Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MUHAMMAD FITRAH

NPM : G1D021029
PRODI : TEKNIK ELEKTRO
KELAS :A

ABSTRAK
Konstitusi dalam suatu negara termasuk di Indonesia menjadi sumber dan dasar pembuatan
aturan atau hukum positif yang mempunyai prinsip utama, seperti sebagai hak dan kewajiban
warga negara. Istilah ini merupakan bentuk dari nama lain hak asasi manusia. Kedua istilah
tersebut memiliki arti yang berbeda. Kekakuan manusia adalah sebagai dasar yang melekat pada
laki-laki sebagai anugerah dari Tuhan, sedangkan hak dan kewajiban warga negara merupakan
pemberian dari negara. Ini keduanya konsep yang dimasukkan dalam amandemen kedua UUD
1945, dan Bahkan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena keduanya memiliki hubungan
dekat. Hak dan kewajiban warga negara sebagai nama lain dari hak asasi manusia atau (HAM)
sebagai syarat esensial dari demokrasi hukum negara dan harus dilaksanakan oleh orang atau
warga negara. Agar, Warganegara memiliki referensi untuk menerapkannya, terlebih dahulu
perlu memahami aturan hukum. Aturan hak asasi manusia, hak dan kewajiban orang Indonesia
Orang-orang dalam hukum positif tersebar dalam berbagai aturan hukum, seperti: Perubahan
kedua lembaga tahun 1945, Ketetapan MPR Nomor: XVII 1998 Peraturan junto Nomor: 39/1999
tentang Hak Asasi Manusia (HAM), Tata Tertib Nomor: 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik,
Peraturan Menteri Nomor: 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri
Nomor: 22/199 tentang Pemerintah Wilayah. Hak Asasi Manusia (HAM) atau Hak dan
kewajiban warga negara yang termasuk dalam aturan hukum dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa bagian, yaitu; politik, ekonomi, budaya masyarakat, hukum, agama dan Pertahanan
Keamanan, akan dibentuk pada kondisi yang kondusif, dan dukungan dari pemerintah, partisipasi
massa, tersedianya fasilitas tanggap. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah konseptual dan
strategi sehingga agar kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi benar dan adil dalam
bernaung hukum negara demokrasi
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Pengertian hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita
terima atau bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh
merampasnya entah secara paksa atau tidak. Dalam hal kewarganegaraan, hak ini berarti
warga negara berhak mendapatkan penghidupan yang layak, jaminan keamanan,
perlindungan hukum dan lain sebagainya. Pengertian kewajiban adalah suatu hal yang wajib
kita lakukan demi mendapatkan hak atau wewenang kita. Bisa jadi kewajiban merupakan hal
yang harus kita lakukan karena sudah mendapatkan hak. Tergantung situasinya. Sebagai
warga negara kita wajib melaksanakan peran sebagai warga negara sesuai kemampuan
masing-masing supaya mendapatkan hak kita sebagai warga negara yang baik. Dapat di
ketahui bahwa hak dan kewajiban ini merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, namun
dalam pemenuhannya harus seimbang. Kalau gak seimbang bisa terjadi pertentangan dan
bisa saja menempuh jalur hukum.
Warga negara merupakan orang-orang yang menjadi bagian dari suatu penduduk yang
menjadi unsure Negara. A.S. Hikam mendefinisikan bahwa warganegara yang merupakan
terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang membentuk Negara
Secara singkat, Koerniatmo S. juga mendefinisikan warga Negara sebagai anggota Negara.
Sebagai anggota Negara, warga Negara memiliki kedudukan khusus terhadap Negara. Ia
memiliki hubungan hak dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya. Dalam
konteks Indonesia, istilah warga Negara (sesuai dengan UUD 1945 pasal 26) yang
dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan undang-undang
sebagai warga Negara. Selain itu, sesuai dengan pasal 1 UU No. 22/1958 dinyatakan bahwa
warga Negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan
perundangundangan, perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak
proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warga Negara republik Indonesia1 . Kemudian,
adapun Asas kewarganegaraan merupakan anggota sebuah Negara yang mempunyai
tanggung jawab dan hubungan timbal balik terhadap negaranya. Setiap Negara mempunyai
kebebasan dan kewenangan untuk menentukan asas kewarganegaraan seseorang. Dalam
menerapakan asas kewarganegaraan ada dua pedoman yaitu asas kewarganegaraan yang
berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan yang berdasarkan perkawinan.
a. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak warga negara adalah suatu kewenangan yang dimiliki oleh warga negara
guna melakukan sesuatu sesuai peraturan perundangundangan. Dengan kata lain hak
warga negara merupakan suatu keistimewaan yan menghendaki agar warga negara
diperlakukan sesuai keistimewaan tersebut. Sedangkan Kewajiban warga negara adalah
suatu keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh warga negara dalam kehidupan
bermasyarkat berbangsa dan bernegara. Kewajiban warga negara dapat pula diartikan
sebagai suatu sikap atau tindakan yang harus diperbuat oleh seseorang warga negara
sesuai keistimewaan yang ada pada warga lainnya.
