Anda di halaman 1dari 7

 

PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN


BERNEGARA MELALUI PEMAHAMAN PANCASILA DALAM KEPEMIMPINAN NASIONAL

OLEH :

ARDITRA RISDIANSAH, ST

I. PENDAHULUAN.
a. Implementasi terhadap nilai-nilai Pancasila selama Era Reformasimengalami
kemunduran, bahkan mengalami kefakuman, walaupun dampak yangyang
ditimbulkannya sudah sangat mengkhawatirkan keselamatan bangsa. Parapemimpin
nasional yang memiliki dan menerima amanah dan tanggung jawabsecara langsung
terhadap keselamatan bangsa belum menentukan sikap yangtegas untuk mengatasi hal
ini. Pancasila dalam kehidupan berbangsa danbernegara memiliki peranan yang sangat
penting, karena Pancasila memilikimakna nilai-nilai Instrinsik Pancasila sebagai sumber
dari segala sumber hukumsesuai Tap MPR nomor XVII/MPRS/1996 yang
mengamanatkan Pancasila sebagai Ideologi Nasional, dasar negara dan falsafah bangsa
yang diperkuat oleh UU no 12 tahun 2011 pasal 7 ayat 1 huruf b. Menurut Rudolf
Stamler bahwa hukum yang adil adalah hukum yang sesuai dengan nilai-nilai yang dalam
cita hukum itu sendiri. Menurut Hans kelsen dan Hans Nawiesky bahwa dasar
dibentuknya suatu negara berasal dari individu-individu yang menggabungkan diri dalam
suatu masyarakat. Permasalahan terhadap implementasi nilai-nilai Pancasila tidak bisa
diselesaikan hanya melalui diskusi-diskusi saja, tetapi harus diselesaikan melalui
komitmen yang kuat dan tulus dari Pemimipin bangsa dalam hal ini Presiden Republik
Indonesia dan didukung oleh para pimpinan dibawahnya.
b. Presiden Republik Indonesia yang dipilih secara langsung oleh rakyat memiliki
kepercayaan yang sangat kuat dan berpeluang untuk menggelorakan kembali kejayaan
Pancasila ditengah-tengah kehidupan masyarakat kita. Karena tanpa melalui peranan
pimpinan nasional mustahil Pancasila bisa kembali menjadi tuntunan, pandangan,
falsafah dan ideologi bangsa serta menjadi sumber darisegala sumber hukum di
Indonesia. !atu komando yang tegas dari Presiden akanmemberi dampak moril yang
sangat kuat terhadap seluruh elemen bangsa untukbersama-sama
mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. /arena tingkat kepatuhan masyarakatsaat ini cukup tinggi dalam
menjalankan perintah, kebijakan dari pimpinan,misalnya adanya moratorium-
moratorium, kenaikan harga 22 yang biasanyaribut sekarang tidak, momen ini menjadi
peluang yang sangat tepat untukmengembalikan kejayaan )undamental bangsa,
kembalinya kehidupan manusiaIndonesia yang berpancasilais akan menjadi tolak ukur
keberhasilan parapemimpin bangsa saat ini.
c. Bangsa Indonesia seharusnya bersyukur kepada Allah SWT. Tuhan Sang Maha Esa,
karena selain diberi Kemerdekaan juga telah diberi panduan atau tuntunan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa yang memiliki nilai Universal/umum, berlaku sepanjang
masa/zaman yaitu Pancasila. Karena nilai-nilai Pancasila mampu menjamin ketentraman
masyarakat dan kesejahteraan bangsa, bila diamalkan dengan benar oleh seluruh
elemen bangsa, dan sebaliknya bila nilai-nilai Pancasila ditinggalkan atau ingin
digantikan dengan ideologi lain, maka celaka bangsa Indonesia, contoh peristiwa G 30 S
PKI suatu bukti terhadap kesaktian Pancasila, yang terjadi saat ini adalah adanya upaya
untuk meninggalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Banyaknya masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia akhir-akhir ini,
seperti (bencana alam, konflik, radikalisme, kemiskinan, narkoba) adalah sebagai
dampak langsungdari jauhnya perilaku bangsa yang mulai menyimpang dari nilai-nilai
Pancasila. Sehingga dapat ditarik benang merahnya, bahwa aktualisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui
pemahaman Pancasila secara benar dapat meningkatkan keberhasilan Kepemimpinan
Nasional.

