BAB 5 – LOGISTIK.
5.1. Pengadaan Alat Dan Bahan Di Kamar Steril.
5.1.1. Pengadaan Barang Medis sesuai SOP.
5.1.2. Pengadaan Barang Non Medis sesuai SOP.
5.2. Persediaan Barang.
1. Bahan pencuci dan desinfektan.
2. Bahan pengemas sesuai kebutuhan.
3. Perlengkapan alat tulis, dan rumah tangga.
BAB VII KESELAMATAN KERJA
7.1 Pengertian.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman , sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja .
Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) dan Kecelakaan Kerja ( KK ) di kalangan petugas kesehatan
belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dibeberapa negara maju dari beberapa pengamatan menunjukkan kecenderungan peningkatan
prevalensi.Sebagai factor penyebab adalah kurangnya kesadaran pekerja, serta kualitas
ketrampilan pekerja yang kurang memadai, sehingga meremehkan resiko kerja, contohnya
tidak menggunakan APD pada saat pengambilan cairan enzymatic dan desinfektan serta
pengelolaan alat.
7.2 Tujuan.
Tujuan dari Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah supaya setiap pekerja
kamar steril aman dari kecelakaan akibat kerja, termasuk aman dari paparan cairan tubuh
yang infeksius dan zat-sat kimia lainnya.
7.3 Tata Laksana.
1. Gedung.
a. Kamar steril harus memiliki system ventilasi yang memadai dengan sirkulasi udara yang
adekuat.
b. Kamar steril harus mempunyai alat pemadam api yang tepat bahan kimia berbahaya.
c. Dua pintu / jalan harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan terpisah sejauh
mungkin.
d. Tempat penyimpanan chemical didesign untuk mengurangi resiko sampai sekecil mungkin.
e. Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan ( P3K ).
f. Sistem pembuangan limbah yang aman.
2. Peralatan kamar steril
a. Semua alat di kamar steril memiliki kemanan sedemikian rupa sehingga pekerja tidak
terpapar aliran listrik
3. Alat Pengaman Diri.
a. Cuci tangan harus dijadikan budaya dalam setiap melakukann pekerjaan di kamar steril.
b. Penggunaan Alat pengaman wajib dilakukan.
4. Monitoring Kesehatan
a. Monitoring Kesehatan pekerja laundry dilakukan setiap 1 tahun sekali
b. Bila terjadi luka tusuk, akibat tertinggalnya benda tajam di alat maka setiap pekerja wajib
melakukan pemeriksaan / tes Panel Hepatitis dan HIV.
BAB 9 – PENUTUP.
Pedoman pelayanan kamar steril mempunyai peranan penting untuk pedoman kerja bagi
kamar steril dalam memberikan pelayanan pengelolaan dan pensterilan alat untuk memenuhi
kebutuhan pasien, sehingga mutu dan keselamatan pasien yang memakai alat RS dapat
terjamin. Pedoman ini dapat digunakan juga sebagai acuan kerja bagi tenaga kamar steril.
Penyusunan pedoman pelayanan kamar steril ini adalah merupakan langkah awal sebagai
suatu proses yang panjang sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai
pihak dalam penerapannya untuk mencapai tujuan kamar steril dan tujuan rumah sakit.
Tata Laksana Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
PELAYANAN PENDAFTARAN PASIEN.
Pasien datang ketempat penerimaan gawat darurat. Tempat pendaftaran pasien sebelum jam
07.00-14.00 di loket 1 Poliklinik, sedangkan jam 14.00-07.00 pendaftaran pasien di IGD.
Pasien ditolong terlebih dulu, baru kemudian dilakukan penyelesaian administrasinya.
Setelah mendapat pelayanan yang cukup, ada beberapa kemungkinan dari setiap pasien :
– Pasien boleh langsung pulang
– Pasien dirujuk/dikirm ke rumah sakit lain
– Pasien harus dirawat
1. Pasien yang sudah diseleksi dan membawa surat pengantar untuk dirawat dapat langsung
dibawa ke ruangan perawatan sambil menunggu tempat tidur kosong dari ruang
perawatan.
2. Jika pasien sudah sadar dan dapat diwawancarai, Petugas pendaftaran mendatangi
pasien/keluarga untuk mendapatkan identitas selengkapnya.
3. Bagian pendaftaran mengecek data identitas kebagian rekam medis untuk mengetahui
apakah pasien pernah dirawat/berobat ke rumah sakit.
4. Bagi pasien yang pernah berobat/dirawat maka rekam medisnya segera dikirim ke ruang
perawatan yang bersangkutan dan tetap memakai nomor yang dimilikinya.
5. Bagi pasien yang pernah dirawat/berobat ke rumah sakit maka diberikan nomor rekam
medis.