Erat kaitannya dengan kedua istilah ini ada beberapa istilah lain yang memerlukan
penjelasan yaitu : tanggung jawab dan peran warga negara. Tanggunjawab warga
negara merupakan suatu kondisi yang mewajibkan seorang warga negara untuk
melakukan tugas tertentu. Tanggung jawab itu timbul akibat telah menerima suatu
wewenang. Sementara yang dimaksud dengan peran warga negara adalah aspek
dinamis dari kedudukan warga negara. Apabila seorang warga negara melaksanakan
hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka warga tersebut menjalankan suatu
peranan. Istilah peranan itu lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses.
Istilah peranan mencakup 3 hal 5 yaitu :
1) Peranan meliputi norma yang dihubungkn dengn posisi seseorang dalam
masyarakat. Dalam konteks ini peranan merupakan rangkaian peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial masyarakat.
Dari pengertian di atas tersirat suatu makna bahwa hak dan kewajiban warga
negara itu timbul atau bersumber dari negara. Maksudnya negaralah yang memberikan
ataupun membebankan hak dan kewajiban itu kepada warganya.
Pemberian/pembebanan dimaksud dituangkan dalam peraturan perundang-undangan
sehingga warga negara maupun penyelenggara negara memiliki peranan yang jelas
dalam pengaplikasian dan penegakkan hak serta kewajiban tersebut.
b. Pengaturan HAM, Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Hukum Positif
Hukum positif merupakan aturan hukum yang sedang berlaku disuatu negara.
Hukum positif di suatu negara tidaklah sama dengan hukum positif yang berlaku di
negara lain. Perbedaannya terletak pada konstitutsi yang menjadi dasar dan sumber
pembuatan hukum positif di maksud. Hukum positif itu dapat berwujud peraturan
perundang-undangan. Di Indonesia konstitusi dimaksud telah mengalami beberapa kali
penggantian, jika selama  4 tahun setelah kemerdekaan (18/8-1945 s/d 27/12-1949),
diberlakukan UUD 1945 maka selama kurun waktu sekitar 8 bulan (27/12-1949 s/d
17/8-1950) berlaku konstitusi RIS hampir di seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi
konstitusi ini diganti lagi dengan UUDS 1950 yang kemudian dengan dekrit 5 Juli 1959
dinyatakan tidak berlaku sekaligus memberlakukan kembali UUD 1945.
Ketiga konstitusi ini berbeda satu sama lain. UUD 1945 yang sangat singkat itu
hanya mencantumkan 7 pasal (pasal 27,28,29,30,31,33 dan 34) tentang HAM dengan
penanaman hak warga negara. Sedangkan konstitusi RIS dan UUDS 1945 merinci
HAM secara detail dalam hampir sekitar 30 pasal yang ternyata cenderung memiliki
kesamaan dengan Universal Declaration of Human Rights.
Pengaturan HAM yang sangat terbatas dalam UUD 1945 menurut Ahadian
disebabkan karena rancangan UUD dibahas dalam suasana ingin merdeka dari
penjajahan Belanda, yang dengan sendirinya tidak ingin memuat hal-hal yang berasal
dari faham barat termasuk HAM 6 . Hal ini tercermin dari adanya pro kontra
dikalangan pendiri negara tentang urgensi pencantuman HAM dalam UUD. Namun
pada akhirnya tercapai konsensus memasukkan HAM ke dalam konstitusi dengan
pertimbangan untuk membatasi kekuasaan penguasa.
Pembukaan UUD 1945 yang menjiwai pengaturan HAM dalam Batang Tubuh
UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lain sebagai hukum positif, pada setiap
alinea mencerminkan HAM. Jika dalam pembukaan UUD alinea pertama dan kedua
tercermin pengakuan adanya kebebasan dan keadilan maka alinea ketiga dan keempat
mencerminkan adanya persamaan dalam bidang politik, Ekonomi, Hukum, sosial dan
budaya. Ini berarti substansi HAM dalam Pembukaan UUD 1945 amat luas tetapi
disayangkan kurang mendapatkan penjabaran yang lebih rinci dalam Batang Tubuh
UUD 1945. Oleh karenanya MPR melalui ketetapan Nomor : XVII/1998 maupun
perubahan kedua UUD 1945 pasal 28 s/d pasal 28 J lebih memperjelas dan merinci
mana yang merupakan HAM, kewajiban warga negara.
