Anda di halaman 1dari 18

BEST PRACTICE

MENUMBUHKAN KESADARAN MINAT LITERASI DAN NUMERASI SISWA


MENGGUNAKAN POSTER DAN FLASHCARD
Di SLB NEGERI KUALA TUNGKAL

SLB NEGERI KUALA TUNGKAL


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang
telah melimpahkan nikmat keimanan, kesehatan, dan kesempatan, sehingga Best
practice ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penyelesaian Best practice ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak .H. Varial Adhi Putra, ST, MM, sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jambi yang telah memberikan motivasi dan arahan..
2. Ibu Hj. Euis Novitasari, S.E, selaku Kepala Bidang PKLK Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Jambi yang telah memberikan dukungan terhadap
semua program yang dilakukan.
3. Ibu Andam Litasari, S.Pd, selaku Kepala SLB Negeri Kuala Tungkal, yang
telah membimbing dalam pembuatan Best Practice.
4. Komunitas Praktisi / teman sejawat di SLB Negeri Kuala Tungkal yang telah
membantu dan mendukung kelancaran penyusunan Best Practice..
Penulis menyadari bahwa Best Practice ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan. Semoga apa yang dihasilkan dalam Best Practice ini dapat
memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Kuala Tungkal, Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.... ......................................................................................... ii
LEMBARAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 3
3. Strategi Pemecahan Masalah ......................................................... 3
4. Tahapan Pembuatan Literasi ”SUPER”........................................... 6
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 7
1. Alasan Memilih Strategi ................................................................. 7
2. Temuan Hasil Terpilih Strategi .................................................... 8
3. Beberapa Kendala Dalam Melakukan Strategi Yang Dipilih.......... 13
4. Faktor Pendukung ......................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................. 15
1. Kesimpulan ...................................................................................... 15
2. Rekomendasi .................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Sekolah menemukan bahwa minat baca siswa di SLB Negeri Kuala
Tungkal dapat dikatakan cukup rendah, hal ini terlihat saat dilakukan
observasi dan identifikasi baik saat pembelajaran dikelas maupun diluar
kelas. Saat guru meminta siswa untuk membaca dan memahami buku
pelajaran pada indikator membaca, menulis dan berhitung, hanya sedikit
siswa yang dapat memahami kegiatan membaca, menulis dan berhitung,
selain itu waktu luang yang dimiliki siswa digunakan untuk bermain dan
bercerita hal ini terlihat saat jam kosong. Walaupun tugas sudah diberikan,
hanya sedikit siswa yang mengerjakan, sementara sebagian siswa cenderung
bermain, mengobrol, dan tidur sambil menunggu pekerjaan temannya yang
mengerjakan.
Dampak dari rendahnya kemampuan dan aktivitas membaca pasti
berpengaruh atau berimbas terhadap kemampuan membaca, menulis dan
berhitung. Membaca merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses
memahami isi teks dengan bersuara atau dalam hati. Menulis merupakan
bentuk penyampaian gagasan atau pesan dalam bentuk bahasa tertulis. Dan
berhitung adalah salah satu cabang dari matematika yang mempelajari
operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi perkalian, dan operasi
pembagian. Secara keseluruhan kemampuan literasi dan numerasi siswa di
SLB Negeri Kuala Tungkal dapat dikatakan rendah disbanding sekolah lain
pada umumnya. Hal ini disebabkan karena kemampuan akademik siswa-
siswi SLB Negeri Kuala Tungkal dapat dikatakan rendah. Oleh sebab itu,
Sekolah perlu melakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan literasi
dan numerasi. Menurut sebagian besar siswa membaca buku pelajaran
adalah hal yang membosankan dibandingakan dengan main game.
Pembelajaran yang meminta untuk memahami atau mengidentifikasi
membuat mereka tidak termotivasi. Siswa cenderung pasif saat guru
mengajak untuk berdiskusi terkait hal yang mereka baca. siswa yang terlibat
dalam proses pembelajaran hanya sebagian kecil. Mereka hanya menunggu
siswa lain atau guru menjelaskan. Adapun perasaan lain yang terpancar dari
wajah mereka adalah malas gerak, melamun menguap dan ada yang tertidur.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan sekolah, maka muncul gagasan
untuk mengakomodir kebutuhan, bakat, kesiapan dan minat siswa, agar
mereka tidak merasa terasing di kelas ataupun sekolahnya dan berusaha
menjadikan ruang kelas ataupun sekolah sebagai tempat terbaik selain di
rumah dan adanya rasa memiliki. Sekolah merencanakan kegiatan
meningkatkan kemampuan literasi dan yang berpihak pada siswa, yaitu dari
siswa untuk siswa dan dimanfaatkan sepenuhnya oleh siswa, dalam hal ini
program yang dilakukan sekolah menitik beratkan pada gerakan literasi dan
numerasi, sekolah berpikir bahwa membaca dan menulis menjadi bagian
dari banyaknya rutinitas pembelajaran yang tak lepas dari kehidupan setiap
orang. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Suriani, Dayang
(2010:56) bahwa “Menulis dan membaca adalah media komunikasi yang
dianggap sebagai produk penting peradaban pelaku pendidikan terutama
refleksi dari pola pemikiran tingkat tinggi dan kedewasaan berpikir.”
Sekolah akan mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi melalui pemanfaatan poster
dan flashcard. Dengan adanya pemanfaatan poster dan flashcard siswa akan
terbantu dalam mengatasi permasalahan yang ada dan menjadikan ruang
kelas ataupun sekolah menyenangkan. Adanya pemanfaatan poster dan
flashcard dapat meningkatkan kesadaran membaca, menulis dan berhitung
siswa di SLB Negeri Kuala Tungkal.
Sebagai tambahan setiap ruang kelas disediakan pojok baca yang
mana dalam pembuatan pojok baca tersebut melibatkankan siswa dan siswi
untuk berperan aktif dalam pembuatannya untuk mengakomodir
kemampuan literasi setiap siswa di SLB Negeri Kuala Tungkal. Kedepannya
diharapkan kemampuan literasi siswa dan siswi SLB Negeri Kuala Tungkal
dapat meningkat.
2. Identifikasi Masalah
Sekolah menemukan beberapa permasalahan yang berhubungan
dengan rendahnya minat baca siswa SLB Negeri Kuala Tungkal. Pertama,
ruang kelas yang monoton (tidak sesuai keiginan siswa). Kedua, kurangnya
sumber bacaan di kelas, ketiga kurangnya kesadaran siswa dalam
pemanfaatan ruang kelas secara efektif, keempat Penggunaan waktu luang
hanya untuk bermain, melamun, tidur dan tidak dimanfaatkan secara baik,
dan kelima wadah untuk menyaluran minat bakat siswa sangat minimal
sekali. selain itu kegiatan pembelajaran yang melibatkan membaca dan
mengidentifikasi membuat siswa jenuh dan tidak termotivasi, saat
berdiskusi sebagian besar siswa pasif mereka cenderung menunggu guru
atau siswa lain menjelaskan.