II. PEMBAHASAN
a. Umum
1) Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat seperti yang tertuang dalam
Pembukaan Undang- undang Dasar 1945 pada saat sidang PPKI tanggal, 18 Agustus
1945 yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawarat perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila tersebut merupakan panduan atau pedoman
hidup dan kehidupan Bangsa Indonesia yang sejak turun temurun sampai saat ini,
sebenarnya nilai-nilai Pancasila masih diamalkan oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari tetapi tidak maksimal,demikian juga para tokoh adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda dan elemen bangsa lainnya merasakan hal ini. Karena
nilai-nilai Pancasila telah mengkristal dalam kehidupan masyarakat dengan ciri
keindonesiaannya, maka bila terjadi penyimpangan terhadap satu nilai saja dari nilai-
nilai Pancasila akan dirasakan oleh segenap masyarakat. Misalnya nilai kerukunan
antar umat beragama ternodai, maka akan menimbulkan reaksi dari masyarakat
sekitarnya, seperti kasus di Ambon beberapa waktu yang lalu.

2) Nilai-nilai Pancasila sebagai panduan para pemimpin Bangsa, bukan rahasia umum
bahwa para pemimpin Bangsa, para Elite politik telah memperlakukan Pancasila
hanya sebatas menjadi sebuah perbincangandalam diskusi-diskusi terbatas, bahkan
hanya dalam diskusi-diskusitertutup, disisi lain para kelompok anti Pancasila telah
lantangmenyuarakan untuk mengecilkan arti pancasila dalam kehidupanberbangsa
dan bernegara dengan berbagai bentuk alasan yang mengada-ada. Malu dan tabu
bila seorang Pemimpin bicara kata Pancasila, malu dan tabu bila seorang Pemimpin
dikatakan sebagai seorang yang berpancasilais, padahal Pancasila sesungguhnya
disusun dan disyahkan oleh Founding Fathers kita dengan tujuan sebagai panduan
bagi seaorang Pemimpin Nasional dalam mengelola Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) agar mempermudah untuk mencapai Tujuan Nasional. Kalau setiap
pemimpin dalam setiap pengambilan keputusannya berdasarkan Pancasila, maka
dapat dipastikan akan terpenuhi sifat keadilan sesuai dengan tuntutan rakyat dan
keadilan akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat, karena keadilan dan
kesejahteraan tidak bisa dipisahkan dari kemerdekaan.
3) Nilai-nilai Pancasila tidak bisa dipisahkan dengan kemerdekaan Indonesia, ada tiga
unsur persyaratan berdirinya negara baru yang harus dipenuhi, antara lain pertama
ada wilayah yang jelas batas-batasnya, kedua ada rakyatnya dan yang ketiga ada
bentuk pemerintahan serta adanya pengakuan dari Negara lain (Internasional). Hal
ini sejalan dengan pemikiran para Founding Fathers kita pada saat rapat BPUPKI
tanggal, 29 Mei 1945 yang disampaikan oleh Mr. Muh. Yamin, bahwa jika Indonesia
ingin merdeka sekarang, ada tiga pekerjaan yang harus segera dirampungkan, yaitu
mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara, menyusun undang-
undang dasar, dan menjalankan isi hukum dasar dalam negara yang dibentuk. Disini
jelas bahwa isi hukum dasar dalam Negara yang dibentuk yang dimaksud adalah
Pancasila, karena itu barang siapa meninggalkan Pancasila, maka sama saja dengan
meninggalkan kemerdekaan bangsa, oleh karena itu bila upaya untuk
mengembalikan pengamalan nilai-nilai pancasila kedalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara mengalami kegagalan, maka ancamannya adalah hilangnya
kemerdekaan negara Indonesia

b. Persoalan yang dihadapi untuk mempermudah menganalisa kondisi nilai-nilai Pancasila


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui pemahaman
Pancasila secara benar akan dibahas melalui beberapa persoalan yang berkembang
dilingkungan masyarakat pada era global saat ini.

