DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
NUR ANNISA
VEIREN YOLANDA
SEPTA
ELSA SAFITRI
SAISIJA WAHYU SATRIA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian tepat waktu. Proposal
ini berjudul “Tata ruang perpustakaan dengan kunjungan pemustaka pada perpustakaan
SMA Negeri 3 Pangkalpinang”. Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan
pengetahuan yang dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dalam menyusun proposal
ini, maka dari itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan proposal ini, semoga proposal yang
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul Badriah S.Pd yang
telah meluangkan waktunya dan penuh perhatian memberikan bimbingan, dorongan serta
saran guna penyelesaian proposal ini.
Terima kasih
Hormat kami
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalan penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara Desain Interior dengan minat kunjung pemustaka
di Perpustakaan daerah di Pangkalpinang?
2. Bagaimana hubungan antara perletakan tatanan buku serta perabot/furniture di
Perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja perpustakaan terhadap tata
ruang perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran hubungan antara desain interior dengan minat kunjung
pemustaka di Perpustakaan daerah di Pangkalpinang
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan tentang perletakan tatanan
buku serta perabot/ furniture di perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Untuk mengetahui tentang upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja
perpustakaan di SMA negeri 3 Pangkalpinang
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Objektif
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan antara
desain interior dengan minat kunjung pemustaka di perpustakaan, serta
memberikan pengetahuan tentang perencanaan dan perancangan fasilitas dan segala
aspek yang menunjang kegiatan di perpustakaan.
2. Manfaat Subjektif
a. Bagi Peneliti
Membantu para peneliti menambah ilmu tentang bagaimana penataan
ruangan yang tepat bagi sebuah perpustakaan di sekolah maupun di luar, para
peneliti mendapatkan masukan yang berkesan bagi lembaga pendidikan khususnya
kepala perpustakaan, dan pengelolanya dan membuat para peneliti memiliki
kemampuan serta dapat memberi sebuah inspirasi tentang teori-teori manajemen
tata ruang.
b. Bagi pemustaka
Supaya para pemustaka di perpustakaan nyaman dengan tata ruang yang
teratur dan sempurna sehingga membuat para pemustaka sering berkunjung dan
aktif di perpustakaan.
c. Bagi tenaga kerja perpustakaan
Diharapkan untuk dapat mengembangkan kompetensinya dalam bidang
pengelolaan informasi. Hal tersebut dilakukan agar tenaga perpustakaan dapat
mengelola segala informasi yang ada di perpustakaan dengan semaksimal mungkin
agar terciptanya kualitas layanan yang baik bagi para pemustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tata Ruang Perpustakaan
1. Pengertian tata ruang perpustakaan
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang, Ruang adalah
wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, Tata ruang
adalah penataan atau penyusunan segala fasilitas di ruang atau gedung yang
tersedia
Menurut Suwarno, tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan dengan
upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan
susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja
para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah
perpustakaan4
Sedangkan dalam skripsi Muhammad Azwar, tata ruang perpustakaan
adalah salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan
dalam perpustakaan dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan
perpustakaan pada tata letak dan susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja
sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan
secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan.
Dapat dipahami dari beberapa pengertian di atas bahwasanya tata ruang
merupakan penyusunan atau penataan yang berupa ruang, perabot, perlengkapan
dalam perpustakaan sehingga menghasilkan suasana yang kondusif dan
menyenangkan baik itu untuk pustakawan maupun pemustaka.
c. Hirarki Hirarki
visual dapat membantu memisahkan berbagai macam jenis tingkatan
informasi dan dapat membantu batas-batas tersebut untuk membedakan
setiap ruangan yang ada di perpustakaan. Lantai, dinding, furnitur, ukuran,
dan penempatan ruangan harus dapat memberikan penekanan atau
perbedaan pada fungsi dan kegiatan yang ada pada keseluruhan ruang dan
perbedaan tingkatan yang mereka tonjolkan.
d. Area Personal
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan
sosiologis dan psikologis untuk menciptakan sebuah tempat dan suasana
yang dikehendaki. Untuk menciptakan area personal dalam hal ini yaitu
penggunaan tempat secara individu dengan area yang dapat digunakan
secara berkelompok, perpustakaan harus memiliki definisi yang jelas untuk
hal tersebut, agar pengguna merasa aman, dihargai, dan nyaman.
e. Pencahayaan
Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang
elektromagnetis yang dapat ditangkap mata. Pencahayaan dalam
perpustakaan memberikan peran yang sangat penting, baik itu dari sinar
matahari maupun cahaya lampu. Ishar Hk mengemukakan bahwa
pencahayaan dalam ruangan harus benar-benar diperhatikan,
mempertimbangkan setiap bagian ruang dan mengusahakan cara
pencahayaan yang terbaik untuk memberikan rasa nyaman, penyebaran
merata dalam daerah sirkulasi atau daerah tempat bersantai dan
memberikan pencahayaan yang lebih kuat untuk tempat kerja.