3. Strategi Pemecahan Masalah


Ada beberapa alternatif strategi yang digunakan oleh Sekolah dalam
membangun budaya literasi yaitu mengkondisikan lingkungan yang ramah
literasi, mengupayakan lingkungan sosial yang efektif, dan mengupayakan
lingkungan sekolah sebagai lingkungan sekolah yang literat.
Ada tiga tahapan dalam literasi sekolah. Pertama pembiasaan, yaitu
tahapan memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan dengan
tujuan siswa mau dan gemar membaca. Setiap hari sebelum pembelajaran
dimulai, guru mengajak siswa membaca di pojok literasi dikelas masing-
masing selama 10 menit. Kedua pengembangan, yaitu tahapan
meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi poster dan
kartu bergambar, setelah siswa membaca mereka saling menceritakan
sesuatu yang mereka baca selama 5 menit. Ketiga pembelajaran, dalam
tahapan ini meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi disemua mata
pelajaran: menggunakan poster dan kartu bergambar sebagai media
pembelajaran yang menarik bagi siswa-siswi. Setiap kelas memiliki
tanggung jawab setiap periodic tertentu mengisi mading sekolah terkait ide-
ide luar biasa sesuai dengan kartu gambar atau poster yang mereka baca.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pojok bac akelas
memanfaatkan aset yang ada di lingkungan sekolah, swadaya dari siswa,
guru pengarah, wali kelas maupun orang tua siswa. Penulis berusaha untuk
memanfaatkan aset yang dimiliki sekolah, dalam hal ini: aset manusia (guru,
siswa , orang tua, kepala sekolah, rekan sejawat), aset fisik
(bangunan/gedung sekolah, buku-buku), aset lingkungan, dan aset finansial.
Media yang digunakan dalam pembutan pojok baca kelas sangat
sederhana dan ekonomis seperti komputer, Printer sekolah, gawai pintar,
dan Laptop. Penulis mengarahkan dan membimbing siswa untuk merancang
dan membuat pojok literasi bersama wali kelas di mana program yang siswa
rencanakan berpihak pada mereka sendiri.

