Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL

TATA RUANG PERPUSTAKAAN DENGAN KUNJUNGAN


PEMUSTAKA PADA PERPUSTAAKAN SMAN 3
PANGKALPINANG

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4

NUR ANNISA
VEIREN YOLANDA
SEPTA
ELSA SAFITRI
SAISIJA WAHYU SATRIA

SMA NEGERI 3 PANGKALPINANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian tepat waktu. Proposal
ini berjudul “Tata ruang perpustakaan dengan kunjungan pemustaka pada perpustakaan
SMA Negeri 3 Pangkalpinang”. Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dalam menyusun proposal
ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan proposal ini, semoga proposal yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul Badriah S.Pd yang
telah meluangkan waktunya dan penuh perhatian memberikan bimbingan, dorongan serta
saran guna penyelesaian proposal ini.
Terima kasih
Hormat kami

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Perpustakaan adalah Institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan
pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi pemustaka.
Perpustakaan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Perpustakaan yang
berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan sekolah menengah
atas/madrasah aliyah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang
bersangkutan, dan merupakan salah satu pusat sumber belajar untuk mendukung
tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan. Pelayanan pemustaka
Pelayanan yang langsung berhubungan dengan pembaca atau pemakai jasa
perpustakaan.
Ruang Lingkup Standar Nasional Perpustakaan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah ini meliputi standar koleksi, sarana prasarana, pelayanan,
tenaga, penyelenggaraan, pengelolaan, dan integrasi dengan kurikulum. Standar ini
berlaku pada perpustakaan sekolah menengah atas/ madrasah aliyah baik negeri
maupun swasta.
Pembangunan gedung perpustakaan merupakan upaya menyediakan wadah
informasi baik dalam bentuk buku maupun bentuk bahan lainnya bagi para
pemustaka. Keberadaanya digunakan untuk menampung dan melindungi koleksi dari
kerusakan, sekaligus sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan
(Lasa HS., 2005, 147).
Perpustakaan sangat berperan dalam dunia pendidikan yakni sebagai sarana
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dan menunjang kegiatan belajar
mengajar yang ada di sekolah. Terlihat dari beberapa koleksi buku yang dimiliki
perpustakaan, 1,90 % banyak membantu siswa dalam mendapatkan informasi dari
beberapa koleksi dan juga dapat menyelesaikan tugas-tugas mereka.

Proses perencanaan pembangunanya, memiliki suatu tujuan dan prinsip arsitektur,


bagaimana desain dan tata ruang disesuaikan dengan fungsi tujuan dan kegiatan yang
akan dilakukan didalamnya. Selain untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan rasa
nyaman, gedung juga mempengaruhi kesan kepada pemustaka tentang kegiatan yang
seharusnya dilakukan di dalam gedung dan ruang tersebut.

Demikian halnya dalam konteks tujuan dasar diselenggarakannya perpustakaan.


Perpustakaan sebagai sebuah ruangan atau gedung yang baik dapat menghasilkan
tempat kerja yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun
bagi pengunjung (Sulisyto-Basuki, 1992, 3003). Tata ruang yang baik akan
memberikan kemudahan kepada pemustaka dan staf perpustakaan (Siregar, 2004,
122).

Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang merupakan salah satu perpustakaan


yang cukup lengkap akan sarana dan prasarana yang ada, terbukti dengan terdapatnya
beberapa unit komputer yang disediakan untuk pemustaka agar dapat mengakses
segala kebutuhan informasi yang ada pada internet. Sebagaimana terdapat dalam
Standar Nasional Perpustakaan Sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (2011, hlm.
4) yang mengungkapkan bahwa “… perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan
sekurang-kurangnya mempunyai perangkat komputer, meja dan fasilitas akses internet
untuk keperluan pemustaka yaitu sebanyak dua buah dan perangkat komputer, meja
dan fasilitas katalog online untuk keperluan pemustaka sebanyak satu buah.” Semua
tenaga perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang ini berlatar belakang bukan dari
ilmu perpustakaan, melainkan tenaga pendidik yang ditugaskan untuk mengelola
perpustakaan sekolah tersebut.
Tenaga perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang telah mengetahui fungsi
dan pemanfaatan serta penerapan dari suatu perpustakaan sekolah. Pemustaka
Pengguna perpustakaan, yaitu perorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga
yang memanfaatkan fasilitas pelayanan perpustakaan. Seperti halnya pada SMA
Negeri 3 Pangkalpinang sudah menerapkan hal itu

