Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH

ILMU HUKUM
Oleh : Yusuf Mardhani, M,H

NAMA : NADYA SABINA YUSUF


NIM : 1860102222234
KELAS: HKI 1-D

KASUS POSISI

Mantri desa, Djumali, dipidana penjara 3 bulan oleh Pengadilan Negeri Tangerang
tahun 2009. Dia dihukum karena menolong orang tetapi dianggap salah karena bukan
Dokter. Putusan ini lalu dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Tangerang, beberapa waktu
setelah itu.
Akibat putusan pengadilan ini, 8 mantri memohon keadilan ke Mahkamah Konstitusi
karena merasa dikriminalisasikan oleh Undang - Undang Kesehatan. Lantas, Mahkamah
Konstitusi mengabulkan permohonan Djumali pada 27 Juni 2011. Akibat dikabulkannya
permohonan ini, maka mantri desa di seluruh Indonesia boleh melayani masyarakat
layaknya dokter atau apoteker dalam kondisi darurat.
Mahkamah Konstitusi menilai pasal 108 ayat (1) UU No 36/2009 bertentangan dengan
UUD 1945. Pasal yang tidak mempunyai kekuatan hukum yaitu sepanjang frase " … harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai
peraturan perundangan,"

1. Bagaimana tanggapan saudara terkait kasus tersebut menurut Ilmu Hukum


yang berlaku?
2. Jelaskan analisis saudara terkait aturan yang ada dalam Undang – Undang
Kesehatan tersebut.

Jawaban:
1. Menurut Pendapat Saya Mahkamah Konstitusi Pasal 108 ayat (1) UU Kesehatan
berbenturan dengan UUD 1945.10 Pasal tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum
sepanjang frase “harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.Namun pada
kenyataan nya Berdasarkan fakta di lapangan bahwa keberadaan mantri desa masih
eksis di beberapa daerah di Indonesia dan masyarakat penduduk desa lebih
mempercayai mantri dibandingkan dokter. Mantri Kesehatan merupakan pegawai
yang menjalankan tugas nya sebagai perawat senior yang dapat membimbing
beberapa perawat lainnya. Mantri ini biasanya bertugas memfasilitasi masyarakat baik
di kampung dan di desa. Mantri desa merupakan istilah yang di sebut oleh para warga
desa bagi para tenaga kesehatan yang bertugas memfasilitasi kesehatan warga Desa.
Namun keberadaan Mantri desa ini belum ada kepastian hukum yang dapat
melindungi mereka dalam memberikan jaminan kesehatan terhadap masyarakat,
padahal keberadaan Mantri ini sudah lama, pada era zaman kolonial Belanda. Selain
itu di jelaskan pada UU Kesehatan khususnya mengenai tenaga kesehatan tidak
ditemukan adanya pengaturan mengenai tenaga kesehatan seperti mantri yang
merupakan salah satu pendukung terlaksananya pelayanan kesehatan khususnya di
daerah pedesaan atau daerah terpencil. Dalam Undang-Undang No. 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan di dalam nya hanya mengatur mengenai profesi seorang
perawat dan mengenai kewenangan seorang perawat yang di mana seorang perawat
adalah orang yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi nya baik di Indonesia
maupun di luar Indonesia yang telah di akui oleh Negara. Menurut Pendapat saya
juga Indonesia itu menganut system hukum civil law yang artinya Indonesia
memperoleh kekuatan hukum berdasarkan pada putusan pengadilan sebagai sumber
hukumnya, dan prinsip hukum tersebut memperoleh kekuatasan mengikat, karena
dalam peraturan perundang-undangan yang terbentuk dan tersusun secara sistematik.

2. Berdasarkan Pendapat saya terkait undang-undang tersebut misalnya ada seseorang


yang sudah dalam kondisi sekarat atau terluka parah apakah harus menunggu
seseorang yang dilindungi undang-undang untuk menanganinya, jika di tempat
tersebut ada seseorang yang bisa menanganinya tapi tidak di lindungi undang-undang
dan jika sampai orang tersebut meninggal karena menunggu seseorang yang di
lindungi UUD, apakah kita harus diam melihat nyawa seseorang hilang hanya karena
untuk mematuhi UUD. Saya setuju dengan keputusan MK dalam artian tersebut. Dan
juga kewenangan mantri kesehatan untuk memberikan obat kepada pasien dilarang
oleh ketentuan Pasal 108 ayat (1) UU Kesehatan yang menjelaskan bahwa Praktik
kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pada pasal
Pasal 108 ayat (1) hal ini seperti menyebutkan pelarangan yang berakibat pada tidak
adanya kepastian hukum terhadap tenaga kesehatan kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Karena di dalam UU ini hanya menjelaskan pemberian perlindungan terhadap
Perawat dan tidak menjelaskan bahwa seorang Mantri apakah dia seorang tenaga
kesehatan atau sebagainya. Padahal apabila di lihat dari sejarahnya sebelum di adakan
nya UU Kesehatan Tentang Tenaga Kesehatan Mantri sudah ada pada era kolonial
Belanda yang bertugas membantu para dokter di karenakan sedikitnya jumlah dokter
pada saat itu yang bertugas membantu di bidang kesehatan. Pengaturan yang
menjelaskan mengenai tugas dalam pekerjaan tenaga kesehatan mantri desa yang
berguna memfasilitasi kesehatan kepada masyarakat terutama masyarakat di
perdesaan dan terpencil belum di atur di dalam peraturan Indonesia, sehingga hal ini
mengakibat kan para mantri yang ingin memfasilitasi kesehatan kepada masyarakat
perdesaan masi di bayang-bayangi oleh rasa takut dengan ancaman pidana yang di
mana dapat mempidanakan mereka, padahal dengan adanya Mantri yang dapat
menjangkau kesehatan masyarakat hingga pedalaman sangat lah di butuhkan bagi
mereka.

Anda mungkin juga menyukai