1) Maraknya penolakkan sosialisasi nilai-nilai Pancasila secara doktriner, produk masa


lalu tidak semuanya salah, tidak semua jelek, emosional yang berlebihan dan
berkelanjutan dapat menjerumuskan bangsa Indonesia masuk kejurang kesengsaraan
yang dalam. Semakin lama masyarakat kita meninggalkan nilai-nilai Pancasila dan
pemerintah dalam hal ini para pemimpin bangsa semakin tidak peduli untuk
mengambil sikap tegas dalam penyelamatan bangsa, maka peluang pengaruh global
semakin terbuka luas untuk mempengaruhi masyarakat Indonesia. Lahirnya program
pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila ( P4 ) digagas oleh para pemimpin
bangsa untuk menyelamatkan bangsa dari ancaman rongrongan pengaruh komunis
diIndonesia, karena ancaman faham komunis saat itu benar-benar sudah sampai
kepelosok tanah air diseluruh lapisan masyarakat, kerana itu program P4
dilaksanakan secara masif agar pengaruh komunis segera hilang dari ingatan bangsa
Indonesia. Saat ini ancamannya berupa memudarnya nilai-nilai Pancasila disebabkan
oleh pengruh bebasnya penyebaran budaya asing masuk ke Indonesia, apa penangkal
yang harus kita siapkan untuk mengatasi hal tersebut dengan memperhatikan koreksi
pengalaman masa lalu, dalam hal ini peran pemimpin sangat menentukan.

2) Nilai-nilai Pancasila tidak lagi secara utuh menjadi kepribadian bangsa, sejak Orde
Baru jatuh tahun 1998 yang lalu, berganti era Reformasi dengan mengagendakan
Reformasi total, dengan mengidentikan bahwa Pancasila sama dengan orde baru,
secara spontan issu reformasi total disambut oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
melakukan kajian terlebih dulu. Inilah dampaknya masyarakat kita bertindak
semaunya sendiri, dengan mencontoh apa yang pernah dilihat dimedia elektronik
terhadap kejadian di negara lain langsung diterapkan atau ditiru tanpa menyaring
terlebih dulu apakah budaya tersebut sesuai atau cocok dengan budaya kita atau
tidak, baru setelah 14 tahun budaya bangsa terkoyak-koyak dengan banyak memakan
korban harta benda dan jiwa (konflik, tawuran, pembunuhan, pemerkosaan, begal,
radikal, teror,anarkis dimana-mana), sekarang baru sadar bahwa telah terjadi
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pnacasila dalam kepribadian bangsa Indonesia.
Menjadi tugas dan peranan seorang pemimpin untuk meluruskan kembali
kepribadian bangsa ke arah yang benar melalui pemahaman Pancasila secara benar
dengan metoda yang tepat sesuai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

3) Kuatnya pengaruh global dengan agenda demokratisasi ala barat telah menggeser
demokrasi pancasila yang selama ini telah dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam
memilih anggota Legislatif maupun Eksekutif. Pahitnya pengalaman dijajah telah
membulatkan tekad bangsa Indonesia untuk membendung demokrasi ala barat yang
cenderung kearah demokrasi liberal, melalui pengamalan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekwen. Nilai-nilai demokrasi dijalankan sesuai dengan sila- sila
ke 4 yaitu mengutamakan permusyawaratan perwakilan dalam sistem tata demokrasi
kita. Sistem demokrasi dengan menggelar Pemilu secara langsung, dimana rakyat
memilih orang secara langsung untuk menjadi wakilnya (legislative) atau
pimpinannya (eksekutif), dengan sistem seperti ini telah melahirkan kader-kader
bangsa yang tidak berkualitas baik di pusat maupun di daerah, karena orang yang
terpilih pada umumnya adalah orang yang memiliki uang yang banyak. Produk yang
dihasilkan berupa aturan perundang-undangan yang berbelit-belit,cenderung
berpihak pada kepentingan asing, mudahnya berganti peraturan setiap ganti
pimipinan, muncul pratek politik uang, dinasti politik dsb, ini semua merupakan bukti
nyata ketika kita mengabaikan nilai-nialiPancasila dan inilah mengapa Founding
Fathers kita Menyusun sistem demokrasi kita dengan mengutamakan
permusyawaratan perwakilan, karena latar belakang kemajemukan bangsa kita tidak
memungkinkan untuk dilakukan demokrasi liberal seperti saat ini, walupun dunia
telah memberi apresiasi terhadap pelaksanaan Pemilu di Indonesiayaitu sebagai
negara demokratis terbesar didunia, tetapi ini racun manis dunia barat.