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalan penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara Desain Interior dengan minat kunjung pemustaka
di Perpustakaan daerah di Pangkalpinang?
2. Bagaimana hubungan antara perletakan tatanan buku serta perabot/furniture di
Perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja perpustakaan terhadap tata
ruang perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran hubungan antara desain interior dengan minat kunjung
pemustaka di Perpustakaan daerah di Pangkalpinang
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan tentang perletakan tatanan
buku serta perabot/ furniture di perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Untuk mengetahui tentang upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja
perpustakaan di SMA negeri 3 Pangkalpinang

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Objektif
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan antara
desain interior dengan minat kunjung pemustaka di perpustakaan, serta
memberikan pengetahuan tentang perencanaan dan perancangan fasilitas dan segala
aspek yang menunjang kegiatan di perpustakaan.
2. Manfaat Subjektif
a. Bagi Peneliti
Membantu para peneliti menambah ilmu tentang bagaimana penataan
ruangan yang tepat bagi sebuah perpustakaan di sekolah maupun di luar, para
peneliti mendapatkan masukan yang berkesan bagi lembaga pendidikan khususnya
kepala perpustakaan, dan pengelolanya dan membuat para peneliti memiliki
kemampuan serta dapat memberi sebuah inspirasi tentang teori-teori manajemen
tata ruang.
b. Bagi pemustaka
Supaya para pemustaka di perpustakaan nyaman dengan tata ruang yang
teratur dan sempurna sehingga membuat para pemustaka sering berkunjung dan
aktif di perpustakaan.
c. Bagi tenaga kerja perpustakaan
Diharapkan untuk dapat mengembangkan kompetensinya dalam bidang
pengelolaan informasi. Hal tersebut dilakukan agar tenaga perpustakaan dapat
mengelola segala informasi yang ada di perpustakaan dengan semaksimal mungkin
agar terciptanya kualitas layanan yang baik bagi para pemustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tata Ruang Perpustakaan
1. Pengertian tata ruang perpustakaan
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang, Ruang adalah
wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, Tata ruang
adalah penataan atau penyusunan segala fasilitas di ruang atau gedung yang
tersedia
Menurut Suwarno, tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan dengan
upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan
susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja
para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah
perpustakaan4
Sedangkan dalam skripsi Muhammad Azwar, tata ruang perpustakaan
adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan
dalam perpustakaan dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan
perpustakaan pada tata letak dan susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja
sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan
secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan.
Dapat dipahami dari beberapa pengertian di atas bahwasanya tata ruang
merupakan penyusunan atau penataan yang berupa ruang, perabot, perlengkapan
dalam perpustakaan sehingga menghasilkan suasana yang kondusif dan
menyenangkan baik itu untuk pustakawan maupun pemustaka.

2. Tujuan tata ruang perpustakaan


Menurut Suryabrata tujuan tata ruang perpustakaan adalah perencanaan
tentang tata ruang perpustakaan adalah untuk mencapai kenyamanan, keselamatan,
dan keamanan di dalam ruangan, kenyamanan adalah rasa senang dan betah yang
muncul dalam diri seorang pengguna perpustakaan dapat dikatakan nyaman berada
di ruangan, jika dilihat seberapa betah dan bisa berkonsentrasi ketika belajar atau
melakukan aktifitas lainnya di dalam ruangan. Maka dari itu tata ruang dari sebuah
perpustakaan tidak boleh diabaikan karena dapat berpengaruh pada kenyamanan
jika pemustaka nyaman di perpustakaan maka minat baca atau minat belajar siswa
meningkat dikarenakan tata ruang perpustakaan yang nyaman.

3. Elemen-elemen desain interior (tata ruang)


Cecilia Kugler menyatakan ada beberapa elemen-elemen yang membentuk
desain interior, diantaranya yaitu : Ruang, variasi, hirarki, area personal,
pencahayaan, tata suara, suhu udara, perawaatan, kualitas udara, gaya dan fashion.
a. Ruang (Tata Letak)
Perpustakaan dengan rancangan yang baik tentu dapat beroperasi
dengan baik tanpa adanya ketergantungan terhadap ketersediaan arah.
Elemen interior harus ditekankan dengan jelas terutama untuk ruangan
yang besar. Hal penekanan ini dimulai dengan furnitur, lantai, ukuran,
dinding dan penempatan segala hal sehingga nantinya dapat digunakan
sebagai pembeda antara fungsi dan kegiatan dalam ruang tersebut.

b. Variasi (Keberagaman Jenis Ruang)


