Anda di halaman 1dari 9

KONSEP INOVASI PENDIDIKAN SERTA PENTINGNYA PERANAN

GURU DALAM PROSES PENDIDIKAN DI ERA TEKNOLOGI


INFORMASI

Mita Lestari
Email: 2010111220026@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Inovasi diartikan sebagai pemasukan satu pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru
yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan,
metode atau alat). Inovasi pendidikan merupakan inovasi untuk memecahkan masalah
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup persoalan yang berkaitan dengan komponen
sistem pendidikan, baik dalam arti sempit yaitu jenjang lembaga pendidikan, maupun
dalam arti luas yaitu sistem pendidikan nasional. Inovasi dalam pendidikan dapat berupa
apa saja, produk atau sistem. Misalnya, seorang guru membuat maket bahan ajar untuk
pembelajaran. Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pembelajaran sangat
diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar di kelas, harus mampu menumbuhkan
kemampuannya menjadi kreatif. Media pembelajaran yang efektif dan efisien. Kemampuan
berpikir kreatif dan inovasi adalah kemampuan yang mengkehendaki guru dan dosen untuk
selalu berpikir kreatif dan inovatif agar mampu membekali peserta didik untuk bersaing dan
menciptakan lapangan kerja berbasis Revolusi Industri 4.0. Tentu seorang guru dan dosen
harus terlebih dahulu dapat berpikir kreatif dan inovatif agar dapat menularkan kepada
peserta didiknya

PENDAHULUAN
Berbicara tentang inovasi (renewal) mengingatkan kita pada istilah invention dan
discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang sama sekali baru, yaitu hasil karya
manusia. Discovery adalah penemuan sesuatu (sesuatu yang benar-benar ada sebelumnya).
Secara etimologis, inovasi berasal dari bahasa latin yaitu innovation yang berarti
pembaharuan dan perubahan. Kata kerjanya adalah innovo, yang berarti memperbaharui

1
dan mengubah. Dengan demikian, inovasi merupakan perubahan baru menuju perbaikan
dan perencanaan (bukan secara kebetulan) (Idris, Lisma Jamal, 1992: 70).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, inovasi diartikan sebagai pemasukan satu
pengenalan hal-hal yang baru; penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang
sudah dikenal sebelumnya, yang (gagasan, metode atau alat) (Tim penyusun kamus pusat
pembinaan dan pengembangan bahasa, 1989: 333).
Dengan demikian, inovasi dapat diartikan sebagai upaya menemukan objek baru
dengan melakukan kegiatan invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989)
mengatakan bahwa inovasi adalah suatu penemuan yang dapat berupa ide, barang,
peristiwa, metode yang diamati sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat). Inovasi dapat berbentuk invention atau discovery. Inovasi dilakukan
untuk tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah (Subandiyah, 1992: 80).
Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi tentang inovasi
dengan susunan kalimat dan penekanan yang berbeda, tetapi mengandung pengertian yang
sama, seperti Kennedy (1987), White (1987), dan Kouraogo (1987). White (1987: 211)
mengatakan, “Inovation …more than change, although all innovations involve change”
(inovasi itu … lebih dari sekadar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan
perubahan).

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN


Inovasi sering diartikan sebagai pembaharuan, penemuan dan ada pula yang
dikaitkan dengan modernisasi. Perubahan dan inovasi, keduanya sama dalam hal elemen
baru atau berbeda dari sebelumnya. Inovasi berbeda dengan perubahan dalam inovasi yang
disengaja. Misalnya reformasi dalam hal reformasi kebijakan pendidikan mengandung
unsur intensionalitas dan secara umum istilah pembaharuan dapat disamakan dengan
inovasi (Suryo Subroto, 1990: 127). Menurut Nicholls (1982:2), penggunaan kata
perubahan dan inovasi seringkali tumpang tindih. Pada dasarnya inovasi adalah suatu
gagasan, produk, peristiwa atau metode yang dianggap baru oleh seseorang atau
sekelompok orang atau unit adopsi lainnya, baik hasil dari suatu invensi atau suatu
discovery (Ibrahim, 1998:1; Hanafi, 1986: 26) ; Rogers). , 1983:11).