4) Kata Pancasila yang diucapkan dan dikenalkan oleh Ir. Soekarno kepada para peserta
rapat BPUPKI ketika para Founding Fathers kita sedang menyusun gagasan dasar
negara akhirnya disepakati menjadi dasar negara. Presiden Soeharto telah
menggagas P4 dan bertekad untuk menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara
murni dan konsekwen selama pemerintahan orde baru berkuasa. Berarti setiap
pemimpin Indonesia secara tradisi wajib menjaga dan mengembangkan Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan cara dan gaya
masing-masing. Bagaimana dengan gaya kepemimpinan kedepan dalam Era global
yang penuh dengan tantangan ini, apakah tetap membiarkan pancasila sedikit demi
sedikit hilang dari kehidupan bangsa atau secepatnya mengambil keputusan yang
sama seperti pemimpin bangsa Indonesia yang lalu. Pemimpin yang menjauh dari
Pancasila bisa dilihat dari hasil keputusannya dan kebijakan yang diambil selalu tidak
sejalan dengan kepentingan rakyat dan cenderung berpihak kepada kepetingan
kelompoknya, sebaliknya jika pemimpin mau menggunakan pancasila sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan maupun kebijakannya, maka akan mendapatkan
dukungan dari rakyat.
c. Pembahasan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara melalui pemahaman pancasila secara benar terhadapkepemimpinan nasional

1) Tantangan aktualisasi Pancasila bahwa Pancasila padaha kekatnya adalah Ideologi


humanis yang bercirikan emansi patoris. Proses Globalisasi membawa tantangan dan
ancaman dewasa ini,desakan konsumerisme melanda kehidupan bangsa bagaikan
tsunami. Hal ini ditandai oleh kuatnya arus penolakan terhadap sosialisasi Pancasila
dalam kehidupan masyarakat pasca jatuhnya pemerintahan Orde Baru tahun 1998
yang lalu. Dibubarkannya BP7 sebagai badan yang berkewenangan untuk
mensosialisasikan nilai-nilai Pancasila dengan tidak menyiapkan metoda
penggantinya, sebagai pertanda melemahnya keinginan rakyat terhadap
implementasi Pancasila. Keengganan parapemimpin bangsa untuk membentuk
badan baru dengan metoda yang disesuaikan dengan Era Global masih belum ada
tanda-tanda ide yang akan ditawarkan oleh Pemerintah untuk menyelamatkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih baik.

2) Warna kepribadian bangsa Indonesia tercabik-cabik oleh derasnya pengaruh arus


global yang masuk ke Indonesia tanpa adanya filter dari pemerintah, mampu
menembus dan mempengaruhi kepribadian bangsa indonesia. Budaya asing yang
dulu sangat diantisipasi dan di batasi oleh pemerintah terutama masa Orde Lama
dengan program pembentukan karakter buildingnya, Orde Baru dengan istilah
penataran P4nya, dengan sasaran mewujudkan manusia Indonesia yang
berpancasilais, kini berubah menjadi pesta budaya secara bebas, misalnya maraknya
pesta barongsay, maraknya diskotik-diskotik yang menampilkan budaya asing.
Kebebasan masuknya budaya asing tidak terlepas dari peranan seorang Pemimpin
Nasional. Cepat atau lambat warna budaya bangsa akan segera berubah dan secara
langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kepribadian bangsa, dengan
berpengaruhnya budaya bangsa akan merubah nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika para Pemimpin Nasioanal bisa bertindak
dengan tegas untuk membatasi masuknya budaya asing dengan membentuk suatu
Undang-undang yang mampu melindungi budaya asli bangsa Indonesia, maka nilai-
nilai Pancasila dapat dipertahankan. Seperti yang disampaikan oleh penceramah
diskusi Panel Sub Bidang Studi Kewaspadaan Nasional Bapak Laksda TNI (Purn)
Robert Mangindaan mengatakan bahwa dalam era globalisasi pihak asing telah
berusaha untuk mempelajari budaya masyarakat Indonesia sebagai sasaran untuk
dilemahkan, agar Indonesia mudah dikuasai. Disini peran pemimpin di uji kembali
oleh situasi global, apakah Indonesia berani mempertahankan keindonesiaannya
atau tidak, pilihan ada pada tangan sang Pemimpin saat ini, peluang kuatnya
dukungan rakyat kepada pejabat Eksekutif dan Legislatif menjadi modal dalam
menentukan pilihannya. Misalnya munculnya anarkisme dimana-mana merupakan
dampak dari masyarakat yang telah meninggalkan ajaran nilai-nilai Pancasila sebagai
falsafah bangsa, pandangan hidup bangsa dan landasan hukum nasional kita.