Sebagai makhluk sosial yang mempunyai bermacam-macam
keinginan,tentu perpustakaan harus mampu menyediakan preferensi yang
beraneka ragam untuk pemustaka. Misalnya perpustakaan menyediakan
berbagai jenis ruang yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan
pemustaka, baik perorangan maupun berkelompok, seperti ruang baca yang
digunakan perorangan dan berkelompok. Untuk memenuhi kebutuhan dan
kenyamanan pemustaka, perpustakaan juga harus memberikan bermacam-
7 Cecilia Kugler, 10 Interior Design Considerations and Developing Brief,
(Sydney, Australia: CK Design International, 2007), h. 19 4 macam tempat
duduk yang digunakan secara perorangan ataupun yang berkelompok untuk
kegiatan pemustaka.

c. Hirarki Hirarki
visual dapat membantu memisahkan berbagai macam jenis tingkatan
informasi dan dapat membantu batas-batas tersebut untuk membedakan
setiap ruangan yang ada di perpustakaan. Lantai, dinding, furnitur, ukuran,
dan penempatan ruangan harus dapat memberikan penekanan atau
perbedaan pada fungsi dan kegiatan yang ada pada keseluruhan ruang dan
perbedaan tingkatan yang mereka tonjolkan.

d. Area Personal
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan
sosiologis dan psikologis untuk menciptakan sebuah tempat dan suasana
yang dikehendaki. Untuk menciptakan area personal dalam hal ini yaitu
penggunaan tempat secara individu dengan area yang dapat digunakan
secara berkelompok, perpustakaan harus memiliki definisi yang jelas untuk
hal tersebut, agar pengguna merasa aman, dihargai, dan nyaman.

e. Pencahayaan
Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang
elektromagnetis yang dapat ditangkap mata. Pencahayaan dalam
perpustakaan memberikan peran yang sangat penting, baik itu dari sinar
matahari maupun cahaya lampu. Ishar Hk mengemukakan bahwa
pencahayaan dalam ruangan harus benar-benar diperhatikan,
mempertimbangkan setiap bagian ruang dan mengusahakan cara
pencahayaan yang terbaik untuk memberikan rasa nyaman, penyebaran
merata dalam daerah sirkulasi atau daerah tempat bersantai dan
memberikan pencahayaan yang lebih kuat untuk tempat kerja.
Menurut Sedarmayanti pada dasarnya cahaya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu cahaya alam yang berasal dari matahari, dan cahaya
buatan yang berupa lampu. Sedangkan menurut Lasa, cahaya yang masuk
ke dalam ruangan ada dua macam, yaitu:
1) Cahaya alami
Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari
atau kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi
panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan
kenaikan suhu ruangan.
2) Cahaya buatan
Cahaya buatan adalah cahaya yang ditumbulkan oleh benda
atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia seperti cahaya dari
lampu.

f. Tata Suara
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga,
tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut
akan mengganggu ketenangan bekerja. Menurut Ching, dalam tata ruang
pengendalian suara diperlukan untuk mempertahankan dan memperbaiki
kualitas suara atau menghilangkan suara yang mengganggu aktivitas.
Pengaturan tata suara juga merupakan salah satu yang paling umum
untuk perpustakaan, khususnya pada area layanan sirkulasi dan layanan
referensi.13 Dalam lingkungan kerja dengan tingkat bising diatas 60 dB
daya konsentrasi akan berkurang, demikian juga kemampuan mengetik,
menghitung dan daya kreasi atas rangsangan, sehingga dengan demikian
prestasi kerja akan menurun.
g. Suhu Udara
Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya
untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan. Jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas. Menurut hasil penelitian apabila
temperatur udara lebih renda dari 17o C yang berarti suhu udara berada
dibawah normal tubuh. Untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal),
maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas
tubuh. Sebaliknya apabila temperatur uadra terlampau panas akibat
konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dan kemampuan tubuh untuk
mendinginkan diri melalui sistem penguapannya, menyebabkan temperatur
tubuh menjadi ikut naik lebih tingginya dari temperatur udara.
Temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja
menurun, sedangkan temperatur udara yang terlampau panas akan
mengakibtkan cepat timbul kelelahan tubuh dan dalam bekerja cendrung
membuat banyak kesalahan.15 Oleh karena itu perpustakaan harus
memperhatikan suhu udara dalam setiap ruangan yang ada di perpustakaan.
Menurut Lasa untuk menjaga kenyamanan suhu dalam ruangan
diperlukan pemasangan alat pengukur suhu, seperti :
a. Memasang AC (air conditioner) untuk mengatur udara di ruangan.
b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan cukup baik,
seperti dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka
jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.
c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara
dalam ruangan. Kecepatan pertukaran udara ini mempengaruhi
kenyamanan udara dalam suatu ruangan, percepatan udara yang
ideal yaitu berkisar antara 0,5-1 m/sekon.
Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi (SNP
704 : 2017) bahwa temperatur atau suhu udara area baca pemustaka,
koleksi, dan ruang kerja yaitu 20-25o celcius. 17

h. Perawatan
Perawatan yang dimaksud disini adalah bagaimana caranya
pustakawan mampu mengatur keuangan, sehingga dapat menerapkan
prinsip ekonomi yaitu dengan biaya yang minimum dapat memberikan
hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendistribusi
ulang furnitur yang ada, mengecat kembali lemari dan rak yang memiliki
corak bahan logam dan jika anggaran masih memungkinkan, dapat
digunakan untuk membeli perabotan baru, mengganti karpet atau lantai
serta menambah signage baru.