4. Tahapan Pembuatan Pojok Baca Kelas


Ada beberapa langkah untuk pembuatan Pojok Baca Kelas Pertama,
Susun rencana program: siswa bersama guru merencanakan program literasi
dan nunmerasi apa yang diinginkan sehingga kebutuhan, keinginan, minat
dan bakat mereka dapat terwujud melalui pengarahan sekolah. Siswa
dikelompokan menjadi 2 kelompok terdiri dari 2-3 siswa setiap
kelompoknya, untuk pembagian tugas. Kedua, diskusi: siswa
bermusyawarah terkait ruang kelas yang diinginkan, posisi tempat duduk,
dan isi dari Pojok Baca kelas. Ketiga, Pembuatan pojok baca kelas: siswa
membagi pekerjaan untuk dirinya masing-masing. Ada yang bertugas untuk
membuat wadah untuk menaruh buku, membuat karya berupa puisi, gambar,
hiasan dan menyiapkan sebagian buku bacaan, dilanjutkan dengan kegiatan
menempel hasil karya, membuat hasil karya dari bahan bekas pakai atau
limbah. Dan terakhir membuat hiasan dinding berupa poster, lukisan, kata
motivasi dan merapikan pojok baca kelas. Selain itu diharapkan agar semua
siswa dapat bekerja sama dan menghargai satu sama lain. Keempat,
Elaborasi berkelanjutan dan Evaluasi program: siswa melakukan pojok baca
kelas secara tekun dan cermat terkait isi dari pojok baca kelas untuk
mengimbaskan keteman-teman lainnya. Evaluasi: siswa bersama-sama guru
dan wali kelas mengevaluasi mengenai kekurangan apa saja yang perlu
diperbaiki. Kelima, Rencana program selanjutnya : siswa bersama guru
merencanakan program pengimbasan melalui majalah dinding dan pojok
baca sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Alasan Memilih Strategi


Ada beberapa alasan penulis membuat pojok baca kelas dalam
meningkatkan minat baca siswa. Pertama, pojok baca kelas memungkinkan
siswa untuk terlibat dalam proses pembuatan secara aktif. Kedua, mewadahi
kebutuhan, minat dan bakat siswa untuk mengekspresikan diri mereka
dalam kosa kata dan bahasa. Ketiga, pemanfaatan pojok baca kelas sebagai
sumber belajar akan menjadikan pembiasan dalam membaca buku dan
meningkatkan minat membaca siswa. Pernyataan ini sejalan dengan Nadya
N. R. dan Siti J. (2019) mengemukakan bahwa: “Pemanfaatan sudut baca
memiliki beberapa dampak positif bagi peserta didik yaitu dapat
menanamkan pembiasaan membaca buku pada peserta didik dan
memingkatkan minat membaca peserta didik”
Dari pernyataan tersebut, sekolah menyimpulkan bahwa pojok baca
kelas dapat menumbuhkan minat baca siswa karena di pojok baca berisi
buku-buku fiksi dan non fiksi serta hasil karya siswa sendiri. Sebelum
pembelajaran dimulai siswa diminta untuk melakukan kegiatan literasi
selama 10 menit dengan memanfaatkan pojok baca kelas, memberikan
kesempatan besar kepada siswa untuk mengeksplorasi ide-ide mereka,
membuat pikiran mereka untuk membuat karya yang akan meningkatkan
kreativitas dan menambah kepercayaan diri mereka dengan adanya aset
yang mereka miliki tanpa disadarinya. Pernyataan tersebut sejalan dengan
Fransiska Ayuka Putri Pradana (Jurnal Pendidikan Dan Konseling Volume 2
Nomor 1 Tahun 2020) menyatakan: “Pemanfaatan sudut baca memiliki
dampak positif, yaitu dapat menumbuhkan minat membaca peserta didik,
hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya peserta didik yang membaca
setelah diciptakannya pojok baca.Selain itu, sudut baca juga dapat
meningkatkan kreativitas peserta didik. Dengan membaca buku bergenre
sastra, mereka dapat menulis karya sastra dengan baik dan mampu
menceritakan kembali buku yang telah dibaca”
Di pojok baca kelas siswa dapat meningkatkan kreativitas, dapat
menggali idenya, menambah pengetahuan, berpikir kritis, dan menjadikan
pojok baca kelas sebagai sumber belajar. Keempat, siswa memanfaatkan
Informasi teknologi berupa gadget yang dekat dengan kehidupan remaja,
seperti ponsel, laptop, dan internet untuk mencari materi dan inspirasi
membuat poster, puisi ataupun karya yang lainnya. Kelima, siswa dapat
memanfaatkan waktu luang atau istirahat dengan membaca di pojok baca
kelas dengan rileks, tidak tertekan, dan mudah berkolaborasi dengan teman-
temannya. Keenam , siswa yang sudah paham langkah-langkah pembuatan
pojok baca kelas dapat berbagi dengan atau mendampingin kelas lain dalam
pembuatan pojok baca kelas.