Menurut Sedarmayanti pada dasarnya cahaya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu cahaya alam yang berasal dari matahari, dan cahaya
buatan yang berupa lampu. Sedangkan menurut Lasa, cahaya yang masuk
ke dalam ruangan ada dua macam, yaitu:
1) Cahaya alami
Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari
atau kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi
panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan
kenaikan suhu ruangan.
2) Cahaya buatan
Cahaya buatan adalah cahaya yang ditumbulkan oleh benda
atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia seperti cahaya dari
lampu.
f. Tata Suara
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga,
tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut
akan mengganggu ketenangan bekerja. Menurut Ching, dalam tata ruang
pengendalian suara diperlukan untuk mempertahankan dan memperbaiki
kualitas suara atau menghilangkan suara yang mengganggu aktivitas.
Pengaturan tata suara juga merupakan salah satu yang paling umum
untuk perpustakaan, khususnya pada area layanan sirkulasi dan layanan
referensi.13 Dalam lingkungan kerja dengan tingkat bising diatas 60 dB
daya konsentrasi akan berkurang, demikian juga kemampuan mengetik,
menghitung dan daya kreasi atas rangsangan, sehingga dengan demikian
prestasi kerja akan menurun.
g. Suhu Udara
Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya
untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan. Jika terjadi
kekurangan atau kelebihan panas. Menurut hasil penelitian apabila
temperatur udara lebih renda dari 17o C yang berarti suhu udara berada
dibawah normal tubuh. Untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal),
maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan karena hilangnya panas
tubuh. Sebaliknya apabila temperatur uadra terlampau panas akibat
konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dan kemampuan tubuh untuk
mendinginkan diri melalui sistem penguapannya, menyebabkan temperatur
tubuh menjadi ikut naik lebih tingginya dari temperatur udara.
Temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja
menurun, sedangkan temperatur udara yang terlampau panas akan
mengakibtkan cepat timbul kelelahan tubuh dan dalam bekerja cendrung
membuat banyak kesalahan.15 Oleh karena itu perpustakaan harus
memperhatikan suhu udara dalam setiap ruangan yang ada di perpustakaan.
Menurut Lasa untuk menjaga kenyamanan suhu dalam ruangan
diperlukan pemasangan alat pengukur suhu, seperti :
a. Memasang AC (air conditioner) untuk mengatur udara di ruangan.
b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan cukup baik,
seperti dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka
jendela pada saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.
c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara
dalam ruangan. Kecepatan pertukaran udara ini mempengaruhi
kenyamanan udara dalam suatu ruangan, percepatan udara yang
ideal yaitu berkisar antara 0,5-1 m/sekon.
Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi (SNP
704 : 2017) bahwa temperatur atau suhu udara area baca pemustaka,
koleksi, dan ruang kerja yaitu 20-25o celcius. 17
h. Perawatan
Perawatan yang dimaksud disini adalah bagaimana caranya
pustakawan mampu mengatur keuangan, sehingga dapat menerapkan
prinsip ekonomi yaitu dengan biaya yang minimum dapat memberikan
hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendistribusi
ulang furnitur yang ada, mengecat kembali lemari dan rak yang memiliki
corak bahan logam dan jika anggaran masih memungkinkan, dapat
digunakan untuk membeli perabotan baru, mengganti karpet atau lantai
serta menambah signage baru.
i. Kualitas Udara
Menjaga kualitas udara yang baik sangant penting untuk menjaga
kestabilan ruangan, baik dari alam maupun dari sistem ventilasinya. Aroma
secara langsung dapat menyambungkan hubungan antara kondisi ruangan
dengan aspek psikis (emosi) pengguna perpustakaan untuk menciptakan
rasa tenang dan nyaman. Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat
dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi
bekerja dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi
kepekaan penciuman.
C. Kerangka Berpikir
Tata ruang perpustakaan merupakan bagian dari perpustakaan yang digunakan oleh
pemustaka, hal inilah yang menyebabkan akan sikap tertarik atau tidak tertarik terhadap
perpustakaan. Apabila pemustaka merasa tertarik maka akan menyebabkan minat dalam
dirinya untuk berkunjung, begitupun sebaliknya jika merasa tidak tertarik maka akan
menyebabkan minat dalam dirinya untuk enggan berkunjung.