i. Kualitas Udara
Menjaga kualitas udara yang baik sangant penting untuk menjaga
kestabilan ruangan, baik dari alam maupun dari sistem ventilasinya. Aroma
secara langsung dapat menyambungkan hubungan antara kondisi ruangan
dengan aspek psikis (emosi) pengguna perpustakaan untuk menciptakan
rasa tenang dan nyaman. Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat
dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi
bekerja dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman.

j. Style and Fashion


Style dan fashion adalah bagian dari budaya populer masa kini, dan
seperti yang selalu kita inginkan bahwa perpustakaan saat ini secara visual
tidak mungkin dapat dihindari akan selalu memperhatikan nilai estetikanya
dalam perencanaan interior meskipun gaya dan fashion tersebut bersifat
dinamis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghindarkan rasa jenuh
agar perpustakaan dapat menjadi tujuan utama bagi pengguna dalam
mencari informasi serta memberikan kenyamanan pengelola perpustakaan
dalam melakukan pekerjaannya.

B. Tingkat Kunjungan Pemustaka


1. Pengertian tingkat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan yang berlapis-lapis atau
berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang).
2. Kunjungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (perbuatan, proses, hasil)
mengunjungi atau berkunjung20 dan menurut Endarmako “kunjung” atau
“berkunjung” merupakan beranjangsa, bertamu, bersambang, bertemu, bertandang,
datang. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa kunjungan merupakan
suatu kegiatan yang mendatangi baik itu orang ataupun tempat
3. Tujuan Berkunjung
Tujuan berkunjung secara umum adalah ingin melihat dan menyaksikan
sesuatu yang menarik, namun pada kenyataannya ada tujuan yang lebih spesifik,
diantaranya yaitu:
a. Berkunjung untuk tujuan kesenangan. Dalam artian masyarakat datang
memanfaatkan koleksi perpustakaan yang disenangi seperti, membaca
novel, surat kabar, komik dan lain-lain.
b. Berkunjung untuk tujuan memperoleh sesuatu yang baru (ilmu
pengetahuan).
c. Berkunjung untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Dalam artian
seseorang datang berkunjung ke perpustakaan untuk memanfaatkan fasilitas
dan membaca koleksi yang ada untuk menyelesaikan tugas akademiknya
ataupun tugas kantornya. Kegiatan semacam ini dinamakan reading for
work.
4. Pemustaka Pengertian
pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9
adalah “pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok 11 orang,
masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”.23
Sedangkan menurut Sutarno NS pemakai perpustakaan adalah kelompok orang
dalam masyarakat yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan
fasilitas perpustakaan.
Begitupun menurut Suwarno, pemustaka adalah pengguna fasilitas yang
disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun
fasilitas lainnya).25 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemustaka
perpustakaan atau pemustaka merupakan orang, kelompok, masyarakat, ataupun
lembaga yang mendatangi perpustakaan baik itu untuk mencari informasi, meneliti,
dan rekreasi.

C. Kerangka Berpikir
Tata ruang perpustakaan merupakan bagian dari perpustakaan yang digunakan oleh
pemustaka, hal inilah yang menyebabkan akan sikap tertarik atau tidak tertarik terhadap
perpustakaan. Apabila pemustaka merasa tertarik maka akan menyebabkan minat dalam
dirinya untuk berkunjung, begitupun sebaliknya jika merasa tidak tertarik maka akan
menyebabkan minat dalam dirinya untuk enggan berkunjung.
Dalam hal ini pemustaka UPT perpustakaan IAIN Curup ada yang merasa enggan
untuk datang berkunjung, ini disebabkan salah satunya karena kenyamanan pemustaka
tidak terpenuhi. Tidak merasa nyaman ini dikarenakan tata suara pada UPT perpustakaan
IAIN Curup terdengar ke semua hirarki lantai, seperti tempat baca pemustaka seperti di
ruang sirkulasi pada lantai 2, ruang referensi dan karya ilmiah pada lantai 3.
Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk memberikan dampak perubahan pada
masalah tersebut dengan cara melakukan penelitian yang disesuaikan pada teori tata ruang
(desain interior) dan minat kunjung sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh tata ruang
terhadap tingkat kunjungan. Berdasarkan pada uraian di atas, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Pemustaka enggan datang ke
perpustakaan