3) Praktek demokrasi yang diwujudkan melalui Pemilu secara langsung dan multi partai
baik dalam Pemilu legislatif maupun Pemilu eksekutif sejak jatuhnya orde baru, mulai
terlihat dampak negatifnya, namun tekanan dari pihak tertentu sangat kuat dengan
berbagai alasan untuk mendorong agar Indonesia tetap melaksanakan Pemilu secara
langsung , walaupun sistem pemilihan secara langsung bisa menimbulkan polarisasi
di masyarakat yang bisa dilihat pada pemilihan lurah di desa atau menonton sepak
bola, dengan melihat begitu banyaknya faktor disintegrasi yang tertanam secara
dalam dan permanen dalam tubuh masa dan bangsa maka pemilihan langsung ini
bisa menimbulkan problem tersendiri. Misalnya, hasil anggota legislatif dan yudikatif
yang cenderung terus menurun kualitasnya, karena yang terpilih belum tentu kader
partai yang berkualitas dan terbaik, tentu dengan sistim Pemilu langsung memang
sangat demokratis tetapi disisi lain banyak dampak negatif lainya, seperti munculnya
politik uang, kualitas pemimpin menurun, dinasti politik dan kepentingan politik, hal
ini tidak sejalan dengan demokrasi Pancasila, kesannya memang Indonesia menjadi
negara demokratis terbesar di dunia, tetapi ini jebakan politik dunia agar Indonesia
terpecah belah dan mudah dikuasai, karena asing akan masuk melalui berbagai cara
dengan berpura-pura ingin membantu kesulitan Indonesia atau masuk melalui kader-
kader partai tertentu, karenanya para elite politik selalu menginginkan multi partai,
agar asing mudah masuk, sebab kalua multi partai pemerintah akan sulit
mengontrolnya.

4) Keluhan terhadap berubahnya setiap kebijakan dalam setiap gantike pemimpinan,


merupakan dampak dari sistem yang dibuat belum mengacu sepenuhnya kepada
nilai-nilai pancasila. Bila setiap pemimpin dalam mengambil keputusan selalu
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dapat dipastikan bahwa keputusan yang diambil
tidak akan selalu berubah dan diterjemahkan lain oleh kader berikutnya. Masyarakat
sangat mengharapkan peran pemimpin Nasional secara maksimal agar dapat
menerapkan setiap kebijakan berlaku dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini
seperti yang disampaikan oleh penceramah bidang studi sismennas Laksda TNI (Purn)
Soemindiharso, menjelaskan bahwa negara Amerika untuk merubah Undang-undang
memerlukan waktu 20 sampai 30 tahun. Sedangkan di Indonesia, misalnya Undang-
undang tentang MD3 yang baru beberapa bulan disyahkan dan disetujui oleh DPR RI,
dalam waktu dua atau tiga bulan kemudian dibatalkan dan diganti dengan Undang-
undang yang baru. Kalau para Pemimpin nasional baik legislatif maupun Eksekutif
dalam merumuskan sebuah Undang-undang berdasarkan nilai-nilai Pancasila, maka
pasti produk Undang-undang tersebut tidak mudah untuk diganti, karena setiap
Undang-undang telah dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

d. Upaya yang dilakukan guna mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara melalui pemahaman Pancasila secara benar
yang dapat mengakibatkan keberhasilan kepemimpinan nasional. Upaya-upaya yang
dapat dilakukan oleh pemerintah dan segenap komponen bangsa antara lain sebagai
berikut :

