Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

TATA RUANG PERPUSTAKAAN DENGAN KUNJUNGAN


PEMUSTAKA PADA PERPUSTAAKAN SMAN 3
PANGKALPINANG

SMA NEGERI 3 PANGKALPINANG


TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian tepat waktu. Proposal ini berjudul
“Tata ruang perpustakaan dengan kunjungan pemustaka pada perpustakaan SMA Negeri 3
Pangkalpinang”. Penulis menyadari akan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan yang
dimiliki, sehingga masih banyak kekurangan dalam menyusun proposal ini, maka dari itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan proposal ini, semoga proposal yang sederhana ini
dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Nurul Badriah S.Pd yang telah meluangkan
waktunya dan penuh perhatian memberikan bimbingan, dorongan serta saran guna
penyelesaian proposal ini.
Terima kasih
Hormat kami

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Perpustakaan adalah Institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya
rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi bagi pemustaka.
Perpustakaan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Perpustakaan yang berada pada
satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan sekolah menengah atas/madrasah aliyah
yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan
salah satu pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang
bersangkutan. Pelayanan pemustaka Pelayanan yang langsung berhubungan dengan pembaca
atau pemakai jasa perpustakaan.
Ruang Lingkup Standar Nasional Perpustakaan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah ini meliputi standar koleksi, sarana prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan,
pengelolaan, dan integrasi dengan kurikulum. Standar ini berlaku pada perpustakaan sekolah
menengah atas/ madrasah aliyah baik negeri maupun swasta.
Pembangunan gedung perpustakaan merupakan upaya menyediakan wadah informasi
baik dalam bentuk buku maupun bentuk bahan lainnya bagi para pemustaka. Keberadaanya
digunakan untuk menampung dan melindungi koleksi dari kerusakan, sekaligus sebagai
wadah untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan (Lasa HS., 2005, 147).
Perpustakaan sangat berperan dalam dunia pendidikan yakni sebagai sarana dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa dan menunjang kegiatan belajar mengajar yang ada di
sekolah. Terlihat dari beberapa koleksi buku yang dimiliki perpustakaan, 1,90 % banyak
membantu siswa dalam mendapatkan informasi dari beberapa koleksi dan juga dapat
menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Proses perencanaan pembangunanya, memiliki suatu tujuan dan prinsip arsitektur,
bagaimana desain dan tata ruang disesuaikan dengan fungsi tujuan dan kegiatan yang akan
dilakukan didalamnya. Selain untuk dapat memenuhi kebutuhannya dan rasa nyaman, gedung
juga mempengaruhi kesan kepada pemustaka tentang kegiatan yang seharusnya dilakukan di
dalam gedung dan ruang tersebut.

Demikian halnya dalam konteks tujuan dasar diselenggarakannya perpustakaan.


Perpustakaan sebagai sebuah ruangan atau gedung yang baik dapat menghasilkan tempat kerja
yang efisien, nyaman dan menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun bagi pengunjung
(Sulisyto-Basuki, 1992, 3003). Tata ruang yang baik akan memberikan kemudahan kepada
pemustaka dan staf perpustakaan (Siregar, 2004, 122).
Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang merupakan salah satu perpustakaan yang
cukup lengkap akan sarana dan prasarana yang ada, terbukti dengan terdapatnya beberapa unit
komputer yang disediakan untuk pemustaka agar dapat mengakses segala kebutuhan
informasi yang ada pada internet. Sebagaimana terdapat dalam Standar Nasional Perpustakaan
Sekolah tingkat Sekolah Menengah Atas (2011, hlm. 4) yang mengungkapkan bahwa “…
perpustakaan menyediakan sarana perpustakaan sekurang-kurangnya mempunyai perangkat
komputer, meja dan fasilitas akses internet untuk keperluan pemustaka yaitu sebanyak dua
buah dan perangkat komputer, meja dan fasilitas katalog online untuk keperluan pemustaka
sebanyak satu buah.” Semua tenaga perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang ini
berlatar belakang bukan dari ilmu perpustakaan, melainkan tenaga pendidik yang ditugaskan
untuk mengelola perpustakaan sekolah tersebut.
Tenaga perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang telah mengetahui fungsi dan
pemanfaatan serta penerapan dari suatu perpustakaan sekolah. Pemustaka Pengguna
perpustakaan, yaitu perorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang
memanfaatkan fasilitas pelayanan perpustakaan. Seperti halnya pada SMA Negeri 3
Pangkalpinang sudah menerapkan hal itu
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan dalan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana hubungan antara Desain Interior dengan minat kunjung pemustaka di
Perpustakaan daerah di Pangkalpinang?
2. Bagaimana hubungan antara perletakan tatanan buku serta perabot/furniture di
Perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Bagaimana upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja perpustakaan terhadap tata ruang
perpustakaan di SMA Negeri 3 Pangkalpinang