2
Inovasi pendidikan merupakan inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan.
Inovasi pendidikan mencakup persoalan yang berkaitan dengan komponen sistem
pendidikan, baik dalam arti sempit yaitu jenjang lembaga pendidikan, maupun dalam arti
luas yaitu sistem pendidikan nasional. Inovasi dalam pendidikan dapat berupa apa saja,
produk atau sistem. Misalnya, seorang guru membuat maket bahan ajar untuk
pembelajaran. Sistem, misalnya, adalah metode penyampaian materi di kelas dengan tanya
jawab atau metode lainnya. Inovasi dapat diciptakan sesuai dengan kegunaannya yaitu
menciptakan hal-hal baru, mempermudah dunia pendidikan, dan mengarah pada kemajuan.
Inovasi di sekolah terjadi pada sistem sekolah yang meliputi komponen-komponen yang
ada. Diantaranya adalah sistem pendidikan sekolah yang terdiri dari kurikulum, aturan, dan
pengelolaan organisasi pusat sumber belajar. Selain itu, yang lebih penting adalah inovasi
dilakukan dalam sistem pembelajaran (yang berperan sebagai guru) karena guru langsung
melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Keberhasilan pembelajaran sebagian besar
menjadi tanggung jawab guru. Lebih lanjut dijelaskan bahwa sesuatu yang baru mungkin
sudah lama diketahui dalam konteks sosial atau sesuatu yang sudah lama dikenal, tetapi
tidak berubah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah perubahan,
tetapi tidak semua perubahan adalah inovasi (Idris, Lisma Jamal, 1992: 71).
Karena ukuran dan kompleksitas masalah pendidikan dan karena keterbatasan
kemampuan, maka diperlukan inovasi atau pembaharuan. Secara implisit, manajemen
inovasi mengacu pada komponen perencanaan, pemantauan, pengarahan, dan komando.
Urwick dalam Nicholls (1993: 3) mengidentifikasikan bahwa manajemen atau pengolahan
adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan, pengaturan, pemberian perintah,
koordinasi, pengawasan, dan penilaian. Hal ini berkaitan dengan kegiatan atau kegiatan
yang berkaitan dengan upaya pemanfaatan seluruh materi dan non materi untuk mencapai
tujuan inovasi. Manajemen inovasi dari sudut pandang proses berkaitan dengan kegiatan
perencanaan, sedangkan dalam perencanaan inovasi menuntut untuk menilai situasi dan
mengidentifikasi tujuan inovasi. Inovasi akan berjalan dengan baik jika didukung oleh
perencanaan inovasi yang efektif.

PENTINGNYA PERAN INOVATIF GURU DALAM PROSES PENDIDIKAN

3
Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media pembelajaran sangat
diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang memegang peranan
penting dalam proses belajar mengajar di kelas, harus mampu menumbuhkan
kemampuannya menjadi kreatif. media pembelajaran yang efektif dan efisien. Hal ini
menurut Wijaya dkk (1991:2), karena perkembangan zaman terus terjadi tanpa henti selama
jangka waktu tertentu. Lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya puas dengan metode
dan teknik lama yang menekankan metode hafalan, sehingga tidak ada artinya jika
diterapkan saat ini. Perkembangan zaman yang semakin pesat membuat siswa semakin
mengenal berbagai hal baru, seiring dengan berkembangnya dunia informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, sangat wajar jika kondisi ini harus diperhatikan oleh guru agar
dapat terus melakukan pembaharuan (inovasi)..
Untuk dapat merencanakan suatu proses pembelajaran yang inovatif yang mampu
memberikan pengalaman yang bermanfaat bagi siswa, kita perlu memperhatikan
komponen-komponen penting dari proses pembelajaran tersebut. Dari komponen proses
pembelajaran, guru dapat merencanakan kegiatan dan strategi pembelajaran yang relevan
dengan tujuan pembelajaran. Strategi pengembangan pembelajaran ini penting karena ada
beberapa masalah dalam proses pembelajaran yang mungkin ada dalam suatu sistem
pembelajaran.
Pembelajaran yang inovatif menuntut guru dan kepala sekolah untuk memahami
paradigma baru keberhasilan. Selama berabad-abad telah ada paradigma konvensional yang
menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang berkaitan dengan kemampuan intelektualnya,
yang diukur dengan IQ (Intelligence Quotient). Selama ini guru hanya mengajarkan hasil
belajar kuantitatif. Paradigma melihat keberhasilan yang bertumpu pada IQ sangat
berpengaruh terhadap visi dan misi proses pengajaran. Proses belajar mengajar sangat
memperhatikan aspek kognitif. Implikasinya, mengajar sangat mementingkan belahan otak
kiri, sehingga masalah berpikir kreatif, imajinatif, holistik terabaikan. Pendidikan kami
sangat mementingkan nilai ujian akhir selama bertahun-tahun. Padahal pengembangan
potensi belahan otak kiri dan kanan secara seimbang sangat penting agar siswa tidak hanya
cerdas, memiliki kemampuan analisis matematis, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir
imajinatif yang mencakup lintas ruang dan waktu, dan kreatif, sintetik, dan holistik.