6. Petugas pendaftaran harus selalu memberitahukan ruang perawatan sementara mengenai
situasi tempat tidur di ruang perawatan.
SISTEM KOMUNIKASI.
Komunikasi sangat berperan penting dalam penaggulangan penderita gawat darurat ”time
saving is life limb saving”. Selain itu kondisi kegawat daruratan yang mungkin terjadi sehari
– hari atau bencana tertentu dapat menimbulkan korban individu atau korban massal.
Komunikasi sebagai subsitem penunjang penaggulangan penderita gawat darurat perlu untuk
menjamin kelancaran dan kecepatan. Komunikasi Instalasi Gawat Darurat RS. …. siap 24 jam
menggunakan sarana komunikasi intern dan extern.
– Intern dengan ext. xxx
– Extern dengan hotline xxxxxxxxx.
PELAYANAN TRIASE.
Triase adalah sistem seleksi pasien untuk pengelompokkan korban dalam menentukan tingkat
kegawatan serta prioritas dan kecepatan penanganan serta pemindahan. Pasien diseleksi
berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya dengan kategori :
5. Kecelakaan.
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak, tidak
dikehendaki sehingga menimbulkna cidera (fisik, mental, sosial).
6. Cidera.
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.
7. Bencana.
Peristiwa / rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian, harta benda, kerusakan
lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat serta pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD diberlakukan kategori kasus emergency dan false
emergency. Dalam hal ini yang termasuk pasien emergency adalah : kasus Prioritas 1 (P1)
yaitu pasien gawat darurat, prioritas 2 (P20 yaitu pasien gawat tidak darurat dan/atau pasien
darurat tidak gawat. Sedangkan yang termasuk pasien false emergency adalah kasus Prioritas
3 (P3) yaitu pasien tidak gawat tidak darurat dan kasus prioritas 0 (P0) yaitu pasien yang
datang dalam keadaan sudah meninggal dunia (death on arrival)
Kartu kode warna triase dapat digunakan sebagai cara pengklasifikasian dalam triase setelah
diperoleh informasi akurat tentang keadaan pasien.
2. KUNING : Korban yang memerlukan pengawasan ketat tetapi perawatan dapat ditunda
sementara, misalnya :
– Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen berat)
– Fraktur multiple
– Fraktur femur / pelvis
– Luka bakar luas
– Gangguan kesadaran / trauma kepala
– Korban dengan status tidak jelas
Semua pasien tersebut diatas disalurkan ke ruang tindakan bedah.
3. HIJAU : Kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian
pengobatan dapat ditunda, misalnya :
– Fraktur minor
– Luka minor, luka bakar minor, atau tanpa luka
Pasien dengan kecelakaan disalurkan ke ruang tindakan bedah.
2. Cara kerja
a. Ketempat pemeriksaan x – ray, diantar minimal 1 orang perawat.
b. Ke ruang perawatan, diantar minimal oleh 1 orang perawat.
c. Ke ICU / Kamar Bedah. Bila ada masalah ABC (gangguan jalan nafas dan sirkulasi), pasien
diantar minimal 2 orang petugas termasuk dokter dan ventilasi harus tetap diperthankan dalam
perjalanan.
d. Ke Rumah Sakit lain :
– Bila tidak ada masalah ABC, pasien boleh tidak diantar petugas dan membawa surat
rujukan.
– Bila ada masalah ABC, pasien harus diantar 1 orang perawat dengan membawa surat
rujukan dan memakai ambulans.
PELAYANAN FALSE EMERGENCY.
Pasien tidak akut dan gawat adalah pasien yang mengalami sakit lama, tidak mengancam
nyawa (false emergency). Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan false emergency
adalah sebagai berikut :
1. Pelayanan diberikan terlebih dahulu kepada pasien yang mengalami penyakit akut dan
gawat ”True Emergency” bukan berdasarkan urutan kedatangan pasien.
2. Kasus-kasus yang tidak tergolong akut dan gawat ”False Emergency” akan mendapatkan
pelayanan setelah kasus gawat darurat terlayani.
3. Pada jam kerja (07.00-14.00) setiap hari Senin – Jumat, kasus-kasus
false emergency akan dialihkan ke poliklinik, atau
4. Dokter poliklinik dimintakan bantuannya untuk melayani pasien false emergency di IGD
bila Dokter IGD sedang menangani pasien true emergency.
PELAYANAN VISUM ET REPERTUM.
Visum Et Repertum adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter atau permintaan tertulis
dari pihak yang berwajib mengenai apa yang dilihat / diperiksa berdasarkan keilmuan dan
sumpah dokter untuk kepentingan peradilan.
Langkah – langkah dalam memberikan pelayanan visum et repertum
adalah sebagai berikut :
1. Penyidik (Polisi) membawa Surat Permintaan tertulis dari pihak yang berwajib (Kepolisian)
untuk pembuatan Visum Et Repertum.