Tidak nyaman

Tata suara

Terdengar ke semua hirarki lantai


perpustakaan

Tata Ruang (Desain Interior) Minat Kunjung


1. Ruang 1. Berkunjung untuk tujuan
2. Variasi kesenangan
3. Hirarki 2. Berkunjung untuk tujuan
4. Area Personal memperoleh ilmu pengetahuan
5. pencahayaan 3. Berkunjung untuk
6. Tata Suara menyelesaikan tugas dan
7. Suhu Udara pekerjaan
8. Perawatan
9. Kualitas Udara
10. Gaya dan Fashion

Kugler, 2007 Darmono, 2001

Desain interior berpengaruh terhadap tingkat kunjunga

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi, dan Sampel


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang
berlokasi Jalan K.H Abdul Rasyid Kel. Keramat Ke. Rangkui Pangkalpinang
a. Sejarah Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang

b. Visi dan Misi

c. Pelayanan Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang


1) Layanan Sirkulasi.
2) Layanan Referensi.
3) Layanan Baca.

2. Populasi
Populasi sebagaimana yang dikatakan Sugiyono (2012, hlm. 80) adalah
“wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan Sukmadinata
(2012, hlm. 250) mengemukakan “... kelompok besar yang menjadi lingkup
penelitian kita disebut populasi.” Populasi bukan hanya orang tetapi juga
dapat berupa benda-benda alam yang lain. Merujuk pada pendapat
Sukmadinata (2012, hlm. 250) “anggota populasi yang terdiri atas orangorang
biasa disebut subjek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut objek
penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3


Pangkalpinang yang merupakan anggota aktif perpustakaan yang terdiri dari
kelas X, XI dan XII. Jumlah populasi ditentukan berdasarkan jumlah siswa
anggota aktif perpustakaan yang mengunjungi perpustakaan pada bulan Mei
Anggota aktif ini ditentukan berdasarkan intensitas siswa dalam peminjaman
buku dan intensitas kunjungan siswa ke perpustakaanyang tercatat dalam daftar
kunjungan siswa dan daftar peminjaman buku.
Populasi ini diambil untuk mengetahui hubungan antara tata ruang
perpustakaan dengan kepuasan pemustaka pada perpustakaan SMA Negeri 3
Pangkalpinang. Adapun jumlah siswa anggota aktif perpustakaan SMA Negeri
3
Pangkalpinang pada bulan Mei Tahun Ajaran 2022/2023
ditunjukkan pada tabel berikut.
NO. KELAS JUMLAH

1. X

2. XI

JUMLAH KESELURUHAN

4. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan Arikunto (2006, hlm. 131)
menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.” Sampel yang baik yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi. Alasan perlunya pengambilan sampel
disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga dan biaya; lebih cepat dan lebih
mudah; memberi informasi yang lebih banyak dan dalam; dan dapat ditangani
lebih teliti.

B. DESAIN PENELITIAN
Menurut Arikunto (2013, hlm. 90) “desain (design) penelitian adalah
rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan
yang akan dilaksanakan.” Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel X yang berperan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah tata ruang perpustakaan,
sedangkan variabel Y yang berperan sebagai variabel terikat adalah kepuasan
pemustaka.
Tata ruang perpustakaan dilihat dan diukur berdasarkan penilaian siswa
sebagai pemustaka terhadap enam indikator dalam tata ruang perpustakaan yang
dapat mempengaruhi kenyamanan siswa selama berada di perpustakaan SMA
Negeri 3 Pangkalpinang, yaitu aspek pencahayaan, sirkulasi udara, warna, perabot
(furniture), pola lantai, dan bentuk ruang. Kepuasan pemustaka dilihat dan diukur
berdasarkan dua indikator kepuasan yaitu yang dirasakan pemustaka dan harapan
pemustaka terkait tata ruang perpustakaan. Adapun desain hubungan antar variabel
penelitian ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel Desain Hubungan Antar Variabel

X Tata ruang perpustakaan


Y (X)
Kepuasan Pemustaka
(Y) XY

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
melalui studi korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
faktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian tanpa
memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Tujuannya adalah
untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu
variabel dengan variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi
(signifikansi) secara statistik. Sebagaimana Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm. 64)
menjelaskan mengenai definisi metode penelitian deskriptif korelasi bahwa, “studi
korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi
dalam suatu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.” Hal ini juga
sejalan dengan Sugiyono (2013, hlm. 228) yang mengemukakan bahwa, “teknik
korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio dan
sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.” Sedangkan
menurut Arikunto (2006, hlm. 270), “penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan itu.”
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini studi korelasi
digunakan penulis untuk melihat dan mencari bukti kebenaran mengenai adanya
hubungan antara tata ruang perpustakaan dengan kepuasan pemustaka pada
perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang.