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Mengetahui gambaran hubungan antara desain interior dengan minat kunjung
pemustaka di Perpustakaan daerah di Pangkalpinang
2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hubungan tentang perletakan tatanan buku
serta perabot/ furniture di perpustakaan dengan minat kunjung pemustaka?
3. Untuk mengetahui tentang upaya yang sudah dilakukan tenaga kerja perpustakaan di
SMA negeri 3 Pangkalpinang

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Objektif
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang hubungan antara desain
interior dengan minat kunjung pemustaka di perpustakaan, serta memberikan
pengetahuan tentang perencanaan dan perancangan fasilitas dan segala aspek yang
menunjang kegiatan di perpustakaan.
2. Manfaat Subjektif
a. Bagi Peneliti
Membantu para peneliti menambah ilmu tentang bagaimana penataan ruangan yang
tepat bagi sebuah perpustakaan di sekolah maupun di luar, para peneliti mendapatkan
masukan yang berkesan bagi lembaga pendidikan khususnya kepala perpustakaan, dan
pengelolanya dan membuat para peneliti memiliki kemampuan serta dapat memberi sebuah
inspirasi tentang teori-teori manajemen tata ruang.
b. Bagi pemustaka
c. Bagi tenaga kerja perpustakaan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tata Ruang Perpustakaan
1. Pengertian tata ruang perpustakaan
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang, Ruang adalah wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya, Tata ruang adalah penataan atau
penyusunan segala fasilitas di ruang atau gedung yang tersedia
Menurut Suwarno, tata ruang perpustakaan adalah salah satu cara untuk
menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam perpustakaan dengan upaya
penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada tata letak dan susunan yang
tepat serta pengaturan tempat kerja sehingga memberi kepuasan kerja para pustakawan
dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif disebuah perpustakaan4
Sedangkan dalam skripsi Muhammad Azwar, tata ruang perpustakaan adalah
salah satu cara untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam
perpustakaan dengan upaya penyusunan perabot dan perlengkapan perpustakaan pada
tata letak dan susunan yang tepat serta pengaturan tempat kerja sehingga memberi
kepuasan kerja para pustakawan dan pengguna perpustakaan secara efisien dan efektif
disebuah perpustakaan.
Dapat dipahami dari beberapa pengertian di atas bahwasanya tata ruang
merupakan penyusunan atau penataan yang berupa ruang, perabot, perlengkapan
dalam perpustakaan sehingga menghasilkan suasana yang kondusif dan
menyenangkan baik itu untuk pustakawan maupun pemustaka.