Pengaturan HAM dan kewajiban azasi manusia secara bersamaan dalam hukum
positif bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara keduanya. Individu memang
memiliki hak-hak yang fundamental sebagai hak-hak azasinya tetapi iapun dituntut
untuk dapat menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi hak azasi individu yang
lain. Hal itu berarti dalam menjalankan hak azasinya setiap individu tidak dapat
mengabaikan apalagi melanggar hak azasi individu lain.
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Pemenuhan Hak dan Kewajiban Yang
Dimiliki.
1) Hak-Hak Warga Negara dalam Konstitusi
Menurut Pasal 26 ayat (1) UUD 1945, ditegaskan bahwa yang menjadi Warga
Negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undnag sebagai Waega Negara. Ketentuan ini menegaskan
bahwa untuk orang-orang bangsa Indonesia asli secara otomatis merupakan Warga
Negara, sedangkan bagi orang-orang bangsa lain untuk menjadi Warga Negara
Indonesia harus disahkan terlebih dahulu dengan undang- undang. (Johan Yasin, 2012)
Hal yang perlu diingat “warga negara suatu negara tidak selalu menjadi penduduk
negara itu”. Misalnya . warga negara Indoneisia yang bertempat tinggal di luar negeri.
Penduduk suatu negara tidak selalu merupakan warga negara dimana ia tinggal.
Misalnya, orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Pada dasarnya status
kewarganegaraan seseorang memiliki dua aspek: Pertama, Aspek hukum, dimana
kewarganegaraan merupakan suatu status hukum kewarganegaraan, suatu kompleks hak
dan kewajiban, khususnya dibidang hukum public yang dimiliki oleh warga negara dan
yang tidiak dimiliki oleh orang asing. Contoh : hak warga negara antara lain adalah hak
pilih aktif dan pasif. Sedangkan kewajiban warga negara misalnya kewajiban membela
negara, wajib militer. Kedua, Aspek sosial, dimana kewarganegaraan merupakan
keanggotaan suatu bangsa tertentu, yakni sekumpulan manusia yang terikat suatu dengan
yang lainnya karena kesatuan bahasa, kehidupan sosial budaya serta kesadaran nasioanl.
(Titik Triwulan,2010)
Bab XA Pasal 27 , Pasal 28 Undang- Undang Dasar 1945 memuat berbagai hak
asasi manusia, yang dimulai dari Pasal 28A sampai dengan Pasal 28J. Hak - hak tersebut
tidak dapat dipisahkan dari diri manusia (in alienable rights). Hak - hak tersebut diakui
oleh seluruh negara di dunia (universal). Siapapun yang berada di wilayah hukum
negara Republik Indonesia hak - hak asasi manusia di-akui dan dilindungi. Di samping
itu pula jaminan hak asasi manusia tersebut mendapat jaminan secara konstitusional
dalam wadah Undang- Undang Dasar 1945. Terdapat pula ketentuan mengenai jaminan
hak asasi manusia tertentu yang hanya berlaku bagi warga negara atau setidaknya bagi
warga negara diberikan kekhususan atau ketentuan-ketentuan tertentu, misalnya hak atas
pekerjaan (Pasal 27 ayat (2), hak atas pendidikan (Pasal 28C) dan lainlainnya.
2) Kewajiban Warga Negara dalam Konstitusi
Adapun kewajiban warga negara dalam Konstitusi yaitu, kewajiban menaati
hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya. (Pasal 27 ayat (1) UUD 1945),
kewajiban setiap orang untuk menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat (1) UUD 1945),
kewajiban setiap orang dalam menjalankan hak dan kebebasannya untuk tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang dengan maksud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis (Pasal 28J ayat (2)
UUD 1945), kewajiban setiap orang dan setiap warga negara untuk membayar pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa (Pasal 23A UUD 1945), kewajiban setiap warga
negara untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 27 ayat (3) dan ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara (Pasal 30
ayat (1) UUD 1945). Yang tercantum dalam UUD 1945 mengenai kewajiban warga
negara hanya 4 pasal. Tetapi banyak lagi kewajiban-kewajiban yang tidak tertulis di
dalam UUD 1945.
Sebagai warga negara yang baik dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tidaklah boleh hanya mendahulukan hak-hak dan mengabaikan kewajiban baik terhadap
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam mengejar kehidupan yang lebih baik
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara hendaknya dijalin
keselerasan,keserasian dan keseimbangan dalam pelaksanaan hak dan kewajiban itu
sendiri.
Etika hubungan yang hendak dikembangkan dalam proses komunikasi antara
negara dengan warga negara harus berlangsung secara ‘resiprositet’ . Sebaliknya, secara
empirik baisa jadi hubungan antara negara dan warga negara bisa jadi justru melanggar
norma bangsa yang telah disepakati bersama.