D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional merupakan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk
yang dapat diukur. Sejalan dengan pernyataan Arifin (2011, hlm. 190) yang
menjelaskan bahwa, “definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan
atas sifat-sifat yang didefinisikan, dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti
lain.” Untuk menghindari perbedaan penafsiran istilah, maka penulis memberikan
penjelasan secara mendalam mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut.

1. Tata Ruang Perpustakaan


Tata ruang perpustakaan merupakan proses pengaturan dan
penyusunan ruang sesuai dengan fungsinya di dalam perpustakaan, serta
pengelolaan aspek-aspek pendukung tata ruang agar dapat menciptakan
keindahan, rasa aman dan nyaman bagi penghuninya baik pustakawan
maupun pemustaka. Tata ruang perpustakaan dalam penelitian ini dilihat
berdasarkan enam indikator tata ruang perpustakaan yang dapat
mempengaruhi kenyamanan pemustaka selama berada di perpustakaan
SMA Negeri 3 Pangkalpinang yaitu aspek pencahayaan, sirkulasi udara,
warna, perabot (furniture), pola lantai, dan bentuk ruang, serta diukur
berdasarkan penilaian siswa terhadap keenam aspek tata ruang
perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang tersebut melalui pengumpulan
data yang diperoleh dari angket yang dibagikan kepada para siswa sebagai
anggota aktif perpustakaan yang berisi lima pilihan jawaban, yaitu: sangat
setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2. Kepuasan Pemustaka
Kepuasan pemustaka adalah tingkatan perasaan yang diperoleh dari
hasil perbandingan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan atau
diterima oleh pemustaka dari layanan atau fasilitas yang diberikan oleh
perpustakaan baik secara fisik maupun psikis. Kepuasan pemustaka dalam
penelitian ini dilihat dari dua indikator yaitu tingkat kepuasan siswa sebagai
pemustaka berdasarkan kenyataan yang dirasakan atau diterima oleh
pemustaka dan harapan pemustaka berkaitan dengan tata ruang
perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang. Kepuasan ini diukur
berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh dari angket yang dibagikan
kepada para siswa sebagai anggota aktif perpustakaan yang berisi lima
pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.

E. ISTRUMEN PENELITIAN
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Purwanto (2008, hlm. 183)
menyatakan bahwa, “instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran.” Sejalan dengan
pernyataan Purwanto, Sugiyono (2012, hlm. 102) juga menyatakan bahwa,
“instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.” Pernyataan ini diperkuat oleh Arifin (2011,
hlm. 226) yang menjelaskan bahwa, “instrumen penelitian merupakan suatu alat
yang digunakan untuk mengukur dan menghimpun data di lapangan.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner (angket).


Seperti yang dijelaskan Sugiyono (2012, hlm. 142) bahwa, “kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”
Kuesioner (angket) yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
bersifat tertutup, dimana responden hanya dapat memilih salah satu dari lima
pilihan jawaban pada setiap pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dalam
kuesioner tersebut. Responden tidak dapat memberikan jawaban lain kecuali yang
telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

Skala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Likert
(skala sikap). Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2012, hlm. 92), “skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Pada skala Likert ini, jawaban setiap
item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Pada
penelitian ini penulis membagi setiap pertanyaan atau pernyataan ke dalam lima
skala, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju,
serta menggunakan sistem checklist dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan.
Setiap pertanyaan atau pernyataan positif diberi bobot 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangkan
pertanyaan atau penyataan negatif diberi bobot sebaliknya yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel Skala Likert


Pernyataan Sangat Puas Cukup Tidak Sangat tidak
kepuasaan puas puas puas puas
Positif … … … … …
Negatif … … … … …

Selain itu, untuk memudahkan dalam penyusunan instrumen penelitian,


maka perlu dibuat kisi-kisi instrumen. Arikunto (2006, hlm. 162) menyatakan
bahwa :
Kisi-kisi adalah tabel yang menunjukkan hubungan antara hal-hal yang
disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan dalam kolom.
Kisikisi instrumen ini sendiri bertujuan untuk menunjukkan kaitan antara
variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil,
dengan metode yang digunakan dengan instrumen yang disusun.