Dalam hal ini pemustaka UPT perpustakaan IAIN Curup ada yang merasa enggan
untuk datang berkunjung, ini disebabkan salah satunya karena kenyamanan pemustaka
tidak terpenuhi. Tidak merasa nyaman ini dikarenakan tata suara pada UPT perpustakaan
IAIN Curup terdengar ke semua hirarki lantai, seperti tempat baca pemustaka seperti di
ruang sirkulasi pada lantai 2, ruang referensi dan karya ilmiah pada lantai 3.
Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk memberikan dampak perubahan pada
masalah tersebut dengan cara melakukan penelitian yang disesuaikan pada teori tata ruang
(desain interior) dan minat kunjung sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh tata ruang
terhadap tingkat kunjungan. Berdasarkan pada uraian di atas, maka kerangka berpikir
dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Pemustaka enggan datang ke
perpustakaan
Tidak nyaman
Tata suara
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Populasi
Populasi sebagaimana yang dikatakan Sugiyono (2012, hlm. 80) adalah
“wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan Sukmadinata
(2012, hlm. 250) mengemukakan “... kelompok besar yang menjadi lingkup
penelitian kita disebut populasi.” Populasi bukan hanya orang tetapi juga
dapat berupa benda-benda alam yang lain. Merujuk pada pendapat
Sukmadinata (2012, hlm. 250) “anggota populasi yang terdiri atas orangorang
biasa disebut subjek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut objek
penelitian.
1. X
2. XI
JUMLAH KESELURUHAN
4. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan Arikunto (2006, hlm. 131)
menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.” Sampel yang baik yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi. Alasan perlunya pengambilan sampel
disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga dan biaya; lebih cepat dan lebih
mudah; memberi informasi yang lebih banyak dan dalam; dan dapat ditangani
lebih teliti.
B. DESAIN PENELITIAN
Menurut Arikunto (2013, hlm. 90) “desain (design) penelitian adalah
rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan
yang akan dilaksanakan.” Variabel yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari dua
variabel utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel X yang berperan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah tata ruang perpustakaan,
sedangkan variabel Y yang berperan sebagai variabel terikat adalah kepuasan
pemustaka.
Tata ruang perpustakaan dilihat dan diukur berdasarkan penilaian siswa
sebagai pemustaka terhadap enam indikator dalam tata ruang perpustakaan yang
dapat mempengaruhi kenyamanan siswa selama berada di perpustakaan SMA
Negeri 3 Pangkalpinang, yaitu aspek pencahayaan, sirkulasi udara, warna, perabot
(furniture), pola lantai, dan bentuk ruang. Kepuasan pemustaka dilihat dan diukur
berdasarkan dua indikator kepuasan yaitu yang dirasakan pemustaka dan harapan
pemustaka terkait tata ruang perpustakaan. Adapun desain hubungan antar variabel
penelitian ini digambarkan dalam tabel sebagai berikut.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif
melalui studi korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian
yang terjadi. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah
faktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian
deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian tanpa
memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Tujuannya adalah
untuk menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif korelasional ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu
variabel dengan variabel lain dinyatakan dengan besarnya koefisien korelasi
(signifikansi) secara statistik. Sebagaimana Sudjana dan Ibrahim (2007, hlm. 64)
menjelaskan mengenai definisi metode penelitian deskriptif korelasi bahwa, “studi
korelasi mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni sejauh mana variasi
dalam suatu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain.” Hal ini juga
sejalan dengan Sugiyono (2013, hlm. 228) yang mengemukakan bahwa, “teknik
korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis
hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval dan ratio dan
sumber data dari dua variabel atau lebih tersebut adalah sama.” Sedangkan
menurut Arikunto (2006, hlm. 270), “penelitian korelasi bertujuan untuk
menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan
serta berarti atau tidaknya hubungan itu.”
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dalam penelitian ini studi korelasi
digunakan penulis untuk melihat dan mencari bukti kebenaran mengenai adanya
hubungan antara tata ruang perpustakaan dengan kepuasan pemustaka pada
perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang.
D. DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional merupakan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk
yang dapat diukur. Sejalan dengan pernyataan Arifin (2011, hlm. 190) yang
menjelaskan bahwa, “definisi operasional adalah definisi khusus yang didasarkan
atas sifat-sifat yang didefinisikan, dapat diamati dan dilaksanakan oleh peneliti
lain.” Untuk menghindari perbedaan penafsiran istilah, maka penulis memberikan
penjelasan secara mendalam mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut.