2. Identifikasi identitas pasien, apakah sesuai dengan subyek pada permintaan Visum Et
Repertum.
3. Dokter membuat Visum Et Repertum secara objektif berdasarkan pemeriksaan saat ini atau
dari catatan pada Rekam Medik jika kejadiaannya sudah lampau.
4. Visum Et Repertum diserahkan kepada penyidik (Polisi) yang memintanya. Pasien atau
keluarga pasien tidak berhak meminta atau melihatnya.
Pelayanan DOA (Death on arrival).
DOA (Death on arrival) merupakan kejadian kematian pada saat pasien sampai di IGD. Pasien
yang datang dalam keadaan DOA langsung disalurkan / ditempatkan di kamar jenazah.
Syarat pengambilan jenazah :
1. Pengambil jenazah menyerahkan foto copy bukti diri yang syah kepada petugas.
2. Pengambil jenazah menyerahkan Surat Pengambilan Jenazah kepada petugas.
Jika jenazah berada di kamar jenazah maksimal 4 jam, lebih dari itu jenazah langsung dikirim
ke RSUD ….
Sistem Informasi Pelayanan Pra Rumah Sakit.
IGD RS. …. diklasifikasikan sebagai Instalasi Pelayanan Gawat Darurat kelas II, karena telah
memiliki dokter spesialis empat besar yang siap dipanggil (on – call), dokter umum yang
siaga ditempat (on – site) 24 jam yang memiliki kualifikasi pelayanan GELS (General
Emergency Life Support) dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi ABC serta
memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siap 24 jam.
Ada 4 hal yang wajib diinformasikan ketika petugas IGD melayani pasien gawat darurat via
telepon :
1. Nama pasien
2. Alamat pasien
3. Kondisi saat itu
4. Nomor telepon
Sebelum petugas IGD menjemput pasien yang meminta ambulans, petugas IGD wajib
memberitahukan keadaan pasien saat itu. Adapun informasi pelayanan pra rumah sakit
diberikan adalah dengan tata laksana sebagai berikut :
1. Jika keadaan pasien baik, petugas yang berada di mobil ambulans tidak menginformasikan
apapun kepada petugas IGD di rumah sakit.
2. Jika keadaan pasien darurat, petugas yang berada di mobil ambulans menginformasikan
keadaan pasien saat itu kepada petugas IGD di rumah sakit dengan menggunakan sarana
telekomunikasi handphone.
Sistem Rujukan.
Rujukan pasien dari RS …. hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis yang kompeten atau
setidaknya atas persetujuan salah satu dokter spesialis 4 besar (bedah, penyakit dalam, anak,
dan kebidanan). Dokter jaga IGD sebelum melakukan rujukan pasien harus
mengkorfirmasikan pasien tsb kepada dokter spesialis yang sesuai dengan penyakit pasien.
Adapun bentuk rujukan yaitu :
1. Alih Rawat.
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
– Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
– Trauma kapitis dengan kemungkinan perdarahan intra kapitis
– Permintaan pasien
– Dugaan kasus SARS, flu burung,flu babi
2. Pemeriksaan Diagnostik.
a. CT scan
b. Pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang tidak dapat dilakukan di RS ….
3. Spesimen.
a. Darah
b. Urin
c. Jaringan
d. Mukus / sekret.
PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) –
PEDOMAN PELAYANAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATARBELAKANG.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi indikator
kualitas kesehatan masyarakat di suatu negara,masih tergolong tinggi di Indonesia yaitu
AKI:307/100.000 KH (SDKI 2002/2003) dan AKB : 35/10000 KH (SDKI2002/2003).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih menempati peringkat teratas diantara negara-negara
Asia Tenggara.Penyebab kematian ibu terbanyak adalah perdarahan 28%,Eklampsia
24%,Infeksi 11%,partus macet/lama 8% dan aborsi 5% (SKRT2001).
Di dalam Angka Kematian Bayi tercakup Angka Kematian Perinatal,dimana kematian karena
gangguan perinatal menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga 1986 adalah 42,3% dari
kematian bayi pada usia 0-1 bulan.Mengingat kematian bayi khususnya dalam periode
perinatal berkaitan erat dengan kesehatan ibu dimana AKI masih tinggi maka betapa
pentingnya pelayanan Maternal dan Perinatal sebagai kegiatan integrative di Rumah Sakit
untuk terus ditingkatkan dalam upaya menurunkan AKI dan AKB.
Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan
ibu selama kehamilan,kesehatan janin selama didalam kandungan dan proses pertolongan
persalinan yang bermasalah.
