Anda di halaman 1dari 11

INOVASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Mata Kuliah

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

KELAS PAI.4 I

Dosen Pengampu:

Dr. Sugiyar, M.Pd.I.

Disusun oleh:

Muhammad Badi’ul Umam

NIM : 201210272

Muhammad Ulil Amri Nur Asyrof

NIM : 201210286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

MEI 2023
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sebuah kata yang sudah sangat akrab dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan diartikan sebuah usaha sadar dan sistematis yang bertujuan untuk
mencapai taraf hidup yang lebih baik (Darmaningtyas, 2004). Pendidikan memiliki kaitan
yang erat dengan setiap perubahan sosial, baik berupa dinamika perkembangan individu
maupun proses sosial dalam hitungan skala yang lebih luas (Azra, 1999).
Pendidikan diartikan sebagai pengembangan paradigma intelektual. Dalam
paradigma ini, peserta didik diharapkan akan memiliki kesiapan mental dan kemampuan
teoritik dalam menjalani kehidupannya yang selalu berubah dalam kompleksitas modern
(Mulkhan, 1993).
Pendidikan merupakan wahana penting dan media yang efektif untuk mengajarkan
norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja dikalangan warga masyarkat.
Pendidikan dapat juga menjadi bagian dari instrument untuk membangun dan memupuk
kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa.
Pendidikan dapat menjadi wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif sebagai
warga dengan mengukuhkan ikatan-ikatan social, tetap menghargai keragaman budaya,
ras, suku-bangsa, agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional (Irianto, 2011).
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang
maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, tangguh, cerdas, kreatif, disiplin,
beretos kerja, professional, bertanggung jawab, produktif, dan sehat jasamani-rohani
(Pidarta, 2000).
Perubahan sosial merupakan sebuah tubuh baru dari kondisi yang lama. Perubahan
sosial terjadi sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia, inovasi, kemajuan sains dan
sebagainya (Hanani, 2013). Berdasarkan paparan perubahan sosial tersebut para ilmuwan
sosial membagi perubahan sosial kedalam dua bagian, yang pertama perubahan sosial
evolusioner dan yang kedua, perubahan sosial revolusioner. Perubahan sosial jenis pertama
sama dengan pergerakan sejarah yakni terjadi secara perlahan-lahan dan kumulatif.
Sementara yang jenis kedua terjadi dengan cepat tanpa diprediksi sebelumya.Perubahan
sosial dalam bidang pendidikan lebih mendominan pada jenis yang pertama (Nata, 2014).
Pendidikan merupakan hal pokok yang akan menopang kemajuan suatu bangsa.
Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kualitas dan sistem pendidikan yang ada. Suatu
negara dianggap jauh dan tertinggal dari negara lain, manakala kualitas pendidikannya
rendah. Kualitas pendidikan di Indonesia pada dewasa ini sangat memprihatinkan. Ini
terbukti di antaranya dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun.1

B. KAJIAN TEORITIK
1. Inovasi
Innovation (inovasi) adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik
itu berupa hasil diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakan inovasi adalah untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan inovasi bersifat
subyektif dan spesifik. Berikut ini beberapa pengertian inovasi menurut para ahli.
a. Menurut Elly, 1982. inovasi adalah ide untuk mendapatkan pengakuan sosial dan
cara baru atau sarana untuk mencapai pengakuan sosial.
b. Menurut Zaltman, Duncan, 1977. sebuah inovasi adalah ide, praktik, atau artefak
yang dianggap baru oleh unit yang relevan. Inovasi adalah perubahan obyek.
Perubahan adalah bagian dari bentuk tanggapan terhadap situasi. Dalam suatu
situasi memerlukan proses kreatif untuk menghasilkan sebuah penemuan. Namun,
tidak semua hal pembaharuan itu disebut inovasi, karena tidak semua kelompok
individu baik kelompok formal maupun informal menganggap suatu hal tersebut
merupakan hal yang baru.
c. Menurut Zaltman, Duncan, Holbek. 1973. inovasi biasanya digunakan dalam
dalam tiga konteks berbeda. Dalam satu konteks sama dengan penemuan, yakni
mengacu pada proses kreatif dimana dua atau lebih konsep yang ada digabungkan
dalam beberapa cara baru untuk menghasilkan suatu konfigurasi yang belum