2. Kepuasan Pemustaka
Kepuasan pemustaka adalah tingkatan perasaan yang diperoleh dari
hasil perbandingan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan atau
diterima oleh pemustaka dari layanan atau fasilitas yang diberikan oleh
perpustakaan baik secara fisik maupun psikis. Kepuasan pemustaka dalam
penelitian ini dilihat dari dua indikator yaitu tingkat kepuasan siswa sebagai
pemustaka berdasarkan kenyataan yang dirasakan atau diterima oleh
pemustaka dan harapan pemustaka berkaitan dengan tata ruang
perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang. Kepuasan ini diukur
berdasarkan tanggapan siswa yang diperoleh dari angket yang dibagikan
kepada para siswa sebagai anggota aktif perpustakaan yang berisi lima
pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan
sangat tidak setuju.
E. ISTRUMEN PENELITIAN
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Purwanto (2008, hlm. 183)
menyatakan bahwa, “instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran.” Sejalan dengan
pernyataan Purwanto, Sugiyono (2012, hlm. 102) juga menyatakan bahwa,
“instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati.” Pernyataan ini diperkuat oleh Arifin (2011,
hlm. 226) yang menjelaskan bahwa, “instrumen penelitian merupakan suatu alat
yang digunakan untuk mengukur dan menghimpun data di lapangan.”
Skala pengukuran yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Likert
(skala sikap). Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2012, hlm. 92), “skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.” Pada skala Likert ini, jawaban setiap
item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Pada
penelitian ini penulis membagi setiap pertanyaan atau pernyataan ke dalam lima
skala, yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju,
serta menggunakan sistem checklist dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan.
Setiap pertanyaan atau pernyataan positif diberi bobot 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangkan
pertanyaan atau penyataan negatif diberi bobot sebaliknya yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
2. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan studi pustaka sebagai
teknik
pengumpulan data sekunder dengan membaca dan mengutip kajian-kajian dari
buku dan sumber lain mengenai topik yang relevan berkaitan dengan topik
yang
diteliti. Merujuk pernyataan Nazir (2013, hlm. 111) bahwa, “studi kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”.
H. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian di lapangan dan mengumpulkan data-data,
langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah melakukan analisis data.
Data yang dikumpulkan merupakan data mentah yang masih berupa uraian
deskripsi, pendapat, pengalaman, dan pengetahuan sehingga harus ditindak
lanjuti dengan melakukan pengolahan data. Tujuan dari analisis data ini adalah
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan
yang sistematis, kemudian mengolah dan menafsirkan data yang sebelumnya
telah dikumpulkan. Sejalan hal tersebut, Arikunto (2006, hlm. 235)
mengemukakan, “... secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga
langkah, yaitu 1. Persiapan; 2. Tabulasi; 3. Penerapan data sesuai pendekatan
penelitian.”
1. Langkah-langkah Analisis
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini mengacu pada
langkah-langkah analisis data yang dikemukakan oleh Arikunto (2013, hlm.
278) yaitu sebagai berikut.
a. Persiapan.
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah sebagai
berikut.
1) Mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi.
2) Mengecek kelengkapan data, artinya memeriksa isi instrumen
pengumpulan data (termasuk pula kelengkapan lembaran
instrumen).
b. Tabulasi
G.E.R. Borroughas (dalam Arikunto, 2013, hlm. 279)
mengemukakan
klasifikasi analisis data sebagai berikut.
1) Tabulasi data.
2) Penyimpulan data.
3) Analisis data untuk tujuan testing hipotesis.
4) Analisis data untuk tujuan penarikan kesimpulan.
Kegiatan yang termasuk ke dalam kegiatan tabulasi ini, yaitu :
1) Memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor;
2) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor;
3) Mengubah jenis data, disesuaikan dengan teknik analisis yang akan
digunakan;
4) Memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan data jika
akan menggunakan komputer.
f
p= × 100 %
n
Keterangan:
P = presentase
f = frekuensi
n = jumlah sampel
Untuk menafsirkan besar persentase yang diperoleh dari tabulasi data,
penelitian ini menggunakan penafsiran dengan kriteria yang dikemukakan oleh
Nugraha (dalam Hardianti, 2013, hlm. 54) seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel
Interpretasi Persentase
Presentase Klasifkasi
Tabel
Kategori Penilaian slide 1
Rentang skor Klarifikasi
STS Sangat tidak baik
TS Tidak baik
RR Cukup baik
S Baik
SS Sangat baik
Tabel
Kategori Penilaian slide 2
Rentang skor Klarifikasi
STS Sangat tidak puas
TS Tidak puas
RR Cukup puas
S Puas
SS Sangat puas