Sejalan dengan pernyataan Arikunto, Purwanto (2008, hlm. 204) juga


mengemukakan bahwa, “kisi-kisi instrumen adalah rancangan sebagian dasar
penulisan butir-butir instrumen. Butir ditulis untuk mengukur variabel dengan
berpedoman pada kisi-kisi.” Setelah menyusun variabel-variabel penelitian yang
ditetapkan untuk diteliti, variabel-variabel tersebut diberikan definisi
operasionalnya. Selanjutnya menentukan indikator yang akan diukur, kemudian
dijabarkan menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Kisi-kisi instrumen
dalam penelitian ini dijabarkan pada tabel sebagai berikut.

Tabel Kisi-kisi Instrumen Angket


Hubungan antara Tata Ruang Perpustakaan dengan Kepuasan Pemustaka
pada Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang
NO VARIABEL INDIKATOR DESKRIPSI JUMLAH NO.
ITEM
1. Tata ruang Pencahayaan  Cahaya alami
perpustakaan  Cahaya buatan
Sirkulasi  Penghawaan alami
udara  Penghawaan
buatan
 Suhu udara
Warna  Keserasian warna
 Keharmonisan
 Efek warna
Perabotan  Tata letak
(furniture)  Kelengkapan
 Keleluasaan
beraktivitas
Pola lantai  Estetika
 Durabilitas
 Elastisitas
 Tahan kotoran
 Gelap atau terang
 Tekst
Bentuk ruang  Kesesuaian bentuk
 Kemudahan
perletakan perabot
dan koleksi
 Keleluasaan
beraktivitas
2. Kepuasan Angktual  Pencahayaan
pemustaka produk/jasa  Sirkulasi udara
(perceived  Perpaduan warna
performance)  Perletakan
perabotan
 Pola lantai
 Kesesuaian bentuk
ruang
Harapan  Pencahayaan
pemustaka  Sirkulasi udara
(user  Perpaduan warna
expectation)  Perletakan
perabotan
 Pola lantai
 Kesesuaian bentuk
ruang

F. Proses pengembangan instrument


Pada suatu penelitian diperlukan proses pengembangan instrumen. Proses
pengembangan instrumen ini merupakan tindak lanjut dalam mengolah
instrumen. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh penulis, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket yang bersifat tertutup
dengan menggunakan skala Likert. Angket yang disebarkan kepada responden
sebagai sampel dengan jumlah yang telah ditentukan ini merupakan sumber
data primer yang diharapkan mampu mewakili populasi secara keseluruhan
terkait masalah yang diteliti dalam penelitian ini.

Pada proses pengembangan instrumen ini terdapat dua persyaratan minimal


yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian, yaitu uji validitas dan
reliabilitas.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji butir-butir
pertanyaan atau pernyataan dalam sebuah angket. Apabila butir-butir
pernyataan atau pertanyaan pada angket dinyatakan valid dan reliabel, maka
angket tersebut sudah dapat digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun
jumlah item uji coba angket ditunjukkan pada tabel di bawah ini

Tabel Jumlah item uji voba angket


NO. VARIABEL PENELITIAN JUMLAH ITEM UJI COBA
ANGKET
1. Tata ruang perpustakaan …
2. Kepuasan pemustaka …
Jumlah …

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui
penyebaran
kuesioner (angket) dan studi pustaka. Data primer diperoleh dari hasil
penyebaran
angket dan data sekunder diperoleh dari studi pustaka.

1. Penyebaran Kuesioner (Angket)


Kuesioner merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik
tertentu yang diberikan kepada responden, baik secara individual maupun
kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu yang diinginkan peneliti.
Dalam penelitian ini, angket disebarkan kepada siswa sebagai anggota aktif
perpustakaan sesuai jumlah sampel sebanyak 40 responden. Angket ini bersifat
tertutup dengan menggunakan skala Likert sehingga responden hanya dapat
menjawab salah satu pilihan yaitu pada slide pertama sangat puas, puas, cukup
puas, tidak puas dan sangat tidak puas

2. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan studi pustaka sebagai
teknik
pengumpulan data sekunder dengan membaca dan mengutip kajian-kajian dari
buku dan sumber lain mengenai topik yang relevan berkaitan dengan topik
yang
diteliti. Merujuk pernyataan Nazir (2013, hlm. 111) bahwa, “studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.

H. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian di lapangan dan mengumpulkan data-data,
langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data.
Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang masih berupa uraian
deskripsi, pendapat, pengalaman, dan pengetahuan sehingga harus ditindak
lanjuti dengan melakukan pengolahan data. Tujuan dari analisis data ini adalah
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan
yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan data yang sebelumnya
telah dikumpulkan. Sejalan hal tersebut, Arikunto (2006, hlm. 235)
mengemukakan, “... secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga
langkah, yaitu 1. Persiapan; 2. Tabulasi; 3. Penerapan data sesuai pendekatan
penelitian.”