1
Titi Kadi and Robiatul Awwaliyah, ‘Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian Problematika Pendidikan Di
Indonesia’, Jurnal Islam Nusantara, 1.2 (2017), 144–55 <https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i2.32>.
diketahui oleh orang. Seseorang atau kelompok orang yang melakukan hal ini biasa
disebut inovatif. Sebagian besar literatur tentang kreatifitas mengartikan inovasi
seperti demikian.
d. Menurut Huberman, 1973. inovasi adalah proses kreatif dalam memilih,
mengorganisasi, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan material dalam cara-
cara baru atau dan unik yang akan menghasilkan pencapaian lebih tinggi untuk
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
e. Menurut Miles, 1964). Artinya, inovasi adalah spesies dari genus “perubahan”.
Secara umum tampaknya berguna untuk mendefinisikan inovasi sebagai sesuatu
yang disengaja, baru, dan perubahan spesifik yang lebih berguna dalam pencapaian
suatu tujuan. Dari sudut pandang buku ini (inovasi pendidikan), tampaknya
membantu untuk mempertimbang inovasi sebagai sesuatu yang direncanakan
dengan matang, sehingga bukan diperoleh dengan cara yang sembarangan.
Dari beberapa para ahli di atas, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan yang
mendasar tentang definisi inovasi antara satu dengan yang lain. Semua pendapat di atas
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara dan
barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang baru
bagi seseorang atau kelompok orang. Sesuatu yang baru itu dapat berupa hasil diskoveri
atau invensi yang dimanfaatkan dalam mencapai tujuan tertentu dan untuk memecahkan
masalah tertentu.2
2. Inovasi Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu faktor terpenting dalam usaha pembangunan yang
dilakukan oleh sebuah Negara. Karena menurut Salahuddin (2011: 22) pendidikan
merupakan upaya pengembangan potensi manusiawi dari para peserta didik, baik
berupa fisik, cipta maupun karsa agar potensi tersebut menjadi nyata dan dapat
berfungsi bagi perjalan kehidupan. Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau
obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu, sehingga inovasi
tersebut dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

2
Muhammad Kristiawan, Suryanti Irmi, and Muntazir Muhammad, INOVASI PENDIDIKAN The Effect of Time Token
Technique towards Students’ Speaking Skill at Science Class of Senior High School 1 PariamanView Project, 2018
<https://www.researchgate.net/publication/326147438>.
Sedangkan Menurut Salam (1997: 179) Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan
baru yang berbeda dari hal sebelumnya, dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai suatu tujuan dalam dunia pendidikan. Sejalan yang
dikemukakan Sa’ud (2010: 8) inovasi Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah usaha
untuk mengadakan suatu perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih
baik dalam bidang pendidikan.
Inovasi pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah kependidikan.
Jadi, yang merupakan suatu ide, barang, metode, yang dirasakan maupun diamati
sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik
berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah
pendidikan adalah pengertian inovasi pendidikan (Ihsan, 1995: 192). Namun dalam
konteks pendidikan, Inovasi dapat berjalan dengan baik dan akan menghasilkan suatu
hal yang positif dan lebih baik, jika para praktisi pendidikan memahami beberapa
karakteristik dari inovasi pendidikan tersebut, karena karakteristik inovasi pendidikan
tersebut merupakan sifat yang melekat pada diri inovasi pendidikan itu sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas, karakteristik inovasi pendidikan bisa diartikan


sebagai ciri-ciri atau karakter yang dimilki oleh suatu ide, barang, metode yang di
rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan.

Sa’ud (2012) mengatakan bahwa karakteristik inovasi pendidikan antara lain relative
advantage, artinya relatif berguna dibandingkan dengan yang telah ada sebelumnya;
compatibility, artinya apakah inovasi tersebut akan konsisten terhadap nilai-nilai,
pengalaman dan kebutuhan para adopter; testability, artinya seberapa jauh inovasi
tersebut bisa diujicobakan di sekolah-sekolah atau di lembaga pendidikan;
observability, artinya apakah inovasi tersebut dapat diperlihatkan secara nyata hasilnya
kepada para peserta didik dan Apakah kita bisa melihat variasi-variasi saat
mengaplikasikan inovasi tersebut; complexity, artinya apakah guruguru memerlukan
pelatihan untuk mengaplikasikan inovasi tersebut dan apakah akan menambah tugas
kerja guru. Sedangkan, menurut Rogers (1983: 14) bahwa karakteristik inovasi yang
dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi adalah sebagai
berikut.
a. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi),
kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting.
Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.

b. Konfirmanilitas atau Kompatibel (Compatibility), yaitu tingkat kesesuaian


inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima
tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang
keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja
penyebar inovasi akan terhambat.
c. Kompleksitas (complexity), yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan
mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang
sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang
teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang
tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan
itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat
diterima oleh masyarakat.
d. Trialabilitas (trialability), yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya penyebarluasan
penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika
masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
e. Dapat diamati (observability) yaitu mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh
masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama
diterima oleh masyarakat. penggunaan Misalnya penyebarluasan bibit unggul
padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan
bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit
unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau
belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani
sukar untuk melihat hasil yang nyata menguntungkan setelah orang tidak buta
huruf lagi.

Cepat lambatnya penerimaan inovasi, termasuk inovasi pendidikan oleh masyarakat


luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi sendiri. Zaltman (1977: 32) berpendapat
bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut inovasi itu sendiri
yang meliputi pembiayaan, balik modal, efisiensi, resiko dan ketidakpastian, mudah
dikomunikasikan, kompabilitas, kompleksitas, status ilmiah, kadar keaslian,
kemanfaatannya, dapat dilihat batas sebelumnya, keterlibatan, hubungan interpersonal,
kepentingan umum dan penyuluh inovasi.

Seorang inovator pendidikan harus mengetahui dan memahami karakteristik inovasi


pendidikan agar tidak sia-sia dalam pelaksanaannya. Pada saat kita membuat inovasi,
kita harus yakin terlebih dahulu apakah inovasi tersebut efisien, dapat diuji, dapat
diamati, pasti dan bermanfaat atau tidak. Jika tidak memenuhi ke lima kriteria di atas,
hendaknya kita berfikir seribu kali untuk memperkenalkan produk inovasi kita kepada
publik.3

C. KAJIAN EMPIRIK
1. Paparan Data Empirik
Peneliti memanfaatkan sumber jurnal dan buku terkait praktik pendidikan dalam
latar masyarakat tradisional, modern, dan global. Mesin pencarian (search engine)

3
Kristiawan, Suryanti Irmi, and Muntazir Muhammad.
digital seperti; google scholar, researchgate, academia.edu menghasilkan 30 literatur
yang dimanfaatkan oleh peneliti.
Pembahasan ini melingkupi secara kseluruhan pendidikan dalam latar peristiwa
yang berbeda, yaitu; tradisional, modern, dan era global. Secara umum, tiap bahasan
mengemukakan pembeda pada tiap latar peristiwa.
Pertama, pendidikan pada masyarakat tradisional merupakan satu konsep
konservatif yang menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut
konsep ini rasio ingatanlah yang memegang peranan penting dalam proses belajar di
sekolah (Jumardin, 2019). Pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan
di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abak ke-19, dan mewakili
puncak pencarian elektik atas satu sistem terbaik.
Kedua, pendidikan pada masyarakat modern terikat pada entitas masyarakat itu
sendiri. Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia
masa kini. Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama (Abi,
2017; Salam, 1997). Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman
dewasa ini. Perubahan terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar
yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai
pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti
ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.
Ketiga, pendidikan pada latar masyarakat di era globalisasi. Era globalisasi dalam
arti terminologi adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan
diantara masyarakat dan elemen-elemen yang terjadi akibat transkulturasi dan
perkembangan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi
pertukaran budaya dan ekonomi internasional (Al Muchtar, 2020). Globalisasi juga
dimaknai dengan gerakan mendunia, yaitu suatu perkembangan pembentukan sistem
dan nilai-nilai kehidupan yang bersifat global. Era globalisasi memberikan perubahan
besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama
sebagai suatu perubahan yang wajar (Latifah, 2015). Sebab mau tidak mau, siap tidak
siap perubahan itu akan terjadi. Era ini di tandai dengan proses kehidupan mendunia,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang tranformasi dan
komunikasi serta terjadinya lintas budaya.
2. Pembahasan
Tanpa mengesampingkan perbedaan antara pendidikan pada masyarakat
tradisional, modern dan era globalisasi. Pendidikan harus mengarah pada pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik menghayati hubungan antar manusia secara intensif
dan terus menerus untuk menghindarkan pertentangan ras/etnis, agama, suku,
keyakinan politik, dan kepentingan ekonomi. Peningkatan pendidikan nilai
kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasi hubungan antar manusia. Pendekatan
pembelajaran tidak semata-mata bersifat hafalan melainkan dengan pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan terintegrasikannya nilai-nilai kemanusiaan dalam
kepribadian dan perilaku selama proses pembelajaran. Pembelajaran mempunyai
jangkauan tidak hanya membantu peserta didik belajar isi akademik dan ketrampilan
semata, namun juga melatih peserta didik dalam meraih tujuan-tujuan hubungan sosial
dan kemanusiaan. Model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas yang
bersifat kontekstual, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward).
Dalam mewujudkan makna pendidikan dan fondasi pembelajaran tersebut
diperlukan proses pembelajaran yang efektif. Keefektifan pembelajaran merupakan
pencerminan dalam mencapai tujuan pembelajaran tepat yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Keefektifan proses pembelajaran berkenaan
dengan jalan, upaya, teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal, tepat dan cepat. Sekolah tidak hanya berkewajiban untuk
memelihara nilai-nilai masyarakat, namun juga harus memberikan keaktifan kepada
peserta didik dan secara kritis dalam menghadapi masalah-masalah sosial, dan harus
mengadakan usaha pemecahan masalah.
Satu faktor yang mempengaruhi keefektifan pembelajaran antara lain kemampuan
guru dalam menggunakan strategi. Penerapan strategi pembelajaran dipengaruhi oleh
faktor tujuan, peserta didik, situasi, fasilitas dan pembelajaran itu sendiri. Dengan
menerapkan metode yang tepat, proses pembelajaran berlangsung lebih efektif
sehingga hasil pembelajaran akan lebih baik dan mantap. Salah satu startegi
pembelajaran yang memberikan perhatian pengembangan potensi peserta didik adalah
strategi keterampilan proses pemecahan masalah. Upaya mengembangkan disiplin
intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan peserta didik untuk membantu
memecahkan masalah dalam kehidupannya dengan memberikan pertanyaan dan kasus
yang memperoleh jawaban atas dasar rasa ingin tahu. Keterlibatan aktif peserta didik
secara mental dalam kegiatan pembelajaran membawa dirinya kepada kegiatan belajar
yang bermakna. Secara kooperatif akan memperkaya cara berpikir peserta didik dan
menolong mereka belajar tentang hakekat timbulnya pengetahuan yang tentatif dan
berusaha menghargai penjelasan.4