1) Presiden Republik Indonesia mengambil langkah kebijakan yang tegas terhadap


penyelamatan nilai-nilai Pancasila dalam bentuk komitmen nasional, bahwa kembali
ke jati diri bangsa Indonesia sebagai manusia pancasilais. Seperti ketika Presiden
menggalakkan program poros maritim dunia, kemandirian pangan, reformasi mental
dsb. Hal ini juga pernah dicontohkan oleh pemimpin kita di masa lalu yaitu pada saat
siding parlement mengalami kebuntuan dalam mengambil keputusan (deadlock),
maka Presiden Soekarno mengambil keputusan untuk Kembali kepada UUD 1945.
Peristiwa-peristiwa seperti ini memang sangat dipengaruhi oleh sifat dan watak
(Karakter) seseorang. Bagaimana dengan situasi sekarang ini apakah masih relevan
atau tidak, jika kita melihatnya dari sudut pandang atau tolak ukur relevan atau
tidaknya, maka semua tergantung dari urgensi saat itu.

2) Setiap pemimpin apakah kelompok Legislatif, Eksekutif dan yudikatif melakukan


kesepakatan nasional setiap mengambil kebijakan harus mengacu kepada dasar
negara Pancasila sebagai rujukan utamanya. Tinggalkan semua beban politik
yang ada dan bersepakat untuk membangun bangsa dan negara yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sesuai cita-cita Founding Fathers kita,
semua tekanan dihadapi bersama, dampak kerugiannya ditanggung bersama dan
keberhasilan yang diperoleh untuk kepentingan bersama. Poinnya adalah
kekompokan lintas sektoral mesti menjadi pilar dalam setiap penyelesaian
masalah, kalua semua pemimpin sudah menjadi satu suara, satu langkah dan
satu tindakan, maka tidak ada kata lain kecuali sukses jawabannya.

3) Pemerintah membentuk kelompok kerja untuk merumuskan bentuk sosialisasi


terhadap nilai-nilai pancasila sesuai keinginan masyarakatdengan melakukan
evaluasi terhadap kegagalan yang dilakukan oleh BP7 pada masa orde baru.
Kelompok kerja ini melibatkan seluruh komponen bangsa baik yang pro maupun
yang kontra, karena justru dengan melibatkan kelompok yang kontra diharapkan
mampu menggali akar masalah yang ada di dalam lingkungan yang bermasalah
tersebut. Hasil dari kelompok kerja ini sebelum disosialisasikan diseminarkan
dulu untuk mendapatkan persetujuan dari berbagai kalangan

4) Satukan suara seluruh komponen bangsa untuk menjadi agen perubahan dengan
agenda sosialisasi nilai-nilai Pancasila ke dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Tokoh lokal daerah menjadi sentralistik dalam
sosialisasi nilai-nilai Pancasila dengan mengangkat kearifan lokal didaerah
masing-masing, dengan demikian telah menyelamatkan dua kepentingan
sekaligus. Satu sisi kita bisa menanamkan kembali nilai-nilai Pancasila disisi lain
kita bisa melestarikan dan menghormati budaya setempat, jadi cara atau
metodanya disesuaikan dengan bahasa daerah setempat, kebiasaan Dan budaya
masyarakat setempat dan menggunakan tenaga ahli setempat, intinya serba
lokal. Hal ini sejalan dengan semangat bahwa pancasila digali dari akar budaya
setempat dan dikumpulkan dari bahan adat dan kebiasaan masyarakat lokal.

5) Khusus tokoh pemuda diberi tugas secara tersendiri untuk merancang sistem
dan metoda yang bisa diterapkan kepada kalangan pemuda (anak muda) yang
disesuaikan dengan jiwa kepemudaannya. Jadi tidak disama ratakan sistem dan
metoda yang digunakan untuk mensosialisasikan terhadap nilai-nilai Pancasila
seperti masa orde baru. Kemajuan teknologi menjadi sentral perhatian dalam
menentukan metoda, kerjasama dengan pihak media masa sebagai salah satu
alternatif dalam menjangkau wilayah binaannya, konsistensi dan pigur pemuda
serta peran pemimpin muda mulai diaktifkan dalam berbagai organisasi sebagai
kader bangsa sejak dini. Dengan demikian tidak ada lagi kekosongan peran
pemimpin dimasa yang akan datang, sekaligus menanamkan sifat kepemimpinan
pada setiap pemuda, sebagai kader bangsa dimasa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai