dan
Presiden Jokowi dalam memimpin Bangsa Indonesia.