3) Bentuk Peran Aktif Warga Negara dalam Pemenuhan Hak dan Kewajiban
Adapun peran warga negara dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara:
Pertama, Peran warga negara dalam kehidupan politik pada dasarnya dapat dinyatakan
berupa hak warga negara untuk berpartisipasi dan mempengaruhi setiap proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik oleh para pejabat atau lembaga-lembaga
negara/pemerintah. Peran warga negara di bidang politik sangat penting, karena dapat
untuk mewujudkan kebebasan mengeluarkan pikiran dan pendapat, serta kebebasan
berserikat. Kebebasan tersebut merupakan faktor penentu untuk menumbuhkan
kehidupan politik yang demokratis.
Peran warga negara di bidang politik dijamin dalam pasal 28 UUD 1945. Kedua,
peran warga negara dalam kehidupan hukum bentuk-bentuk peran sertanya antara lain
pengajuan keberatan terhadap rancangan keputusan atau rancangan rencana. Bentuk-
bentuk lain seperti dengar pendapat, angket lisan maupun tertulis, pertimbangan melalui
lembaga masyarakat, hak bicara dari komisi pertimbangan, dan sebagainya. Peran warga
negara di bidang hukum dapat dipahami dari ketentuan pasal 27 ayat (1) UUD 1945,
yang berbunyi: Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya. Ketiga, peran warga negara dalam kehidupan ekonomi, secara garis besar
akan mencangkup segi perencanaan dan pelaksanaan terutama akan berkaitan dengan
pembuatan keputusan atau kebijakan pembangunan ekonomi yang merupakan politik
ekonomi.
Wujud peran warga negara dalam hal ini dapat berupa memberikan masukan
(peran aktif) agar politik ekonomi mampu mewujudkan demokrasi ekonomi, sehingga
kesejahteraan seluruh rakyat dapat diwujudkan. Keempat, peran warga negara dalam
kehidupan sosial budaya dapat meliputi bidang-bidang sebagai berikut: kesejahteraan
sosial, kesehatan, agama, pendidikan, dan kebudayaan (ilmu pengetahuan dan teknologi
masuk unsur kebudayaan). Peran warga negara dalam kehidupan sosial budaya adalah
ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan pelerstarian ilmu serta budaya yang ada di
negaranya. Kelima, peran warga negara dalam kehidupan bidang hankam pada dasarnya
merupakan pembelaan terhadap negara. Konsep pembelaan terhadap negara adalah
keikut sertaan dalam upaya pertahanan negara. Upaya pertahanan Negara meliputi:
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, keselamatan
bangsa dari segala macam ancaman.
3. Kesimpulan
hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang mestinya kita terima atau
bisa dikatakan sebagai hal yang selalu kita lakukan dan orang lain tidak boleh merampasnya
entah secara paksa atau tidak. kewajiban adalah suatu hal yang wajib kita lakukan demi
mendapatkan hak atau wewenang kita. Hikam mendefinisikan bahwa warganegara yang
merupakan terjemahan dari citizenship adalah anggota dari sebuah komunitas yang
membentuk Negara Secara singkat, Koerniatmo S. juga mendefinisikan warga Negara
sebagai anggota Negara. 
Sebagai anggota Negara, warga Negara memiliki kedudukan khusus terhadap
Negara. Diantara hak-hak warga Negara yang dijamin dalam UUD adalah hak asasi manusia
yang rumusan lengkapnya tertuang dalam pasal 28 UUD perubahan ke dua. Hak dan
kewajiban merupakan suatu hal yang terkait satu sam lain, sehingga dalam praktik harus di
jalankan dengan seimbang. Bentuk-bentuk sikap dan perilaku warga negara yang
mencerminkan perwujudan tanggungjawab terhadap negara dan bangsa yaitu sebagai berikut:
a) Pertama, memahami dan mengamalkan ideologi nasional kita, yakni Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang kehidupan seperti politik, ekonomi,
sosial, budaya, dan keamanan
b) Kedua, menjaga dan memelihara nama baik bangsa dan negara di mata dunia
internasional sebagai bangsa dan negara yang merdeka, berdaulat, berperadaban dan
bermartabat,
c) Ketiga, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan menghindari sikap dan perilaku
yang diskriminatif.
d) Keempat, membina solidaritas sosial sebagai sesama warga negara Indonesia
e) Kelima, Meningkatkan wawasan kebangsaan agar senantiasa terbina

DAFTAR PUSTAKA
Lusy Liany, E. A. ( 2020). PENYULUHAN HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA
DALAM KONSTITUSI KEPADA ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS)
MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 JAKARTA. Jurnal Balireso Vol. 5, No. 1, 56-59.
Nafilah. (2020). HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA.
Yasin, J. (2020). HAK AZASI MANUSIA DAN HAK SERTA KEWAJIBAN.

Anda mungkin juga menyukai