4
Menumbuhkan kreativitas sangat penting agar lulusan sekolah mampu berpikir
fleksibel, dan juga banyak alternatif yang dikuasai dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya. Untuk mengembangkan sistem pengajaran yang inovatif di sekolah, kita harus
berani mulai mengembangkan kemampuan otak kanan yang menawarkan banyak
kemampuan untuk berpikir secara divergen dan holistik. Belahan otak kanan yang terlalu
lama terabaikan juga merupakan hasil rumusan ideologi dan praksis politik Orde Baru yang
dalam segala hal menginginkan dan menuntut keseragaman. Untuk dapat merencanakan
suatu proses pembelajaran yang inovatif yang mampu memberikan pengalaman yang
bermanfaat bagi siswa, kita perlu memperhatikan komponen-komponen penting dari proses
pembelajaran tersebut. Dari komponen proses pembelajaran, guru dapat merencanakan
kegiatan dan strategi pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Strategi
pengembangan pelajaran ini penting karena ada beberapa masalah dalam proses
pembelajaran. Mengubah paradigma guru konvensional menjadi guru yang mampu
membuat siswa siap menghadapi perubahan, melalui perubahan pola pikir lama dan pola
pikir baru.

INOVASI PENDIDIKAN DI ERA TEKNOLOGI INFORMASI


Fokus pendidikan atau pembelajaran abad 21 meliputi kreativitas, berpikir kritis,
komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan tersebut tidak hanya untuk siswa, tetapi juga
untuk pendidik (guru dan dosen). Guru atau dosen harus memiliki kompetensi yang kuat,
antara lain: berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif. Peran yang sangat penting
bagi guru dan dosen sebagai panutan, penyebar semangat, dan inspirasi. Ini adalah peran
yang tidak dapat digantikan oleh teknologi. Memiliki kompetensi pendidikan, kompetensi
penelitian, kompetensi dunia bisnis digital, kompetensi di era globalisasi, dan interaksi
dalam pembelajaran.
Untuk mencapai keterampilan abad 21, tren pembelajaran dan praktik yang baik
juga harus disesuaikan, salah satunya melalui pembelajaran terpadu atau mixed learning.
Mixed learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi dan informasi dalam
pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang tepat untuk siswa di kelas.
Pembelajaran terpadu atau campuran memungkinkan refleksi pembelajaran. Pembelajaran