2. Temuan Hasil Terpilih Strategi


Strategi pojok baca kelas memberi dampak besar bagi proses,
partisipasi, kreativitas dan hasil belajar (produk). Pertama, dari proses dan
partisipasinya, seluruh siswa terlihat antusias, gembira, dan aktif dalam
membuat pojok bac akelas ditandai kehadirannya di sekolah sesuai jadwal
kelompok masing-masing. Meski demikian, ada beberapa siswa masih
binggung apa yang akan dilakukan dengan pojok baca kelas.
Hal ini biasa terjadi jika siswa baru pertama kali mengikuti program
yang melibatkan mereka dari awal (rencana pelaksanan program), karena
hal tersebut baru untuk pertama kalinya bagi mereka. Untuk mengantisipasi
rasa bingung tersebut, pengarah program dalam hal ini penulis memberikan
arahan yang banyak membantu untuk mengetahui, membimbing dan
memberikan motivasi yang kuat agar mereka percaya diri dalam
melaksanakan program.
Sekolah mengarahkan siswa untuk menyusun rencana program
kemudian melakukan urung rembuk terkait ruang kelas, posisi duduk dan
pojok baca diinginkan. Hal tersebut bertujuan untuk mewadahi kebutuhan,
bakat dan minat mereka agar mereka merasa aman, nyaman dan
menyenangkan berada di ruang kelas tersebut. Dan pada akhirnya mereka
dapat membuat karya-karya yang dipajang di pojok baca kelas untuk
dinikmati banyak orang, sehingga mereka menyadari bahwa setiap anak
memiliki aset dalam dirinya yang sebelumnya mereka ragu atau tidak
mengetahuinya. Kepercayaan diri mulai tumbuh dan memotivasi mereka
untuk mengeksplor kemampuannya. Ilustrasi kegiatannya dapat dilihat pada
gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1. Siswa dan guru menyiapkan pojok literasi

Kedua, dari sisi kreativitas, setiap kelompok mampu membuat karya sesuai tugas
kelompok masing-masing yang telah ditentukan. Kemampuan siswa
mengungkapkan beberapa fakta bahwa siswa memiliki bakat untuk bertindak dan
mengekspresikan karya-karyanya secara apik dan mengekspresikan karyanya
sesuai keinginan siswa. Singkatnya, pojok baca kelas mewadahi kebutuhan,
keinginan dan minat siswa. Ilustrasi kegiatan dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut ini.
Ketiga dari sisi kolaborasi. Siswa, penulis sebagai pengarah program
dan wali kelas saling berkolaborasi dalam pembuatan karya yang akan
dipajang di pojok baca kelas. Selain itu, tujuan dari kolaborasi ini adalah
saling menghargai ide yang muncul dari benak penulis, wali kelas maupun
siswa. Ilustrasi kegiatan dapat dilihat pada gambar berikut:
Keempat, dari hasil belajar mengalami peningkatan dari sisi kognitif,
psikomotorik dan afektif. Peningkatan karakter juga meningkat terlihat
dalam kegiatan pelajaran baik di rumah maupun di sekolah dan kesadaran
membaca siswa. Ilustrasi kegiatan dapat terlihat dari gambar 2.4 berikut.