D. KESIMPULAN
inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil
diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakan inovasi adalah untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Inovasi pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah
kependidikan. Jadi, yang merupakan suatu ide, barang, metode, yang dirasakan maupun
diamati sebagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang (masyarakat), baik
berupa hasil inversi (penemuan baru) atau discovery (baru ditemukan orang), yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan
adalah pengertian inovasi Pendidikan.
Adapun berdasarkan hasil penelitian dan data yang dihasilkan dari penelitian diatas
maka dapat diketahui bahwa faktor yang terdapat dalam inovasi pendidikan, adalah Dalam
mewujudkan makna pendidikan dan fondasi pembelajaran tersebut diperlukan proses
pembelajaran yang efektif. Keefektifan pembelajaran merupakan pencerminan dalam
mencapai tujuan pembelajaran tepat yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.

4
Mutiani Mutiani and others, ‘Kajian Empirik Pendidikan Dalam Latar Peristiwa Masyarakat Tradisional, Modern,
Dan Era Globalisasi’, Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4.2 (2022), 2275–82
<https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2478>.
E. DAFTAR PUSTAKA

Kadi, Titi, and Robiatul Awwaliyah, ‘Inovasi Pendidikan : Upaya Penyelesaian


Problematika Pendidikan Di Indonesia’, Jurnal Islam Nusantara, 1.2 (2017), 144–
55 <https://doi.org/10.33852/jurnalin.v1i2.32>

Kristiawan, Muhammad, Suryanti Irmi, and Muntazir Muhammad, INOVASI


PENDIDIKAN The Effect of Time Token Technique towards Students’ Speaking
Skill at Science Class of Senior High School 1 PariamanView Project, 2018
<https://www.researchgate.net/publication/326147438>

Mutiani, Mutiani, Jumriani Jumriani, Herry Porda Nugroho Putro, Ersis Warmansyah
Abbas, and Rusmaniah Rusmaniah, ‘Kajian Empirik Pendidikan Dalam Latar
Peristiwa Masyarakat Tradisional, Modern, Dan Era Globalisasi’, Edukatif : Jurnal
Ilmu Pendidikan, 4.2 (2022), 2275–82
<https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2478>

Anda mungkin juga menyukai