Komplikasi obstetric tidak selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada
ibu hamil yang diidentifikasi normal.Oleh karena itu perlu strategi penurunan
kematian/kesakitan maternal perinatal dengan meningkatkan kualitas pelayanan serta kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia dengan pembekalan pelatihan secara berkala. Pelayanan
obstetri dan neonatal regional merupakan upaya penyediaan pelayanan bagi ibu dan bayi
baru lahir secara terpadu dalam bentuk Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) di Rumah Sakit dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar (PONED) di
tingkat Puskesmas.
Rumah Sakit PONEK 24 Jam merupakan bagian dari sistem rujukan dalam pelayanan
kedaruratan dalam maternal dan neonatal, yang sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Kunci keberhasilan PONEK adalah ketersediaan tenaga
kesehatan yang sesuai kompetensi, prasarana,sarana dan manajemen yang handal.
Untuk mencapai kompetensi dalam bidang tertentu, tenaga kesehatan memerlukan pelatihan-
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku dalam
pelayanan kepada pasien.
1.2. TUJUAN PEDOMAN.
a. Umum
Meningkatkan Pelayanan Maternal dan Perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia
b. Khusus
1. Terlaksananya manajemen pelayanan maternal dan perinatal dari aspek administrasi &
manajemen,kompetensi SDM, fasilitas dan sarana serta prosedur pelayanan di RS.
2. Terklaksananya system rujukan pelayanan maternal dan perinatal.
3. Pembinaan dan pengawasan pelayanan maternal dan perinatal di RS.
1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN.
Upaya Pelayanan PONEK:
1. Stabilisasi di UGD dan persiapan untuk pengobatan definitif.
2. Penanganan kasus gawat darurat oleh tim PONEK RS di ruang tindakan.
3. Penanganan operatif cepat dan tepat meliputi laparotomi, dan sectio caesaria.
4. Perawatan intensif ibu dan bayi.
5. Pelayanan Asuhan Ante Natal Risiko Tinggi.
1.4. PONEK RUMAH SAKIT KELAS C.
1. Pelayanan Kesehatan Maternal dan NeonatalFisiologis.
a. Pelayanan Kehamilan.
b. Pelayanan Persalinan.
c. Pelayanan Nifas.
d. Asuhan Bayi Baru Lahir (Level1).
e. Immunisasi dan Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang(SDIDTK)
2. Pelayanan kesehatan Maternal dan Neonatal dengan risiko tinggi:
Masa antenatal :
Perdarahan pada kehamilan muda.
Nyeri perut dalam kehamilan muda dan lanjut.
Gerak janin tidak dirasakan.
Demam dalam kehamilan dan persalinan.
Kehamilan ektopik (KE) & Kehamilan EktopikTerganggu (KET).
Kehamilan dengan Nyeri kepala, gangguan penglihatan, kejang dan/koma, tekanan
darah tinggi.
Masa intranatal :
Persalinan dengan parututerus
Persalinan dengan distensi uterus
Gawat janin dalam persalinan
Pelayanan terhadap syok
Ketuban pecah dini
Persalinan lama
Induksi dan akselerasi persalinan
Aspirasi vakummanual
Seksiosesarea
Epiotomi
Malpresentasi danmalposisi
Distosiabahu
Prolapsus talipusat
Plasenta manual
Perbaikan robekanserviks
Perbaikan robekan vagina dan perineum
Perbaikan robekan dindinguterus
Histerektomi
Sukarbernapas
Kompresi bimanual danaorta
Dilatasi dankuretase
Ligase arteriuterina
Bayi baru lahir denganasfiksia
BBLR
Resusitasi bayi barulahir
Anestesia umum dan lokal untuk seksiosesaria
Anestesia spinal (bila memerlukan pemeriksaan spesialistik, dirujuk ke RSIA/ RSU)
Masa Post Natal Masanifas
Demam pascapersalinan :
Perdarahan pascapersalinan.
Nyeri perut pascapersalinan.
Keluarga Berencana.
Asuhan bayi baru lahir sakit (level2).
3. Pelayanan Kesehatan Neonatal
hiperbilirubinemi,
asfiksia,
traumakelahiran,
hipoglikemi
kejang,
sepsis neonatal
gangguan keseimbangan cairan danelektrolit.
gangguanpernapasan,
kelainan jantung (payah jantung, payah jantung bawaan, PDA),
gangguan pendarahan,
renjatan (shock),
aspirasi mekonium,
koma,
Inisiasi dini ASI (BreastFeeding),
Kangaroo MotherCare,
Resusitasi Neonatus,
Penyakit Membran Hyalin,
Pemberian minum pada bayi risiko tinggi,
4. Pelayanan Ginekologis
Kehamilanektopik
Perdarahan uterusdisfungsi
Perdarahan menoragia
Kista ovariumakut
Radang Pelvikakut
AbsesPelvik
Infeksi SaluranGenitalia
5. Perawatan Khusus / High Care Unit dan Transfusi Darah.