5
terpadu ini merupakan metode yang menggabungkan pembelajaran tatap muka di kelas
dengan pembelajaran online. Pembelajaran terpadu merupakan perpaduan antara
pembelajaran fisik di kelas dengan lingkungan maya (virtual). Pembelajaran berbasis
pembelajaran terpadu atau campuran merupakan perpaduan antara literasi lama dan literasi
baru (literasi manusia, literasi teknologi, dan data).
Pembelajaran inovatif di atas sesuai dengan tuntutan masa kini dan masa depan.
Pengertian inovasi adalah suatu penemuan baru atau ide baru yang berbeda dengan yang
sudah ada atau yang telah diketahui sebelumnya. Ide-ide baru adalah pemikiran-pemikiran
dalam mengamati suatu fenomena yang sedang terjadi. Ide baru ini dapat berupa penemuan
apa yang diakui dan diterima sebagai sesuatu yang baru bagi guru atau dosen. Inovasi yang
dilakukan adalah perbaikan dan penyempurnaan secara terus menerus dari yang sudah ada
ke yang baru sehingga dapat dirasakan manfaatnya bagi peserta didik.
Peserta didik dibekali untuk mampu berpikir kritis, artinya siswa dibekali dan
didorong untuk mampu membedah hingga ke akar permasalahan dengan alat analisis yang
tepat. Berpikir kreatif berarti kemampuan peserta didik untuk menyajikan alternatif-
alternatif. Berpikir inovatif juga berarti kemampuan untuk membuat pilihan yang paling
tepat sesuai dengan konteksnya. Di era revolusi industri 4.0, hal tersebut dapat tercapai
lebih cepat jika pendidikan mampu memaksimalkan penggunaan atau pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu, internet merupakan kebutuhan yang tidak
bisa diabaikan.
Memasuki Era Revolusi Industri 4.0, kemampuan yang harus dimiliki guru dan
dosen inovatif adalah kemampuan (1) berpikir kritis dan problem solving, (2) komunikasi
dan kolaborasi, (3) berpikir kreatif dan berinovasi. (4) literasi teknologi informasi dan
komunikasi, (5) dalam pembelajaran kontekstual, dan (6) literasi informasi dan media.
Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk
memahami suatu masalah yang kompleks, menghubungkan informasi satu sama lain
sehingga pada akhirnya muncul berbagai perspektif dan mencari solusi dari suatu masalah.
Kompetensi ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menalar, memahami dan membuat
pilihan yang kompleks, memahami interkoneksi antara sistem, struktur, mengekspresikan,
menganalisis, dan memecahkan masalah. Hal ini sangat penting dimiliki guru dan dosen

6
dalam pembelajaran abad 21. Keterampilan komunikasi dan kolaborasi, yaitu kemampuan
berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang harus diterapkan guru dalam
pembelajaran guna membangun kompetensi komunikasi dan kolaborasi.
Kemampuan berpikir kreatif dan inovasi adalah kemampuan yang mengkehendaki
guru dan dosen untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif agar mampu membekali peserta
didik untuk bersaing dan menciptakan lapangan kerja berbasis Revolusi Industri 4.0. Tentu
seorang guru dan dosen harus terlebih dahulu dapat berpikir kreatif dan inovatif agar dapat
menularkan kepada peserta didiknya.
Kemampuan literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ini menjadi
kewajiban guru era revolusi industri 4.0, ini harus dilakukan agar tidak tertinggal dengan
peserta didik. Literasi Teknologi infomasi dan komunikasi merupakan dasar yang harus
dikuasai agar mampu menghasilkan peserta didik yang siap bersaing dalam memasuki Era
Revolusi Industri 4.0. Kemampuan lainnya adalah kemampuan dalam pembelajaran
kontekstual. Pembelajaran ini yang sangat sesuai diterapkan guru 4.0 ketika sudah
menguasai TIK. Pembelajaran kontekstual ini lebih mudah diterapkan. Saat ini TIK salah
satu konsep kontekstual yang harus diketahui oleh guru adalah materi pembelajaran
berbasis TIK, guru yang baik harus memiliki literasi TIK. Materi yang bersifat abstrak
dapat disajikan lebih nyata dan kontekstual menggunakan TTIK
Keterampilan berpikir kreatif dan inovasi merupakan kemampuan yang menuntut
guru dan dosen untuk selalu berpikir kreatif dan inovatif agar mampu membekali peserta
didik untuk bersaing dan menciptakan lapangan kerja berdasarkan Revolusi Industri 4.0.
Tentunya seorang guru dan dosen terlebih dahulu harus mampu berpikir kreatif dan inovatif
agar dapat menularkannya kepada peserta didiknya.
Dalam interaksi pembelajaran, guru dan dosen harus mampu membangun suasana
yang dapat memenuhi (1) kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan setiap siswa agar merasa
mampu, interaksi pembelajaran harus mampu membuat siswa merasa mampu. Dosen atau
guru perlu memberikan apresiasi terhadap hasil belajar siswa, (2) kebutuhan otonomi,
setiap siswa perlu merasa mandiri dengan memperoleh kebebasan dan kepercayaan. Setiap
siswa yang mandiri tidak akan selalu bergantung pada dosen atau gurunya dalam belajar,
dan (3) kebutuhan akan koneksi yang dibutuhkan setiap siswa untuk merasa dirinya bagian