1. Langkah-langkah Analisis
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini mengacu pada
langkah-langkah analisis data yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm.
278) yaitu sebagai berikut.
a. Persiapan.
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah sebagai
berikut.
1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran
instrumen).

3) Mengecek macam isian data. Jika di dalam instrumen termuat


jawaban yang tidak dikendaki oleh peneliti, maka item perlu di
drop.

b. Tabulasi
G.E.R. Borroughas (dalam Arikunto, 2013, hlm. 279)
mengemukakan
klasifikasi analisis data sebagai berikut.
1) Tabulasi data.
2) Penyimpulan data.
3) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.
4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan.
Kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan tabulasi ini, yaitu :
1) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor;
2) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor;
3) Mengubah jenis data, disesuaikan dengan teknik analisis yang akan
digunakan;
4) Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika
akan menggunakan komputer.

c. Penerapan data sesuai pendekatan


Maksud dari penerapan data sesuai pendekatan penelitian adalah
pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau
aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian.
Pada penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif.

2. Teknik Analisis Data


a. Uji Normalitas
Teknik analisis yang pertama dilakukan adalah uji normalitas data.
Tujuan dari uji normalitas data adalah untuk mengetahui data yang
dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Setelah mengetahui jenis data
berdistribusi normal atau tidak, maka dapat diketahui pengujian statistik
yang akan digunakan dalam penelitian. Sugiyono (2013, hlm. 241)
menjelaskan bahwa “data yang berdistribusi normal menggunakan statistik
parametris, sedangkan yang tidak berdistribusi normal menggunakan
statistik non parametris.” Uji normalitas data penelitian ini menggunakan
Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0.

b. Persentase Perolehan Skor


Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, sebagaimana Sugiyono (2013, hlm. 207) menjelaskan bahwa
“statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat simpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi.” Sedangkan untuk menguji hipotesis
menggunakan pengujian hipotesis assosiatif (hubungan). Sugiyono
(2012, hlm. 182) mengemukakan bahwa “hipotesis assosiatif diuji
dengan teknik korelasi. Terdapat berbagai macam teknik korelasi, yaitu
korelasi Pearson Product Moment (r), korelasi Rasio (η), korelasi
Spearman Rank (ρ) ...”

Data yang diperoleh ditabulasi dengan menyusun ke dalam tabel


kemudian dihitung persentasenya, selanjutnya dianalisis dan
diinterpretasikan dengan rumus Hadi (dalam Listika, 2009, hlm. 38):

f
p= × 100 %
n
Keterangan:
P = presentase
f = frekuensi
n = jumlah sampel
Untuk menafsirkan besar persentase yang diperoleh dari tabulasi data,
penelitian ini menggunakan penafsiran dengan kriteria yang dikemukakan oleh
Nugraha (dalam Hardianti, 2013, hlm. 54) seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel
Interpretasi Persentase
Presentase Klasifkasi

Penghitungan skor dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


mengitung jumlah masing-masing skor dan diakumulasikan ke dalam
bentuk skor ideal. Perhitungan kategori responden sebagai berikut :

1. Nilai indeks minimun = skor minimum x jumlah pernyataan x jumlah


responden
2. Nilai indeks maksimum = skor minimum x jumlah pernyataan x jumlah
responden
3. Interval = nilai maksimum - nilai minimum
4. Jarak interval = interval : jenjang

Hasil dari perhitungan data dianalisis berupa data interval yang


kemudian akan dikonversikan secara kontinum untuk menggambarkan
tingkat perolehan data di lapangan.

Skor Minimum Skor Maksimum


Sangat tidak Tidak baik Cukup baik Baik Sangat baik
baik
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
Grafik Penilaian Interval Skor
(Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 95)

Skor Minimum Skor Maksimum


Sangat puas Puas Cukup puas Tidak puas Sangat tidak
puas
Skor Skor Skor Skor Skor Skor
Grafik Penilaian Interval Skor
(Sumber : Sugiyono, 2012, hlm. 96)
Selanjutnya, hasil perhitungan diinterpretasikan ke dalam kategori untuk
menilai gambaran dari data yang dihimpun. Kategori yang digunakan yaitu
kategori Guilford (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 183).

Tabel
Kategori Penilaian slide 1
Rentang skor Klarifikasi
STS Sangat tidak baik
TS Tidak baik
RR Cukup baik
S Baik
SS Sangat baik

Tabel
Kategori Penilaian slide 2
Rentang skor Klarifikasi
STS Sangat tidak puas
TS Tidak puas
RR Cukup puas
S Puas
SS Sangat puas

Anda mungkin juga menyukai