2. Tujuan tata ruang perpustakaan


Menurut Suryabrata tujuan tata ruang perpustakaan adalah perencanaan
tentang tata ruang perpustakaan adalah untuk mencapai kenyamanan, keselamatan,
dan keamanan di dalam ruangan, kenyamanan adalah rasa senang dan betah yang
muncul dalam diri seorang pengguna perpustakaan dapat dikatakan nyaman berada di
ruangan, jika dilihat seberapa betah dan bisa berkonsentrasi ketika belajar atau
melakukan aktifitas lainnya di dalam ruangan. Maka dari itu tata ruang dari sebuah
perpustakaan tidak boleh diabaikan karena dapat berpengaruh pada kenyamanan jika
pemustaka nyaman di perpustakaan maka minat baca atau minat belajar siswa
meningkat dikarenakan tata ruang perpustakaan yang nyaman.

3. Elemen-elemen desain interior (tata ruang)


Cecilia Kugler menyatakan ada beberapa elemen-elemen yang
membentuk desain interior, diantaranya yaitu : Ruang, variasi, hirarki, area
personal, pencahayaan, tata suara, suhu udara, perawaatan, kualitas udara, gaya
dan fashion.
a. Ruang (Tata Letak)
Perpustakaan dengan rancangan yang baik tentu dapat beroperasi
dengan baik tanpa adanya ketergantungan terhadap ketersediaan arah. Elemen
interior harus ditekankan dengan jelas terutama untuk ruangan yang besar. Hal
penekanan ini dimulai dengan furnitur, lantai, ukuran, dinding dan
penempatan segala hal sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pembeda
antara fungsi dan kegiatan dalam ruang tersebut.
b. Variasi (Keberagaman Jenis Ruang)
Sebagai makhluk sosial yang mempunyai bermacam-macam
keinginan,tentu perpustakaan harus mampu menyediakan preferensi yang
beraneka ragam untuk pemustaka. Misalnya perpustakaan menyediakan
berbagai jenis ruang yang disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan
pemustaka, baik perorangan maupun berkelompok, seperti ruang baca yang
digunakan perorangan dan berkelompok. Untuk memenuhi kebutuhan dan
kenyamanan pemustaka, perpustakaan juga harus memberikan bermacam- 7
Cecilia Kugler, 10 Interior Design Considerations and Developing Brief,
(Sydney, Australia: CK Design International, 2007), h. 19 4 macam tempat
duduk yang digunakan secara perorangan ataupun yang berkelompok untuk
kegiatan pemustaka.
c. Hirarki Hirarki
visual dapat membantu memisahkan berbagai macam jenis tingkatan
informasi dan dapat membantu batas-batas tersebut untuk membedakan setiap
ruangan yang ada di perpustakaan. Lantai, dinding, furnitur, ukuran, dan
penempatan ruangan harus dapat memberikan penekanan atau perbedaan pada
fungsi dan kegiatan yang ada pada keseluruhan ruang dan perbedaan tingkatan
yang mereka tonjolkan.
d. Area Personal
Para ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kebutuhan
sosiologis dan psikologis untuk menciptakan sebuah tempat dan suasana yang
dikehendaki. Untuk menciptakan area personal dalam hal ini yaitu penggunaan
tempat secara individu dengan area yang dapat digunakan secara
berkelompok, perpustakaan harus memiliki definisi yang jelas untuk hal
tersebut, agar pengguna merasa aman, dihargai, dan nyaman.
e. Pencahayaan
Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang
elektromagnetis yang dapat ditangkap mata. Pencahayaan dalam perpustakaan
memberikan peran yang sangat penting, baik itu dari sinar matahari maupun
cahaya lampu. Ishar Hk mengemukakan bahwa pencahayaan dalam ruangan
harus benar-benar diperhatikan, mempertimbangkan setiap bagian ruang dan
mengusahakan cara pencahayaan yang terbaik untuk memberikan rasa
nyaman, penyebaran merata dalam daerah sirkulasi atau daerah tempat
bersantai dan memberikan pencahayaan yang lebih kuat untuk tempat kerja.
Menurut Sedarmayanti pada dasarnya cahaya dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu cahaya alam yang berasal dari matahari, dan cahaya buatan yang
berupa lampu. Sedangkan menurut Lasa, cahaya yang masuk ke dalam
ruangan ada dua macam, yaitu:
a. Cahaya alami
Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari
atau kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas
itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan
suhu ruangan.
b. Cahaya buatan
Cahaya buatan adalah cahaya yang ditumbulkan oleh benda
atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia seperti cahaya dari
lampu.
f. Tata Suara
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga, tidak
dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut akan
mengganggu ketenangan bekerja. Menurut Ching, dalam tata ruang
pengendalian suara diperlukan untuk mempertahankan dan memperbaiki
kualitas suara atau menghilangkan suara yang mengganggu aktivitas.
Pengaturan tata suara juga merupakan salah satu yang paling umum
untuk perpustakaan, khususnya pada area layanan sirkulasi dan layanan
referensi.13 Dalam lingkungan kerja dengan tingkat bising diatas 60 dB daya
konsentrasi akan berkurang, demikian juga kemampuan mengetik, menghitung
dan daya kreasi atas rangsangan, sehingga dengan demikian prestasi kerja
akan menurun.
g. Suhu Udara
Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk
melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan. Jika terjadi kekurangan
atau kelebihan panas. Menurut hasil penelitian apabila temperatur udara lebih
renda dari 17o C yang berarti suhu udara berada dibawah normal tubuh. Untuk
menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh manusia akan
mengalami kedinginan karena hilangnya panas tubuh. Sebaliknya apabila
temperatur uadra terlampau panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih
besar dan kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri melalui sistem
penguapannya, menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik lebih
tingginya dari temperatur udara.
Temperatur yang terlampau dingin akan mengakibatkan gairah kerja
menurun, sedangkan temperatur udara yang terlampau panas akan
mengakibtkan cepat timbul kelelahan tubuh dan dalam bekerja cendrung
membuat banyak kesalahan.15 Oleh karena itu perpustakaan harus
memperhatikan suhu udara dalam setiap ruangan yang ada di perpustakaan.
Menurut Lasa untuk menjaga kenyamanan suhu dalam ruangan
diperlukan pemasangan alat pengukur suhu, seperti :
a. Memasang AC (air conditioner) untuk mengatur udara di ruangan.
b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan cukup baik,
seperti dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada
saat kegiatan di perpustakaan sedang berlangsung.
c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam
ruangan. Kecepatan pertukaran udara ini mempengaruhi kenyamanan udara
dalam suatu ruangan, percepatan udara yang ideal yaitu berkisar antara 0,5-1
m/sekon.
Berdasarkan Standar Nasional Perpustakaan Perguruan Tinggi (SNP
704 : 2017) bahwa temperatur atau suhu udara area baca pemustaka, koleksi,
dan ruang kerja yaitu 20-25o celcius. 17
h. Perawatan
Perawatan yang dimaksud disini adalah bagaimana caranya pustakawan
mampu mengatur keuangan, sehingga dapat menerapkan prinsip ekonomi
yaitu dengan biaya yang minimum dapat memberikan hasil yang maksimal.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendistribusi ulang furnitur yang ada,
mengecat kembali lemari dan rak yang memiliki corak bahan logam dan jika
anggaran masih memungkinkan, dapat digunakan untuk membeli perabotan
baru, mengganti karpet atau lantai serta menambah signage baru.
i. Kualitas Udara
Menjaga kualitas udara yang baik sangant penting untuk menjaga
kestabilan ruangan, baik dari alam maupun dari sistem ventilasinya. Aroma
secara langsung dapat menyambungkan hubungan antara kondisi ruangan
dengan aspek psikis (emosi) pengguna perpustakaan untuk menciptakan rasa
tenang dan nyaman. Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap
sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan bau-
bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman.
j. Style and Fashion