7
dari suatu kelompok, dan berinteraksi dalam suatu kelompok. Proses pembelajaran harus
mampu menumbuhkan interaksi perguruan tinggi dan saling mendukung. Selain itu, dalam
pembelajaran di era disrupsi ini, guru harus melaksanakan pembelajaran secara
berkelanjutan guna membekali siswa agar mampu melewati era disrupsi, dan memasuki era
baru yang berlimpah, apalagi dengan informasi, media dan informasi yang baik.

SIMPULAN
Inovasi pendidikan adalah suatu inovasi (pembaharuan) dalam bidang pendidikan
atau inovasi yang dilakukan untuk memecahkan masalah pendidikan, inovasi pendidikan
adalah suatu ide, item, metode yang dirasakan atau diamati sebagai sesuatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa penemuan (baru) atau
penemuan (perubahan lama) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau
memecahkan masalah pendidikan. Peran guru dalam inovasi dan pengembangan media
pembelajaran sangat diperlukan mengingat guru dapat dikatakan sebagai pemain yang
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar di kelas, harus mampu
menumbuhkan kemampuannya menjadi kreatif. media pembelajaran yang efektif dan
efisien. Di era globalisasi dan informasi ini, penggunaan media pembelajaran berbasis
Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi kebutuhan dan tuntutan, namun implementasinya
bukanlah hal yang mudah. Interaksi pembelajaran menggunakan jaringan komputer tidak
hanya dapat dilakukan secara individu, tetapi juga dapat mendukung kegiatan belajar
kelompok. Beberapa keuntungan penggunaan jaringan komputer dalam sistem pendidikan
jarak jauh adalah: dapat memperkaya model tutorial, dapat memecahkan masalah belajar
yang dihadapi siswa dalam waktu yang lebih singkat dan dapat mengatasi hambatan ruang
dan waktu dalam memperoleh informasi.

REFERENSI

Afrina, A., Abbas, E. W., & Susanto, H. (2021). The Role of Historical Science in Social
Studies Learning Materials for Increasing Values of Student's Nationalism. The
Innovation of Social Studies Journal, 3(1), 1-8.

8
Anis, M. Z. A., Putro, H. P. N., Susanto, H., & Hastuti, K. P. (2020). Historical Thinking
Model in Achieving Cognitive Dimension of Indonesian History Learning. PalArch's
Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology, 17(7), 7894-7906.
Anis, M. Z. A., Sriwati, S., & Mardiani, F. (2020). Sisi Abu-Abu Kausalitas Dan
Evaluasinya Dalam Pembelajaran Sejarah. Jurnal Socius, 9(2), 169-180.
Anis, M. Z. A., Susanto, H., & Fathurrahman, F. (2021). Studi Evaluatif Pembelajaran
Sejarah Daring Pada Masa Pandemi Covid-19. Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah
dan Pendidikan, 5(1), 60-69.
Efendi, I., Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). Implementasi Penilaian Pembelajaran
Pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sejarah. Prabayaksa: Journal of History
Education, 1(1), 21-25.
Prawitasari, M. (2015). Metode Pembelajaran Hypnoteaching Melalui Mind Mapping
dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA PGRI 6
Banjarmasin).
Prawitasari, M., & Susanto, H. (2021). RETROGRESI PENGGUNAAN MEDIA DARING
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH MASA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Education and Development, 9(4), 173-177.

Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung


Mangkurat.
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter
Masuknya Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter
Masuknya Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).
Syaharuddin, S., & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra
Kolonialisme Nusantara sampai Reformasi). Banjarmasin: FKIP Universitas
Lambung Mangkurat.

Wahidah, M. N., Putro, H. P., Syaharuddin, S., Prawitasari, M., Anis, M. Z. A., & Susanto,
H. (2021). Dinamika Pendidikan Dasar Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin (1986-
2019). PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu Sosial), 1(1).

Anda mungkin juga menyukai