Kelima, untuk Komunitas Praktisi di SLB Negeri Kuala Tungkal,


pojok baca kelas ini sangat menginspirasi bagi siswa untuk bergabung
dalam team literasi dan guru lain untuk mengadakan pojok literasi di kelas
maupun di sekolah, untuk berkolaborasi dengan orangtua dalam pembuatan
pojok literasi di kelas. Semua guru mendapat paradigma baru dalam
pembelajaran berdiferensiasi sehingga mereka biasanya kesulitan
memutuskan strategi apa yang digunakanuntuk membangkitkan kesadaran
minat membaca siswa dijelaskan oleh penulis, akhirnya guru di SLB Negeri
Kuala Tungkal mengatakan bahwa mereka juga akan melaksanakan Strategi
dalam membuat pojok baca di kelas. Ilustrasi kegiatan dapat terlihat dari
gambar 2.5 berikut.
3. Beberapa kendala dalam melakukan strategi yang dipilih

Selain hasil yang memuaskan, ada juga beberapa kendala yang


dihadapi siswa dalam melaksanakan Pojok baca kelas. Pertama, siswa tidak
dapat hadir bersama sama melainkan secara berkelompok untuk ke sekolah
karena masih dalam keadaan pandemik korona 19, adanya keterbatasan
siswa untuk hadir ke sekolah jadi tidak semua siswa dalam satu kelas dapat
bertemu untuk melihat dan menikmati karya –karya yang ada di pojok baca
kelas yang ada di kelas SLB Negeri Kuala Tungkal. Kedua, Sumber bacaan
dan karya yang terbatas belum bisa ditambah dalam kurun waktu yang
dekat, sehingga kurangnya motivasi peserta didik dalam membaca, timbul
rasa bosan dalam diri peserta didik untuk membaca karena buku bacaan
yang kurang beragam, serta kurangnya partisipasi dari orang tua peserta
didik dalam mendukung pelaksanaan literasi sekolah melalui sudut baca.
Ketiga, Guru dan penulis butuh waktu untuk juga mencontohkan selalu
dekat dengan buku bacaan dan membuat karya. Keempat, belum disediakan
apresiasi bagi siswa terbaik dan berprestasi.
Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan,
karena apabila risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan
kerugian dan hambatan pada pelaksanaan program di sekolah. Oleh karena
itu managemen risiko harus kita susun. Dalam meminimalkan risiko terkait
buku dan hasil karya, penulis bekerjasama dengan orang tua dan siswa, agar
dapat menyumbangkan buku bacaan yang diantar ke sekolah dengan
menitipkan buku di pos keamanan yang ada di SLB Negeri Kuala Tungkal,
dan hasil karya berupa puisi, cerpen, foster, dan kata motivasi dapat melalui
wa, email ataupun media elektronik lainnya. Untuk memberikan contoh
penulis dekat dengan buku, maka penulis membuat kuis Numerasi yang
dipajang di pojok literasi. Bagi siswa yang berhasil mengirimkan jawaban
terbaiknya melalui wa, email, atau tiktok, agar diberikan apresiasi berupa
reward (pemberian buku bacaan, peralatan sekolah, ataupun bentuk yang
lainnya).
4. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor yang sangat mendukung terlaksanya pojok baca kelas
di SLB Negeri Kuala Tungkal, antara lain: 1) Asset yang dimiliki sekolah berupa
manusia (kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, warga sekolah), lingkungan
sekolah, sarana prasarana (bangunan sekolah yang kokoh), 2) Minat siswa
mengunjungi pojok baca kelas cukup baik, 3) Karya yang ada di pojok baca kelas
beragam ( puisi, cerpen , kata-kata motivasi, seni origami, lukisan, gambar, poster,
kuis numerasi, kesepakatan kelas, dan lain-lain). 4) Adanya “quiz spot” literasi
dan numerasi mempersiapkan siswa untuk menghadapi Assesmen Nasional
(Assesmen Kompetensi Minimum (AKM), survey karakter, survey lingkungan
belajar). 5) Adanya monitoring dan evaluasi dilakukan oleh pendamping guru
penggerak Kaltim sehingga perkembangan dan kemajuan pojok literasi dapat
dikelola dan diawasi secara terjadwal. 6. Adanya dukungan dari komunitas
praktisi (guru penggerak internal) untuk merencanakan program pojok baca kelas.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan
Pertama, pojok baca kelas merupakan salah satu alternatif strategi
dalam menumbuhkan kesadaran minat baca bagi siswa SLB Negeri Kuala
Tungkal. Ini menjadi strategi yang baik karena siswa terlibat aktif dalam
perencanaan, pembuatan , pengisian dan menikmati pojok baca kelas. Selain
itu, pojok baca kelas memberikan kesempatan yang besar bagi siswa untuk
menggali ide-idenya, mengasah bakat, potensi dan keterampilannya dalam
mengekspresikan ke dalam pembelajaran yang di dapatnya sehari-hari.
Kedua, Pojok baca kelas melatih siswa untuk membangun karakter
mereka seperti peduli, menghargai , saling membantu, dan menghormati
kekuatan dan kelemahan mereka sendiri dan orang lain.
Ketiga, Pojok baca kelas dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang
berbasis lingkungan dengan memanfaatkan informasi teknologi dan di
nikmati oleh semua siswa SLB Negeri Kuala Tungkal, guru dan warga
sekolah. Program literasi ini menjadi sebuah kegiatan positif yang
berkelanjutan karena dapat menginspirasi guru dan siswa untuk melakukan
dan meneruskan program agar lebih baik lagi kedepannya.
Keempat, pojok baca kelas membawa dampak yang luar biasa
terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa dalam membaca, menulis,
dan menghasilkan karya. Para siswa dapat membaca, menulis dan membuat
karya sesuai kebutuhan, keinginan, minat dan baca dengan rasa aman,
nyaman, dan menyenangkan dengan memanfaatkan pojok baca kelas.
Kelima, Pojok baca kelas dapat digunakan oleh siswa saat beristirahat
maupun waktu senggang pada saat pembelajaran.
Keenam, pojok baca kelas juga dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Dengan membaca buku bergenre sastra, mereka dapat menulis karya sastra
dengan baik dan mampu menceritakan kembali buku yang telah dibaca.
2. Rekomendasi
Pertama, pojok baca kelas merupakan strategi yang efektif untuk
mengexplore pengetahuan dan keterampilan siswa dalam hal literasi dan
teknologi. Para guru dapat menggunakan waktu mereka untuk menerapkan
strategi ini untuk menciptakan suasana yang aman, nyaman dan
menyenangkan di ruang kelas. Siswa akan terlibat aktif dan terlihat gembira
karena guru tahu apa yang diinginkannya. Selain itu, mengembangkan
karakter siswa dengan bekerja sama, peduli dan saling menghormati.
Kedua, kolaborasi dengan seluruh warga sekolah dan orang tua
merupakan faktor pendukung dalam terwujudnya pelaksanaan program
pojok literasi yang berdampak pada siswa.
Ketiga, pojok baca kelas menjadi salah satu alternatif gerakan literasi
sekolah yang dimulai dari kelas tertentu.
Keempat, para guru terutama wali kelas masing-masing satuan
pendidikan dapat menggagas pojok baca kelas di kelasnya masing-masing
untuk menggerakkan minat baca, kreasi, inovasi, dan karakter siswa.
Kelima, seluruh siswa dapat memaksimalkan pojok baca kelas pada
waktu/jam istirahat dan menggali kreativitas dalam bidang literasi sesuai
dengan petunjuk dan arahan yang diberikan di pojok baca kelas.
Keenam, seluruh siswa dapat berkreasi dan menghasilkan produk
tulisan dalam bidang sastra di pojok baca kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Fransiska Ayuka Putri Pengaruh Budya Literasi Sekolah Melalui


Pemanfaatan Sudut Baca Terhadap Minat Membaca Siswa Di Sekolah
Dasar JPdK Volume 2 No1 Tahun 2020 Halaman 81-85 JURNAL
PENDIDIKAN dan KONSELING Research & Learning in Primary
Education, diakses tanggal 14 Juni 2021.

Ramadhanti, Nadya. 2019. Pemanfaatan Sudut Baca Dalam Meningkatkan Minat


Baca Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Samarinda. Jurnal Tarbiyah
& Ilmu Keguruan (JTIK) Borneo 1(1): 39-46. diakses tanggal 14 Juni 2021.

Suriani, Dayang. 2010. Sebuah Oase dalam Pembelajaran. Surabaya: Liberty


Press.

Anda mungkin juga menyukai