Style dan fashion adalah bagian dari budaya populer masa kini, dan
seperti yang selalu kita inginkan bahwa perpustakaan saat ini secara visual
tidak mungkin dapat dihindari akan selalu memperhatikan nilai estetikanya
dalam perencanaan interior meskipun gaya dan fashion tersebut bersifat
dinamis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menghindarkan rasa jenuh agar
perpustakaan dapat menjadi tujuan utama bagi pengguna dalam mencari
informasi serta memberikan kenyamanan pengelola perpustakaan dalam
melakukan pekerjaannya.
B. Tingkat Kunjungan Pemustaka
1. Pengertian tingkat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan yang berlapis-lapis atau
berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang).
2. Kunjungan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (perbuatan, proses, hasil)
mengunjungi atau berkunjung20 dan menurut Endarmako “kunjung” atau
“berkunjung” merupakan beranjangsa, bertamu, bersambang, bertemu, bertandang,
datang. Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami bahwa kunjungan merupakan suatu
kegiatan yang mendatangi baik itu orang ataupun tempat
3. Tujuan Berkunjung
Tujuan berkunjung secara umum adalah ingin melihat dan menyaksikan
sesuatu yang menarik, namun pada kenyataannya ada tujuan yang lebih spesifik,
diantaranya yaitu:
a. Berkunjung untuk tujuan kesenangan. Dalam artian masyarakat datang
memanfaatkan koleksi perpustakaan yang disenangi seperti, membaca novel, surat
kabar, komik dan lain-lain.
b. Berkunjung untuk tujuan memperoleh sesuatu yang baru (ilmu
pengetahuan).
c. Berkunjung untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Dalam artian
seseorang datang berkunjung ke perpustakaan untuk memanfaatkan fasilitas dan
membaca koleksi yang ada untuk menyelesaikan tugas akademiknya ataupun tugas
kantornya. Kegiatan semacam ini dinamakan reading for work.
4. Pemustaka Pengertian
pemustaka menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 9
adalah “pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok 11 orang, masyarakat,
atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan”.23 Sedangkan
menurut Sutarno NS pemakai perpustakaan adalah kelompok orang dalam masyarakat
yang secara intensif mengunjungi dan memakai layanan dan fasilitas perpustakaan.
Begitupun menurut Suwarno, pemustaka adalah pengguna fasilitas yang
disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas
lainnya).25 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemustaka perpustakaan atau
pemustaka merupakan orang, kelompok, masyarakat, ataupun lembaga yang
mendatangi perpustakaan baik itu untuk mencari informasi, meneliti, dan rekreasi.
C. Kerangka Berpikir
Tata ruang perpustakaan merupakan bagian dari perpustakaan yang digunakan oleh
pemustaka, hal inilah yang menyebabkan akan sikap tertarik atau tidak tertarik terhadap
perpustakaan. Apabila pemustaka merasa tertarik maka akan menyebabkan minat dalam
dirinya untuk berkunjung, begitupun sebaliknya jika merasa tidak tertarik maka akan
menyebabkan minat dalam dirinya untuk enggan berkunjung.
Dalam hal ini pemustaka UPT perpustakaan IAIN Curup ada yang merasa enggan
untuk datang berkunjung, ini disebabkan salah satunya karena kenyamanan pemustaka tidak
terpenuhi. Tidak merasa nyaman ini dikarenakan tata suara pada UPT perpustakaan IAIN
Curup terdengar ke semua hirarki lantai, seperti tempat baca pemustaka seperti di ruang
sirkulasi pada lantai 2, ruang referensi dan karya ilmiah pada lantai 3.
Oleh sebab itu diperlukan tindakan untuk memberikan dampak perubahan pada
masalah tersebut dengan cara melakukan penelitian yang disesuaikan pada teori tata ruang
(desain interior) dan minat kunjung sehingga nantinya dapat diketahui pengaruh tata ruang
terhadap tingkat kunjungan. Berdasarkan pada uraian di atas, maka kerangka berpikir dalam
penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Pemustaka enggan datang ke


perpustakaan

Tidak nyaman

Tata suara

Terdengar ke semua hirarki lantai


perpustakaan

KURANG TABEL

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi, dan Sampel


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang berlokasi Jalan
K.H Abdul Rasyid Kel. Keramat Ke. Rangkui Pangkalpinang
a. Sejarah Perpustakaan SMA Negeri 3 Pangkalpinang

b. Visi dan Misi

c. Pelayanan Perpustakaan SMA Negeri 2 Bandung


1) Layanan Sirkulasi.
2) Layanan Referensi.
3) Layanan Baca.

2. Populasi
Populasi sebagaimana yang dikatakan Sugiyono (2012, hlm. 80) adalah
“wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sedangkan Sukmadinata
(2012, hlm. 250) mengemukakan “... kelompok besar yang menjadi lingkup
penelitian kita disebut populasi.” Populasi bukan hanya orang tetapi juga
dapat berupa benda-benda alam yang lain. Merujuk pada pendapat
Sukmadinata (2012, hlm. 250) “anggota populasi yang terdiri atas orangorang
biasa disebut subjek penelitian, tetapi kalau bukan orang disebut objek
penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 3
Pangkalpinang yang merupakan anggota aktif perpustakaan yang terdiri dari kelas
X, XI dan XII. Jumlah populasi ditentukan berdasarkan jumlah siswa anggota
aktif perpustakaan yang mengunjungi perpustakaan pada bulan ……... Anggota
aktif ini ditentukan berdasarkan intensitas siswa dalam peminjaman buku dan
intensitas kunjungan siswa ke perpustakaan
yang tercatat dalam daftar kunjungan siswa dan daftar peminjaman buku.
Populasi ini diambil untuk mengetahui hubungan antara tata ruang
perpustakaan dengan kepuasan pemustaka pada perpustakaan SMA Negeri 3
Pangkalpinang. Adapun jumlah siswa anggota aktif perpustakaan SMA Negeri 3
Pangkal[pinang pada bulan …..Tahun Ajaran …..
ditunjukkan pada tabel berikut.

NO. KELAS JUMLAH

1. X

2. XI

3. XII

JUMLAH KESELURUHAN

(Sumber:

4. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 81) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan Arikunto (2006, hlm. 131)
menjelaskan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.” Sampel yang baik yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi. Alasan perlunya pengambilan sampel
disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga dan biaya; lebih cepat dan lebih
mudah; memberi informasi yang lebih banyak dan dalam; dan dapat ditangani
lebih teliti.

Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam


penelitian ini adalah teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan
sampel secara acak yang dilakukan dengan memberikan peluang atau
kesempatan yang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Dengan demikian, sampel yang diperoleh diharapkan merupakan
sampel yang representatif. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiyono
(2012, hlm. 82) bahwa “Simple Random Sampling dikatakan simple (sederhana)
karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.” Rumus yang digunakan dalam
teknik pengambilan sampel yaitu rumus Slovin
sebagai berikut.

n=
n=

B. DESAIN PENELITIAN
C. METODE PENELITIAN
D. Definisi Operasional
1. Tata Ruang Perpustakaan
2. Kepuasan Pemustaka
E. Instrumen Penelitian
(DIBUAT TABEL NANTINYA) KISI KIS
F.Proses pengembangan instrument
1.uji validitas
a. Tata Ruang Perpustakaan (Variabel X)
b. Kepuasan Pemustaka (Variabel Y)
2. Uji Reliabilitas
a. Tata Ruang Perpustakaan (Variabel X)
b. Kepuasan Pemustaka (Variabel Y)
G. Teknik Pengumpulan
1. Penyebaran Kuesioner (Angket)
2. Studi Pustaka
H. Analisis Data
1. Langkah-langkah Analisis
a. Persiapan.
b. Tabulasi
c. Penerapan data sesuai pendekatan
2. Teknik Analisis Data
a. Uji Normalitas
b. Persentase Perolehan Skor
c. Uji Koefisien Korelasi
I. Prosedur Penelitian

Anda mungkin juga menyukai